Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENGGUNAAN CERAMIC MATRIX COMPOSIT PADA PEMBUATAN

BUSI

DISUSUN OLEH

Muhammad Fitra Mahendra Rifai (1502619081)

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Pemilihan
bahan dan Proses yang telah diberikan oleh dosen pengampu kami. Dan tak lupa sholawat serta
salam selalu tetap tecurah kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari
jalan yang gelap gulita menuju jalan yang terang dengan membawa agama yang sempurna yaitu
Addinul Islam.
Makalah yang kami susun ini membahas tentang “Penggunaan ceramic matrix composit
pada pembuatan busi” yang terdiri dari berbagai sub topik bahasan. Makalah ini juga saya susun
guna menyelesaikan dan memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampu kami.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena kami masih dalam proses belajar, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak baik dari dosen pengajar maupun teman-teman yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat memberikan wawasan bagi saya serta teman-teman semua.

Bekasi, 16 Desember 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang material menunjukkan
inovasi yang luar biasa terutama untuk material maju (advancedmaterials) seperti
komposit keramik. Suatu jenis bahan baru hasil rekayasa yang terdiri dari dua atau lebih
bahan dimana sifat masing-masing bahan berbeda satu sama lainnya baik itu sifat kimia
maupun fisika nya dan tetap terpisah dalam hasil akhir bahan tersebut atau yang lebih
dikenal dengan nama bahan komposit. Memiliki banyak keunggulan diantaranya berat
yang lebih ringan, kekuatan yang lebih tinggi, tahan korosi dan memiliki biaya perakitan
yang lebih murah karena berkurangnya jumlah komponen dan baut-baut penyambung.
Kekuatan tarik dari komposit serat karbon lebih tinggi daripada semua paduan logam.
Salah satu jenis komposit yang banyak menarik perhatian adalah komposit matriks
keramik (Composit Matrik Ceramics /CMC ) karena sifatnya yang tahan pada
temperature tinggi. Komposit matrik keramik merupakan komposit yang menggunakan
keramik sebagai matrik atau resinnya. Inovasi komposit keramik menguat disebabkan
oleh munculnya tantangan-tantangan dalam penggunaan material keramik, seperti
diketahui bahwa keramik mempunyai keunggulan tahan aus, tahan suhu tinggi serta berat
jenis yang lebih rendah dibanding dengan material lain seperti logam dan polimer.
Sedangkan kelemahannya adalah antara lain rendahnya tahan kejut termal dan rapuh
Komposit matrik keramik ini dapat diaplikasikan pada berbagai komponen mesin salah
satunya seperti busi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bahan keramik yang digunakan pada pembuatan busi
2. Proses pembuatan busi
C. TUJUAN
1. Agar pembaca mengetahui bahan keramik yang digunakan pada pembuatan busi
2. Agar pembaca mengetahui proses pembuatan busi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bahan keramik yang digunakan pada pembuatan busi
Porselin merupakan bahan keramik yang keras, kuat berwarna putih, tembus
cahaya, tidak poros, halus bila dibakar pada suu tinggi dan bersifat isolator listrik.
Keramik alumina sangat mempengaruhi pada sifat fisis, mekanik, termal, listrik dan
mikrostrukturnya dari karekterisasi sifat listrik yang dihasilkan akan bersamanya kuat
tembus listrik dengan komposisi bahan, suhu sintering dan dapat digunakan sebagai
bahan isolator listrik tegangan tinggi.
Porselin merupakan keramik polikristalin yang umumnya mempunyai fasa quarts,
mullit dan lebih dari 10 % volumenya adalah fasa-fasa gelas. Porsein adalah bahan
keramik yang keras, kuat, bewarna putih, tembus cahaya, tidak poros, halus bila
dibakar pada suhu tinggi dan bersifat isolator listrik. Salah satu contoh
pengembangan porselin dalam bidang industri otomotif adalah pembuatan busi
(Sparks Plugs). Tahun 1930 dikembangkan industri porselin untuk bahan isolator
frekuensi tinggi. Kemudian pengembangan dilakukan secara intensif oleh MC. Dugel
Borkett yang menghasilkan isolator alumina yang dapat digunakan pada kondisi
tekanan tinggi. Pada dasarnya material porselin dibentuk dari bahan baku: feldsfar,
kaolin (ball elay) dan kuarsa. Untuk maksud tertentu, misalnya perbaikan sifat
fisisnya dilakukan penambahan aditif tertentu, antara lain : kapur, talk, dolomite dan
lainnya. Aditif ini dapat juga berfungsi untuk meningkatkan plastisitas bodi,
kekuatan, memudahkan pembentukannya dan terbentuknya struktur tertentu.
Klasifikasi keramik porselin dibedakan berdasarkan komposisi, sifat-sifat dan
aplikasinya. Aplikasi keramik porselin lainnya adalah sebagai bahan stop kontak,
sekring, busi, isolator jaringan listrik, sakelar pemutus tegangan listrik dan
sebagainya. Mengingat Indonesia kaya akan bahan galian yang tersebar di daerah-
daerah maka usaha untuk mendorong pemanfaatan bahan tersebut, khususnya untuk
pembuatan bahan isolator listrik menjadi topik dalam pembahasan. Dengan
demikian dapat diharapkan suatu terobosan pemanfaatan bahan galian sehingga
memberikan nilai tambah tersendiri yang cukup berarti.
1. Keramik Porselin

