Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/334251995

SINTESIS BUSA RIGID POLIURETAN DARI POLIOL TRIGLISERIDA MINYAK


NYAMPUNG (Challophylum inphyllum)

Article · April 2019


DOI: 10.29303/orbchem.v1i1.9

CITATIONS READS

0 141

1 author:

Sudirman Sudirman
University of Mataram
15 PUBLICATIONS   15 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

DDS (graphene-alginate) for chemotherapy based on xanthone derivatives View project

All content following this page was uploaded by Sudirman Sudirman on 11 September 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


e-ISSN: 2657-1048
p-ISSN: 2685-0443
SINTESIS BUSA RIGID POLIURETAN DARI POLIOL TRIGLISERIDA
MINYAK NYAMPUNG (Challophylum inphyllum)
Synthesis of Rigid Polyurethane Foam Based on Polyol Trigliseride of Nyamplung Oil
(Challophylum inphyllum)

Sudirman1*, Emmy Yuanita2, Erin Riyantin Gunawan3


1 Program Studi Kimia FMIPA Universitas Mataram
2Program Studi Kimia FMIPA Universitas Mataram
3Program Studi Kimia FMIPA Universitas Mataram

* Korespondensi: No.+6287765041690, Email: sudirman28@unram.ac.id

ABSTRAK. Poliuretan saat ini umumnya disintesis dari poliol yang berbahan baku minyak bumi, dimana
minyak bumi merupakan bahan yang tidak terbaharukan. Dengan demikian perlu dicari bahan baku
alternatif untuk membuatan poliol sebagai bahan baku poliuretan. Telah dilakukan penelitian sintesis
poliuretan berbahan baku poliol yang dibuat dari trigliserida minyak Nyamplung. Trigliserida minyak
nyamplung dikonversi menjadi poliol dengan metode epoksidasi dengan asam format (HCOOH 90%) dan
Hidrogen peroksida (H2O2 30%). Perubahan Sifat fisikokimia dari trigliserida menjadi poliol yaitu warna
dari kuning kehinjuaan menjadi kuning pucat, indeks bias dari 1,463 menjadi 1,4703, densitas dari 0,868
gr/ml menjadi 0,962 gr/ml dan bilangan iod dari 88,33 menjadi 23,98 mg iod/gr minyak. Analisis FT-IR dari
trigliserida dan poliol menunjukkan perbedaan yang signifikan pada bilangan gelombang 3474,69 cm -1
yang merupakan regang OH pada poliol dan tidak terdapat pada trigliserida, serta serapan yang
berkurang pada bilangan gelombang 3008,1 cm-1 dan 1638,39 cm-1 yang merupakan regangan ikatan –
C=C- dan =C-H dari ikatan tidak jenuh pada trigliserida. Sedangkan poliuretan yang dihasilkan dari poliol
trigliserida minyak nyamplung dan Toluen diisosianat berupa busa keras dan agak kaku, dengan
karakteristik spektrum FT-IR yang khas pada bilangan gelombang Spektrum FT-IR dan memberikan
serapan yang Khas pada bilangan gelombang 3319,83 cm-1 yang merupakan regang –NH dari ikatan
uretan (-NHCOO-) yang terbentuk dan didukung oleh serapan pada bilangan gelombang 2274,18 cm-1
dan 1226,91 cm-1 yang merupakan serapan dari C=O dan C-O dari uretan.

