“ ASAM TEREFTALAT ”
Disusun oleh:
KELOMPOK 5 :
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
KATA PENGANTAR
Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, taufik serta hidayah-Nya makalah berjudul “ ASAM TEREFTALAT” ini dapat
terselesaikan dengan baik. Diharapkan makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan mengenai produksi Asam Tereftalat dalam
industri.
Adapun dalam penyusunan makalah ini tentu tidak akan sempurna tanpa
bantuan pihak lain. Oleh karena itu terimakasih untuk Bapak Ir. Slamet Priyanto, MS.
Selaku dosen pembimbing mata kuliah Proses Industri Kimia yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan makalah ini jauh dari sempurna.Mohon maaf apabila dalam
penyusunannya terdapat kekurangan. Maka kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan demi perbaikan di masa depan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat diambil hikmah dam manfaatnya sehingga
dapat memberikan inspirasi kepada pembaca.
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................................iii
Daftar Tabel......................................................................................................................iv
Daftar Gambar...................................................................................................................v
Intisari...............................................................................................................................vi
Bab I Pendahuluan.............................................................................................................1
Bab II Tinjauan Pustaka....................................................................................................3
Bab III Pembahasan.........................................................................................................14
Bab IV Penutup...............................................................................................................27
Daftar Pustaka
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kebutuhan Impor Asam Terephtalat di Indonesia
Tabel 3.1 Tinjauan Thermodinamika
Tabel 3.2 Tinjauan Kinetika
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Rumus Bangun Terephtalat
Gambar 1.2 Wujud Asam Terephthalat
Gambar 2.1 Grafik Hubungan Temperatur dengan Konversi pada Tinjauan
Termodinamika
Gambar 2.2 Grafik Hubungan Temperatur dengan Konversi pada Tinjauan Kinetika
Gambar 2.3 Grafik Hubungan Temperatur dengan Konversi
Gambar 2.3 Continued Stirred Tank Reactor
Gambar 2.4 Diagram Alir Proses Industri Kimia Asam Tereftalat
v
INTISARI
Asam Terepthalat atau 1,4 benzene dicarboxylic acid dengan rumus molekul
C6H4(COOH)2 merupakan salah satu senyawa berupa kristal putih yang dapat
digunakan sebagai bahan baku dalam industri serat sintetis. Bahan ini merupakan
produk turunan dari para-xylene yang selanjutnya melalui proses polimerisasi dengan
ethylen glikol akan menghasilkan serat poliester (polyester fiber) untuk keperluan
industri tekstil.
Dalam reaksi polimerisasi menggunakan ethylene glycol akan menghasilkan
serat polyester dengan proses pemintalan leleh, dimana reaksi dari asam tereftalat
dengan etilena glikol akan dihasilkan chip serat yang padat berbentuk butiran
selanjutnya akan dilelehkan dan dilakukan proses penarikan untuk menghasilkan serat
tekstil. Jumlah impor asam terephthalat terus mengalami peningkatan, artinya
kebutuhan akan asam terephthalat mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Asam
terephtalat merupakan bahan baku pembuatan polyethylene terephtalat (PET) yang
biasa digunakan pada industri serat kain dan tekstil. Sehingga ada peluang untuk
mendirikan pabrik asam terephthalat di Indonesia.
Pada proses ini, reaksi oksidasi paraxylene oleh udara terjadi pada fase cair
dengan menggunakan asam asetat sebagai solvent, Co(II) asetat sebagai katalis. Kondisi
operasi reaktor dijaga pada suhu 175-250 oC dan tekanan 220-435 psia. Asam asetat
setelah dipisahkan akan dimanfaatkan kembali sebagai umpan reaktor.
Pembentukan asam terepthalat melalui oksidasi p-xylene dengan udara
merupakan reaksi eksotermis. Hal ini ditunjukkan dengan harga entalpi yang negatif
yaitu -326 kkal/mol asam terepthalat yang terbentuk. Karena reaksi berlangsung
eksotermis maka kenaikan temperatur dalam tekaan tetap akan mengurangi konversi
sehingga akan menyebabkan asam terepthalat yang dihasilkan akan semakin berkurang
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Permasalahan
Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan bahan serat poliester
(polyester fiber) untuk keperluan industri tekstil semakin besar. Serat poliester
dihasilkan dari para-xylene yang selanjutnya melalui proses polimerisasi dengan
ethylen glikol yang merupakan bahan turunan yang membuat Asam terefralat.