Keramik porselin merupakan salah satu jenis keramik konvensional yang


memiliki mikrostruktur yang lebih halus, dan lebih padat dibandingkan dengan
keramik konvensional lainnya seperti gerabah dan stoneware. Penggunaan keramik
porselin tidak hanya terbatas sebagai barang seni, peralatan rumah tangga dan tegel
(Tile), tetapi sudah digunakan sebagai komponen peralatan teknik misalnya : isolator
listrik, komponen pada busi dan pompa. Berdasarkan komposisi campuran bahan
baku, keramik porselin diklasifikasikan menjadi tiga yaitu : Feldspatik Porselin,
alumina Porselin dan Kristobalit Porselin (Muljadi at all, Jurnall LIPI 2002).

Bodi porselin konvensional dapat dikalsifikasikan dalam dua tipe yaitu : low
tension porcelain dan high tension porcelain. Perbedaan kedua tipe ini sangat
tergantung pada komposisi, jumlah fasa gelas yang terbentuk, sifat-sifat sifat-sifat dan
aplikasinya (Relva C. Buchanan, 1991). Porselin lunak 9low tension porcelaian)
biasanya kekuatan mekaniknya rendah, tahan terhadap kejut suhu, respon terhadap
frekuensi tinggi kurang baik, hanya pada frekuensi rendah (lebih kecil dari 104 Hz).
Porselin jenis ini biasanya disinter pada suhu 1260 – 1320C.

Porselin keras (high tension porcelaian) yang disebut sebagai porselin tegangan
tinggi, biasanya disinter pada suhu 1250 – 1450 °C, permukaannya halus dan
mengkilap. Bodi pembentuk porselin terdiri dari : fieldsfar ()Kna2O.3AL2O36Sio2,
Kaolin AI2O3 2SiO2. 2H2O dan kuarsa SiO2.

Tabel sifat fisis dari keramik porselin High Tension (Charles A. Harper, 2003)

Besaran fisis Satuan Nilai


Porositas % 0.0
Densitas g/cm3 2,3 - 2,5
Temperature sintering C 1300 – 1450
Resivitas (25C)  - cm 1012 - 1014
Kekerasan Pa 18 – 236
Modulus of Rupture (MOR) MPa 83
Bending Strenght MPa 137,8 - 310
Kekuatan Dialektrik kV/mm 13 – 18
Dialectrik Constant - 6,0 – 7, 0
Loss factor - 0,020

Dari diagram fasa dapat dilihat bahwa komposis porselin Alumina adalah
40 – 60% (berat clay, 20 – 35% (berat) feldsfar dan 20 – 30% (berat) kuarsa.
Kaolin merupakan bahan baku utama badan keramik, yang berfungsi untuk
mengontrol rentang pembakaran dan distorsi selama pembakaran. Kaolin akan
membentuk fasa cair pertama dalam sistem pada suhu sekitar 9000 °C. Kemudian
fasa kristalin utama dan berikutnya mullite. Feldsfar berfungsi sebagai bahan
pelebur (fluks) yang dapat menurunkan suhu sinter, meningkatkan fasa gelas,
menghindari pori dan membentuk fasa mullite.