_____________________
Keywords: Minyak Nyamplung, Poliol, Poliuretan.

ABSTRACT. Polyurethane is currently generally synthesized from polyols which are made from
petroleum, where petroleum is a non-renewable material. Thus, it is necessary to find alternative raw
materials for making polyols as polyurethane raw materials. In this research of polyurethane synthesis
made from raw polyols made from Nyamplung oil triglycerides. The triglycerides of nyamplung oil are
converted into polyols using the epoxidation method with formic acid (90% HCOOH) and Hydrogen
peroxide (30% H2O2). Changes in the physicochemical properties of triglycerides to polyols are color from
yellow to pale yellow, refractive index from 1.463 to 1.4703, density from 0.868 gr / ml to 0.962 gr / ml and
iodine number from 88.33 to 23.98 mg iod / gr oil. FT-IR spectra analysis of triglycerides and polyols
showed a significant difference in wave number 3474.69 cm-1 which was an OH stretching in the polyol
and was not present in triglycerides, and absorption was reduced at wave numbers 3008.1 cm-1 and
1638.39 cm-1 which is the stretching of the –C = C- and = CH bonds from the unsaturated bond on
triglycerides. Whereas the polyurethane produced from the polyol of nyamplung oil triglyceride and
Toluene Diisocyanate is a hard and rather stiff foam, with a characteristic FT-IR spectrum that is typical of
the FT-IR spectrum wave number and gives a typical absorption at wave number 3319.83 cm-1 strain -NH
of urethane bond (-NHCOO-) formed and supported by uptake at wave number 2274.18 cm-1 and
1226.91 cm-1 which is absorption from C = O and CO from urethane.
_____________________
Keywords: Nyamplung Oil, Polyol, Polyurethane

Vol.01 No. 01, April 2019 DOI: https://doi.org/10.29303/orbchem.v1i1.9 34


e-ISSN: 2657-1048
p-ISSN: 2685-0443
yang masih belum bisa di manfaatkan secara
PENDAHULUAN maksimal. Contohnya adalah buah nyamplung
Poliuretan merupakan salah satu jenis (Challophylum inphyllum) yang dapat digunakan
polimer yang sudah banyak dikembangakan. sebagai sumber minyak. Tumbuhan ini tersebar
Poliuretan merupakan salah satu jenis polimer diseluruh kepulauan indonesia. Berdasarkan
yang terbentuk dari reaksi antara gugus hidroksil data Departemen Kehutanan tahun 2008 yang
(-OH) dan gugug isosianat (-NCO) yang diperoleh dari pencitraan satelit memperlihatkan,
membentuk ikatan uretan secara berulang. tegakan alami tanaman nyamplung tersebar
Poliuretan memiliki kelebihan dibandingkan jenis pada area yang mencapai hingga 480.000 ha.
polimer yang lain, diantaranya mudah Pohon nyamplung berbuah sepanjang
terdegradasi oleh mikroorganisme dan lumpur musim, dan masih merupakan tanaman liar
aktif (Rohayati, 2010). Selain itu polimer jenis ini yang tidak memerlukan perawatan khusus serta
merupakan polimer berbasis asam lemak tidak tahan terhadap penyakit. Buah nyamplung bulat
jenuh yang umumnya berasal dari asam lemak dengan diameter 25-50 mm (Heyne, 1987).
nabati, yang ditransformasi menjadi poliol Sedangkan biji nyamplung juga berbetuk bulat
sehingga dapat diperbaharui. Selain itu, dan berwarna kuning dengan diameter 20-40
penggunaan poliuretan ini sangat luas untuk mm dan setiap 1 kg buah mengandung sekitar
dikembangkan. Banyaknya pabrik futniture, 100-200 biji (Friday dan Okano, 2006). Biji
industri otomotif, cat dan alas kaki membuat nyamplung mempunyai kadar minyak 71,4 %
propek usaha bidang poliuretan cukup sampai 75 %. Pada penelitian yang lain juga
menjanjikan. Saat ini aplikasi poliuretan paling menyebutkan bahwa terkandung 71,4% dan
banyak (sekitar 70%) adalah sebagai busa, kadar air mencapai 3,3%. Kandungan air juga
kemudian sebagai elastomer sebagai alternatif mempengaruhi proses ekstrasi minyak,
pengganti karet alam, baru kemudian lem dan sehingga jumlah minyak yang diperoleh pada biji
pelapis (Rohayati, 2010). yang segar dengan biji yang kering akan
Namun pemakaian poliuretan di berbeda. (Heyne, 1978). Selain itu, minyak
indonesia sebagai bahan industri masih nyamplung memilki kelebihan dibandingkan
tergantung pada impor, meskipun beberapa dengan minyak nabati lainya seperti minyak
industri sudah mulai mencoba memproduksi jarak pagar (asam palmitat 11,5%; asam stearat
poliuretan di dalam negeri. Selain itu juga bahan 5,2%; asam oleat 29,9%; asam linoleat 46,1%;
baku yang digunakan sebagai sumber asam asam lonoleat 4,7%), CPO (asam miristat 0,7%;
lemak umumnya masih berasal dari minyak asam palmitat 39,2%; stearat 4,4%; oleat
makan (edible oil) seperti minyak kelapa, minyak 41,4%; linoleat 10,5%;) dan minyak kedele
kelapa sawit (PCO), minyak kedelai dan minyak (asam miristat 0,1%, asam palmitat 10,2%;
jagung. Meskipun sudah ada yang mulai asam stearat 3,8%; asam oleat 22,8%; asam
mensintesis dari minyak jarak. Di indonesia linoleat 51,0%; asam lonoleat 6,8%; asam
sendiri kayak akan sumber daya alam hayati arachidat 0,28%), sedangkan minyak

