Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH PROSES INDUSTRI KIMIA

“ ASAM TEREFTALAT ”

Disusun oleh:

KELOMPOK 5 :

Ketua : Luli Nur Irmalasari (21030115120067)


Sekretaris : Nur Haniza Roviqoh Dewi (21030115120022)
Wakil Ketua : Putri Ade Riswanti (21030115120100)
Wakil Sekretaris : Rastra Patria Dwinayoka (21030115140172)
Anggota : Yuly Anggianto (21030115120097)

UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
KATA PENGANTAR

Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, taufik serta hidayah-Nya makalah berjudul “ ASAM TEREFTALAT” ini dapat
terselesaikan dengan baik. Diharapkan makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan mengenai produksi Asam Tereftalat dalam
industri.
Adapun dalam penyusunan makalah ini tentu tidak akan sempurna tanpa
bantuan pihak lain. Oleh karena itu terimakasih untuk Bapak Ir. Slamet Priyanto, MS.
Selaku dosen pembimbing mata kuliah Proses Industri Kimia yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan makalah ini jauh dari sempurna.Mohon maaf apabila dalam
penyusunannya terdapat kekurangan. Maka kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan demi perbaikan di masa depan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat diambil hikmah dam manfaatnya sehingga
dapat memberikan inspirasi kepada pembaca.

Semarang, September 2016


Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................................iii
Daftar Tabel......................................................................................................................iv
Daftar Gambar...................................................................................................................v
Intisari...............................................................................................................................vi
Bab I Pendahuluan.............................................................................................................1
Bab II Tinjauan Pustaka....................................................................................................3
Bab III Pembahasan.........................................................................................................14
Bab IV Penutup...............................................................................................................27
Daftar Pustaka

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kebutuhan Impor Asam Terephtalat di Indonesia
Tabel 3.1 Tinjauan Thermodinamika
Tabel 3.2 Tinjauan Kinetika

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Rumus Bangun Terephtalat
Gambar 1.2 Wujud Asam Terephthalat
Gambar 2.1 Grafik Hubungan Temperatur dengan Konversi pada Tinjauan
Termodinamika
Gambar 2.2 Grafik Hubungan Temperatur dengan Konversi pada Tinjauan Kinetika
Gambar 2.3 Grafik Hubungan Temperatur dengan Konversi
Gambar 2.3 Continued Stirred Tank Reactor
Gambar 2.4 Diagram Alir Proses Industri Kimia Asam Tereftalat

v
INTISARI
Asam Terepthalat atau 1,4 benzene dicarboxylic acid dengan rumus molekul
C6H4(COOH)2  merupakan salah satu senyawa berupa kristal putih yang dapat
digunakan sebagai bahan baku dalam industri serat sintetis. Bahan ini merupakan
produk turunan dari para-xylene yang selanjutnya melalui proses polimerisasi dengan
ethylen glikol akan menghasilkan serat poliester (polyester fiber) untuk keperluan
industri tekstil.
Dalam reaksi polimerisasi menggunakan ethylene glycol akan menghasilkan
serat polyester dengan proses pemintalan leleh, dimana reaksi dari asam tereftalat
dengan etilena glikol akan dihasilkan chip serat yang padat berbentuk butiran
selanjutnya akan dilelehkan dan dilakukan proses penarikan untuk menghasilkan serat
tekstil. Jumlah impor asam terephthalat terus mengalami peningkatan, artinya
kebutuhan akan asam terephthalat mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Asam
terephtalat merupakan bahan baku pembuatan polyethylene terephtalat (PET) yang
biasa digunakan pada industri serat kain dan tekstil. Sehingga ada peluang untuk
mendirikan pabrik asam terephthalat di Indonesia.

Pada proses ini, reaksi oksidasi paraxylene oleh udara terjadi pada fase cair
dengan menggunakan asam asetat sebagai solvent, Co(II) asetat sebagai katalis. Kondisi
operasi reaktor dijaga pada suhu 175-250 oC dan tekanan 220-435 psia. Asam asetat
setelah dipisahkan akan dimanfaatkan kembali sebagai umpan reaktor.
Pembentukan asam terepthalat melalui oksidasi p-xylene dengan udara
merupakan reaksi eksotermis. Hal ini ditunjukkan dengan harga entalpi yang negatif
yaitu -326 kkal/mol asam terepthalat yang terbentuk. Karena reaksi berlangsung
eksotermis maka kenaikan temperatur dalam tekaan tetap akan mengurangi konversi
sehingga akan menyebabkan asam terepthalat yang dihasilkan akan semakin berkurang

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Sejarah Asam Tereftalat


Asam Terephthalat menjadi bahan industri kimia yang penting setelah Perang
Dunia II. Pada waktu itu, serat fiber yang dibuat dari poli(etilena terphthalat)
dikomersialisasikan oleh Industri Kimia Imperial di Inggris pada tahun 1949 dan Du
Pont di Amerika pada tahun 1953. Kedua perusahaan tersebut memproduksi polimer
yang dibutuhkan untuk operasi fiber dari dimetil terephthalat dan etilen glikol.
Asam terephthalat diproduksi dari oksidasi larutan asam nitrat dari p-xylene, dan
kedua perusahaan tersebut menggunakan teknologi yang sama. Versi dari proses
oksidasi asam nitrat, yang sudah lama tidak digunakan secara komersial, termasuk
penggunaan udara pada langkah pertama untuk mengurangi konsumsi asam nitrat.
Meskipun dimetil tereftalat digunakan secara luas untuk produksi poli(etilena
tereftalat), penggunaan polimer kelas asam tereftalat menawarkan keuntungan biaya
yang berbeda untuk produsen. Secara khusus, proses poliester yang didasarkan pada
tereftalat harus dirancang untuk pemulihan metanol yang merupakan produk
samping esterifikasi. Proses yang dapat dibandingkan yang didasarkan pada asam
tidak memerlukan desain tersebut. Selain itu, asam tereftalat memberikan hasil yang
lebih tinggi dari poliester per kilogram dari bahan awal, dan etilena glikol kurang
dibutuhkan selama poliesterifikasi yang mengurangi ukuran aliran daur ulang dan
meningkatkan kualitas akhir polimer.
Polimer kelas asam tereftalat menjadi tersedia secara komersial dari Amoco
Chemicals Corporation, yang merupakan anak perusahaan dari Perusahaan Minyak
Standars dari Indiana, pada tahun 1965. Proses Amoco didasarkan pada oksidasi p-
xilena, tetapi unit pemurnian terpisah digunakan untuk mencapai kemurnian produk
yang dibutuhkan oleh produsen poliester. Meskipun Amoco teknologi adalah yang
paling populer, proses lain telah dikembangkan. (Fauzan,2010)

