4. Karakteristik Penanganan
pada bentuk resin walaupun perubahan ini relatif sedikit sehingga tidak begitu
berpengaruh nyata pada ketepatan dan fungsi basis.
4. Kelarutan
Resin basis protesa umumnya tidak larut dalam cairan rongga mulut
meskipun sebenarnya resin dapat larut daam berbagai pelarut dan sejumlah kecil
monomer dilepaskan.
5. Tekanan Waktu Pemrosesan
Kapanpun perubahan dimensi alamiah terhalang, bahan yang bersangkutan
mengandung tekanan. Bila tekanan dilepaskan, dapat terjadi distorsi atau
kerusakan bahan. (Anusavice,2003).
Tekanan saat pemrosesan dapat terjadi karena teregangnya rantai polimer
shingga resin memiliki tekana yang bersifat menarik. Perbedaan kecepatan
kontraksi dari resin basis protesa dan dental stone juga dapat menjadi salah satu
penyebab timbulnya tekanan dalam resin. Faktor lainnya yang mempengaruhi
tekanan saat pemrosesan resin ialah ketidaktepatan pengadukan dan penanganan
resin serta buruknya pengendalian panas dan pendinginan kuvet yang digunakan.
Adanya tekanan saat pemrosesan ini menyebabkan perubahan dimensi
yang bersifat kumulatif namun dengan kisaran perubahan yang cukup kecil sekita
0,1-0,2 mm, sehinggatidak begitu berpengaruh secara klinis.
6. Crazing
Crazing merupakan garis retakan kecil yang nampak timbul pada
permukaan protesa. Crazing dapat terbentuk akibat adanya relaksasi tekanan.
Adanya crazing ini dapat mengganggu estetika dan sifat fisik potesa.
Dari sudut pandang fisik, carzing disebabkan karena aplikasi tekanan,
terutama tekanan tarik atau resin yang larut sebagian. Crazing dapat terjadi karena
pemisahan mekanik dari rantai-rantai polimer individu saat ada tekanan tarik.
Crazing juga dapat timbul karena hasil aksi pelarut seperti kontak dengan cairan
etil alcohol terlalu lama.
7. Kekuatan
Beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan resin basis protesa
diantaranya komposisi resin, teknik pembuatan dan kondisi dalam lingkungan
rongga mulut. Penentu paling penting dari kekuatan resin ialah derajat
polimerisasi bahan, dimana bila derajat polimerisasi meningkat maka kekuatan
resin juga meningkat.
Resin yang diaktifkan secara kimia (Self Cure) memiliki derajat
polimerisasi yang lebih rendah dibanding resin Heat Cure. Dengan demikian,
resin Self Cure memiliki nilai monomer residu yang lebih banyak serta terjadi
penurunan kekuatan dan nilai kekerasan.
8. Creep
Resin basis protesa memiliki sifat viskoelastis, sehingga bila resin basis
protesa dipaparkan pada beban yang ditahan maka bahan akan menunjukkan
defleksi atau deformasi awal. Bila beban tidak dilepas maka akan terjadi
deformasi tambahan yang sering disbut sebagai creep.
Kecepatan terjadinya deformasi progresif (laju creep) dapat ditingkatkan
dengan menaikkan temperature, memberi beban, monomer residu, dan adanya
bahan pembuat plastis.
9. Curing Shrinkage
Ketika monomer metil metakrilat berpolimerisasi akan terjadi perubahan
kepatadan. Perubahan kepadatan menyebakan shrinkage polimerisasi sebesar 21
%. Umunya perbadinga powder-liquid adalah sebesar 33,5 :1 (vol ) atau 2,5 :1
(berat). Pada proporsi adonan akrilik ini akan terjadi Shrinkage sebesar 7%. Hal
ini disebakan karena resin akrilik selama ini menunjukkan shrinkage yang
terdistribusi
merata
disetiap
permukaan
basis
sehingga
tidak
begitu
11. Radiologi
Akrilik tidak dapat dideteksi dalam foto karena sifat radiolusensinya. Ini
disebabkan karena atom C,H,O yang terdapa dalam alrilik melemahkan,
menyerap sinar x- ray. Hal ini akan meyulitkan jika terjadi kecelakaan dimana
ada bagian akrilik yang tertelan atau tertanam di dalam jaringan lunak.