Peningkatan fasa gelas dan kandungan alkali cendrung menurunkan sifat


elektrik dan kekuatan mekanik porselin. Larutnya fasa diatas 1200 °C akan
meningkatkan viscositas dan mempertahankan bentuk selama pembakaran.
Meningkatnya kandungan kuarsa berarti meningkatnya kekuatan mekanik,
menghasilkan ukuran butir dibawah 10 m dan menurunkan ekspansi termal.
Pada keramik porselin dimana elektron-elektron atom penyusunnya terikat dengan
kuat sehingga ion-ion tersebut tidak berdifusi. Susunan kimia bahan keramik
sangat bervariasi mulai dari senyawa sederhana hingga berupa campuran
beberapa fasa kompleks. Sedangkan porselin alumina merupakan salah satu jenis
porselin non konvensional. Porselin alumina biasanya mengandung alumina
sebanyak 10 – 40% dari tola berat campuran. Struktur kristal dari porselin
alumina mengandung 10-40 % adalah korudum, 8 – 20% quartz dan < 10%
adalah fasa gelas. Kekuatan mekanik porselin ini menjadi tinggi oleh karena
adanya matriks gelas yang berfungsi meningkatkan Young modulus dan
kekuatannya setara dengan korodum. Kelebihan dari kristal korodum antara lain :
ukuran butir relatif kecil sekitar 3 – 5 m dan tidak menimbulkan cacat mikro
sekitar butiran quartz yang kasar, sehingga suhu sinter menjadi tinggi
dibandingkan dengan keramik porselin konvensional. Dengan demikian kekuatan
mekanik dan kekerasan yang tinggi sangat memungkinkan untuk diaplikasikan
sebagai isolator listrik yang membutuhkan kekuatan tinggi.