1
1.2 Permasalahan
Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan bahan serat poliester
(polyester fiber) untuk keperluan industri tekstil semakin besar. Serat poliester
dihasilkan dari para-xylene yang selanjutnya melalui proses polimerisasi dengan
ethylen glikol yang merupakan bahan turunan yang membuat Asam terefralat.
1.3 Tujuan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:
1. Untuk memahami lebih dalam mengenai asam tereftalat
2. Memahami reaksi yang terjadi dan cara pembuatannya
3. Mengetahui karakteristik dari asam tereftalat
4. Mempelajari konversi maksimal dan kondisi operasi optimal
1.4 Manfaat
Memenuhi kebutuhan polimer dalam bidang industri

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Asam Terepthalat


Asam Terepthalat atau 1,4 benzene dicarboxylic acid dengan rumus molekul
C6H4(COOH)2  merupakan salah satu senyawa berupa kristal putih yang dapat
digunakan sebagai bahan baku dalam industri serat sintetis. Bahan ini merupakan
produk turunan dari para-xylene yang selanjutnya melalui proses polimerisasi dengan
ethylen glikol akan menghasilkan serat poliester (polyester fiber) untuk keperluan
industri tekstil. Hal ini menjadikan konsumsi terbesar TPA dilakukan oleh industri
tekstil. ( Irfandy, 2014)

 Kegunaan Asam Terepthalat


1. Dalam reaksi polimerisasi menggunakan ethylene glycol akan menghasilkan
serat polyester sebagai bahan baku tekstil
2.  Melalui proses polimerisasi ethylene glycol menghasilkan serat polyester atau
polyester fiber sebagai bahan baku industri kecil, sedangakan polyester yang
dilapisi emulsi kimia dapat digunakan sebagai x-ray dan microfilm
3.  Produksi herbisida
4.  Produksi bahan baku dalam industri cat
5.   Pembuatan botol minuman
6.  Bahan baku polymer filament yarn
7.  Bahan baku dalam pembuatan minyak pelumas berkualitas tinggi
( Citra Kusuma, 2013)

 Sifat Fisis dan Sifat Kimia Bahan Baku dan Produk


 Bahan baku Paraxylene
Sifat Fisis
 Berat molekul, BM, gram/mol                                : 106,168
 Titik didih normal, Tb (1 atm), oC                          : 138,7
 Titik beku normal, Tf (1 atm), oC                           : 13,263
 Spesific gravity, ρ, (kilogram/l)                              : 0,8657

3
 Indeks refraksi, n20 D : 1,49582
 Panas Pembakaran (25oC ), ΔHc, kkal/mol               : -1088,16
 Panas penguapan pada Tb, ΔHv, kkal/mol             : 8,6
 Panas pembentukan, ΔHf , kkal/mol                      : 5838
 Suhu kritis, Tc oC                                                  : 343,2
 Tekanan kritis, Pc, atm                                           : 34,74
( Levenspiel, 1973)
Sifat kimia
 Dealkilasi
Dealkilasi xylene akan membentuk senyawa dengan BM yang lebih rendah.
Reaksi dealkalinasi xylene dengan  hydrogen terjadi  pada suhu 590o-680oC dan
pada tekanan 10-40 atm. Perbandingan antara hydrogen dengan senyawa
hidrokabon adalah 3:1
Reaksi :
C6H4(CH3)2 + H2                C6H5CH3 + CH4
C6H5CH3 + H2                  C6H6 + CH4
 Oksidasi
Oksidasi paraxylene pada fase cair berlangsung pada suhu 100-300oC dan
tekanan operasi yang digunakan bervariasi sampai dengan 40 atm. Umumnya
digunakan udara sebagai senyawa oksidator dan reaksinya bersifat eksotermis
Reaksi :
C6H4(CH3)2 + 3O2              C6H5CH3(COOH)2 + 2H2O
 Pirolisis
Pirolisis paraxylene akan membentuk produk paraxylene (CH2C6H4CH2) pada
suhu diatas 1000oC. Produk ini merupakan prototype dari senyawa hidrokarbon
yang dikenal dengan nama chicibabin hidrokarbon.
 Ammoksidasi
Reaksi antara paraxylene dengan ammonia dinamakan reaksi ammoksidasi.
Reaksi ini terjadi pada suhu tinggi ( 700-950oC) dan tekanan 5-30 atm.
       NH3 + udara + CH3C6H4CH3                     CH3C6H4CN + H2O