12. Reaksi alergi
Sangat jarang pasien yang mengalami reaksi alergi akibat kontak dengan
resin akrilik yang berasal sdari gigi tiruan. Kebanyakan kasus yang dilaporkan
adalah akibat dari gigi tiruan yang tidak bersih dan gigi tiruan yang tidak sesuai
kedudukanya dalam rongga mulut sehingga mengakibatkan trauma pada jaringan
lunak mulut, tetapi banyaknya residual monomer yang terdapat pada basis resin
akrilik
yang
tidak
mengalami
polimerisasi
secara
sempurna
akan
125C
dan
200C.
Sekitar
suhu
450C,
90%
polimer
telah
Aktivator
Kelebihan
Kekurangan
Heat
Curing Energi
acrylic resin
Self
volume
akhir,
panas
pembuatannya
tidak
Curing Dimethyl
acrylic resin
praktis
Terdapat
Pengerutan
Microwave
sisa
lebih
banyak,
sinar UV
polimerisasi dapat UV
Gelombang mikro
diatur
Waktu
Curing acrylic
kestabilan
rendah,
monomer
acylic resin
sisa-sisa
Light
pengerutan
dapat
merusak
jaringan.
lebih Membutuhkan
peralatan
singkat,
lebih
sedikit.
terbentuk beberapa tahap yang terlihat. Pada point ini yang perlu diperhatikan
adalah kemampuan dalam mengenali tahap-tahap tersebut guna menentukan
waktu yang tepat untuk dilakukan pengisian pada mould. Jika tidak, akan
berakibat pada adonan yang terlanjur menjadi keras yang berujung pada
ketidakmampuannya dilakukan pembentukan. Atau bahkan campuran yang masih
pada tahap lunak akibatnya dapat berpengaruh terhadap perubahan dimensi
nantinya, serta timbulanya porositas.
Tahap yang nampak setelah dilakukan pencampuran antara cairan dan
bubuk adalah sebagai berikut:
a. Sandy stage
Tahap ini dicirikan dengan terbentuknya bentukan pasir basah. Ini adalah
bentuk respon mulai berinteraksinya bubuk dan cairan. Pada tahap ini interaksi
tingkat molekuler belum sepenuhnya terjadi atau bahkan belum sama sekali.
b. Sticky stage
Pada tahap ini mulai terjadi interaksi antara bubuk dan cairan. Dimana
cairan mulai larut pada bubuk yang dapat berakibat pada terdispersinya rantai
polimer (pada bubuk) pada monomer (cairan). Sehingga rantai polimer
melepaskan jalinan ikatan yang berpengaruh terhadap adukan yang secara fisual
dapat dilihat dengan adanya bentukan serat begitu adonan tersebut ditarik.
c. Dough Stage
Pada tahap ini adalah kesempurnaan dari sticky stage. Yaitu tahap dimana
polimer dalam jumlah besar telah terlarut sepenuhnya pada monomer. Dengan
demikian adukan yang terbentuk tidak lagi berserat ataupun lengket. Bahkan tidak
laki adanya bentukan rekatan pada spatulan ataupun cawannya, yaitu benar-benar
berbentuk adonan. Pada tahap inilah yang dikatakan tahap paling tepat untuk
dituangkan pada mould.
d. Rubber hard stage
Tahap ini adalah tahap yang telah dikatakan sebelumnya, yaitu ketika
adukan sudah tidak lagi mampu dilakukan pembentukkan dengan teknik
kompresi konvensional . hal ini dikarenakan sepenuhnya monomer bebas telah
diuapkan dan polimer telah seutuhnya masuk lebih jauh di antara monomer,
sehingga adonan nampak seperti karet dan tidak lagi memiliki kemampuan ketika
diregangkan.
3. Pengisian
Tahap ini disebut juga dengan packing. Sebelum dilakukan pengisian,
perlu diberi bahan separator, yaitu CMS. Hal yang perlu diperhatikan ada tahap ini
adalah ketepatan bahan mengisi rongga mould. Apabila terjadi keadaan:
a. Overpacking :
Akibatnya akan berpengaruh terhadap ketebalan berlebih pada pembuatan
basis proteosa yang nantinya akan mempengaruhi posisi elemen gigi
protesa di dalamnya.
b. Underpacking :
Sedangkan keadaan bahan yang tidak sepenuhnya memenuhi rongga
mould akan mampu menimbullkan porus.
Untuk menghindari over ataupun under packing. Dapat dilakukan dengan
pengisian pada rongga mould secara bertahap. Pada tahap selanjutnya setelah
dilakukan pengisian pada rongga mould adalah dilakukannya press dengan pada
kuvet. Kekuatan press yang diberikan pada kuvet sebesar 1000 psi selama 5 menit
kemudian sebesar 2200 psi selamat 5 menit juga. Selama proses press ini biasanya
ditemukan flash, yaitu adanya kelebihan bahan. Flash ini harus dibersihkan dan
dipisahakan dengan bagian resin yang mengisi mould. Setelah dilakukan ini tahap
berikutnya adalah dilakukannya curing.
