BAB 1
Manusia dalam menjalani aktifitasnya sehari-hari tidak terlepas dari kebutuhan akan
energi, baik itu untuk menggerakkan tubuh manusia ataupun untuk menggerakkan peralatan-
peralatan yang membantu manusia dalam menjalani kehidupannya. Sehingga pengetahuan
tentang energi baik itu mengenai sumber-sumber energi maupun teknologi pengkonversian
energi sangatlah diperlukan. Namun sebelum kita melangkah lebih jauh perlu kiranya kita
memahami mengenai konsep energi. Seringkali kita terjadi kerancuan dalam memahami
konsep daya dan energi, Energi didefinisikan sebagai properties dari suatu zat yang dapat
dikonversikan menjadi kerja, panas dan radiasi sedangkan daya adalah laju pemanfaatan
energi ataupun laju produksi energi. Peralatan yang mengkonversi energi dari suatu bentuk
kebentuk energi yang dapat dimanfaatkan manusia disebut Mesin Konversi Energi. Proses
pengkonversian energi ini dibatasi oleh postulat kedua termodinamika sehingga tidak semua
energi yang dikonversikan dapat dimanfaatkan oleh manusia sebagian lagi energi terbuang ke
lingkungan.
Namun selain kedua satuan tersebut diatas ada satuan energi lain seperti terlihat pada
tabel 1.1.
m2
1 joule = 1 J = 1 kg
s
= 1Ws
= 6,242 x 1018 eV
= 107 ergs
= 0,2388 cal
= 9,478 x 10-4 Btu
= 2,78 x 10-7 kWh
= 0,735 ft lb
= 9,48 x 10-9 therms
= 2,381 x 10-10 tons of TNT
Untuk satuan energi dalam skala besar dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut ini :
Tabel 1.2. Konversi satuan energi dalam skala besar kesatuan standard internasional
1 TJ = 10 12 J
1 Mtoe
= 4,54 x 1016 J
(1 Million Ton oil Equivalent)
1 sbm
= 6,3 x 109 J
(1 setara barel minyak)
1 MBtu = 1,055 x 109 J
1 sbm = 10 lb batubara
1 sbm = 150 ft3 LNG
Contoh 1. Trinitrotoluene (TNT) adalah suatu zat yang explosive, ketika meledak akan
melepas energi dalam bentuk panas. Berapa joule energi yang dilepas oleh 1 kg TNT ketika
meledak ?
Solution. menggunakan tabel diatas dimana Energy dalam 1 kg TNT
1J 1ton
1 kg TNT 10
2,381 x 10 ton TNT 1000 kg
4,2 x 10 6 J
50
40
30
%
20 39
10 24 24
6 8
0
le
as
lir
il
l
oa
O
ab
uc
C
ew
N
al
ur
en
at
R
Gambar 1.2 Persentase Konsumsi Energi dunia berdasarkan sumber energi, ref [2].
Contoh 2. Berdasarkan gambar 3 dimana konsumsi energi dunia pada tahun 2003
sebesar 421 Quadrillion Btu, tentukanlah konsumsi energi tersebut dalam Joule ?
Diketahui 1 Btu = 1055 J
421 Quadrillion Btu = 421 1015 Btu
Ribu Sbm
900000
800000
700000
600000
500000
400000
300000
200000
100000
0
95 96 97 98 99 00 01 02 03 04
19 19 19 19 19 20 20 20 20 20
Gambar 1.4 Konsumsi Energi Indonesia kurun waktu 1995-2004, ref [1].
Dari total energi yang dikonsumsi energi dari bahan bakar fossil mendominasi
sebesar 61.86 % dari total konsumsi energi Indonesia pada tahun 2003 lihat gambar 5.
50 43.36
40 30.84
30
%
20 13.11
5.39 7.3
10
0
le
M
ra
s
as
as
ab
BB
ba
om
ew
tu
Ba
Bi
en
R
Biomass yang menjadi sumber energi pada gambar 4 diatas adalah kayu bakar,
dimana kontribusinya mencapai 30,84 % dari total energi yang dikonsumsi Indonesia pada
tahun 2003. Hal ini tentu tidak menguntungkan bagi lingkungan hidup karena pemakaian
12000
Energy percapita (kgoe)
10000 Indonesia
UEA USA
8000 China
Inggris
6000 Saudi Arabia
4000 Argentina
Jerman
Jepang
2000 Brazil
0
0 10000 20000 30000 40000 50000
Income percapita (US $)
Energi 1 J
Daya J s 1
waktu 1s
Sedangkan dalam satuan british daya adalah horsepower (hp) ataupun BTU/h.
Faktor konversi antara Watt dengan hp ataupun BTU/hr adalah sebagai berikut :
Contoh 3. Suatu mesin berkekuatan 2 hp, tentukan daya mesin dalam watt dan Btu/h ?
Solusi :
Dalam satuan Watt diketahui 1 W 0,001341 hp
1W
2 hp x 2 hp
0,001341 hp
1491,7 W
Btu
Dalam satuan Btu/h diketahui 1 W 3,412
h
Btu
3,412
1491,4 W h x 1491,4 Watt
1 Watt
Btu
5088,7
h
Contoh 4. Sebuah lampu dengan daya 100 W hidup Selama 8 jam pada malam hari. Tentukan
harga energi yang harus dibayar jika harga per kWhnya adalah Rp. 522,48 ?.
Solusi :
Energi yang dikonsumsi = Daya x waktu pemakaian
E = 100 W x 8 h = 800 Wh= 0,8 kWh
Harga energi yang harus dibayar = energi yang dikonsumsi x harga energi
Rp 522,48
= 0,8 kWh x Rp 418
kWh
Daftar Pustaka
1. Anonim, Handbook_Statistik_Ekonomi_Energi_Indonesia_2005,
http://www.esdm.go.id/esdm2/files/publikasi/buku/ diakses 13 April 2007.
2. Anonim, World Energy and Economic Outlook, www.eia.doe.gov/oiaf/ieo/index.html
diakses 5 April 2007.
3. Anonim, Energy and Resources, www.earthtrends.wri.org/text/energy-
resources/variable-351.html diakses 16 April 2007.
4. Anonim, Global income per capita published 2006 ,
www.finfacts.com/biz10/globalworldincomepercapita.htm diakses 16 April 2007
Soal Latihan
1. Pilih dan pilahlah mana yang satuan energi dan daya dari satua-satuan beikut ini: (a)
calorie, (b) (BTU) (seconds), (c) (kilowatt) (day), (d) BTU/hour, (e) megawatt/hour,
(f) joule/minute, (g) calorie/minute, (h) gigawatt, (i) watt/second.
2. Tentukan Berdasarkan tabel 1 buktikan bahwa 1 kWh sama dengan 3412 BTU dan 1
BTU sama dengan 1055 J.
3. Berdasarkan gambar 3 bahwa proyeksi konsumsi energi dunia sebesar 510
Quadrillion Btu, konversikanlah satuan ini ke bentuk kWh.
4. Pada name plate pada pompa rumah tangga Merk National tertera konsumsi dayanya
40 W. Jika pompa ini digunakan selama 2 jam sehari untuk mengisi tandon air dan
harga energi per kWhnya Rp. 522,48. Tentukan Jumlah rupiah yang harus
dikeluarkan selama satu bulan (30 hari).
5. Jika suatu rumah yang memiliki 10 buah lampu hemat energy 11 W dan 5 buah
lampu hemat energi berdaya 20 W yang hidup selama 8 jam /hari. Sebuah TV
berdaya 75 W yang hidup selama 10 Jam/hari. Magic com yang berdaya 300 W untuk
memasak selama 2 jam/ hari serta pada kondisi keep warm (15 W) selama selama 12
Jam/ hari. Kulkas berdaya 150 W yang hidup 24 jam/hari. Airconditioner berdaya
0,75 hp hidup selama 18 jam/hari serta setrika berdaya 50 W hidup selama 3 jam/hari.
Ilustrasi pemrosesan minyak bumi menjadi bahan bakar yang berguna bagi proses
konversi energi dapat dilihat pada gambar 2.2, dimana jumlah dan prosentase produk yang
dihasilkan tergantung dari jenis minyak mentah dan kondisi kerja dari refinery. Kunci dari
proses pembentukan bahan bakar dari minyak mentah adalah proses destilasi. Destilasi adalah
proses memisahkan material berdasarkan perbedaan volatility (yang diindikasikan oleh titik
didihnya). Proses ini dilakukan pada sebuah distillation tower (or column) yang diillustrasikan
pada gambar 2.3. Uap dari minyak mentah yang dipanaskan naik dan mengalami kondensasi
secari kontinu dalam kolom. Substansi yang memiliki titik didih yang lebih rendah berkumpul
pada bagian atas dari kolom sedangkan substansi yang memiliki titik didih yang lebih tinggi
berkumpul pada bagian bawah dari kolom.