4
( Levenspiel,1973)
 Solvent Asam Terephtalat
Dalam pembuatan Asam terephtalat digunakan asam asetat sebagai solvent.
Sifat Fisis Asam Asetat
 Berat molekul, BM, gram/mol : 60,052
 Titik didih normal, Tb (1 atm), oC : 117,8
 Spesific gravity, ρ, (kilogram/l) : 0,8657
 Indeks refraksi, n20 D                                   : 1,37182
 Panas Pembakaran (25oC ), ΔHc, kkal/mol      : -209,4
 Panas penguapan pada Tb, ΔHv, kkal/mol    : 5810
 Panas pembentukan, ΔHf , kkal/mol             : -116,2
 Suhu kritis, Tc oC                                     : 321,4
 Tekanan kritis, Pc, atm                          : 57,4 
Sifat kimia
 Asam asetat bereaksi dengan alkohol membentuk senyawa ester,
contohnya butil asetat.
Butil asetat
        CH3COOH    ==> CH2=CO + H2O
Asam Asetat membentuk asetat anhidrid pada suhu 40-60oC dan tekanan
60 psi.
 Halogenasi
Substitusi pada grup methyl membentuk di, tri chloro acetic jika gas
chlorine dilewatkan pada asam asetat panas.
 Asam Asetat bereaksi dengan ammonia membentuk amida
CH3COOH + NH3    ==>   CH3CONH2 + H2O
 Asam asetat bereaksi dengan amida membentuk nitril
CH3COOH + NH3   ==>  CH3CN + 2H2O
( wikipedia, 2013)

5
 Sifat Fisis dan Kimia Asam Terephtalat

Gambar 1.1 Gambar 1.2


Rumus Bangun Asam Terephthalat Wujud Asam Terephthalat
(Winda,2010)
Sifat Fisis
 Wujud : Padat
 Bentuk : Kristal
 Warna : Putih
 Bau : Tidak berbau
 Berat molekul, gram/mol : 166,131
 Titik sublim, Ts, oC : 404
 Panas sublimasi, ∆Hs, kJ/mol : 142
 Kapasitas panas, Cp, J/kg K : 1202
 Kerapatan massa 25oC, ρ, kg/L : 1,510
 Panas pembakaran, ∆Hc, (25oC, kJ/mol) : 3223
 Panas penguapan pada Td, ∆Hv, kJ/mol : 57,3
 Panas pembentukan, Hf, (25oC, kJ/mol) : -816
 Kelarutan dalam solvent (gr/100 gr solvent)

Solvent 25 oC 150 oC 200 oC 250 oC


  Air 0,0017 0,2400 1,7000 12,6000
Metanol 0,1000 3,1000 - -
Asam asetat 0,0130 0,3800 1,5000 5,7000

6
(Fauzan, 2014)
Sifat Kimia
o Reaksi asam terepthalat dengan thionil klorida membentuk senyawa
klorida asam.
(HOOC)C6H4(COOH) + 2 SOCl2                  (ClCO)C6H4(COCl)
o Chlorine, bromine, dan iodine, bereaksi dengan asam terepthalat dalam
larutan asam sulfat dengan penambahan asam tetrahalogen membentuk
heksahalogen benzene.
o Asam terepthalat bereaksi dengan ethylene glycol menghasilkan
polyethylene terepthalat.
1,4C6H4(COOH)2 + HOCH2CH2OH
asam terepthalat  ethylene glycol
OH-(- CH2CH2O2(C6H4CO2)NCH2CH2-)-OH
polyethylene terepthalat
(Parahita,2013)

 Mekanisme Reaksi
Proses pembentukan Asam Tereftalat dapat dilihat dari reaksi sebagai berikut :

H3C-C6H4-CH3 (l) + 3 O2 (g) → HOOC-C6H4-COOH (s) + 2 H2O (l)

( Perry, 1973)
 Kondisi Operasi
 Temperature 225 ºC.
 Tekanan 15 atm
 reaksi oksidasi yang berlangsung pada fase cair dengan menggunakan O2
sebagai oksidator, asam asetat sebagai solvent, dan Co(II) asetat sebagai
katalis.
 Reaksi keseluruhan adalah eksotermis.

7
( Perry, 1973)

 Proses Pembuatan Asam Tereftalat


Mekanisme Reaksi dan Kondisi Operasi secara Umum
Dasar reaksi yang berlangsung adalah oksidasi katalitik dari p-xylene
membentuk asam terepthalat (TPA). Mekanisme reaksi ini mengikuti reaksi radikal
bebas. Reaksi yang terjadi secara stoikiometri ditulis sebagai berikut
Reaksi pembuatan

katalis cobalt (II) asetat dalam fasa cair, mangan atau Natrium bromida. P-xylene
dilarutkan ke dalam solvent, misalnya asam asetat. Kemudian larutan di masukan ke
reaktor. Tekanan pada reaktor sekitar 2000 kPa (290 psi). Reaksi terjadi secara
eksotermik dengan suhu sekitar 200°C (392°F). dengan mengontrol tekanan pada reaksi
campuran, akan membuat uap yang terbentuk, dapat keluar dari reactor
(Silvano, 2014).
 Jenis-Jenis Proses Pembuatan Asam Terepthalat
1. Proses du Pont
Pada proses ini, udara (O2), p-xylene, dan HNO3 encer (30-40% berat)
dimasukkan ke dalam reactor dan reaksi terjadi pada fase cair. Gas NO yang
dihasilkan akan dioksidasi menjadi NO2 dan digunakan untuk memproduksi
HNO3. Kondisi reaktor dijaga pada suhu 165 oC dan tekanan 140 psig dan akan
diperoleh yield sebesar 80%.
Reaksi yang terjadi:
C6H4(CH3)2 + 3 O2 → (HOOC)C6H4(COOH)
  p-xylene                                           asam terepthalat
Pemakaian HNO3 dalam proses ini memiliki beberapa kelemahan:

8
 Pabrik HNO3 perlu didirikan di dekat lokasi pabrik asam terepthalat
dikarenakan kebutuhannya besar, yaitu 2 lb/lb p-xylene
 Proses yang terjadi sangat eksplosif
 Produk mengandung impuritas nitrogen
 (Fauzan, 2013)

2. Proses Eastman-Kodak
Eastman-Kodak Company memproduksi asam terepthalat secara
konvensional dengan proses oksidasi fase cair. Bahan baku yang digunakan
adalah para-xylene, asam asetat sebagai solvent, Co(II) asetat sebagai katalis,
dan asetaldehid. Asetaldehid digunakan sebagai promoter oksidasi dan akan
teroksidasi menjadi asam asetat sebagai produk samping. Kondisi operasi
berlangsung pada suhu 121-177 oC dan tekanan 100-200 psig. Konversi yang
dihasilkan hanya sebesar 82% mol.
(Fauzan, 2013)