1.3 Tujuan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:
1. Untuk memahami lebih dalam mengenai asam tereftalat
2. Memahami reaksi yang terjadi dan cara pembuatannya
3. Mengetahui karakteristik dari asam tereftalat
4. Mempelajari konversi maksimal dan kondisi operasi optimal
1.4 Manfaat
Memenuhi kebutuhan polimer dalam bidang industri
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Indeks refraksi, n20 D : 1,49582
Panas Pembakaran (25oC ), ΔHc, kkal/mol : -1088,16
Panas penguapan pada Tb, ΔHv, kkal/mol : 8,6
Panas pembentukan, ΔHf , kkal/mol : 5838
Suhu kritis, Tc oC : 343,2
Tekanan kritis, Pc, atm : 34,74
( Levenspiel, 1973)
Sifat kimia
Dealkilasi
Dealkilasi xylene akan membentuk senyawa dengan BM yang lebih rendah.
Reaksi dealkalinasi xylene dengan hydrogen terjadi pada suhu 590o-680oC dan
pada tekanan 10-40 atm. Perbandingan antara hydrogen dengan senyawa
hidrokabon adalah 3:1
Reaksi :
C6H4(CH3)2 + H2 C6H5CH3 + CH4
C6H5CH3 + H2 C6H6 + CH4
Oksidasi
Oksidasi paraxylene pada fase cair berlangsung pada suhu 100-300oC dan
tekanan operasi yang digunakan bervariasi sampai dengan 40 atm. Umumnya
digunakan udara sebagai senyawa oksidator dan reaksinya bersifat eksotermis
Reaksi :
C6H4(CH3)2 + 3O2 C6H5CH3(COOH)2 + 2H2O
Pirolisis
Pirolisis paraxylene akan membentuk produk paraxylene (CH2C6H4CH2) pada
suhu diatas 1000oC. Produk ini merupakan prototype dari senyawa hidrokarbon
yang dikenal dengan nama chicibabin hidrokarbon.
Ammoksidasi
Reaksi antara paraxylene dengan ammonia dinamakan reaksi ammoksidasi.
Reaksi ini terjadi pada suhu tinggi ( 700-950oC) dan tekanan 5-30 atm.
NH3 + udara + CH3C6H4CH3 CH3C6H4CN + H2O
4
( Levenspiel,1973)
Solvent Asam Terephtalat
Dalam pembuatan Asam terephtalat digunakan asam asetat sebagai solvent.
Sifat Fisis Asam Asetat
Berat molekul, BM, gram/mol : 60,052
Titik didih normal, Tb (1 atm), oC : 117,8
Spesific gravity, ρ, (kilogram/l) : 0,8657
Indeks refraksi, n20 D : 1,37182
Panas Pembakaran (25oC ), ΔHc, kkal/mol : -209,4
Panas penguapan pada Tb, ΔHv, kkal/mol : 5810
Panas pembentukan, ΔHf , kkal/mol : -116,2
Suhu kritis, Tc oC : 321,4
Tekanan kritis, Pc, atm : 57,4
Sifat kimia
Asam asetat bereaksi dengan alkohol membentuk senyawa ester,
contohnya butil asetat.
Butil asetat
CH3COOH ==> CH2=CO + H2O
Asam Asetat membentuk asetat anhidrid pada suhu 40-60oC dan tekanan
60 psi.
Halogenasi
Substitusi pada grup methyl membentuk di, tri chloro acetic jika gas
chlorine dilewatkan pada asam asetat panas.
Asam Asetat bereaksi dengan ammonia membentuk amida
CH3COOH + NH3 ==> CH3CONH2 + H2O
Asam asetat bereaksi dengan amida membentuk nitril
CH3COOH + NH3 ==> CH3CN + 2H2O
( wikipedia, 2013)
5
Sifat Fisis dan Kimia Asam Terephtalat
6
(Fauzan, 2014)
Sifat Kimia
o Reaksi asam terepthalat dengan thionil klorida membentuk senyawa
klorida asam.
(HOOC)C6H4(COOH) + 2 SOCl2 (ClCO)C6H4(COCl)
o Chlorine, bromine, dan iodine, bereaksi dengan asam terepthalat dalam
larutan asam sulfat dengan penambahan asam tetrahalogen membentuk
heksahalogen benzene.
o Asam terepthalat bereaksi dengan ethylene glycol menghasilkan
polyethylene terepthalat.
