Anda di halaman 1dari 4

Dakron termasuk dalam poliester.

Dakrom merupakan kopolimer yang terbentuk dari


2 monomer, monomer yang digunakan untuk pembentukan dakron adalah etilen glukol dan
dimetil tereftalat. Dakron memiliki struktur yang linier dan tidak ada percabangan.

Gambar 1. Eliten glukol Gambar 2. Dimetil tereftalat

Gambar 3. Repeating Pattern dari Dakron


Dakron merupakan polimer termoplastik, polimer termoplastik adalah polimer yang
mempunyai sifat tidak tahan terhadap panas. Jika polimer jenis ini dipanaskan, maka akan
menjadi lunak dan didinginkan akan mengeras. Beberapa sifat dari polimer termoplastik
adalah :
- Berat molekul kecil
- Tidak tahan terhadap panas
- Jika dipanaskan akan melunak
- Jika didinginkan akan mengeras
- Mudah untuk diregangkan
- Fleksibel
- Titik leleh rendah
- Dapat dibentuk ulang (daur ulang)
- Mudah larut dalam pelarut yang sesuai
- Memiliki struktur molekul linear/bercabang.
Dakron merupakan polimer yang dibuat dengan cara kondensasi. Dakron dibuat dengan
cara yang sama dengan pembuatan ester, perbedaan adalah pada kedua gugus fungsi yang
digunakan dalam pembentukan polimer. Dakron dibuat dari eliten glikol dan dimetil tereftalat
dengan memisahkan molekul air (-H dari alkohol dan –OH dari ester).

Gambar 4. Kondensasi dalam pembuatan Dakron


Proses pembuatan dakron adalah sebgai berikut :
1. Esterifikasi
Esterifikasi merupakan tahap pembentukan monomer. Proses ini langsung karena gugus
karboksil (-COOH-) dari asam tereftalat dapat dengan mudah bereaksi dengan etilena glikol,
sehingga tidak memerlukan katalis reaksi.
Proses esterifikasi diawali dengan pemompaan larutan homogen yang mengandung asam
tereftalat murni, etilena glikol, kobalt asetat, asam fosfit, diantimontrioksida, dan
titaniumoksida ke dalam reaktor. Proses ini berlangsung selama
kurang lebih 45 menit pada reaktor bersuhu proses 10-20OC. Dalam proses ini akan
dihasilkan produk sampingan berupa air yang dapat menghambat kesetimbangan reaksi dan
menghambat hasil, untuk itu air perlu dihilangkan dari proses dengan dipompa agar dihasilkan
berat molekul monomer yang besar, selain itu juga jumlah pereaksi (etilena glikol) yang
ditambahkan harus berlebih 10-20% karena etilena glikol akan mengalami banyak kehilangan
akibat destilasi kontinyu selama tahap reaksi.
Proses ini berkahir ketika seluruh air sebagai produk samping dapat di destilasi seluruhnya
dan produk reaksi berupa BHET (bishidroksi etlena tereftalat) yang kemudian akan
dipindahkan ke dalam reaktor polikondensasi bersuhu 260OC dengan cara didorong
menggunakan tekanan gas nitrogen 2,3 kg/cm3 melalui suatu filter untuk menyaring kotoran.
Selain air, hasil samping yang harus dihindari adalah terbentuknya asetaldehida yang
terbentuk akibat terdegradasi suhu yang tinggi, akibatnya akan berpengaruh pada sifat
akhir polimer poliester yang terbentuk.

2. Polikondensasi
Polikondensasi merupakan proses penggabungan monomer-monomer membentuk suatu
polimer. Panjang rantai polimer yang terbentuk dari reaksi ini dinyatakan dalam derajat
polimerisasi yang sangat dipengaruhi oleh suhu dan lama reaksi melalui putaran pengadukan
yang dilakukan secara bertahap. Dalam proses ini dapat juga terjadi kerusakan rantai polimer
yang sudah terbentuk yang diakibatkan oleh adanya Oksigen, yang berasal dari dalam maupun
dari luar reaktor walaupun jumlahnya sangat sedikit karena terjadinya kerusakan rantai akan
menjadi besar sebab ini terjadi pada waktu proses reaksi
penggabungan monomer
Sifat Poliester atau Polietilenatereftalat yang terbentuk dari hasil reaksi polimerisasi
dipengaruhi oleh jumlah gugus penghubung pada rantai. Misalkan, adanya senyawa
dietilenaglikol (DEG) pada rantai polimer akan meningkatkan daya serap serat terhadap zat
warna tetapi jika terlalu banyak maka akan menurunkan kekuatan tarik dan menurunkan
ketahanan suhu dari serat. Disamping DEG yang dapat mempengaruhi sifat serat adalah
adanya gugus ujung asam (karboksil) yang terbentuk pada proses polimerisasi, keberadaan
gugus asam yang terlalu banyak mengindikasikan bahwa proses reaksi polimerisasi belum
sempurna atau terjadi kerusakan rantai polimer akibat fotooksidasi oleh panas atau oksigen
sehingga terjadi pemutusan rantai polietilenatereftalat (PET) sehingga kekuatan serat yang
terbentuk menurun.

Dalam kehidupan sehari – hari, dakron dimanfaatkan untuk bahan pita rekam magnetik.
Dakron dipilih karena dakron memiliki sifat yang elastis dan kuat. Dakron dapat dibuat
menjadi lapisan yang tipis dan memiliki kekuatan yang cukup baik. Untuk merekam suara ,
dakron dilapisi dengan serbuk besi oksida (Fe2O3) yang disebarkan di permukaan dakron.
Lapisan besi oksida ini yang akan menyimpan data yang direkam. Pada saat proses
perekaman dilakukan, sinyal suara yang akan direkam diubah menjadi sinyal listrik. Sinyal
listrik yang dihasilkan akan menghasilkan medan magnet yang akan mempengaruhi susunan
dari besi oksida. Sebelum dilakukan perekaman, serbuk besi yang disebarkan tidak tersusun
dengan rapi. Akan tetapi setelah dakron dilewati oleh medan magnet maka susunan serbuk
besi oksida akan tetatur. Keteraturan dari serbuk besi ini mengikuti suara yang direkam,
sehingga saat diputar kembali maka akan terdengan suara yang sama dengan suara yang
direkam.
DAKRON UNTUK PITA REKAM MAGNETIK

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH KIMIA MATERIAL

OLEH :

AHMAD NAUFAL H.E.P. (0910920022)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2012

Anda mungkin juga menyukai