3. Proses Henkel
Proses ini dimulai dengan reaksi oksidasi naphthalene menjadi pthalic
anhydride, kemudian diubah menjadi monopotassium o-pthalat dan dipotassium
o-pthalat. Dipotassium o-pthalat diisomerisasikan pada suhu 100-130 oC dan
tekanan 145-725 psi. Hasil dari proses isomerisasi ini adalah dipotassium
terepthalat yang kemudian dilarutkan ke dalam air dan direcycle ke awal proses.
Kristal asam terepthalat yang terbentuk diambil dengan filtrasi dan dikeringkan.
(Fauzan, 2013)

4. Proses Amoco
Pada proses ini, reaksi oksidasi paraxylene oleh udara terjadi pada fase
cair dengan menggunakan asam asetat sebagai solvent, Co(II) asetat sebagai
katalis. Kondisi operasi reaktor dijaga pada suhu 175-250 oC dan tekanan 220-
435 psia. Asam asetat setelah dipisahkan akan dimanfaatkan kembali sebagai
umpan reaktor.

9
Keuntungan proses ini:
 Konversi paraxylene mencapai 98% mol dan yield asam terepthalat yang
dihasilkan minimal 95%.
 Menghasilkan kemurnian produk yang lebih dari 99%
(Fauzan, 2013)

Deskripsi Proses Amoco


1. Tinjauan Proses Secara Umum
Pembuatan asam terepthalat dari bahan baku para-xylene dengan proses
Amoco adalah reaksi oksidasi yang berlangsung pada fase cair dengan menggunakan
O2 sebagai oksidator, asam asetat sebagai solvent, dan Co(II) asetat sebagai katalis.
Reaksi oksidasi paraxylene pada fase cair dilakukan pada suhu 225 oC dan tekanan
15 atm (absolute).
(Silvano, 2014).
Diagram alir proses Amoco

10
Karena pentingnya asam terephthalat dalam industri kimia, banyak para
konsumen atau pasar yang menggunakan produk asam terphthalat. Hal ini dapat
dibuktikan dengan data dari Biro Pusat Statistik :
Tabel 2.1 Kebutuhan Impor Asam Terephtalat di Indonesia

Tahun Jumlah Impor (Ton)


2006 16.284, 48
2007 19369,51
2008 9.828,38
2009 1.146,54
2010 32.963,58
2011 40.101,94
2012 72.856,19
(Sumber: bps.go.id)

Dari data diatas jumlah impor asam terephthalat terus mengalami


peningkatan, artinya kebutuhan akan asam terephthalat mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Asam terephtalat merupakan bahan baku pembuatan polyethylene
terephtalat (PET) yang biasa digunakan pada industri serat kain dan tekstil.
Sehingga ada peluang untuk mendirikan pabrik asam terephthalat di Indonesia.
Beberapa pabrik tekstil terbesar di Indonesia diantaranya:

1. PT Roda Vivatex Tbk., salah satu perusahaan industri tekstil terbesar di


Indonesia yang memproduksi kain tenun filament poliester. Berdiri pada tahun
1980 dan mulai berproduksi tahun 1983.
2.  PT Sri Rejeki Isman (Sritex) adalah salah satu pabrik tekstil terbesar di Asia
Tenggara. Sritex telah berdiri sejak 1966 Kini Sritex memiliki tiga pabrik tenun,
sembilan pabrik pemintalan, tiga pabrik percetakan dan tujuh pabrik garmen.
Sritex memasok pakaian militer ke 26 negara dan telah ditunjuk sebagai mitra
resmi untuk negara-negara NATO untuk memproduksi seragam militer.

11
3. PT Indo-Rama Synthetics merupakan PMA didirikan pada 1975 oleh. S.P.
Lohia. Perusahaan ini bergerak dalam industri yarn spinning. Perusahaan ini
merupakan produsen polyester di Indonesia.
4. PT Indo-Rama, memproduksi Textured Yarn of Polyester of Synthetic Filament
- Man-Made Filaments, yarn of polyester of syhthetic filament – man made
filament, high tenacity yarn of polyester of synthetic filament – man made
filament, woven fabrics of synthetic staple fibres – man made staple fibres.
5. PT Apac Inti Corpora merupakan produsen yarn dan tekstil yang bergerak dalam
pemintalan benang dan pertenunan kain. Apac merupakan  pabrik tekstil terbesar
di dunia yang berada dalam satu lokasi seluas 247 ha di Semarang, Jawa
Tengah.
6. PT. Sinar Pantja Djaja (SPD) dan PT. Fiberindo Inti Prima (FIP) bergerak dalam
industri spinning. SPD yang berlokasi di Semarang, Jawa Tengah memiliki
kapasitas produksi 120.000 spindles, sedangkan FIP miliki kapasitas produksi
60.000 spindles dan berlokasi di Tangerang, Jawa Barat. 
7. SPD merupakan salah satu eksportir benang terbesar di dalam negeri, dengan
product range 100% RS viscose Ne 30’s, 100% RS polyester Ne 30’s, Polyester
viscose Ne 30’s,  Ne 30/2 dan Polyester cotton Ne 30’s. Sejauh ini kedua
perusahaan yang berorientasi eskpor ini, mengekspor produk benangnya ke
berbagai negara yaitu USA, Brazil, Jerman, Mexico, Mesir dan Korea Selatan. 
8. Unitex didirikan pada 1971. Perusahaan yang berlokasi di Bogor, Jawa Barat .ini
bergerak dalam industry textile yang terintegrasi yaitu industri spinning dan
weaving.
9. PT. Industri Sandang Nusantara merupakan pabrik tekstil yang didirikan pada
1965. Perusahaan ini memiliki fasilitas pabrik pamitalan dengan kapasitas
408.496 spindle. 
10. PT. Primissima didirkan pada 1971 merupakan patungan antara pemerintah
dengan Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI). Penyertaan pemerintah
berupa satu unit pemintalan dan pertenunan serta perlengkapannya yang berasal
dari grant pemerintah Beland Primissima memiliki kapasitas terpasang
pemintalan 2.580 ton per tahun.