1,4C6H4(COOH)2 + HOCH2CH2OH
asam terepthalat ethylene glycol
OH-(- CH2CH2O2(C6H4CO2)NCH2CH2-)-OH
polyethylene terepthalat
(Parahita,2013)
Mekanisme Reaksi
Proses pembentukan Asam Tereftalat dapat dilihat dari reaksi sebagai berikut :
( Perry, 1973)
Kondisi Operasi
Temperature 225 ºC.
Tekanan 15 atm
reaksi oksidasi yang berlangsung pada fase cair dengan menggunakan O2
sebagai oksidator, asam asetat sebagai solvent, dan Co(II) asetat sebagai
katalis.
Reaksi keseluruhan adalah eksotermis.
7
( Perry, 1973)
katalis cobalt (II) asetat dalam fasa cair, mangan atau Natrium bromida. P-xylene
dilarutkan ke dalam solvent, misalnya asam asetat. Kemudian larutan di masukan ke
reaktor. Tekanan pada reaktor sekitar 2000 kPa (290 psi). Reaksi terjadi secara
eksotermik dengan suhu sekitar 200°C (392°F). dengan mengontrol tekanan pada reaksi
campuran, akan membuat uap yang terbentuk, dapat keluar dari reactor
(Silvano, 2014).
Jenis-Jenis Proses Pembuatan Asam Terepthalat
1. Proses du Pont
Pada proses ini, udara (O2), p-xylene, dan HNO3 encer (30-40% berat)
dimasukkan ke dalam reactor dan reaksi terjadi pada fase cair. Gas NO yang
dihasilkan akan dioksidasi menjadi NO2 dan digunakan untuk memproduksi
HNO3. Kondisi reaktor dijaga pada suhu 165 oC dan tekanan 140 psig dan akan
diperoleh yield sebesar 80%.
Reaksi yang terjadi:
C6H4(CH3)2 + 3 O2 → (HOOC)C6H4(COOH)
p-xylene asam terepthalat
Pemakaian HNO3 dalam proses ini memiliki beberapa kelemahan:
8
Pabrik HNO3 perlu didirikan di dekat lokasi pabrik asam terepthalat
dikarenakan kebutuhannya besar, yaitu 2 lb/lb p-xylene
Proses yang terjadi sangat eksplosif
Produk mengandung impuritas nitrogen
(Fauzan, 2013)
2. Proses Eastman-Kodak
Eastman-Kodak Company memproduksi asam terepthalat secara
konvensional dengan proses oksidasi fase cair. Bahan baku yang digunakan
adalah para-xylene, asam asetat sebagai solvent, Co(II) asetat sebagai katalis,
dan asetaldehid. Asetaldehid digunakan sebagai promoter oksidasi dan akan
teroksidasi menjadi asam asetat sebagai produk samping. Kondisi operasi
berlangsung pada suhu 121-177 oC dan tekanan 100-200 psig. Konversi yang
dihasilkan hanya sebesar 82% mol.
(Fauzan, 2013)
3. Proses Henkel
Proses ini dimulai dengan reaksi oksidasi naphthalene menjadi pthalic
anhydride, kemudian diubah menjadi monopotassium o-pthalat dan dipotassium
o-pthalat. Dipotassium o-pthalat diisomerisasikan pada suhu 100-130 oC dan
tekanan 145-725 psi. Hasil dari proses isomerisasi ini adalah dipotassium
terepthalat yang kemudian dilarutkan ke dalam air dan direcycle ke awal proses.
Kristal asam terepthalat yang terbentuk diambil dengan filtrasi dan dikeringkan.
(Fauzan, 2013)
4. Proses Amoco
Pada proses ini, reaksi oksidasi paraxylene oleh udara terjadi pada fase
cair dengan menggunakan asam asetat sebagai solvent, Co(II) asetat sebagai
katalis. Kondisi operasi reaktor dijaga pada suhu 175-250 oC dan tekanan 220-
435 psia. Asam asetat setelah dipisahkan akan dimanfaatkan kembali sebagai
umpan reaktor.
9
Keuntungan proses ini:
Konversi paraxylene mencapai 98% mol dan yield asam terepthalat yang
dihasilkan minimal 95%.
Menghasilkan kemurnian produk yang lebih dari 99%
(Fauzan, 2013)
10
Karena pentingnya asam terephthalat dalam industri kimia, banyak para
konsumen atau pasar yang menggunakan produk asam terphthalat. Hal ini dapat
dibuktikan dengan data dari Biro Pusat Statistik :
Tabel 2.1 Kebutuhan Impor Asam Terephtalat di Indonesia
11
3. PT Indo-Rama Synthetics merupakan PMA didirikan pada 1975 oleh. S.P.
Lohia. Perusahaan ini bergerak dalam industri yarn spinning. Perusahaan ini
merupakan produsen polyester di Indonesia.
4. PT Indo-Rama, memproduksi Textured Yarn of Polyester of Synthetic Filament
- Man-Made Filaments, yarn of polyester of syhthetic filament – man made
filament, high tenacity yarn of polyester of synthetic filament – man made
filament, woven fabrics of synthetic staple fibres – man made staple fibres.
5. PT Apac Inti Corpora merupakan produsen yarn dan tekstil yang bergerak dalam
pemintalan benang dan pertenunan kain. Apac merupakan pabrik tekstil terbesar
di dunia yang berada dalam satu lokasi seluas 247 ha di Semarang, Jawa
Tengah.
6. PT. Sinar Pantja Djaja (SPD) dan PT. Fiberindo Inti Prima (FIP) bergerak dalam
industri spinning. SPD yang berlokasi di Semarang, Jawa Tengah memiliki
kapasitas produksi 120.000 spindles, sedangkan FIP miliki kapasitas produksi
60.000 spindles dan berlokasi di Tangerang, Jawa Barat.
7. SPD merupakan salah satu eksportir benang terbesar di dalam negeri, dengan
product range 100% RS viscose Ne 30’s, 100% RS polyester Ne 30’s, Polyester
viscose Ne 30’s, Ne 30/2 dan Polyester cotton Ne 30’s. Sejauh ini kedua
perusahaan yang berorientasi eskpor ini, mengekspor produk benangnya ke
berbagai negara yaitu USA, Brazil, Jerman, Mexico, Mesir dan Korea Selatan.
8. Unitex didirikan pada 1971. Perusahaan yang berlokasi di Bogor, Jawa Barat .ini
bergerak dalam industry textile yang terintegrasi yaitu industri spinning dan
weaving.
9. PT. Industri Sandang Nusantara merupakan pabrik tekstil yang didirikan pada
1965. Perusahaan ini memiliki fasilitas pabrik pamitalan dengan kapasitas
408.496 spindle.
10. PT. Primissima didirkan pada 1971 merupakan patungan antara pemerintah
dengan Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI). Penyertaan pemerintah
berupa satu unit pemintalan dan pertenunan serta perlengkapannya yang berasal
dari grant pemerintah Beland Primissima memiliki kapasitas terpasang
pemintalan 2.580 ton per tahun.
12
(Anonim, 2014)
Berdasarkan data pabrik tekstil diatas, dapat disimpulkan bahwa pendirian
pabrik Asam Tereftalat merupakan peluang yang sangat besar mengingat asam
tereftalat merupakan bahan baku utama polyester yang biasanya dalam industry
tekstil dan kain dijadikan bahan utama pembuatan benang.
13
BAB III
PEMBAHASAN
14
Termodinamika ditinjau dari Energi Gibs (∆G)
Diketahui reaksi pembuatan asam tereftalat :
H3C-C6H4-CH3 (l) + 3 O2 (g) HOOC-C6H4-COOH (s) + 2 H2O (l)
( Perry,1973)
Perubahan Energi Gibs didapat persamaan :
∆ G° = -RT ln K
Diketahui ∆G masing-masing komponen pada 298 K adalah sebagai berikut :
∆ G ° f H3C-C6H4-CH3 (l) = -4.192 kkal/kgmol
∆ G ° f HOOC-C6H4-COOH (s) = -17.913,70 kkal/kgmol
∆ G ° f 2 H2O (l) = -56.910,96 kkal/kgmol
∆G = ∑ G ° f produk – ∑ G ° f reaktan
= [ (2x-56.910,96) + (-17.913,70) ] - [-4.192]
= -127.543,62 kkal/kgmol
Rumus Xa vs T
K −∆ H r 1 1
ln = ( − )
K 298 R T 298
(Levenspiel,1957)
15
Setelah mendapatkan nilai konstanta kesetimbangan (K), maka kita dapat
mencari konversi dengan rumus di bawah ini :
K
Xa=
K +1
(Levenspiel,1957)
−∆ G
ln K =
RT
−535683,204
ln K =
8,134 × 298
ln K =224,32
97
K=2,6× 10
K 298 −∆ H r 1 1
ln = ( − )
K R 298 T
97
2,6.10 −−535683.204 1 1
ln = ( − )
K 8.314 298 300
K = 155.660
K 155.660
Xa= =
K +1 155.660+1
Xa=0.994
K 298 −∆ H r 1 1
ln = ( − )
K R 298 T
2,6.10 97 −−535683.204 1 1
ln = ( − )
K 8.314 298 400
K = 4.068
16
K 4.068
Xa= =
K +1 4.068+1
Xa=0.803
K 298 −∆ H r 1 1
ln = ( − )
K R 298 T
97
2,6 x 10 −−535683.204 1 1
ln = ( − )
K 8.134 298 500
K = 2.568
K 2.568
Xa= =
K +1 2.568+1
Xa=0.721
K 298 −∆ H r 1 1
ln = ( − )
K R 298 T
97
2,6.10 −−535683.204 1 1
ln = ( − )
K 8.314 298 600
K = 2.058
K 2.058
Xa= =
K +1 2.058+1
Xa=0.673
K 298 −∆ H r 1 1
ln = ( − )
K R 298 T
2,6.10 97 −−535683.204 1 1
ln = ( − )
K 8.134 298 700
K = 1.809
K 1.809
Xa= =
K +1 1.809+1
17
Xa=0.644
Dari perhitungan tersebut dapat dibuat tabel dan grafik hubungan konversi Xa
dengan suhu.
T(K) Xa
300 0,994
400 0,803
500 0,721
600 0,673
700 0,644
1
0.95
0.9
0.85
Konversi (Xa)
0.8
0.75
0.7
0.65
0.6
0.55
0.5
200 300 400 500 600 700 800
Temperatur (T)
3. 2. Tinjauan Kinetika
18
Laju reaksi pembentukan asam terephtalat dapat dinyatakan dengan persamaan
berikut:
H3C-C6H4-CH3 (l) + 3 O2 (g) HOOC-C6H4-COOH (s) + 2 H2O (l)
( Perry,1973)
A+B C
rc = k CACB
Bila ditinjau dari segi kinetika reaksi sesuai dengan rumus Arhennius:
k = A.e(-E/RT)
Dalam hubungan ini: k = konstanta kecepatan reaksi
A = faktor frekuensi
E = energi aktivasi
R = konstanta gas ideal
T = temperatur
19
Dengan rumus hubungan suhu dan konversi termodinamika, karena kami
menggunakan poses pembuatan asam tereftalat dengan ICI maka waktu yang
diperlukan untuk reaksi adalah tiap 1 menit atau 60 detik. Maka didapatkan data sebagai
berikut:
Pada suhu 300 K
k = (1,52.1014) (e-10000/8,314.300) m3/kmol.det
k = 1,544.10-4
-ln (1-XA) = k t
XA = 0.671
Pada suhu 400 K
k = (1,52.1014) (e-10000/8,314.400) m3/kmol.det
k = 1,808.10-4
-ln (1-XA) = k t
XA = 0.728
Pada suhu 500 K
k = (1,52.1014) (e-10000/8,314.500) m3/kmol.det
= 2,855.10-4
-ln (1-XA) = k t
XA = 0.872
Pada suhu 600 K
k = (1,52.1014) (e-10000/8,314.600) m3/kmol.det
k = 3,171.10-4
-ln (1-XA) = k t
XA = 0.898
Pada suhu 700 K
k = (1,52.1014) (e-10000/8,314.700) m3/kmol.det
k = 5,123.10-4
-ln (1-XA) = k t
XA = 0.975
20
Dari perhitungan tersebut dapat dibuat tabel dan grafik hubungan konversi Xa
dengan suhu.
Tabel 3.2 Tinjauan Kinetika
T(K) Xa
300 0,671
400 0,728
500 0,872
600 0,898
700 0,975
1
0.95
0.9
0.85
Konversi (Xa)
0.8
0.75
0.7
0.65
0.6
0.55
0.5
200 300 400 500 600 700 800
Temperatur (T)
Grafik hubungan antara temperature dan konversi dapat dilihat pada gambar di
bawah ini. Dari gambar terlihat bahwa berdasarkan tinjauan thermodinamika,
semakin tinggi suhu, maka konversi yang diperoleh akan semakin kecil (reaksi
eksotermis). Sedangkan berdasarkan tinjauan kinetika, semakin tinggi suhu maka
konversi yang diperoleh akan semakin besar.
( Winda, 2010)
21
1
0.95
0.9
0.85
Tinjauan Thermodinamika
Konversi (Xa)
0.8
Tinjauan Kinetika
0.75
0.7
0.65
0.6
0.55
0.5
200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 800
Temperatur (T)
22
yang diperlukan untuk pembuatan poliester. Teknologi Amoco adalah yang paling
banyak digunakan di seluruh dunia, namun proses lain telah dikembangkan dan
beroperasi secara komersial.
( Parahita, 2013)
Effluent dari reaktor adalah slurry asam tereftalat karena larut sampai batas
tertentu di hampir semua pelarut, termasuk asam asetat- pelarut air yang
digunakan di sini. Slurry ini melewati sebuah surge vessel yang beroperasi pada
tekanan lebih rendah daripada reaktor. Banyak asam tereftalat dikristalkan dan
slurry ini kemudian siap untuk diproses pada kondisi tekanan atmosfer. Kristal
Asam tereftalat direcovery dengan filtrasi, dicuci, dikeringkan, dan disalurkan ke
bagian penyimpanan, untuk digunakan lebih lanjut sebagai umpan dalam langkah
pemurnian.
Proses disebut grade teknis atau kasar dari asam tereftalat, tetapi
kemurnian biasanya lebih besar dari 99%. Kemurnian ini cukup untuk mencapai
tingkat yang diperlukan dalam polimerisasi. Pengotor utamanya adalah asam 4-
formylbenzoic [619-66-9], yang tidak sempurna dioksidasi p-xilena dan
23
monofungsional berkaitan dengan esterifikasi. Asam 4-Formylbenzoic biasanya
disebut sebagai 4-carboxybenzaldehyde (4-CBA) dalam industri.
Air yang terbentuk dalam reaksi serta beberapa produk yang tidak
diinginkan harus dihilangkan dari pelarut asam asetat .Oleh karena itu, mother
liquor dari filter dimurnikan dalam residu still untuk menghilangkan pemberat
lainnya, dan dalam menara dehidrasi untuk menghilangkan air. Asam asetat
dimurnikan dari bagian bawah menara dehidrasi didaur ulang ke reaktor.
Overhead air dikirim ke pengolahan limbah, dan dasar residu still dapat diproses
untuk recovery katalis. Atau, beberapa mother liquor dari filter dapat didaur ulang
langsung ke reaktor.
Asam asetat didaur ulang sebagai pelarut dan dapat diisolasi sebagai
produk sampingan. Reaksi suhu bisa rendah, 120-1400 C, dan waktu tinggal
cenderung tinggi, dengan nilai-nilai dari dua jam atau lebih.
24
Asam tereftalat mentah dan air dimasukkan ke tangki pencampuran untuk
membentuk slurry minimal 15% asam tereftalat basah. Slurry dipompa ke penukar
panas, untuk meningkatkan suhu slurry yang cukup untuk melarutkan asam
tereftalat. Larutan mengalir melalui reaktor hidrogenasi yang berisi katalis
palladium karbon. Hidrogen ditambahkan ke dalam reaktor, di mana ia larut
dalam larutan umpan. Reaktor suhu diatur di atas tekanan parsial uap untuk
mempertahankan fase cair. Dalam reaktor, asam 4-formylbenzoic dihidrogenasi
menjadi asam p-toluic, dan kotoran berbagai warna dihidrogenasi untuk produk
berwarna. Katalis sangat selektif; hilangnya asam tereftalat dengan reduksi asam
karboksilat atau hidrogenasi cincin kurang dari 1%. Pengaruh keseluruhan
hidrogenasi adalah konversi ketidakmurnian untuk bentuk yang tetap di dalam
mother liquor selama langkah kristalisasi berikutnya. Asam tereftalat dimurnikan
dengan kristalisasi dalam vessel di mana tekanan dan suhu secara berurutan
menurun. Seperti yang telah disebutkan di atas, kotoran tetap berada di mother
liquor untuk sebagian besar.
(Packer, 1986)
3.4. Reaktor Untuk Pembuatan Asam Terephthalat
25
- Terdapat pengaduk sehingga suhu dan komposisi campuran adalah reaktor
yang selalu homogen bisa terpenuhi.
Kerugian :
- Reaksinya berlangsung isotermal sehingga dipakai katalisator yang
aktifitasnya rendah dan butir katalisator kecil sehingga tidak ada tahanan
perpindahan panas
(David, 1998)
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Asam Terepthalat atau 1,4 benzene dicarboxylic acid dengan rumus molekul
C6H4(COOH)2 merupakan salah satu senyawa berupa kristal putih yang dapat
digunakan sebagai bahan baku dalam industri serat sintetis.
2. Proses pembuatan asam terephtalat antara lain Proses Du-Pont, Eastman-Kodak,
Henkel, dan Amoco. Yang paling sering digunakan adalah Proses Amoco.
3. Reaktor yang digunakan adalah CSTR (Continuous Stirred Tank Reactor)
karena cenderung lebih mudah dalam pengontrolan dan dapat digunakan untuk
kapasitas besar.
4. Berdasarkan tinjaun termodinamika, pembentukan asam terepthalat melalui
oksidasi p-xylene dengan udara merupakan reaksi eksotermis. Hal ini
ditunjukkan dengan harga entalpi yang negatif yaitu -150.294 kkal/mol asam
terepthalat yang terbentuk.
5. Konversi maksimum dapat diketahui dari titik potong antara garis tinjauan
thermodinamika dan garis tinjauan kinetika. Berdasarkan gambar, diperoleh
konversi maksimum yang dapat dicapai adalah pada suhu 440 K dimana
konversi yang diperoleh adalah 0,77 (77%). Sedangkan pada literatur, konversi
yang tercapai adalah 95% dengan suhu 448-498 K. Jadi, penyimpangan suhunya
adalah sebesar 1,8% dan penyimpangan konversi adalah sebesar 18,9%.
4.2 Saran
1. Untuk produsen : meningkatkan kapasitas produksi asam sulfat serta menjaga
kualitas produk untuk menjaga kepercayaan masyarakat
2. Untuk konsumen : memilih asam terephthalat yang memiliki kualitas yang baik
3. Untuk peneliti : perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menghasilkan
konversi yang lebih tinggi untuk meningkatkan hasil produksi.
27
DAFTAR PUSTAKA
Hindmarsh Eric, John Arthur Turner, David Parker. 1998. ”Process for the production of
terephthalic acid”. US Pat. RE36008: E. I. du Pont de Nemours and Company
Wilmington Del.
Kiefer Judy E., Willian V. Phillips, Thomas E. Woodruff. 1986. ”Process for the purification
of terephthalic acid”. US Pat. 4605763: Eastman Kodak Company Rochester N.Y.
Levenspiel,O. 1957. “Chemical Reaction Engineering”. New York: Mc Graw Hill Book Co.
Packer, Lawrence G. and David E. James. 1986. “Purification of Terephthalic Acid”. US
Pat. 4626598: Amoco Corporation Chicago.
Smith,J.M., H.C.Van Ness., M.M.Abbott.2001. “Introduction to Chemical Engineering
Thermodynamics” sixth ed. Singapore : Mc Graw Hill Book Co.
Silvano, 2014. Prarancangan Pabrik Asam Tereftalat dari Paraxylene dan Udara Kapasitas
300.000 Ton/Tahun. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Irfandy, Fauzan. 2014. Asam Terephtalat. http://www.scribd.com/doc/136619677/Asam-
Terepthalat . Diakses tanggal 16 September 2016
Winda, 2010. Macam-macam Reaktor Heterogen. http://migasnet11-
winda8010.blogspot.com/2010/01/macam-macam-reaktor-heterogen.html .Diakses
tanggal 16 September 2014
Perry, Robert H. 1973. Chemical Engineers Handbook, 5th End Mc Grow-Hill
Parahita, Citra Kusuma, 2013. Materi Paraxylene.
http://www.scribd.com/doc/135979207/materi-paraxylene . Diakses tanggal 16
September 2016
http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_asetat
http://id.wikipedia.org/wiki/Polietilena_tereftalat
28