2. Alumina
Alumina adalah senyawa yang terdiri dari alumunium dan oksigen,
sehingga alumina disebut juga senyawa oksida logam. Keramik yang sering
digunakan umumnya mempunyai fasa Corundum ( - Al2O3) dengan struktur
heksagonal (Hexgonal Closed Packed, HCP). Keunggulan alumina antara lain :
mempunyai titik lebur tinggi (2050 °C), stabil digunakan hingga suhu 1700 °C,
kekuatan mekaniknya tinggi, keras penghantar panas yang baik, sebagai isolator
listrik dan tahan terhadap korosi. Karena titik leburnya tinggi maka proses
densifikasi dari material ini juga membutuhkan suhu sintering yang relatif tinggi
(0,85 X titik lebur = 1750 °C). (Pardamean et all Jurnal LIPI, 2002) Material
keramik umumnya berupa senyawa polikristal, dimana pada proses
pembuatannya meliputi beberapa tahap antara lain : pemilihan bahan baku,
pencampuran, pembentukan dan pembakaran (sintering). Parameter- parameter
proses pembuatan keramik sangat tergantung pada jenis keramik yang akan
dibuat, bidang aplikasinya dan sifat-sifat fisis yang diinginkan (James Reed.
1994).
Keramik porselin alumina mempunyai kontribusi yang signifikan antara
sifat mekanik dan bisa digunakan sebagai bahan isolator listrik. Menurut
Buchanan RC 1986 bahwa keramik dengan kuat tembus listrik / kuat dielektrik
sekitar 9 – 11 kV/mm tergolong untuk pemakaian isolator listrik tegangan
rendah/menengah). Sedangkan kuat dielektrik 9,9 –15,8 kV/mm tergolong untuk
porselin tegangan tinggi dan dapat digunakan sebagai bahan isolator listrik
tegangan listrik.
B. Proses pembuatan busi
1. Busi
Busi (berasal dari bahasa Belanda bougie) adalah suatu suku cadang yang
dipasang pada mesin pembakaran dalam dengan ujung elektrode pada ruang
bakar. Busi dipasang untuk membakar bensin yang telah dikompres oleh piston.
Hak paten untuk busi diberikan secara terpisah kepada Nikola Tesla, Richard
Simms, dan Robert Bosch. Karl Benz juga merupakan salah satu yang dianggap
sebagai perancang busi.
2. Cara kerja Busi
Busi tersambung ke tegangan yang besarnya ribuan Volt yang dihasilkan
oleh koil pengapian (ignition coil). Tegangan listrik dari koil pengapian
menghasilkan beda tegangan antara elektrode di bagian tengah busi dengan yang
di bagian samping. Suhu yang sangat tinggi ini membuat gas yang terionisasi
untuk memuai dengan cepat, seperti ledakan kecil. Inilah percikan busi, yang pada
prinsipnya mirip dengan halilintar atau petir
3. Jenis-jenis busi
a. Busi standart
Bahan ujung elektroda dari nikel dan diameter center electrode rata-rata
2,5 mm. Jarak tempuh busi standar sampai sekitar 20 ribu Km, ketika kondisi
pembakaran normal dan tak dipengaruhi oleh faktor lain macam oli mesin dan
konsumsi BBM yang berlebihan efek peningkatan spek karbu. Busi ini
bawaan motor setiap diluncurkan dari pabrikan.
b. Busi Platina
Ujung elektroda terbuat dari nikel dan center electrode dari platinum, jadi
pengaruh panas ke metal platinum lebih kecil. Diameter center electrode 0,6
mm - 0,8 mm, jarak tempuh busi sekitar 30 ribu km. Busi ini favorit bikers
penyuka touring karena kemampuannya
c. Busi Iridium
Ciri khasnya ujung elektroda terbuat dari nikel dan center electroda dari
iridium alloy warna platinum buram. Diameter center electroda 0,6 mm - 0,8
mm mm. Jarak tempuh busi sekitar 50 ribu sampai 70 ribu km. berumur lama
cocok buat mesin motor besar diatas 150cc. Bisa dikatakan semi kompetisi,
biasa diaplikasi buat mesin non standar
d. Busi Racing
Busi yang tahan terhadap kompresi tinggi, serta temperatur mesin yang
tinggi. Dipersiapkan untuk mampu mengimbangi pemakaian full throttle dan
deceleration. Busi racing tidak sama dengan busi Iridium. Diameter center
electroda pun relatif kecil meruncing macam jarum. Jarak tempuh busi juga
relatif pendek di 20 ribu - 30 ribu Km, untuk rpm tinggi diatas 6000 pada
temperatur mesin yang tinggi.
4. Komponen busi

5. Bagian-bagian busi
a. Terminal
Pada puncak busi terdapat sebuah terminal yang digunakan untuk
menghubungkan busi pada sistem ignition. Pada umumnya busi memiliki
bentuk konektor berupa plug…tetapi ada juga yang menggunakan model
terminal kabel dan memerlukan kunci untuk memasang kabel busi lagi.
b. Insulator
Bagian utama dari insulator terbuat dari porselen atau keramik. Fungsi
utamanya adalah untuk memberikan topangan mekanik bagi inti elektroda
yang berada ditengahnya sekaligus sebagai isolator elektrik terhadap
tegangan tinggi yang akan mengalir di inti elektroda.
c. Ribs
Setiap busi bentuknya hampir sama, terdapat lekuk-lekuk pada bagian
insulatornya. Lekuk-lekuk busi ini yang dikatakan Ribs. Ribs bekerja
menambah kemampuan insulator dari keramik. Dengan adanya bentuk ribs ini
maka jarak antara inti elektroda dengan ground akan semakin jauh, dengan
semakin jauh jaraknya maka hambatan antar inti besi dan ground juga
semakin besar sehingga tegangan tidak dapat lompat dari inti besi ke ground
sekitar busi.
d. Insulator tip
Bagian ujung dari insulator, Terdapat di dalam body besi bagian kepala
dari busi. Ujung dari insulator atau insulator tip ini akan mengalami peristiwa
pembakaran yang terjadi pada ruang bakar sehingga material yang digunakan
harus tahan terhadap temperatur tinggi dan juga mampu menjadi insulator
yang baik. Rata-rata ujung dari insulator ini mampu menahan temperatur 650
derajat celcius dan mampu menahan tegangan 60.000 Volt Panjang pendeknya
ujung insulator ini akan mempengaruhi jenis sebuah busi..apakah busi itu busi
panas atau busi dingin
e. Seal
Hal ini berguna agar kompresi dari ruang bakar tidak ada yang keluar
melalui celah derat busi.
f. Metal Case
Casing metal atau disebut juga jaket sering kita anggap hanya sebagai
Sarana untuk mengunci busi ke silinder head, sebenarnya ada fungsi lainya
yaitu sebagai material konduksi yang memiliki daya hantar panas yang baik
sehingga panas dari busi dapat di konduksikan ke tempat lain selain itu casing
metal juga berfungsi sebagai ground pada busi.
g. Center electrode
Inti elektroda terhubung dengan terminal kepala busi melalui penghubung
internal yang di selubungi oleh ceramic insulatornya. ujung dari inti elektroda
ini bisa tebuat dari kombinasi tembaga, besi dan nickle, Chromium atau
logam-logam bagus lainnya. Pada umumnya material yang paling sering
digunakan adalah cupprum atau copper atau tembaga.
h. Side electrode (ground )
Elektroda samping atau ground merupakan bagian dari ujung busi yang
bersentuhan langsung dengan body atau ground kendaraan kita sehingga ini
merupakan perjalanan terakhir dari api koil. Elektron akan melompat dari
elektroda inti ke ground terdekat..dalam hal ini adalah elektroda samping.
6. Proses Pembuatan busi
 Pembuatan Isolator
Bagian yang utama di buat pada bagian Busi adalah bagian keramiknya /
Isulator. Isolator ini terbuat dari pasir kuarsa, feldsprad, dan senyawa lainya.