Pada setiap lokasi dari kolom terdiri dari campuran uap dan cairan dari subtansi dan
volatility. Uap ini dikondensasikan untuk mendapatkan produk dalam bentuk liquid. Namun
produk ini masih campuran dari berbagai komponen yang memiliki kesamaan titik didih.
Proses pemisahan secara destilasi adalah proses secara pisik yang berdasarkan dengan fakta
bahwa senyawa kimia yang berbeda akan memiliki titik didih yang berbeda pula. Sebagai
contoh pentana dengan rumus kimia C5H12 memiliki titik didih 36 °C sementara nonana C9H20
memiliki titik didih 128 °C. Dikarenakan proses destilasi hanya berdasarkan proses pisik
Produk dari minyak bumi hasil dari destilasi umumnya terdiri dari 5 jenis bahan bakar
seperti pada tabel 2.1
Tabel 2.2 Properties dari minyak pelumas engine yang umum digunakan
SAE Number Pour Point (°C) Viscosity*
5W - 3,8
10W -28 4,1
15W - 5,6
20W -24 5,6
20 - 5,6
30 -20 9,3
40 -16 12,5
50 -10 16,3
* in mm2/s, at 100 °C
NB: Untuk minyak pelumas mesin adalah campuran dari salah satu minyak pada tabel
diatas.Residu dari proses destilasi adalah aspal yang digunakan untuk pengerasan jalan,
namun aspal juga dapat diproses untuk menghasilkan lilin.
Tabel 2.3 Komposisi gas alam dari Sumur Block Kangean ref [15].
Komponen Rumus Molekul Volume ( % )
Metana CH4 89,675
Etana C2H6 4,985
Propana C3H8 1,008
i-Butana i- C4H10 0,300
n-Butana n- C4H10 0,300
Neo Pentana 0,069
i-Pentana i- C4H12 0,083
n-Pentana n- C4H12 0,092
Karbon dioksida CO2 0,995
Nitrogen N2 2,446
Hexan + C6 + 0,047
Batubara diperoleh dari penambang, dimana ada dua metoda penambangan yaitu
penambangan permukaan yang biasa disebut strip mining dan penambangan dibawah
permukaan. Produktifitas penambangan dipermukaan lebih tinggi daripada penambangan
dibawah permukaan namun penambangan dipermukaan merupakan aktivitas yang
controversial, hal ini disebabkan pada proses penambangan batubara dipermukaan tabah
permukaan yang biasanya banyak menadung unsur-unsur yang bermanfaat bagi tumbuhan
dirusak sehingga setalah proses penambangan walaupun bekas penambangan direklamasi
maka tidak ada lagi tanaman yang tumbuh dibekas area penambangan. Namun dengan proses
recovery yang insentif, hal ini dapat diatasi dengan mengganti tanah permukaan yang diambil
dari tempat lain disertai pengairan, pemupukan penanaman bibit tanaman.
Penambangan batubara dibawah permukaan terdiri dari tiga metoda lihat gambar 2.6.
Metoda penambangan tersebut adalah Shaft, drift dan slope mining. Penambangan dengan
metoda shaft adalah penambangan batubara yang jauh dari permukaan dimana metoda ini
sangat beresiko besar terhadap keselamatan penambang. Untuk metoda drift mining,
penambangan dilakukan menyamping, terakhir metoda slope mining penambang dilakukan
dengan membuat lubang penambangan yang berupa sudut. Pada penambangan dibawah
permukaan jumlah batubara yang dapat ditambang maksimal 60 % dari kandungan batubara
di area penambangan tersebut. Hal ini dilakukan agar lapisan batubara yang dibiarkan
berfungsi sebagai penyangga batuan diatasnya sehingga tidak terjadi longsoran yang akan
menimbun pekerja tambang.
Gambar 2.5 Kerusakan lingkungan akibat penambangan batubara pada permukaan ref [4]
.
Kandungan batu bara dapat diperoleh dengan menggunakan analisa pendekatan dan
analisa tuntas. Analisa pendekatan dimulai dengan menimbang contoh batubara kemudian
dipanasi pada temperatur yang tinggi untuk mengeluarkan air yang dikandung oleh batubara,
setelah itu conoh batubara tersebut ditimbang kembali. Berat terakhir batubara dibagi dengan
berat awal batubara adalah persentase kandungan moisuture dari batubara (M). Batubara
kemudian dipanasi pada temperatur yang lebih tinggi dengan waktu yang cukup lama tanpa
melibatkan oksigen, hal ini dilakukan untuk mengeluarkan gas-gas yang dikandung oleh
batubara. Kehilangan berat pada batubara adalah fraksi berat dari volatile matter (VM).
Kemudian batubara yang tersisa dibakar di udara sampai yang tersisa hanyalah abu.
Kehilangan berat dari proses ini disebut dengan fixed carbon (FC) dan yang tersisa adalah abu
(A). Analisa pendekatan memaparkan empat kuantitas dalam bentuk fraksi yaitu moisture
(M), ash (A), volatile matter (VM) dan fixed carbon (FC) seperti yang tertera pada tabel 2.4.
Metoda kedua adalah analisa tuntas adalah analisa kimia yang memaparkan jumlah
kandungan komponen-komponen kimia yang membentuk batubara seperti karbon, hidrogen,
nitrogen, oksigen dan sulfur biasanya dalam berdasarkan bebas abu dan kondisi kering. Data
kandungan abu dan nilai kalor dari batubara biasanya juga di ikutkan. Data dari basis abu
kering dapat dikonversi ke basis lainnya dengan faktor pengkalibrasinya adalah 1-A-M,
sehingga untuk kondisi basah dan volatile matter pada analisa pendekatan dapat ditentukan
dari kondisi kering dan bebas abu dengan menggunakan persamaan berikut ini :
VM as fired Massa bahan bakar / Massa total VM dry, ash free
Gambar 2.7 Overview Route konversi bahan bakar bio ref [1].
Jarak pagar lihat gambar 2.8 dapat tumbuh dilahan kritis yang banyak terdapat
didaerah-daerah Indonesia. Lahan kritis didefinisikan sebagai lahan yang tidak atau kurang
produktif lagi dari segi pertanian karena pengelolaannya dan penggunaannya kurang atau
tidak memperhatikan persyaratan konservasi tanah (Ditjen Tanaman Pangan, 1991).
Total lahan kritis di Indonesia kurang lebih seluas 17.470.000 Ha yang tersebar
hampir diseluruh propinsi dengan rincian dapat dilihat pada tabel 2.5.
Potensi produksi biodiesel dari jarak pagar di Indonesia cukup besar karena dari hasil
penelitian diperoleh data bahwa dalam 1 tahun per hektarnya dari biji jarak dapat
menghasilkan biodiesel kurang lebih 2400 kg.
Proses pembuatan biodiesel dari buah jarak pagar dimulai dari pengeringan buah
jarak, kemudian biji tersebut dipres untuk menghasilkan minyak. Minyak yang dihasilkan dari
pengepresan dimurnikan setelah itu barulah minyak jarak dimasukkan ke reaktor untuk
mengubahnya menjadi biodiesel dengan langkah-langkah yang dapat dilihat pada gambar
2.10 .
Bahan bakar alternatip lain yang berupa cairan adalah bioetanol. Kebalikan dengan
biodiesel, bioetanol digunakan pada mesin yang bekerja dengan prinsip Otto atau mesin
bensin. Jenis buah yang dapat dikonversi menjadi bioetanol adalah tanaman yang banyak
mengandung pati dan glukosa seperti beras, jagung, tebu dan singkong. Dari sumber yang ada
adalah menarik menggunakan singkong sebagai biomass yang akan dikonversikan sebagai
Setelah dingin, masukkan cendawan Aspergillus yang akan memecah pati menjadi
glukosa. Dua jam kemudian, bubur gaplek berubah menjadi 2 lapisan: air dan endapan gula.
Aduk kembali pati yang sudah menjadi gula itu, lalu masukkan ke dalam tangki fermentasi.