12
(Anonim, 2014)
Berdasarkan data pabrik tekstil diatas, dapat disimpulkan bahwa pendirian
pabrik Asam Tereftalat merupakan peluang yang sangat besar mengingat asam
tereftalat merupakan bahan baku utama polyester yang biasanya dalam industry
tekstil dan kain dijadikan bahan utama pembuatan benang.

13
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Tinjauan Thermodinamika


 Ditinjau dari panas reaksi
Untuk menentukan sifat reaksi apakah berjalan secara eksotermis atau
endotermis, maka perlu pembuktian dengan menggunakan panas pembentukan

standar (∆ H ° f ) pada 1 atm dan 298,15 K dari reaktan dan produk.
Berdasarkan keadaan operasi, asam asetat sebagai pelarut dan katalis untuk
mengoksidasi p-Xylene pada fase cair dengan oksidasi udara. Katalis yang
digunakan biasanya adalah logam berat seperti cobalt
(Silvano, 2014) .
Reaksi berdasarkan keadaan operasi pada pabrik bahwa:

H3C-C6H4-CH3 (l) + 3 O2 (g)  HOOC-C6H4-COOH (s) + 2 H2O (l)


( Perry,1973)
∆ H ° f reaksi = ∆ H ° f produk - ∆ H ° f reaktan
∆Hºf H3C-C6H4-CH3 (l) = -5.840 kkal/kgmol
∆Hºf HOOC-C6H4-COOH (s) = -19.500 kkal/kgmol
∆Hºf 2 H2O (l) = -68.317 kkal/kgmol
∆Hºf reaksi = [ (2x-68.317) + (-19.500) ] - [-5.840]
= -150.294 kkal/kgmol
Pembentukan asam terepthalat melalui oksidasi p-xylene dengan udara
merupakan reaksi eksotermis. Hal ini ditunjukkan dengan harga entalpi yang
negatif yaitu -150.294 kkal/mol asam terepthalat yang terbentuk. Karena reaksi
berlangsung eksotermis maka kenaikan temperatur dalam tekanan tetap akan
mengurangi konversi sehingga akan menyebabkan asam terepthalat yang
dihasilkan akan semakin berkurang.
( Silvano, 2013)

14
 Termodinamika ditinjau dari Energi Gibs (∆G)
Diketahui reaksi pembuatan asam tereftalat :
H3C-C6H4-CH3 (l) + 3 O2 (g)  HOOC-C6H4-COOH (s) + 2 H2O (l)
( Perry,1973)
Perubahan Energi Gibs didapat persamaan :
∆ G° = -RT ln K
Diketahui ∆G masing-masing komponen pada 298 K adalah sebagai berikut :
∆ G ° f H3C-C6H4-CH3 (l) = -4.192 kkal/kgmol
∆ G ° f HOOC-C6H4-COOH (s) = -17.913,70 kkal/kgmol
∆ G ° f 2 H2O (l) = -56.910,96 kkal/kgmol
∆G = ∑ G ° f produk – ∑ G ° f reaktan
= [ (2x-56.910,96) + (-17.913,70) ] - [-4.192]
= -127.543,62 kkal/kgmol

Harga konstanta kesetimbangan dapat diketahui dengan :


R= 1,987 kal/mol K , T = 298,15 K
K= e ∆ G / RT
= e 127.543,62 /1,987 x 298,15
= 3,16.109
Harga K yang sangat besar (3,16.1093) mengindikasikan reaksi pembentukan
asam terepthalat bersifat searah (reversible).

Rumus Xa vs T

 Pada tinjauan thermodinamika

K −∆ H r 1 1
ln = ( − )
K 298 R T 298

(Levenspiel,1957)

15
Setelah mendapatkan nilai konstanta kesetimbangan (K), maka kita dapat
mencari konversi dengan rumus di bawah ini :

K
Xa=
K +1

(Levenspiel,1957)

Dengan nilai K adalah

∆G total = - 535.683,204 J/mol

−∆ G
ln K =
RT

−535683,204
ln K =
8,134 × 298

ln K =224,32
97
K=2,6× 10

Pada suhu 300 K

K 298 −∆ H r 1 1
ln = ( − )
K R 298 T
97
2,6.10 −−535683.204 1 1
ln = ( − )
K 8.314 298 300
K = 155.660

K 155.660
Xa= =
K +1 155.660+1

Xa=0.994

Pada suhu 400 K

K 298 −∆ H r 1 1
ln = ( − )
K R 298 T

2,6.10 97 −−535683.204 1 1
ln = ( − )
K 8.314 298 400
K = 4.068

16
K 4.068
Xa= =
K +1 4.068+1

Xa=0.803

Pada suhu 500 K

K 298 −∆ H r 1 1
ln = ( − )
K R 298 T
97
2,6 x 10 −−535683.204 1 1
ln = ( − )
K 8.134 298 500
K = 2.568

K 2.568
Xa= =
K +1 2.568+1

Xa=0.721

Pada suhu 600 K

K 298 −∆ H r 1 1
ln = ( − )
K R 298 T
97
2,6.10 −−535683.204 1 1
ln = ( − )
K 8.314 298 600
K = 2.058

K 2.058
Xa= =
K +1 2.058+1

Xa=0.673

Pada suhu 700 K

K 298 −∆ H r 1 1
ln = ( − )
K R 298 T

2,6.10 97 −−535683.204 1 1
ln = ( − )
K 8.134 298 700
K = 1.809

K 1.809
Xa= =
K +1 1.809+1

17
Xa=0.644

Dari perhitungan tersebut dapat dibuat tabel dan grafik hubungan konversi Xa
dengan suhu.