(Proses pembuatan keramik/isolator)

 Pembuatan thread
Berikutnya membuat komponen pada bagian kepala / Thread yang
mendukung terjadinya percikan api, Thered biasanya terbuat dari baja type
SAE/AISI 1010 ,pembuatanya dilakukan dengan mesin khusus tapi masih
setengah jadi. namun belum di lengkapi dengan center elektroda.
(Thread yang setengah jadi dan belum ada dratnya)

(Proses pembuatan Drat pada Thread)


 Sebelum di buat drat terlebih dahulu bagian atasnya di tambahkan dengan
komponen kecil yang di las bernama Ground elektroda

(Proses Ground Pengelasan Elektroda)

 Setelah semua bagian komponen-komponen tersebut telah jadi kemudian di


jadikan satu sebagai keutuhan. sebuah busi Yaitu pemasangan terminal
pada bagian pantat busi dan pemasang Thread pada bagian kepala namun
masih ada proses selanjutnya

(Proses isulator,thread dan terminal di jadikan satu)

 Setelah semuanya terpasang langkah berikutnya di panaskan lagi


dengan suhu tertentu untuk memberikan lapisan Hardener pada bagian
terminal dan bagian Thread
(Proses Hardener Terminal busi dan thread)

 Langkah terakhirnya adalah finising dan Quality Control mengecek


celah busi sesuai dengan standar yang di tentukan oleh masing-masing
manufacturing

(Proses Quality Control)


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Unsur aditif alumina pada keramik porselin sangat mempengaruhi sifat fisis,
mekanik, termal, listrik dan mikrostrukturnya.
2. Besarnya nilai dielektrik strength untuk hig tension porcelain sangat tergantung pada
kemampuan pemakaian tegangan listrik
3. Kuat dielektrik pada tegangan tertentu keramik porselin alumina dapat digunakan
sebagai bahan isolator listrik.
4. Busi (berasal dari bahasa Belanda bougie) adalah suatu suku cadang yang dipasang
pada mesin pembakaran dalam dengan ujung elektrode pada ruang bakar. Busi
dipasang untuk membakar bensin yang telah dikompres oleh piston.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.scribd.com/document/443096680/Makalah-Pemilihan-Bahan-Proses
2. http://zdocs.tips/doc/manufaktur-ii2-d6w2n035g68
3. http://id.scribd.com/doc/258231455/Keramik-Porselin-Alumina-Sebagai
4. http://id.scribd.com/doc/109678021/Ceramic-Matrix-Composite

Anda mungkin juga menyukai