Namun, sebelum difermentasi pastikan kadar gula larutan pati maksimal 17-18 %. Itu adalah
kadar gula maksimum yang disukai bakteri Saccharomyces unluk hidup dan bekerja mengurai
gula menjadi etanol. Jika kadar gula lebth tinggi, tambahkan air hingga mencapai kadar yang
diinginkan. Bila sebaliknya, tambahkan larutan gula pasir agar mencapai kadar gula
maksimum. Tutup rapat tangki fermentasi untuk mencegah kontaminasi dan Saccharomyces
bekerja mengurai glukosa lebih optimal. Fermentasi berlangsung anaerob alias tidak
2.2.2.2 Gas
Bahan bakar alternatip yang termasuk dalam bentuk gas seperti yang telah diuraikan
dalam gambar 2.7 adalah syngas dan biogas. Syngas adalah gas yang diperoleh dari proses
gasifikasi biomass dimana pada awalnya biomass kering diumpankan reaktor gasifikasi. Pada
reaktor gasifikasi biomass uap dialirkan diantara biomass proses ini disebut hydrogasification
. Kemudian gas yang bercampur dengan serpihan biomass dibersihkan menggunakan cyclone
gas yang sudah bersih dari serpihan dikurangi kandungan tarnya. Kemudian gas dipanasi
untuk memisahkan dengan kandungan uap pada unit heat recovery dan scrubber sehinga
dihasilkan syngas yang bersih siap untuk digunakan. Sebagai bahan bakar gas. Skema proses
pembuatan syngas dapat dilihat pada gambar berikut ini. pada proses yari biomas
Biogas adalah campuran gas metane dan karbon dioksida yang berasal dari proses
anaerobic biomass. Proses pembentukan biogas dimulai dari pemasukan adonan biomass
1. Tahap Hidrolisis
Pada tahap hidrolisis, bahan organik dienzimatik secara eksternal oleh enzim
ekstraselular (selulose, amilase, protease dan lipase) mikroorganisme. Bakteri
memutuskan rantai panjang karbohidrat komplek, protein dan lipida menjadi senyawa
rantai pendek. Sebagai contoh polisakarida diubah menjadi monosakarida sedangkan
protein diubah menjadi peptida dan asam amino.
2. Tahap Asidifikasi (Pengasaman)
Pada tahap ini bakteri menghasilkan asam, mengubah senyawa rantai pendek
hasil proses pada tahap hidrolisis menjadi asam asetat, hidrogen (H2) dan
karbondioksida. Bakteri tersebut merupakan bakteri anaerobik yang dapat tumbuh
dan berkembang pada keadaan asam. Untuk menghasilkan asam asetat, bakteri
tersebut memerlukan oksigen dan karbon yang diperoleh dari oksigen yang terlarut
dalam larutan. Pembentukan asam pada kondisi anaerobik tersebut penting untuk
pembentuk gas metana oleh mikroorganisme pada proses selanjutnya. Selain itu
bakteri tersebut juga mengubah senyawa yang bermolekul rendah menjadi alkohol,
asam organik, asam amino, karbondioksida, H2S, dan sedikit gas metana.
3. Tahap Pembentukan Gas Metana
Pada tahap ini bakteri metanogenik mendekomposisikan senyawa dengan berat
molekul rendah menjadi senyawa dengan berat molekul tinggi. Sebagai contoh
bakteri ini menggunakan hidrogen, CO2 dan asam asetat untuk membentuk metana
dan CO2. Bakteri penghasil asam dan gas metana bekerjasama secara simbiosis.
Bakteri penghasil asam membentuk keadaan atmosfir yang ideal untuk bakteri
Biogas yang terjadi didigester memiliki komposisi gas metane berkisar antara 60-70
%. Gas metane inilah yang digunakan sebagai bahan bakar baik untuk penerangan ataupun
untuk memasak. Sedangkan adonan biomass dan air yang sudah tidak produktif lagi dapat
digunakan sabagai pupuk kompos.
2.2.2.2 Padat
Bahan bakar padat alternatip berasal dari biomass yang mengandung serat kayu
seperti kayu, sekam, baggase, kulit sawit, batang padi, batang jagung serbuk gergaji ataupun
bioarang. Kayu merupakan bahan bakar padat yang dominan dengan rumus kimia CH1.38 O
0.59. Komposisi kayu terdiri dari serat kayu (40%–50%) dan hemicellulose (15%–25%) yang
keduanya diikat bersama-sama oleh lignin (15%–30%).
Hasil analisa ultimasi dari kayu dan beberapa bahan bakar padat lainnya dapat dilihat
pada table 2.6.
Tabel 2.6 Hasil analisa ultimasi dari kayu bakar ref [14]
Komponen kayu Batang padi Baggase
Ash 0,74 % 11,4 % 1,43 %
Carbon 51,94 % 41,77 % 21,33 %
Hydrogen 5,99 % 5,43 % 3,06 %
Sulfur 0,18 % 0,1 % 0,03 %
Nitrogen 0,48 % 0,63 % 0,12 %
Oxygen 40,67 % 38,15 % 23,29 %
Abu dikatakan memiliki titik leleh rendah jika meleleh pada suhu t3 < 13000C, jika
abu meleleh pada suhu 1300 0C < t3 < 1425 0 C abu dikatakan bertitik leleh sedang.
Sedangkan jika abu meleleh pada suhu t3 > 1425 0 C, abu bertitik leleh tinggi.
Slag dapat menutup aliran udara yang masuk di antara batang-batang rooster (kisi-
kisi) dalam ruang pembakaran, menutupi timbunan bahan bakar dan merusak dapur,
serta abu yang terbawa oleh gas asap mengikis bidang pemanasan ketel.
2. Kalor spesifik
0,388 0,00045x t o F , Btu/lb F
0
(2.5)
Sg
Satuan viskositas antara lain: poise, gr/cm detik, atau dengan skala Saybolt
Universal diukur dalam detik.
Catatan: Agar minyak dapat dipompa harus mempunyai viskositas ≤ 10000 detik SU
(Saybolt Universal), dan agar dapat dikabutkan dengan tekanan udara
Contoh 2.1 Tentukan Nilai kalor atas bensin yang memiliki Sg 0,75 dan kayu?.
Solusi : Berdasarkan persamaan 2.2 maka nilai kalor atas bensin (HHV) adalah
HHV 22320 3780 x 0,75 2
20193,75 Btu / lb
Berdasarkan tabel 2.6 dan persamaan 2.1 maka nilai kalor atas dari kayu adalah
HHV 14490 C 61000 H 5550 S
14490 0,5194 610000,0599 5550 0,0018
11190 Btu / lb
Contoh 2.2 Tentukan kebutuhan udara yang digunakan untuk memberikan reaksi pembakaran
yang sempurna 0,02 m3 gas metana (CH4) ?.
Solusi :
CH 4 aO2 3,76 N 2 CO2 2H 2O 3,76 a N 2
Contoh 2.3 Tentukan kebutuhan udara yang digunakan untuk memberikan reaksi pembakaran
yang sempurna 0,02 m3 etanol (C2H6O) ?.
Solusi :
C2 H 6O aO2 3,76 N 2 2CO2 3H 2O 3,76 a N 2
6 1
a 2 3
4 2
MWC 2 H 5 O 2x12 5 x 1 116 45
Agar proses pembakaran sempurna maka kebutuhan udara terhadap bahan bakar
minimal sama dengan perbandingan udara dan bahan bakar stoichiometri, namun agar proses
pembakaran itu bebar-benar sempurna umumnya peralatan-peralatan pembakaran didesain
bekerja pada udara lebih yang besarnya mengikuti persamaan berikut:
A A
F aktual F stoic
% excess air x100 % (2.12)
A
F stoic
Tabel 2.7 memperlihatkan contoh dari rentang udara lebih (excess air) yang
digunakan pada bahan bakar dan peralatan pembakaran tertentu.
Pada sistem perhitungan di Eropa digunakan perbandingan yang terbalik dengan
sistem perhitungan di Amerika, dimana perbandingan dinyatakan dengan perbandingan bahan
Dari definisi diatas campuran bahan bakar dengan udara dikatakan campuran miskin
Ф<1 dan sebaliknya jika Ф>1 maka campuran bahan bakar dengan udara dikatakan campuran
kaya. Untuk Ф=1 maka campuran bahan bakar udara dalam kondisi stoichiometri.
Tabel 2.7 Persentase Excess air yang umum untuk berbagai jenis burner ref [11]
Pada bahan bakar padat adalah sangat penting menghitung abu dan kandungan air
(mositure) dalam bahan bakar untuk menentukan perbandingan bahan bakar udara dan
komposisi gas buang. Analisa berikut ini semua elemen dari reaktan dalam bahan bakar dan
udara diasumsikan terdapat pada hasil gas buang kecuali abu diasumsikan jatuh sebagai
padatan atau mengalir sebagai molten slag menuju bagaian bawah dari ruang bakar.