4.
Curring
Proses curring adalah proses terjadinya pengerasan, dimana yang menjadi
mudah
setting
dengan
Light
Curing
selama
10
Gigi tiruan jembatan dibuat dari bahan bahan sementara (resin akrilik)
yang dipasang pada gigi yang telah dipreparasi selama menunggu gigi
tiruan jembatan permanen selesai dibuat.
c. Jacket crown
Mahkota penuh yang seluruhnya menutupi gigi yang telah dipreparasi dan
mempunyai bahu servikal. Dibuat dari porcelen atau resin akrilik dan
disemenkan pada gigi.
3. Bahan penambah "post dam" pada full denture
Pada gigi palsu dibuat pagaran 2 mm agar dam (jarak antara gigi
palsu)tidak kemasukkan saliva yang dapat membuat lepas
4. Restorasi gigi ; tambalan, inlay dan laminate (resin komposit)
5. Splint dan stents
6. Sebagai individual tray atau sendok cetak perorangan
Sendok cetak resin dibuat untuk menyesuaikan lengkung tertentu sehingga
sering disebut sendok cetak individual. Bahan yang digunakan adalah
bahan self-cured resin. Tetapi akhir-akhir ini sering digunakan bahan resin
urethra dimetakrilat yang diaktivasi sinar. Sendok cetak dari bahan ini
mempunyai dimensi yang stabil selama pasca polimerisasi tetapi rapuh
dan melepaskan partikel bubuk selama proses pengasahan.
7. Peralatan ortodonsia (plat ortodontik) dan Pedodonsia
Dipakai sebagai plat dasar alat ortodontik lepasan yang berupa lempengan
plat akrilik berbentuk melengkung mengikuti permukaan palatum atau
permukaan lingual lengkung mandibula. Jenis resin yang dipakai adalah
heat curing dan cold curing. Bahan dari cold curing memiliki berat
molekul lebih rendah sehingga pengkerutannya lebih sedikit namun
memiliki porositas lebih banyak sehingga kekuatannya lebih rendah. Cold
curing polimerisasinya lebih cepat sehingga waktu pengolahannya pun
singkat. Waktu pembuatan yang singkat ini membuat bahan ini cocok
untuk pembuatan alat ortodontik lepasan dan untuk reparasi plak akrilik.
Selain itu cold curing juga mudah dimanipulasi dalam pembuatan.
8. Sebagai alat ortodonti lepasan
9. Protesa maksilofasial (obturator pada celah palatal)
10. Inlay dan post-core pattern
11. Relining
Relining adalah mengganti permukaan protesa yang menghadap jaringan.
Bahan yang biasa digunakan adalah self-cured. Namun juga digunakan
resin yang diaktivasi dengan energy panas, sinar, atau gelombang mikro
yang nantinya akan menghasilkan panas yang cukup besar dan distorsi
basis protesa cenderung terjadi. Tahap awal dari relining itu membersihkan
permukaan yang menghadap jaringan untuk meningkatkan perlekatan
antara resin yang ada dengan bahan relining. Lalu resin yang tepat
dimasukkan dan dibentuk dengan teknik molding tekanan.
12. Rebasing
Rebasing adalah mengganti keseluruhan basis protesa. Bahan yang biasa
digunakan adalah sel-cured. Caranya adalah bahan self-cured dicampur
sampai konsistensi encer lalu dimasukkan ke daerah yang kan direparasi.
Polimerisasi yang timbul akan lebih sedikit apabila polimerisasi dilakukan
di bawah tekanan hydrolic hingga sebesar 250 kN/m pada suhu 40-50 C.
13. Die lepasan
14. Pelindung Mulut untuk atlet
15. Sebagai reparasi
Bahan yang biasa digunakan adalah jenis self-cured dan heat- cured.
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, Kenneth J. 2003. Phillips : Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi
Ed.10. alih bahasa Johan Arief Budiman, et.al. Jakarta: EGC
Harty, F.J & R. Ogston. 1993. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC
Nirwana, Intan & R. Heal Soekanto. Jurnal : Sitotoksisitas Resin Akrilik Setelah
Penambahan Glass Fiber dengan Metode Berbeda. Surabaya: Bagian Ilmu
Material dan Teknologi kedokteran Gigi Universitas Airlangga
Riadiantoro, Affian. 2011. Jurnal : Pembuatan Gigi Tiruan Lepasan dengan
Menggunakan Resin Visible Light Cure.