Vol.01 No. 01, April 2019 DOI: https://doi.org/10.29303/orbchem.v1i1.9 35


e-ISSN: 2657-1048
p-ISSN: 2685-0443
nyamplung memiliki komposisi asam lemak yaitu Silika gel, Toluen diisosianat, Dietil eter, Na2SO4
asam miristat 0,09%; asam palmitat 15,89%; anhidrat, NaOH, Asam formiat 90%, H2O2 30%,
asam stearat 12,3%; asam oleat 48,49%; asam H2SO4 pekat, Reagen Hanus, Na2S2O3 0,1 N, KI
linoleat 20,7%; asam lonoleat 0,27% dan asam 15 %, Larutan Amilum, Gliserol dan Aquades.
arachidat 0,94 % (Sudrajat dkk,2007). Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini
Dari data tersebut diatas, terlihat adalah Gelas kimia, Labu takar, Rotary
bahwa potensi minyak nyamplung digunakan evaporator, Corong pisah, Soxlet, Magnetic
sebagai bahan baku poliuretan sangat besar, Stirrer, Labu leher tiga, Buret, Corong gelas,
komposisi terbesarnya adalah asam lemak tidak Erlenmeyer, Gelas ukur 100 mL, Pipet tetes,
jenuh yaitu asam oleat, yang nantinya akan Pemanas electric, kolom kromatografi, vacum,
ditransformasi menjadi poliol dengan Oven, Desikator, Statif dan klem, Termometer,
mengoksidasi ikatan. Adapun metode pembutan Batang pengaduk, Mechanical Strirer dan
poliol yang digunakan dalam penelitian ini spektrofotometer FT-IR.
adalah dengan metode epoksidasi, karena lebih
Ekstrasi Minya Nyamplung
mudah dilakukan dibandingkan dengan metode
Ekstraksi minyak dilakukan dengan
dengan KMnO4 dingin dalam larutan basa dan
metode sokletasi. Biji yang sudah halus
reagen Osmium tetraoksida (OsO4) (Fassenden
kemudian timbang sebanyak 70 gram, kemudian
dan Fessenden, 1982).
dibungkus dengan kertas saring dan diikat rapi
Sedangkan untuk jenis senyawa
menggunakan tali yang selanjutnya dimasukan
diisosianat yang banyak digunakan adalah
kedalam tabung soklet dan digunakan 250 ml n-
metilen 4,4 dipenil diisosianat (4,4 MDI), toluen
heksan sebagai pelarut dan dilakukan proses
diisosianat (TDI) dan heksan 1,6 diisosianat
Sokletasi selama 6 jam.
(heksametilen diisosianat). Namun dari ketiga
Pemurnian trigeliserida minyak
senyawa tersebut yang paling umum digunakan
nyamplung dilakukan dengan menggunakan
adalah TDI, karena lebih murah dari keduanya.
metode Jonzo (2000) yang dimodifikasi. 70 gr
Sehingga pada penelitian ini pembuatan
Ekstrak minyak nyamplung dilewatkan dalam
poliuretan dilakukan dengan bahan baku poliol
kolom kromatografi yang berisi silika gel.
yang ditransformasikan dari trigliserida minyak
Kemudian dielusi menggunakan eluen
nyamplung dengan metode epoksidasi dan
campuran heksana: dietil eter (87:13, V/V).
dengan toluene diisosianat sebagai sumber
Trigeliserida yang telah murni di uji dengan KLT
gugus isosianat.
setiap fraksi volumenya. Fraksi volume yang
memiliki nilai Rf yang hampir sama digabungkan
BAHAN DAN METODE
dan dipisahkan dari pelarutnya.
Alat dan Bahan
Sintesis Poliol Trigiliserida
Bahan-bahan yang digunakan dalam
Ke dalam labu leher tiga volume satu
penelitian ini adalah Buah nyamplung, n-heksan,
liter dimasukkan sebanyak 60 mL asam formiat