Keberadaan Nitrogen dan oksigen pada bahan bakar padat sepereti batubara harus
diperhitungkan dalam memperkirakan komposisi gas buang. Sementara karbon monoksida
dan oksigen mungkin terdapat dalam produk pembakaran pada saat yang sama disebabkan
tidak sempurnanya pencampuran bahanbakar dan oksigen. Kita asumsikan pada saat
Contoh 2.4 Komposisi suatu batubara pada kondisi kering dan bebas abu sebagai berikut :
0.87 C, 0.09 H2, 0.02 S, and 0.02 O2 dibakar dengan udara lebih 25 %. Abu ketika dibakar
dan kandungan Moisure berturut-turut 6% dan 4 %.
(a) Berapa perbandingan udara bahan bakar stoichiometric dan aktual ?.
(b) Bagaimana komposisi gas buangnya ?.
Sebelum perhitungan pembakaran dilakukan adalah perlu untuk mengkonversi data
komposisi batubara ke basis ketika dibakar. Perbandingan ketika dibakar dengan massa bebas
abu seperti persamaan 2.1 adalah 1- A- M = 1- 0,06- 0,04 = 0,9. Komposisi ketika dibakar dan
kebutuhan oksigennya adalah :
C O2 CO2
12 kg C + 32 kg O2 44 kg CO2
O2
2,667 kg O2 kg C
C
CO2
3,667 kg CO2 kg C
C
H 2 1 2 O2 H 2O
2 kg H + 16 kg O2 18 kg H2O
O2
8 kg O2 kg H 2
H2
H 2O
9 kg H 2 O kg H 2
H2
S O2 SO2
32 kg S + 32 kg O2 64 kg CO2
O2
1 kg O2 kg S
S
SO2
2 kg SO2 kg S
S
CO2
x C 3,667 kg CO2 kg C x 0,783 kg C
Karbon dioksida : C
2,871 kg CO2 kg batubara
H 2O
x H 2 9 x 0,081
Uap air dari bahan bakar : H 2
0,729 kg H 2 O kg batubara
Sedangkan reaksi fusi adalah kelebihan energi pengikatan akan dikeluarkan dalam
setiap reaksi nuklir yang menyebabkan dua inti bermassa ringan bergabung membentuk
sebuah inti bermassa berat.
Umumnya pada pembangkit listrik tenaga nuklir yang digunakan sekarang ini adalah
reaksi fisi. Pada reaksi fisi bahan bakarnya umumnya adalah uranium yang diperkaya U-235,
Gambar 2.19 Susunan batang bahan bakar nuklir ukuran 15 x 15 ref [6]
Jumlah neutron yang dipancarkan dari hasil reaksi fisi sebanyak 2-3 neutron cukup membuat
reaksi fisi berlanjut. Jumlah Atom (X) pecahan hasil reaksi fisi sebanyak 2-3 atom, dimana
setiap reaksi fisi energi yang dilepaskan mendekati 200 MeV, dengan menggunakan harga ini
kita dapat menghitung jumlah atom dari U-235 yang berfisi perdetiknya untuk menghasilkan
daya satu watt.
1W J 1 MeV fisi
23
3,12 x 1010 (2.14)
200 MeV / fisi W .s 1,6022 x10 J sec ond
Karena masing-masing reaksi fisi berhubungan pemecahan 1 atom U-235, maka untuk
melepaskan energi sebesar 1 joule maka diperlukan 3,12 x 1010 atom yang berfisi. Hal ini
setara dengan massa U-235 yang berfisi sebesar :
Contoh 2.5 Tentukan berapa banyak U-235 yang dibutuhkan untuk menghasilkan energi
panas sebesar 1 MW selama 24 jam (MWd).
Solusi :
Langkah pertama kita tentukan besaran energi 1MWd
6
J 3600 s 24 hr
1MWd 10 8,64 x 1010 J
MW s hr day
Dengan menggunakan persamaan 2.15 kita dapatkan massa U-235 yang diperlukan untuk
menghasilkan 1MWd adalah
Daftar Pustaka
1. Agarwal A. K., Biofuels (alcohols and biodiesel) applications as fuels for internal
combustion engines, 33, 233-271, (2007).
2. Anonim, Combined cycle biomass gasification,
http://www1.eere.energy.gov/industry/forest/pdfs/biomass_gasification.pdf
diakses 26 juni 2007.
3. Anonim, Managing Manure with Biogas Recovery Systems Improved Performance at
Competitive Costs, www.epa.gov/agstar, 15 Mei 2007.
4. Anonim,
http://interactive.usask.ca/skinteractive/modules/search/mineral_types/energy/coal.ht
ml diakses 14 April 2007.
5. Anonim, The Beehive Charcoal Briquette Stove in the Khumbu Region, Nepal,
http://bioenergylists.org/en/node/172 diakses 28 Juni 2007.
6. Anonim, http://www.ocrwm.doe.gov/, diakses 14 Maret 2007
7. Anonim, www.ngi.org diakses 11 Mei 2007.
8. Enger., Smith., Environmental Science, A Study of Interrelationship, 6th ed, McGraw-
Hill Companies Inc.,1998.
9. Ericson P., A., Energy Resource and Avaibility,
http://mae.ucdavis.edu/faculty/erickson/Energy Conversion
diakses 19 Juni 2006.
10. Kammen D, Energy and Society, http://socrates.berkeley.edu/~kammen/er100/
diakses 19 Juni 2006.
11. Kenneth C. Weston, 1992, Energy Conversion, www.personal.utulsa.edu/~kenneth-
weston/ diakses 25 Juni 2007.
12. Nurcholis M., Sutoto S.B., Sumarsih S., 2006, Budidaya Jarak Pagar, Makalah
Seminar Seminar dan pelatihan pengembangan jarak pagar dan industri biodiesel di
Jawa Timur, ITS Surabaya.
13. Raven, 1995, Environment, Saunders Publishing.
Soal Latihan
1. Diketahui Spesific grafity biodiesel dari jarak pagar 0,84-0,88, tentukan nilai kalor
atasnya.
2. Jika bahan bakar biodesel pada No. 1 di campurkan ke bahan bakar solar dengan
Spesific gravity 0,83-0,87 dengan perbandingan biodiesel dengan solar 1: 9. Tentukan
nilai kalor campuran tersebut.
3. Diketahui Spesific grafity dari etanol adalah 0,796, tentukan nilai kalor atasnya.
4. Jika Etanol pada No. 3 di campurkan ke bahan bakar bensin dengan Spesific gravity
0,72-0,78 dengan perbandingan biodiesel dengan solar 1: 9. Tentukan nilai kalor
campuran tersebut.
5. Tentukan kebutuhan udara yang digunakan untuk memberikan reaksi pembakaran
yang sempurna 0,02 m3 metanol (CH4O).
6. Berapakah perbandingan udara bahan bakar actual untuk methanol dengan
pembakaran dengan menggunakan udara lebih sebesar 15 % ?.
7. Komposisi suatu batubara pada kondisi kering dan bebas abu sebagai berikut : 0.85 C,
0.1 H2, 0.02 S, and 0.03 O2 dibakar dengan udara lebih 25 %. Abu ketika dibakar dan
kandungan Moisure berturut-turut 10 % dan 3 %.
a. Berapa perbandingan udara bahan bakar stoichiometric dan aktual ?.
b. Bagaimana komposisi gas buangnya ?.
8. Suatu batubara dengan kandungan abu 8% dan moisture 4 % serta hasil analisa flue
gas diperolehlah :
Fraksi volume (%)
Gas BM Mass (kg) Mol
Wet gas Dry gas
CO2 44 2,79 0,0634 11,93 12,93
O2 32 0,73 0,0228 4,29 4,65
N2 28 11,43 0,4043 76,09 82,42
H2O 18 0,89 0,0408 7,69
Total 15,84 0,5313 100,00 100,00
Motor pembakaran dalam terbagi menjadi dua yaitu motor yang bekerja berdasarkan
prinsip Niklaus Otto atau yang dikenal dengan mesin bensin dan Rudolf Diesel. Atau yang
dikenal dengan mesin diesel. Mesin bensin banyak digunakan untuk transportasi pribadi dan
penggerak yang bertenaga kecil sedangkan mesin diesel biasanya digunakan untuk
transportasi massal seperti bus, kapal ataupun penggerak yang bertenaga besar seperti
pembangkit listrik tenaga diesel.