Tabel 3.1 Tinjauan Thermodinamika

T(K) Xa
300 0,994
400 0,803
500 0,721
600 0,673
700 0,644

1
0.95
0.9
0.85
Konversi (Xa)

0.8
0.75
0.7
0.65
0.6
0.55
0.5
200 300 400 500 600 700 800
Temperatur (T)

Gambar 3.1 Grafik Hubungan Temperatur dengan Konversi pada Tinjauan


Termodinamika

3. 2. Tinjauan Kinetika

18
Laju reaksi pembentukan asam terephtalat dapat dinyatakan dengan persamaan
berikut:
H3C-C6H4-CH3 (l) + 3 O2 (g)  HOOC-C6H4-COOH (s) + 2 H2O (l)
( Perry,1973)
A+B C
rc = k CACB

Bila ditinjau dari segi kinetika reaksi sesuai dengan rumus Arhennius:
k = A.e(-E/RT)
Dalam hubungan ini:   k = konstanta kecepatan reaksi
                           A = faktor frekuensi
                           E = energi aktivasi
                            R = konstanta gas ideal
                         T = temperatur

Dan, -ln (1-XA) = k t (Levenspiel,1957)


Dimana t adalah lama waktu reaksi di dalam reaktor. t= 2 jam = 7200 detik.
(Othmer, D.F., 1983)
Persamaan pendekatan kecepatan reaksi pembentukan asam terepthalat dari
oksidasi p-xylene dengan udara adalah k = (1,52.1014) (e-10000/RT) m3/kmol.det.
(Silvano, 2014).

Berdasarkan persamaan maka nilai k hanya dipengaruhi oleh suhu Reaksi


pembuatan asam terepthalat dari p-xylene dan oksigen ini dapat menggunakan katalis
cobalt (II) asetat dalam fasa cair, mangan atau Natrium bromida. P-xylene dilarutkan ke
dalam solvent, misalnya asam asetat. Kemudian larutan di masukan ke reaktor. Tekanan
pada reaktor sekitar 2000 kPa (290 psi). Reaksi terjadi secara eksotermik dengan suhu
sekitar 200°C (392°F). dengan mengontrol tekanan pada reaksi campuran, akan
membuat uap yang terbentuk, dapat keluar dari reactor
(Silvano, 2014).

19
Dengan rumus hubungan suhu dan konversi termodinamika, karena kami
menggunakan poses pembuatan asam tereftalat dengan ICI maka waktu yang
diperlukan untuk reaksi adalah tiap 1 menit atau 60 detik. Maka didapatkan data sebagai
berikut:
Pada suhu 300 K
k = (1,52.1014) (e-10000/8,314.300) m3/kmol.det
k = 1,544.10-4
-ln (1-XA) = k t
XA = 0.671
Pada suhu 400 K
k = (1,52.1014) (e-10000/8,314.400) m3/kmol.det
k = 1,808.10-4
-ln (1-XA) = k t
XA = 0.728
Pada suhu 500 K
k = (1,52.1014) (e-10000/8,314.500) m3/kmol.det
= 2,855.10-4
-ln (1-XA) = k t
XA = 0.872
Pada suhu 600 K
k = (1,52.1014) (e-10000/8,314.600) m3/kmol.det
k = 3,171.10-4
-ln (1-XA) = k t
XA = 0.898
Pada suhu 700 K
k = (1,52.1014) (e-10000/8,314.700) m3/kmol.det
k = 5,123.10-4
-ln (1-XA) = k t
XA = 0.975

20
Dari perhitungan tersebut dapat dibuat tabel dan grafik hubungan konversi Xa
dengan suhu.
Tabel 3.2 Tinjauan Kinetika

T(K) Xa
300 0,671
400 0,728
500 0,872
600 0,898
700 0,975

1
0.95
0.9
0.85
Konversi (Xa)

0.8
0.75
0.7
0.65
0.6
0.55
0.5
200 300 400 500 600 700 800
Temperatur (T)

Gambar 3.2 Grafik Hubungan Temperatur dengan Konversi pada Tinjauan


Kinetika

Grafik hubungan antara temperature dan konversi dapat dilihat pada gambar di
bawah ini. Dari gambar terlihat bahwa berdasarkan tinjauan thermodinamika,
semakin tinggi suhu, maka konversi yang diperoleh akan semakin kecil (reaksi
eksotermis). Sedangkan berdasarkan tinjauan kinetika, semakin tinggi suhu maka
konversi yang diperoleh akan semakin besar.
( Winda, 2010)

21
1
0.95
0.9
0.85
Tinjauan Thermodinamika
Konversi (Xa)

0.8
Tinjauan Kinetika
0.75
0.7
0.65
0.6
0.55
0.5
200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 800
Temperatur (T)

Gambar 3.3 Grafik Hubungan Temperatur dengan Konversi

Konversi maksimum dapat diketahui dari titik potong antara garis


tinjauan thermodinamika dan garis tinjauan kinetika. Berdasarkan gambar,
diperoleh konversi maksimum yang dapat dicapai adalah pada suhu 440 K dimana
konversi yang diperoleh adalah 0,77 (77%). (Silvano,2013)
Berdasarkan literatur dengan menggunakan proses Amoco diperoleh
suhu operasi sebesar 448 K sampai 498 K dengan perolehan konversi 95%, persen
penyimpangan suhu sekitar 1,8 % dan penyimpangan konversi sebesar 18,9 %
dari konversi diatas. ( Fauzan, 2013)
Penyimpangan terjadi karena waktu tinggal dalam reaktor yang kurang
optimum. Dalam literatur, waktu tinggal dalam reaktor sekitar 30 menit- 2 jam
tergantung pada proses. Sedangkan pada perhitungan hanya menggunakan waktu
maksimum yaitu 2 jam. Lamanya waktu tinggal akan mempengaruhi konversi
asam terephthalat. ( Citra, 2013)

3.3 Langkah Proses


Pemurnian Asam terephtalat tersedia secara komersial oleh Amoco
Chemical Co pada tahun 1965. Proses Amoco melibatkan pemurnian asam
tereftalat mentah oleh langkah terpisah untuk mencapai kemurnian produk tinggi

22
yang diperlukan untuk pembuatan poliester. Teknologi Amoco adalah yang paling
banyak digunakan di seluruh dunia, namun proses lain telah dikembangkan dan
beroperasi secara komersial.