Vol.01 No. 01, April 2019 DOI: https://doi.org/10.29303/orbchem.v1i1.9 36


e-ISSN: 2657-1048
p-ISSN: 2685-0443
(HCOOH) 90% dan H2O2 30% sebanyak 30 mL satu malam. Poliuretan yang telah disintesis
secara perlahan-lahan sambil diaduk. Melalui kemudian diamati sifat fisiknya dan diuji dengan
corong penetes ditambahkan 2 mL H2SO4 spektrofotometer FT-IR yang selanjutnya
pekat selanjutnya diaduk dengan pengaduk dibandingkan dengan spectrofotometer FT-IR
magnetic stirrer pada suhu 40-45 0C selama 1 dari trigliserida dan Poliol.
jam. Melalui corong penetes ditambahkan
secara perlahan-lahan Trigeliserida minyak HASIL DAN PEMBAHASAN
nyamplung sebanyak 50 mL. Suhu
Ektraksi minyak nyamplung dilakukan
dipertahankan pada 40-45 0C sambil diaduk
dengan metode Sokletasi dengan n-heksana
selama 2 jam. Hasil reaksi dibiarkan selama
dikarenakan sifat non-polar dari n-heksana
satu malam. Residu dilarutkan dalam 150 mL
sehingga sangat baik sebagai pelarut minyak
dietil eter. Lapisan eter dicuci dengan 25 mL
atau trigliserida yang juga bersifat non-polar.
NaOH 2 M dan aquades sebanyak 1 kali.
Dari 2 kali pengulangan proses ektraksi minyak
Pencucian dilanjutkan dengan aquades (yang
dengan metode sokletasi didapat kadar minyak
telah dididihkan) sebanyak tiga kali. Hasil
rata-rata adalah 71,15% dari berat biji kering
pencucian dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrat
yang telah dihaluskan. Hasil ini lebih rendah
kemudian disaring. Filtrat hasil penyaringan
namun tidak jauh berbeda dibandingkan dengan
diuapkan melalui rotari evaporator untuk
hasil Dweek dkk. (2002) yaitu 75% dengan
mendapatkan senyawa poliol dari Triglesrida
metode pengepressan. Pebedaan lingkungan
minyak nyamplung (Lase, 2009).
tempat tumbuhnya Nyamplung yang digunakan
Sintesis Poliuretan akan mempengaruhi kadar dan komosisi minyak
Sintesis poliuretan dilakukan dengan Nyamplung yang didapatkan.
metode One shot (Pradicta, 2010) yaitu proses Asam lemak penyusun Trigliserida
pembutan poliuretan dilakukan tanpa pelarut Minyak Nyamplung didominasi oleh asam lemak
dan melaui satu tahapan proses. 9,8 ml poliol tidak jenuh seperti Asam oleat (C18:1) yang
yang telah dibuat, 1 ml gliserol dan 0,5 ml mencapai sekitar 48,49% dan Asam Linoleat
aqudes di campur dan dipanaskan sampai 55 (C18:2) mencapai 20,70% dari berat minyaknya
0C, kemudian ditambahkan 4 ml TDI sambil (Sudrajat,2007), sehingga dapat ditransformasi
diaduk dengan mechanical strirer dengan menjadi poliol.
kecepatan 250-260 rpm selama 3 menit.
Poliuretan yang telah berbentuk busa kemudian
dituangkan kedalam cetakan dan didiamkan