Volume dari silinder piston dapat ditentukan sebagai fungsi crank angle dari
Perbandingan kompressi, panjang langkah (stroke), diameter dan panjang connecting rod.
Parameter geometric dari silinder piston di representasikan pada gambar 3.4.
Dimana dari gambar 3.4. notasi b adalah diameter silinder, s adalah stroke, l adalah
panjang connecting rod, a adalah crank radius (= ½ s), adalah sudut crank, TDC adalah top
dead center dan BDC adalah bottom dead center .
Sudut crank 00 merupakan posisi TDC atau juga dikenal dengan volume sisa, Vc.
Pada posisi BDC sudut crank adalah 180 o. Pada posisi ini volume dari silinder adalah
maksimum, V1. Perbedaan antara volume maksimum dan minimum disebut dengan volume
langkah, Vd.
Vd V1 Vc
2
b s (3.1)
4
Volume total silindere :
Vi Vc b2s (3.2)
4
Dengan menggunakan gambar 3.5, maka hubungan geometi untuk x dapat dibangun.
1
x a l l 2 a 2 sin 2 2 a cos
(3.3)
1
V
Vd V
d
r 1 2
2 2
1 R cos R sin
2
(3.8)
dimana R 1
a
V1
dimana CR Compressi Ratio
V2
Compressi ratio ini dapat divusialisaikan seperti terlihat pada gambar 3.4
Temperatur pada titik 2 dicari dengan persamaan berikut :
k 1
T2 V1
CR k 1
T1 V2
1, 4 1
V
T2 T1 1 T1CR 0, 4 (3.11)
V2
2. Setelah mencapai titik mati atas campuran bahan bakar dan udara yang telah ditekan
tadi dicetus oleh loncatan bunga api dari busi seperti terlihat pada gambar 3.4.
(3)
Pada langkah ini ada panas yang masuk pada volume tetap dengan
persamaan berikut ini :
Q23 m Cv T3 T2 (3.12)
dimana :
Q2→3 : Panas yang diberikan ke sistem
Cv : Konstanta panas pada volume tetap
m : massa udara dalam silinder
T3, T2 : temperature di titik 3 dan titik 2
4. Setelah langkah kerja gas dalam silinder didinginkan pada volume tetap seperti yang
terlihat pada gambar 3.6
Panas yang dibuang pada langkah ini mengikuti formula sebagai berikut
Q41 m Cv T4 T1 (3.14)
Dari persamaan 3.9 ini terlihat bahwa effisiensi thermal dari siklus Otto dipengaruhi
oleh compressi ratio dimana semakin tinggi compressi ratio maka effisiensi
thermalnya juga meningkat lihat gambar 3.12
Contoh 3.1
Udara pada tekanan 100kPa dan temperature 200 C ditekan secara isentropic
dengan kompressi ratio 8 pada siklus Otto. Kemudian udara dipanasi pada hingga
mencapai temperatur 15000 C. Kemudian udara yang telah dipanasi berekspansi
secara isentropic pada kondisi awal. Hitunglah berikut ini:
a. Effissiensi thermal
b. Panas input per kg udara
c. Kerja siklus per kg udara
d. Tekanan Maksimum proses
1 CR 0, 4
1 8 0 , 4
0,565
b. Panas input per kg campuran udara dan bahan bakar diperoleh dari persamaan 3.12
Q2 3
Cv T3 T2
m
Catatan temperature selalu dalam skala absolute, maka
T1 = 20 + 273 = 293 K
T3 = 1500 + 273 = 1773 K
T2 dicari dengan persamaan 3.11
T2 T1CR 0, 4
0, 4
293 8
673,1 K
Maka
Q23
7181773 673,1 j / kg
m
789,7 kJ / kg
c. Kerja siklus per kg campuran udara dan bahan bakar diperoleh dari persamaan 3.15
wcycle
Q23
wcycle Q23
0,565 789,7 kJ / kg
446,6 kJ / kg
d. Tekanan Maksimum proses
Berdasarkan persamaan gas ideal
V1 V
P1 P3 3
T1 T3
T3V1
P3 P1
T1V3
V1
Catatan CR , maka
V3
1773
100 8 kPa
293
4840 kPa
V3
Dimana disebut juga dengan Cut Off Ratio (COR) sehingga persamaan 3.21
V2
menjadi :
T3 COR T2 (3.22)
Udara yang dipanasi akan berekspansi (proses 3→4). Setelah itu udara didinginkan (proses
4→1).
Kerja siklus pada siklus diesel ideal ini adalah :
wcycle Qin Qout
Sedangkan effisiensi thermal dari sikulus ideal Diesel adalah sebagai berikut :
C v T4 T1
1 (3.24)
C p T3 T2
Cv 1
dimana (3.25)
Cp k
1 CORk 1
1 (3.27)
CR k 1 k CR 1
Contoh 3.2
Suatu mesin diesel dengan kompressi ratio 20 dan Cut Off Ratio 2 dan temperature awal
kompressi 150 C dengan tekanan 1 bar, tentukanlah:
a. Effissiensi thermal
b. Temperatur maksimum siklus diesel
c. Panas input per kg campuran udara dan bahan bakar
d. Kerja siklus per kg campuran udara dan bahan bakar
Jika diketahui Cp = 1005 J/kg Cv = 718 J/kg dan R = 287 J/kg K dan k = 1,4
a. Effissiensi thermal diperoleh dari persamaan 3.27
1 COR k 1
1
CR k 1 k COR 1
1 21, 4 1
1 1,42 1
200, 4
0,647
b. Temperatur maksimum siklus diesel (T3)
T3 diperoleh dengan persamaan 3.22
T3 COR T2
Sedangkan T2 diperoleh berdasarkan persamaan 3.14
1909 K
c. Panas input per kg campuran udara dan bahan bakar diperoleh berdasarkan
persamaan 3.20
Q23 m C p T3 T2
Q 2 3
C p T3 T2
m
1005 1909 954,5 J / Kg
959300 J / Kg
d. Kerja siklus per kg udara
wcycle Q23
0,647 959300 J / kg
620600 J / kg
Mesin bensin dua langkah menghasilkan daya keluaran yang lebih besar
dibandingkan mesin bensin empat langkah untuk ukuran silinder yang sama Hal ini
disebabkan untuk menghasilkan daya, poros engkol cukup berputar satu putaran sedangkan
pada mesin bensin empat langkah membutuhkan poros engkol berputar dua putaran.
Konsep dari mesin bensin empat langkah dapat dilihat pada gambar 3.16. dimana
langkah pertama adalah pemasukan campuran udara dan bensin keruang baker. Setelah itu
langkah kedua campuran udara dan bensin ditekan beberapa saat sebelum titik mati atas
c. Bsfc adalah konsumsi bahan bakar nyata yang merupakan indicator iritnya
pemakaian bahan bakar oleh suatu engine satuannya lbm/ hp.jam.
.
m
Bsfc (3.30)
Bhp
d. Effisiensi Thermis th adalah parameter yang menggambarkan tingkat
Contoh 3.3
Suatu mesin bensin Toyota 4K dengan data sebagai berikut:
Jumlah silinder 4
Diameter dan panjang stroke adalah 75 mm dan 62 mm
LHV = 18500 Btu/lb
Kompressi Ratio 9,5 : 1
Mesin ini diuji pada engine dynamometer diperoleh hasil pada putaran 1000 rpm sebagai
berikut : untuk menghabiskan 25 gr bahan bakar diperlukan waktu 18,305 detik dengan torsi
yang dihasilkan 9 kgf m. Tentukan Bhp, Bmep, Bsfc dan th engine Toyota 4K ini.
Solusi :
Konsumsi bahan bakar m
25 gr kg 3600 s 2,2046 lbm
m x x x
18,305 s 1000 gr jam kg
10,8393 lbm
jam
Volume silinder
d 2l
V
4
0,0752 0,062
4
2,73910 4 m 3
2,73910 4 m 3 x
3,28083 ft 3
m3
0,00967 ft 3
Torsi
9,8 N 3,208 ft lbf
T 9 kgf m x x x
kgf m 4,45 N
63,583 lbf ft
Summary
Motor pembakaran dalam yang banyak dipergunakan sekarang secara prinsip bekerja
berdasarkan siklus Otto dan Diesel. Motor pembakaran dalam yang bekeja berdasarkan
prinsip siklus Otto dikenal dengan mesin bensin sedangkan Motor pembakaran dalam yang
bekerja berdasarkan sikulus Diesel disebut Mesin Diesel. Mesin bensin dan Diesel ini
berdasarkan metoda menghasilkan kerja dikelompokkan menjadi dua yaitu mesin dua lagnkah
dan mesin empat langkah. Secara prinsip mesin bensin dan Diesel berbeda dalam hal cara
masuk fluida ke ruang bakar pada langkah isap. Untuk mesin bensin fluida yang masuk
Soal Latihan
3. Plotkanlah posisi crank-slider terhadap sudut crank. Gunakan program spread sheet
Excel.