Asam asetat, udara, p-xylene, dan katalis dimasukkan ke dalam reaktor


oksidasi yang dijaga pada suhu 175-225° C dan 1500-3000 kPa (~ 15 - 30 atm).
Udara ditambahkan dalam jumlah yang melebihi kebutuhan stoikiometri untuk
meminimalkan pembentukan produk samping. Proses ini berlangsung secara
eksotermik sampai sebatas 2 × 108 J / kg dari p-xylena bereaksi, dan panas ini
dilepaskan dengan membiarkan pelarut asam asetat mendidih. Uap tersebut
terkondensasi dan direfluks ke reaktor, dan menetapkan hubungan suhu-tekanan.
Kondensasi uap digunakan untuk menghasilkan uap, yang digunakan sebagai
sumber panas di bagian lain dari proses. Dua mol air terbentuk per mol p-xylene
bereaksi. Waktu tinggal adalah 30 menit-2 jam tergantung pada proses. Lebih dari
98% dari xilena-p akan dikonversi dan yield untuk asam tereftalat paling sedikit
95% mol pada plant modern.

( Parahita, 2013)

Effluent dari reaktor adalah slurry asam tereftalat karena larut sampai batas
tertentu di hampir semua pelarut, termasuk asam asetat- pelarut air yang
digunakan di sini. Slurry ini melewati sebuah surge vessel yang beroperasi pada
tekanan lebih rendah daripada reaktor. Banyak asam tereftalat dikristalkan dan
slurry ini kemudian siap untuk diproses pada kondisi tekanan atmosfer. Kristal
Asam tereftalat direcovery dengan filtrasi, dicuci, dikeringkan, dan disalurkan ke
bagian penyimpanan, untuk digunakan lebih lanjut sebagai umpan dalam langkah
pemurnian.

Proses disebut grade teknis atau kasar dari asam tereftalat, tetapi
kemurnian biasanya lebih besar dari 99%. Kemurnian ini cukup untuk mencapai
tingkat yang diperlukan dalam polimerisasi. Pengotor utamanya adalah asam 4-
formylbenzoic [619-66-9], yang tidak sempurna dioksidasi p-xilena dan

23
monofungsional berkaitan dengan esterifikasi. Asam 4-Formylbenzoic biasanya
disebut sebagai 4-carboxybenzaldehyde (4-CBA) dalam industri.

Air yang terbentuk dalam reaksi serta beberapa produk yang tidak
diinginkan harus dihilangkan dari pelarut asam asetat .Oleh karena itu, mother
liquor dari filter dimurnikan dalam residu still untuk menghilangkan pemberat
lainnya, dan dalam menara dehidrasi untuk menghilangkan air. Asam asetat
dimurnikan dari bagian bawah menara dehidrasi didaur ulang ke reaktor.
Overhead air dikirim ke pengolahan limbah, dan dasar residu still dapat diproses
untuk recovery katalis. Atau, beberapa mother liquor dari filter dapat didaur ulang
langsung ke reaktor.

Pembersihan aliran limbah dari proses tersebut telah sangat berkembang


dan banyak dipraktekkan secara komersial. Nitrogen dan oksigen yang tidak
terpakai dari oksidasi reaktor discrubb untuk recover dan penggunaan kembali
komponen berharga. Gas kemudian dapat lulus untuk langkah oksidasi katalitik,
diikuti oleh scrubber kedua untuk menghilangkan jejak komponen dan dengan
demikian memenuhi persyaratan lingkungan. Air limbah diperlakukan oleh
oksidasi aerobik dengan bakteri khusus yang menyesuaikan diri untuk rangka
memenuhi persyaratan lingkungan. Atau, proses pengolahan air limbah anaerob
telah dikembangkan dan terpasang secara komersial yang menghasilkan limbah
slurry jauh lebih sedikit, memerlukan lebih sedikit energi, dan selain
menghasilkan metana, yang dapat dibakar untuk pemulihan energi .

Asam asetat didaur ulang sebagai pelarut dan dapat diisolasi sebagai
produk sampingan. Reaksi suhu bisa rendah, 120-1400 C, dan waktu tinggal
cenderung tinggi, dengan nilai-nilai dari dua jam atau lebih.

Proses Amoco digunakan untuk memurnikan asam tereftalat yang


dihasilkan oleh oksidasi udara bromin-dipromosikan dari p-xylena. Pengotor
utama dalam produk oksidasi adalah 4-formylbenzoic asam dan proses Amoco
menghilangkan pengotor kurang dari 25 ppm. Logam dan kotoran organik
berwarna juga hampir seluruhnya dihilangkan oleh pemurnian.