Vol.01 No. 01, April 2019 DOI: https://doi.org/10.29303/orbchem.v1i1.9 37


e-ISSN: 2657-1048
p-ISSN: 2685-0443
O
H2C
O
HC O
+ O
O
O O
C H O H
H2
O
Trigliserida yang tersusun atas oleat, dan linoleat. Asam peracid

H+/H2O

O
H2C
O O
O
CH
O O
O
C
H2
O O O
H+/H2O

Pembentukan cicin Oksiran

OH
O
H2C
O OHOH
CHO O
OH OH
O OH
O H OH
C +
H2
O OH OH

Poiol Trigliserida (poliol ester) Asam Formiat

Gambar.1. Reaksi pembentukan poliol dari trigliserida.

Pada penelitian, reaksi epoksida untuk mengetahui telah terjadinya oksidasi


dilakukan dilabu leher tiga dimana asam peracid ikatan rangkap yang terdapat pada rantai
yang dibutuhkan dibuat dari rekasi anatara samping dari Trigliserida minyak nyamplung
asam Formiat(HCOOH) 90% dan Hidrogen menjadi senyawa poliol atau polihidroksi seperti
peroksida (H2O2) 30% yang dibuat pada suhu terlihat pada Gambar.1. Adapun hasil
40-45 0C selama 1 jam. Hasil uji beberapa sifat perbandingan beberapa sifat fisiko kimia dari
fiska dan kimia yang telah dilakukan baik secara keduanya dapat yang telah dilakukan terlihat
kualitatif dan kuantitaif dapat dijadikan indikator pada tebel berikut:

Tabel. 1. Perbandingan Hasil Uji sifat fisika kimia antara Trigliserida dan Poliol.
Minyak*
No. Sifat Fisiko Kimia Trigliserida Poliol Satuan
Nyamplung
Kuning kehijauan
1 Warna Kuning kehijuan Kuning pucat -
(Jernih)
2 Indeks Bias 1,4750 - 1,4820 1,463 1,4703 -
Mg Iod/gr
3 Bilangan Iod 86,42 88,33 23,98
minyak
*Sumber: Sudrajat, 2007

Vol.01 No. 01, April 2019 DOI: https://doi.org/10.29303/orbchem.v1i1.9 38


e-ISSN: 2657-1048
p-ISSN: 2685-0443
Spektrum FT-IR dari poliol hasil gelombang 1638,39 cm-1 yang merupakan
konversi dari trigliserida pada Gambar.2, terlihat strecth dari –C=C- dan pada bilangan
bahwa muncul serapan baru dan berkurangnya gelombang 3008.43 cm-1 yang merupakan
intensitas dari beberapa serapan pada strecth dari ikatan =C-H yang membuktikan
trigliserida, yang menunjukan munculnya gugus bahwa masih terdapat iktan rangkap yang tidak
baru. Pada bilangan gelombang 3474,69 cm-1 teroksidasi menjadi alkil hidroksil. Hal ini juga
muncul serapan yang melebar akibat adanya ditunjukan dengan masih terdeteksinya Bilangan
gugus –OH yang merupakan hasil oksidasi iod pada poliol hasil konversi trigliserida.
ikatan rangkap pada rantai samping Dengan kata lain, reaksi konversi trigliserida
trigliseridanya. Namun masih terdapat serapan menjadi poliol masih belum bereaksi sempurna.
meskipun %T-nya berkurang, pada bilangan

Gambar.2. Spektrum FT-IR dari poliol trigliserida minyak Nyamplung

Pada penelitian ini telah dilakukan 2007) dimana reaksi dilakukan pada suhu 550C
sintesis poliuretan yang berupa busa dari poliol dengan pengadukan menggunakan Mechanical
trigliserida minyak nyamplung sebagai sumber stirer dengan lama pengadukan 3 menit
gugus –OH dan toluene diphenildiisosianat (Pradicta, 2010) dengan hasil terlihat pada
sebagai sumber gugus –NCO dengan Gambar.3.
perbandingan poliol: TDI=1,2:0,49 (Marlina,