4. Udara pada tekanan 98 kPa dan temperature 270 C ditekan secara isentropic dengan
kompressi ratio 9,1 pada siklus Otto. Kemudian udara dipanasi pada hingga mencapai
temperatur 14500 C. Kemudian udara yang telah dipanasi berekspansi secara
isentropic pada kondisi awal. Hitunglah berikut ini:
a. Effissiensi thermal
b. Panas input per kg udara
c. Kerja siklus per kg udara
d. Tekanan Maksimum proses
5.
5.
6. Suatu mesin diesel dengan data seperti diagram p-v diatas dengan temperature awal
kompressi 150 C dengan tekanan 1 bar, tentukanlah:
a. Effissiensi thermal
b. Temperatur maksimum siklus diesel
c. Panas input per kg udara
d. Kerja siklus per kg udara
7. Mesin bensin 4 tak dengan jumlah silinder 4 beroperasi pada putaran 3500 rpm
memiliki bmep 80 psi dan volume silinde 800 cc. Kondisi atmosperik 1 atm dan 27 0
C.
a. Jika panjang langkah 10 cm berpakah diameter silinder
b. Berapa Bhp nya?.
Toyota 4K ini.
Pompa dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama yaitu kinetik pump dan
positive displacement pump lihat gambar 4.2. Prinsip kerja pompa perpindahan positip adalah
pompa mentransfer energi yang diperoleh dari penggerak secara periodik oleh gerakkan
bolak-balik piston ataupun gerakan squeezing dari gear, lobe, screw ataupun diapragma yang
menghasilkan kenaikkan tekanan pada media yang dipompakan. Beberapa gambar pompa
perpindahan positip dapat dilihat pada gambar 4.3.
Lobe
Rotary
Pumps
Gear
Positive
Displacement Screw
Reciprocating
Pumps
Pumps
Radial
Centrifugal Mix
Pumps
Axial
Kinetics
Regeneratif
Turbine
Pada pompa sentrifugal pemilihan bentuk impeler ditentukan oleh suatu bilangan
tanpa dimensi yaitu kecepatan spesifik yang dipaparkan dibawah ini
rpm Q
NS (4.1)
H 1/ 3
Air didesain memiliki nilai spesifik gravitynya adalah 1. Sedangkan fluida memiliki
nilai spesifik gravitynya bisa lebih ataupun kurang dari nilai spesifk gravity dari air. Spesifik
gravity berkaitan erat dengan tekanan atau head yang nantinya berpengaruh pada konsumsi
daya penggerak pompa (lihat gambar 4.6).
Gambar 4.6. Pengaruh spesifik gravity pada static head yang sama pada tekanan
dan daya poros
Berikutnya sifat phisik dari fluida adalah viskositas. Viskositas didefinisikan sebagai
sifat yang menunjukkan ukuran tahanan fluida untuk mengalir. Hal ini menggambarkan
adanya gesekan internal dalam fluida yang bergerak. Suatu fluida dengan viskositas yang
besar sulit untuk bergerak karena molekul-molekul fluida tersebut memberikan gesekan
internal yang besar. Sebaliknya jika viskositas suatu fluida rendah mengalir dengan mudah
dikarenakan gesekan internal antar molekulnya sangat kecil.
. Untuk beberapa aplikasi viskositas kinematik lebih berguna daripada viskositas
absolute, dimana viskositas kinematik dapat diformulasikan sebagai berikut:
v (4.3)
Tekanan dapat dibagi menjadi tekanan atmosfir, tekanan absolute, tekanan terukur.
Tekanan atmosfir adalah tekanan udara bebas yang besarnya 14,7 psia. Untuk tekanan terukur
adalah tekanan yang terbaca pada alat ukur. Sedangkan tekanan absolute adalah jumlah
tekanan terukur dan tekanan atmosfir dimana hubungan ini dapat diformulasikan sebagai
berikut:
PTot Pg Patm (4.5)
Head Pompa
Head adalah suatu kuantitas yang mengekspresikan kandungan energi per unit berat
suatu cairan yang ditinjau dari datum tertentu dengan satuan tinggi kolom cairan ft atau m.
Head pompa atau head total pompa adalah tinggi tekan yang harus diatasi oleh pompa untuk
mengalirkan suatu fluida yang merupakan jumlah dari perbedaan pressure head dari sisi
discharge dan suction dengan head losses yang terjadi ditambah perbedaan statik head
ditambah dengan velocity head, dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Bernoully
sebagai berikut :
2 2
P2 P1 V2 V1
H Z 2 Z1 H LT (4.6)
2g
Dimana :
H : Head pompa (m or ft )
P1
: Pressure head pipa isap (m or ft )
P2
: Pressure head pipa tekan (m or ft )
2
V2
: Velocity head pada pipa tekan (m or ft ).
2g
2
V1
: Velocity head pada pipa hisap (m or ft ).
2g
HLT : Head loss total yang terjadi disepanjang
Pada pompa sentrifugal head yang dibentuk oleh dimensi impeller diperoleh dengan
menggunakan persamaan berikut:
V2
H (4.7)
2g
dimana
V : Kecepatan pada tip impeller (ft/sec)
g : gravitasi bumi (32,2 ft/sec2)
dimana
n : putaran poros, rpm
D : diameter impeller, in
H
n x D 2 (4.9)
3,375 x 10 6
Static Head
Static head adalah total perubahan ketinggian dari cairan yang dipompakan yang
diukur dari permukaan cairan dalam tandon pasok ke tandon penampung. Terminologi suction
lift diberikan jika ketinggian dari permukaan tandon pasok dibawah centerline pompa,
sebaliknya jika permukaan tandon pasok lebih tinggi daripada centerline pompa disebut
dengan Static suction head. Static discharge head adalah terminologi perbedaan ketinggian
antara centerline pompa dengan permukaan tandon penampung lihat gambar 4.8.
Gambar 4.8. Static suction lift, static discharge head dan total static head
Sedangkan daya motor juga dikenal dengan Brake horsepower (BHP) adalah daya
aktual yang diperlukan untuk menggerakkan pompa pada kapasitas dan total head tertentu.
Besarnya BHP dihitung dengan persamaan berikut ini:
Q x H x s.g WHP
BHP (4.11)
3960 x
: effisiensi Pompa
Daftar Pustaka
1. Bachus., Larry , “Know and understand centrifugal pumps “, Elsevier, 2003.
2. Johann Friedrich Gülich., “Centrifugal Pumps“,Springer, Heidelberg, 2008.
3. Igor J.,K at. All, “Pump Handbook”, Mc Graw-Hill, 2001.
Soal Latihan
1. Tentukan BHP pompa dengan effisiensi 70% yang mendistribusikan bahan baker
solar dengan nilai S.G = 0,8 dengan total head 29 ft dan debit aliran 300 gpm ?
2. Tentukan jenis impeller untuk pompa pada soal no. 1
3. Tentukan)
Pembangkit listrik tenaga air memanfaatkan situasi ini dengan menaruh pipa menuju
turbin pada bagian bawah dari bendungan sehingga diperoleh laju aliran air yang besar serta
ketinggian air yang jatuh yang besar pula lihat gambar 5.1.
Prinsip kerja dari pembangkit listrik tenaga air yaitu mengubah energi mekanik
menjadi enegi listrik. Energi potensial yang dikandung oleh air pada ketinggian tertentu
diubah menjadi energi kinetic ketika air mengalir kepipa menuju turbin, kemudian energi
Gambar 6.2 Prinsip konversi energi pada pembangkit listrik energi air
Adapun air yang telah menggerakkan poros kemudian dibuang ke pipa drainase yang
disebut dengan tailrace ke sungai untuk keperluan lainnya seperti suplai air bersih ataupun
irigasi.
Pemilihan jenis turbin yang cocok suatu konstruksi bendungan seperti yang telah
disebutkan diatas tergantung pada ketinggian air jatuh dan debit aliran air, untuk
Dari gambar 5.4 terlihat bahwa turbin pelton digunakan untuk debit aliran yang kecil
dengan ketinggian jatuh yang besar. Turbin Pelton terdiri dari mangkok-mangkok yang
dipasakkan disekeliling wheel (roda). Air dari bendungan dialirankan melalui nozzles pada
kecepatan yang tinggi memukul mangkok sehingga mendorong roda untuk berputar.