24
Asam tereftalat mentah dan air dimasukkan ke tangki pencampuran untuk
membentuk slurry minimal 15% asam tereftalat basah. Slurry dipompa ke penukar
panas, untuk meningkatkan suhu slurry yang cukup untuk melarutkan asam
tereftalat. Larutan mengalir melalui reaktor hidrogenasi yang berisi katalis
palladium karbon. Hidrogen ditambahkan ke dalam reaktor, di mana ia larut
dalam larutan umpan. Reaktor suhu diatur di atas tekanan parsial uap untuk
mempertahankan fase cair. Dalam reaktor, asam 4-formylbenzoic dihidrogenasi
menjadi asam p-toluic, dan kotoran berbagai warna dihidrogenasi untuk produk
berwarna. Katalis sangat selektif; hilangnya asam tereftalat dengan reduksi asam
karboksilat atau hidrogenasi cincin kurang dari 1%. Pengaruh keseluruhan
hidrogenasi adalah konversi ketidakmurnian untuk bentuk yang tetap di dalam
mother liquor selama langkah kristalisasi berikutnya. Asam tereftalat dimurnikan
dengan kristalisasi dalam vessel di mana tekanan dan suhu secara berurutan
menurun. Seperti yang telah disebutkan di atas, kotoran tetap berada di mother
liquor untuk sebagian besar.
(Packer, 1986)
3.4. Reaktor Untuk Pembuatan Asam Terephthalat

Pada proses pembuatan asam terephthalat menggunakan Reaktor Alir


Tangki Berpengaduk (RATB) sering juga disebut dengan Continous Stirred
Tank Reactor (CSTR) atau Mixed Flow Reactor. RATB adalah salah satu
reaktor ideal yang berbentuk tangki alir berpengaduk yang biasa digunakan
untuk reaksi homogen atau reaksi yang terjadi dalam satu fase saja. Contohnya:
1. cair-cair 2. gas-gas Sehingga untuk reaksi fase gas (non katalitik) reaksinya
berlangsung cepat, contohnya pada reaksi pembakaran Untuk reaksi fase cair
(katalitik) reaksinya dalam sistem koloid.
Keuntungan:
- Pengontrolan suhu mudah sehingga kondisi operasi yang isotermal bisa
terpenuhi.
- Mudah dalam melakukan pengontrolan secara otomatis sehingga produk lebih
konsisten dan biaya operasi lebih rendah.

25
- Terdapat pengaduk sehingga suhu dan komposisi campuran adalah reaktor
yang selalu homogen bisa terpenuhi.

Kerugian :
- Reaksinya berlangsung isotermal sehingga dipakai katalisator yang
aktifitasnya rendah dan butir katalisator kecil sehingga tidak ada tahanan
perpindahan panas

Gambar 2.3 Continued Stirred Tank Reactor


(Winda, 2010)

3.5 Diagram Alir

Gambar 2.4 Diagram Alir Proses Industri Kimia Asam Tereftalat

(David, 1998)

26
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Asam Terepthalat atau 1,4 benzene dicarboxylic acid dengan rumus molekul
C6H4(COOH)2  merupakan salah satu senyawa berupa kristal putih yang dapat
digunakan sebagai bahan baku dalam industri serat sintetis.
2. Proses pembuatan asam terephtalat antara lain Proses Du-Pont, Eastman-Kodak,
Henkel, dan Amoco. Yang paling sering digunakan adalah Proses Amoco.
3. Reaktor yang digunakan adalah CSTR (Continuous Stirred Tank Reactor)
karena cenderung lebih mudah dalam pengontrolan dan dapat digunakan untuk
kapasitas besar.
4. Berdasarkan tinjaun termodinamika, pembentukan asam terepthalat melalui
oksidasi p-xylene dengan udara merupakan reaksi eksotermis. Hal ini
ditunjukkan dengan harga entalpi yang negatif yaitu -150.294 kkal/mol asam
terepthalat yang terbentuk.
5. Konversi maksimum dapat diketahui dari titik potong antara garis tinjauan
thermodinamika dan garis tinjauan kinetika. Berdasarkan gambar, diperoleh
konversi maksimum yang dapat dicapai adalah pada suhu 440 K dimana
konversi yang diperoleh adalah 0,77 (77%). Sedangkan pada literatur, konversi
yang tercapai adalah 95% dengan suhu 448-498 K. Jadi, penyimpangan suhunya
adalah sebesar 1,8% dan penyimpangan konversi adalah sebesar 18,9%.
4.2 Saran
1. Untuk produsen : meningkatkan kapasitas produksi asam sulfat serta menjaga
kualitas produk untuk menjaga kepercayaan masyarakat
2. Untuk konsumen : memilih asam terephthalat yang memiliki kualitas yang baik
3. Untuk peneliti : perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menghasilkan
konversi yang lebih tinggi untuk meningkatkan hasil produksi.

27
DAFTAR PUSTAKA
Hindmarsh Eric, John Arthur Turner, David Parker. 1998. ”Process for the production of
terephthalic acid”. US Pat. RE36008: E. I. du Pont de Nemours and Company
Wilmington Del.
Kiefer Judy E., Willian V. Phillips, Thomas E. Woodruff. 1986. ”Process for the purification
of terephthalic acid”. US Pat. 4605763: Eastman Kodak Company Rochester N.Y.
Levenspiel,O. 1957. “Chemical Reaction Engineering”. New York: Mc Graw Hill Book Co.
Packer, Lawrence G. and David E. James. 1986. “Purification of Terephthalic Acid”. US
Pat. 4626598: Amoco Corporation Chicago.
Smith,J.M., H.C.Van Ness., M.M.Abbott.2001. “Introduction to Chemical Engineering
Thermodynamics” sixth ed. Singapore : Mc Graw Hill Book Co.
Silvano, 2014. Prarancangan Pabrik Asam Tereftalat dari Paraxylene dan Udara Kapasitas
300.000 Ton/Tahun. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Irfandy, Fauzan. 2014. Asam Terephtalat. http://www.scribd.com/doc/136619677/Asam-
Terepthalat . Diakses tanggal 16 September 2016
Winda, 2010. Macam-macam Reaktor Heterogen. http://migasnet11-
winda8010.blogspot.com/2010/01/macam-macam-reaktor-heterogen.html .Diakses
tanggal 16 September 2014
Perry, Robert H. 1973. Chemical Engineers Handbook, 5th End Mc Grow-Hill
Parahita, Citra Kusuma, 2013. Materi Paraxylene.
http://www.scribd.com/doc/135979207/materi-paraxylene . Diakses tanggal 16
September 2016
http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_asetat
http://id.wikipedia.org/wiki/Polietilena_tereftalat

28

Anda mungkin juga menyukai