Gambar.3. Busa Rigid Polyuretan dari Poliol Trigliserida Minyak Nyamplung

Vol.01 No. 01, April 2019 DOI: https://doi.org/10.29303/orbchem.v1i1.9 39


e-ISSN: 2657-1048
p-ISSN: 2685-0443
Selain itu, pada penelitian ini juga sehingga besar kemungkinan terjadi ikatan
digunakan juga gliserol sebagai perpanjangan silang antar rantai poliuretan yang terbentuk.
rantai uretan (Chain exthender). Selain reaksi Semakin banyak ikatan silang yang terbentuk,
diatas, juga terjadi reaksi secara serentak antara maka karakteristik poliuretan yang terbentuk
H2O yang ditambahkan dalam jumlah kecil akan semakin kaku. Namun sifat kaku dan keras
sebagai Blowing agent (Zat peniup) dengan TDI ini sangat baik dimanfaatkan untuk poliuretan
yang menghasilkan gas CO2 yang selanjutnya jenis termoset.
terjebak dalam poliuretan sehingga terbentuklah Dari Gambar 4. yang merupakan
busa seperti terlihat pada Gambar.3. spektrum FT-IR dari uretan yang dibuat dari
Poliuretan yang terbentuk pada poliol trigliserida minyak Nyamplung
penelitian ini memiliki karakter fisik yaitu menunjukan bahwa poliuretan telah terbentuk.
berbentuk busa yang berwarna kuning kaku dan
agak keras. Adapun sifat kaku ini muncul karena
molekul poliol yang besar dan bercabang,

Gambar.4. Spektrum FT-IR poliuretan dari poliol trigliserida minyak Nyamplung

Hal ini dibuktikan dengan adanya uretan –(NHC=OO), dimana gugus ini muncul
serapan pada bilangan gelombang sekitar pada bilangan gelombang yang cukup tinggi
3319,83 cm-1 yang merupakan serapan dari karena ada pengaruh ikatan hidrogen dari gugus
gugus –NH- dari uretan, Sedangkan serapan –NH pada rantai lainya yang berdekatan, dan
pada bilangan gelombang 2925, 64 cm-1 pada bilang gelombang 1744,02 cm-1 adalah
merupakan pita serapan oleh –C-H, pada pita serapan dari –C=O bebas pada gugus
bilangan gelombang 2274,18 cm-1 merupakan fungsi ester pada trigliserida. Pita serapan dari
pita serapan dari gugus –C=O pada ikatan rengang gugus fungsi utama juga didukung oleh

40
e-ISSN:xxxxxxxxxx
p-ISSN:xxxxxxxxxx
e-ISSN: 2657-1048
p-ISSN: 2685-0443
pita serapan dari lentur ikatan –C-N- pada cm-1. Adapun perbandingan Spektrum FT-IR
bilangan gelombang 1536,28 cm-1 dan lentur dari poliuretan yang disintesis oleh Elisama
ikatan –C-O pada bilangan gelombang 1226,91 (2009) seperti pada Gambar.4.

Friday, J.B. and Okano, D. 2006. Callophyllum


KESIMPULAN DAN SARAN inophyllum (kamani) Species Profiles for Pasific
Island Agro Forestry. http://www.traditionaltree.org
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan akses tanggal 23 Maret 2009.