Konstruksi turbin pelton dalam pembangkit listrik tenaga air dapat dilihat pada gambar 5.5.
Gambar 5.5. Konstruksi turbin pelton dalam pembangkit listrik tenaga air
Q 0,5
n qr n (5.1)
H 0.75
dimana
H = tinggi jatuh air, m
Q = kapasitas aliran, m3/s
n = putaran turbin, rpm
Contoh 5.1 Tentukan jenis turbin yang digunakan untuk pembangkit listrik tenaga air dengan
kapasitas 12 m3/s dengan tinggi jatuh 60 m dan turbin dirancang berputar dengan kecepatan
150 rpm?.
Solusi:
Berdasarkan persamaan 6.1 dan gambar 6.4
120,5
nqr 150 0.75
60
80
Jadi jenis turbin untuk permasalahn pada contoh 6.1 adalah turbin Francis
Turbin Francis turbine digunakan dimana debit aliran cukup besar dan tinggi jatuh air
yang cukup tinggi. Turbin Francis hampir sama dengan kincir air yang terdiri dari roda
berputar dengan bilah yang tetap diatar kedua rimnya. Roda ini disebut dengan runner. Suatu
bilah penuntun diberikan disekeliling runner untuk mengontrol aliran air dan jumlah air yang
diumpankan untuk menggerakan turbin. Konstruksi turbin Francis dalam pembangkit listrik
tenaga air dapat dilihat pada gambar 5.6.
Jenis turbin berikutnya adalah turbin Propeller atau yang dikenal dengan turbin Kaplan.
Penggunaan turbin ini untuk kondisi kerja debit aliran yang besar dan tinggi jatuh air yang
rendah. Prinsip kerja dari turbin Kaplan hampir sama dengan propeller dari kapal namun yang
membedakannya adalah bilah dari turbin Kaplan dapat diatur sesuai dengan debit aliran yang
mengalir melintasi bilah turbin Kaplan sehingga hal ini menyebabkan turbin Kapla
Kaplan selalu
beroperasi secara effisien walupun tinggi jatuh air bervariasi akibat perubahan musim pada
daerah reservoir.
Gambar 5.7 Konstruksi Turbin Kaplan pada pembangkit listrik tenaga air
Tabel 5.1 Nama bendungan dan Negara yang memiliki pembangkit listrik tenaga air skala besar
2. Vertikal axis
Vertikal axis adalah arah angin tegak lurus dengan poros pada kategori ini adalah
turbin angin terdiri dari :
Turbin angin yang berkerja berdasarkan gaya drag contoh turbin angin
sovanius
Turbin angin yang berkerja berdasarkan gaya lift contoh turbin angin
Darrieus seperti gambar dibawah ini :
Buatlah indek 1 untuk udara yang mangalir didepan WEC, indek 2 di converter (rotor) dan
indek 3 didownstream dari WEC, energi yang dapat diekstrak adalah :
Pextr
1
2
A1v1 v12 v32 (5.4)
A1 tidak diketahui karena hanya permukaan dari rotor yang diketahui sehingga dengan
melakukan pendekatan bahwa daya yang diektrak oleh turbin sama dengan gaya yang
berkerja pada rotor sehingga :
Pextr S1v2 (5.5)
.
dengan S mv1 v3 A1v1v1 v3 (5.6)
Pextr
1
4
A2 v1 v3 v12 v32 (5.8)
1
Jika persamaan 5.8 dibagi dengan P A2v13
2
maka keefektifan WEC mengekstrak energi angin yang biasanya disebut power Coefficient
(Cp), adalah
P 1
C p extr 1 x 2 1 x
P 2
(5.10)
dan
sehingga daya ideal yang dapat diekstrak oleh WEC (Pideal) adalah
1
Pideal C p , max A2 v13 (6.11)
2
dimana P = Daya Keluaran, Watt
Cp = power coefficient
= Densitas udara,1.225 kg / m3 tergantung dari suhu udara
A = Luasan rotor
Power coefficient dari beberapa turbin angin dengan memperhatikan rasio kecepatan
turbin dan kecepatan angin dapa dilihat pada gambar berikut :
Propeller
Darrieus
Sovanius
Gambar 5.13 Power coefficient fungsi tip rasio dari beberapa jenis turbin angin
Pt m Pm (5.13)
Sama dengan sebelumnya daya output dari generator (Pe) dihasilkan dari daya transmisi
dengan effisiensi generator ( g )
Pe g Pt (5.14)
Jika kita substitusikan mulai dari persamaan 5.12, 5.13 ke persamaan 5.14 maka diperolehlah
hubungan daya keluaran listrik dari daya angin
Pe C p g m Pideal (5.15)
Proses konversi energi angin menjadi energi lsitrik dapat dilihat pada bagan energi berikut ini:
Daftar Pustaka
Soal Latihan
1. Tentukan jenis turbin yang digunakan untuk pembangkit listrik tenaga air dengan
kapasitas 15 m3/s dengan tinggi jatuh 20 m dan turbin dirancang berputar dengan
kecepatan 500 rpm?.
2. Jika konsumsi energi perkapita suatu daerah 3500 kWh/tahun dan effisiensi turbin
0,9. Tentukan berapa orangkah yang dapat dipenuhi kebutuhan energinya dengan data
seperti soal No.1 ?.
3. Rancanglah turbin angin tipe darrieus dengan tip speed ratio 4 untuk daya keluaran
listrik 600 W, kecepatan angin rata-rata 7,5 m/s , effisiensi mekanis = 0,89 ; effisiensi
generator = 0,9
4. Buatlah grafik Daya keluaran listrik (sumbu y) dengan kecepatan angin (sumbu x)
untuk turbin angin tipe propeller dengan tip speed ratio 5 diameter propeller 20 m
data kecepatan angin 5 m/s, 7,5 m/s, 10 m/s, 12,5 m/s dan 15 m/s
5. diketahui effisiensi mekanis = 0,89 ; effisiensi generator = 0,9
6. seperti No.1 Jenis turbin sovanius tip speed ratio 1
7. seperti No.2 Jenis turbin angin Darrieus dengan tinggi 20 m diameter 6 m
BAB 6
6.1. Pendahuluan
Sampai saat ini kita telah membahas heat engine yang membawa kita sebuah jawaban
dari pertanyaan thermodinamika bagaimana energi kimia pada bahan bakar fossil
dikonversikan menjadi kerja dan penggerak. Sekarang kita alihkan perhatian pada pertanyaan
selanjutnya, bagaimana energi thermal dapat dipindahkan dari daerah dingin ke daerah panas
?.
Clausius pada hukum kedua termodinamika menyatakan bahwa tidak mungkin
membangun suatu peralatan yang beroperasi secara siklus untuk memindahkan panas dari
daerah dingin ke daerah panas tanpa bantuan peralatan dari luar. Peralatan ini dikenal dengan
unit pendingin. Pernyataan Clausius ini dapat diskemakan seperti pada gambar 6.1
Wsiklus
Gambar 6.1. Skema pernyataan Clausius pada batasan hukum kedua termodinamika
2. Kompressor yang berfungsi menekan refrigerant ( fluida kerja ) menuju kondisi kerja
dari kondensor. Kompressor juga berfungsi untuk mensirkulasikan refrigeran pada
siklus kompressi uap. Umumnya jenis kompressor yang digunakan pada sistem
pendingin yaitu jenis screw compressor, reciprocating compressor dan rotary
compressor.
4. Komponen terakhir dalam siklus kompresi uap adalah katup ekspansi. Alat ini
berfungsi meneurunkan tekanan refrigeran yang keluar dari kondensor dan mengatur
jumlah massa refirgerant yang mengalir ke evaporator.
Salah satu bentuk susunan mesin pendingin yang yang utuh dapat dilihat pada gambar
6.7.
6.3 Refrigeran
Refrigeran adalah fluida kerja pada sistem pendingin yang digunakan untuk menyerap
dan melepaskan panas. Refrigeran menyerap panas pada tekanan dan temperatur rendah
1. Senyawa halokarbon adalah senyawa yang mempunyai satu atau lebih atom –atom
halogen (Klorin, Flourin dan Bromin). Ketentuan bilangan, nama kimia dan rumus
kimia dari sejumlah anggota kelompok ini yang ditemukan dalam perdagangan adalah
sebagai berikut : untuk penomoran angka pertama dari kanan adalah jumlah atom
fluorin dlam ikatan, angka kedua ddari akanan adalah jumlah atom hidrogen ditambah
angka satu dan angka ketiga dari akan adalah jumlah atom karbon dikurangi satu. Jika
bilangan ketiga berharga nol diperbolehkan. Senyawa halokarbon yang umunya
ditemui dipasaran dapat dilihat pada tabel 6.1.
Tabel 6.1. Refrigeran halokarbon yang umumnya ditemui dipasaran ref [3]
Penomoran Nama Kimia Rumus kimia
11 Trikloromonofluorometana CCl3F
12 Diklorodifluorometana CCl2F2
13 Monoklorotrifluorometana CClF3
22 Monoklorodifluorometana CHClF2
40 Metil klorida CH3Cl
113 Triklorotriofluoroetana CCl2FCClF2
114 Diklorotetrafluoroetana CClF2CClF2
4. Senyawa Azeotrop adalah refrigeran campuran dua refrigeran secra distilasi dan tidak
dapat dipisahkan contohnya refrigeran 502 yang merupakan campuran dari 48,8 %
refrigran 22 dan 51,2 5 refrigeran 115.
Gambar 6.8. Siklus kompressi uap satu tingkat (a) skema sistem; (b) diagram p-h
(c) diagram T-s
Dimana
Wcomp = Kerja kompressor, kW atau hp
.
m = Laju aliran refrigeran, kg/s atau lb/s
h2 = Entalphi titik 2 (keluar kompressor), kJ/kg atau Btu/lb
h1 = Entalphi titik 1 (masuk kompressor), kJ/kg atau Btu/lb
Proses kondensasi dari 2 ke 3 adalah proses perubahan phase refrigeran dari gas
menjadi cair. Pada proses ini refrigeran melepas panas sebesar :
.
QCond m h2 h3 (5.2)
Dimana
QCond = Panas yang dilepas oleh kondensor, kW atau hp
Dimana
Q Evap = Panas yang dilepas oleh kondensor, kW atau hp
Solusi : Problem diatas jika diplotkan di grapik R-22 terlihat pada gambar berikut ini:
Gambar 6.10. Siklus kompressi uap satu tingkat dengan alat penukar kalor
(a) skema sistem; (b) diagram p-h
Pada sistem ini panas yang dikandung oleh refrigeran setelah keluar dari kondensor
diserap oleh refrigeran yang keluar dari evaporator sehingga refrigeran disisi kondensor
mengalami pendinginan lanjut sedangkan disisi evaporator refrigeran mengalami penguapan
lanjut, besar kenaikan temperatur refrigeran disisi evaporator sama dengan besarnya
penurunan temperatur disisi kondensor.
3. Kerja kompressor
Contoh dari sebuah keseimbangan yang diperlihatkan pada gambar 5.13 jika suhu air
murni 40 0C tekanan uapnya 7,38 kPa. Tekanan uap yang sama akan ditimbulkan oleh larutan
LiBr-air pada temperatur 80 0C dan konsentrasi x = 59 % dari massa LiBr. Selain itu banyak
lagi kombinasi temperatur dan konsentrasi larutan LiBr yang juga memberikan tekanan uap
7,38 kPa.
Contoh 5.3 Hitunglah laju aliran refrigeran (air) yang melalui kondensor dan evaporator pada
siklus refrigerasi absorpsi LiBr seperti pada gambar 5.16, jika pompa memberikan laju aliran
sebesar 0,6 kg/s dan temperatur berikut konstan yaitu generator 100 0C, kondensor 40 0C,
evaporator 10 0C dan absorber 30 0C.
Gambar 6.17 menunjukkan keangka diagram p-x-t yang diambil dari gambar 5.15 untuk
memperlihatkan titik-titik keadaaan larutan LiBr. Larutan yang meninggalkan suatu
komponen merupakan wakil dari larutan dalam komponen itu, sehingga keadaan larutan
pada titik 2 yang meninggalkan generator jika dicari pada gambar 6.17 adalah
perpotongan antara suhu larutan 100 0C dn tekanan 7,38 kPa. Konsentrasinya yaitu
x2 0,664 . Sedangkan larutan yang meninggalkan absorber evaporatopada suhu 30 0C
dan tekanan 1,23 kPa maka x1 0,5 .
. . .
m1 m 2 m3
Kesimbangan LiBr
. .
m1 x1 m 2 x2
.
. m1 x1
m2
x2
. 0,6 0,5
m2 kg / s 0,452 kg / s
0,664
. . .
m 3 m1 m 2
0,6 0,452 kg / s 0,148 kg / s
Contoh 5.4 Seperti problem 5.3 hitunglah QGen, QCond, QEvap, QAbs dan COP sistem.
Solusi :
Dari contoh 5.3 diperoleh data sebagai berikut:
. . . . .
m1 0,6 kg / s ; m 2 0,452 kg / s ; m 3 m 4 m 5 0,148 kg / s .
x1 0,5 ; x2 0,664 .
h1 h 30 0 C , 50% 168 kJ / kg
h2 h100 0 C , 66,4 % 52 kJ / kg
Entalpi-entalpi Air murni pada tingkat keadaan cair dan uap jenuh dapat dilihat pada lampiran
A-1.
h4 h f 40 0 C 167,5 kJ / kg
h5 h g 10 0 C 2520 kJ / kg
Pada Kondensor :
. .
m 3 h3 QCond m 4 h4
. .
QCond m 3 h3 m 4 h4
Pada Evapotor :
. .
m 5 h5 m 4 h4 Q Evap
. .
Q Evap m 5 h5 m 4 h4
Pada Absorber:
. . .
m1 h1 Q Abs m 2 h2 m 5 h5
. . .
Q Abs m 2 h2 m 5 h5 m1 h1
QEvap 348,2
COP 0,736
QGen 473,3
Daftar Pustaka
1. Anonim, http://www.hill.com.au/images/photos/Photo20Refrigeration.jpg
a. diakses 20 juni 2007.
2. Shan K Wang., Handbook of Air Conditioning and , 2th ed, McGraw-Hill Companies
Inc.,2001.
3. Stoecker, W. F., J. W. Jones., Refrigeration and Air Conditioning, 2th ed, McGraw-
Hill Companies Inc.,1982.
Soal Latihan
1. Sistem kompressi uap berkapasitas 1500 ton refrigerasi menggunakan R-22 sebagai
refrigeran. Uap jenuh dari R-22 masuk ke kompressor pada -10 0C dan suhu
kondensasi pada 40 0C. Tentukan.
a. Dampak refrigerasi
b. Laju aliran refrigeran
c. Kerja kompressor
d. COP
2. Sistem kompressi uap si menggunakan R-22 sebagai refrigeran. Evaporator menyerap
panas pada -5 0C, dan suhu kondensasi pada 30 0C. Tentukan.
a. Dampak refrigerasi, kJ/kg
b. Laju aliran refrigeran, kJ/kg
c. Kerja kompressor, kJ/kg
d. COP
3. Sistem kompressi uap si menggunakan R-22 sebagai refrigeran menggunakan
penukar kalor jalur cair ke uap. Penukar kalor tersebut menghangatkan uap jenuh
yang berasal dari Evaporator dari suhu -10 0C menjadi 5 0C dengan cairan yang
datang dari kondensor 30 0C. Tentukan.
a. COP sistem tanpa penukar kalor
b. COP sistem dengan penukar kalor
c. Jika laju aliran 12 liter/detik berapakah kapasitas pendinginan tanpa penukar
kalor.
Tentukan.
a. Dampak refrigerasi
b. Laju aliran refrigeran
c. Kerja kompressor
d. COP
5. Hitunglah laju aliran refrigeran (air) yang melalui kondensor dan evaporator pada
siklus refrigerasi absorpsi LiBr seperti pada gambar berikut ini, jika pompa
memberikan laju aliran sebesar 0,6 kg/s dan temperatur berikut konstan yaitu
generator 105 0C, kondensor 35 0C, evaporator 5 0C dan absorber 30 0C.
10. Seperti problem 5 hitunglah QGen, QCond, QEvap, QAbs dan COP sistem.
11. Seperti problem 5 dengan laju aliran sebesar 0,4 kg/s dan temperatur berikut konstan
yaitu generator 105 0C, kondensor 40 0C, evaporator 10 0C dan absorber 35 0C.
Htiunglah laju aliran refrigeran (air) yang melalui kondensor dan evaporator pada
siklus serta QGen, QCond, QEvap, QAbs dan COP sistem.