bebera hal diantaranya: (i) Trigliserida minya Frisch, 1974, Advance in Urethane Sci and Tech Vol
1, New York: Technomick Publishing.
Nyamplung yang mengandung rantai asam
lemak tidak jenuh dapat dikonversi menjadi Herlina, Netti M.T. 2002. Lemak dan Minyak. USU
Digital Library.
poliol melalui reaksi epoksidasi dengan asam
perasid. Busa poliuretan yang terbentuk bersifat Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III.
Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan,
kaku dan keras yang disebabkan karena adanya Departemen Kehutanan, Jakarta.
ikatan silang dari rantai trigliserida. Oleh karena Höfer, Rainer. 2000. Oleochemical Polyols, New Raw
itu, perlu adanya kajian lebih lanjut untuk melihat Materials for Polyurethane Applications”,
www.coating.de.
potensi pengembangan poliuretan berbasis
Jonso, Hiol A, Zagol, Comeau, L.C. 2000. Preration
minyak Nyamplung. of Concentrates FDHA from Fish Oil Selective
Esterification of Cholestrol by Immobilized Isoform of
Lipase from Candidi cugosa, Enzyme Microb.
Techno.27:6,443-450
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Marlina. 2007. Juranal Rekayasa Kimia dan
Lingkungan : Pemanfaatan Asam Lemak Bebas
Laboratorium Kimia Dasar dan Laboratorium Teroksidasi Dari Minyak Jarak Untuk Sintesis
Membran Poliurtan. Universitas Syiah Kuala.
Kimia Analsis Fakultas MIPA Universitas
Mataram yang telah memfasilitasi penelitian ini. Martawijaya,A.,I.Kartasujana, K.Kadir dan S.A.
Prawira. 2005. Atlas Kayu Indonesia. Jilid I. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan,
Departemen Kehutanan. Bogor.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kehutanan (Dephut), 2008. Tanaman Petrovic, Zoran; Guo, Andrew and Javni, Ivan. 2003.
Nyamplung sebagai Sumber Energi Bofuel. Process for the preparation of vegetable oil-based
http://www. indonesia.go.id[Diakses tanggal 15 Juli polylos and electroinsulating casting compounds
2011]. created from vegetable oil-based polyol”s, United
State Document : 6,573,354, www.uspto.gov,
Dweek, A.C, and Meadows, T. 2002. Tamanu Pittsburg State University, 3 Juni 2010.
(Callophylum inophyllum) the Africa, Asia Polynesian
and Pasific Panacea. Int J. Cos. Sci, 24:1-8. Pradicta, Chandra Yulianto. 2010. Prarancangan
Pabrik Poliuretan dari Metilen Difenil Diisosianat dan
Elisama, Lase.2009. Sintesis Poliol Melalui Politetrametilen Eter Glikol (Poliol) dengan Metode
Polimerisassi 4,4-Difenilmetana Diisosianat dengan One Shot Kapasitas 10.000 Ton Per Tahun.
Senyawa Poliol yang Diturunkan dari Minyak Jarak Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Pagar. Universitas Sumatra Barat.
Rohaeti, Eli. 2010. Prosiding Seminar Nasional Kimia
Fessenden, R.J. dan Fessenden, J. 1982. Kimia Dan Pendidikan Kimia: Biodegradasi Poliuretan Hasil
Organik, edisi ketiga. Penerbit Erlangga: Jakarta. Sintesis Dari Asam Oleat, Polioksietilen Glikol, Dan
Metilen-4,4-Difenildiisosianat. Yogyakarta: Jurdik
kimia UNY.

41
e-ISSN:xxxxxxxxxx
p-ISSN:xxxxxxxxxx
e-ISSN: 2657-1048
p-ISSN: 2685-0443

Rostiwati, T. Dkk. 2007. Upaya Penanaman


Nyamplung (Callophyllum spp) sebagai Pohon
Potensial Penghasil HHBK. Mitra Hutan Tanaman.
Vol. 2 No. 2, Oktober.Pp. 34-41.

Saunders, K. J., 1988, Organic polymer chemistry,


2nd ed, London: Chapman & Hall.
Soebagio, B. Dkk., 2003, Kimia Analitik II, Universitas
Negeri Malang, Malang.

Steven, Malcom P. 2001. Polymer Chemistry: An


Introduction. (Kimia Polimer) Alih bahasa oleh Iis
Sopyan. PT. Pradnya Paramita: Jakarta.

Sudrajat,R. Dkk. 2007. Pembuatan Biodiesel dari Biji


Nyamplung. Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 25 No.
1, Februari, pp. 41-56.

Tarigan, Daniel. 2009. Pembuatan Senyawa


Alkanolamida Terhidroksi Oktadekanoat yang
Diturunkan dari Minyak Kemiri. Indo, J. Chem. 2009.
9 (2), (271-177). Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Mulawarman. Diakses pada tanggal 19 April 2011
pukul 15.18 wita dari
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/9209271277.pd
f

Underwood, A.L dan Day, R. A. 2002. Analisis Kimia


Kuantitatif, edisi keenam. Erlangga: Jakarta

42
e-ISSN:xxxxxxxxxx
p-ISSN:xxxxxxxxxx
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai