Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1

Topik : Manipulasi Resin Akrilik Aktivasi Panas (Heat Cured Acrylic Resin)
Kelompok : A10
Tgl. Praktikum : 7 Maret 2016
Pembimbing : Moh. Yogiartono, drg., MKes

Penyusun :
1. Nabilah Khansa Salsabila (021511133044)
2. Victor Gradiyanto Mahendra (021511133045)
3. Sofia Dwi Nurmalitasari (021511133046)
4. Nur Azizah Hadi (021511133047)

DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2016

1. TUJUAN
Setelah praktikum, mahasiswa mampu:
a. Memanipulasi resin akrilik aktivasi panas dengan cara dan alat yang
tepat.
b. Mengamati tahap yang terjadi pada pencampuran polimer dan
monomer yaitu fase sandy, fase stringy, fase dough, fase ruberry dan
fase stiff.
c. Menganalisa hasil polimerisasi heat cured acrylic resin.
2. METODE KERJA
2.1 Bahan
a. Bubuk Polimer dan cairan monomer
b. Cairan Cold Mould Seal (CMS)
2.2 Alat
a. Kuvet yang telah dibuat cetakan (mould) dari gipsum keras (gipsum
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

tipe III)
Pot Porselin
Pipet ukur / gelas ukur
Stopwatch
Kuas kecil
Kuvet logam
Timbangan digital
Press kuvet
Press hidrolik
Plastik / kertas cellophane
Pisau malam
Pisau model

2.3 Cara Kerja


2.3.1

Pengisian cetakan (mould) dengan adonan resin akrilik (acrylic


packing)
a. Bahan resin akrilik dan peralatan untuk packing disiapkan di
atas meja praktikum

b. Permukaaan mould dan sekitarnya diolesi dengan Could


Mould Seal (CMS) memakai kuas sampai merata dan
ditunggu sampai kering. Could Mould Seal (CMS) berguna
sebagai separator untuk menutupi pori pori gypsum.
c. Cairan monomer diukur menggunakan gelas ukur sebanyak 2
ml (sesuai ukuran pabrik), kemudian dituangkan ke dalam pot
porselin.
d. Bubuk polimer

ditimbang

sebanyak

gr,

kemudian

dimasukkan ke dalam pot porselin secara perlahan-lahan


e.

sampai polimer terbasahi oleh monomer.


Awal waktu pengadukan dihitung/dicatat dengan stopwatch.
campuran polimer dan monomer diaduk dengan pisau malam
pada bagian yang tumpul sampai homogen, kemudian pot
porselin ditutup. Fase sandy, stringy, dough diamati dengan
cara membuka tutup pot porselin, bila fase dough belum
tercapai maka pot porselin ditutup lagi Pada praktikum kali ini
dilakukan tiga kali percobaan, yaitu pencampuran pada fase

stringy, dough dan rubbery.


f. Tanda-tanda fase dough adalah tidak lengket apabila disentuh
dengan bagian tumpul dari pisau malam.
g. Waktu tercapainya fase stringy, dough, dan rubbery dicatat.
Demikian selanjutnya fase rubbery dan fase stiff diamati
setelah fase dough selesai (dari sisa adonan yang tidak
terpakai)
h. Setelah fase stringy, dough, rubbery tercapai, adonan resin
akrilik dimasukkan kedalam cetakan (mould) yang ada pada
kuvet bawah.
i. Permukaan adonan resin akrilik ditutup dengan plastik/kertas
cellopohan,kemudian kuvet atas dipasang dan dilakukan
pengepresan pada proses hidrolik.Setelah pengepresan, kuvet
dibuka, plastik diangkat. dan kelebihan resin akrilik dipotong
dengan menggunakan pisau model tepat pada tepi cetakan

j. Selesai memotong kelebihan akrilik, dilakukan pengepresan


lagi, masih dengan plastik, kuvet dibuka dan kelebihan resin
akrilik dipotong lagi (Pres Percobaan 2).
k. Pada pengepresan terakhir tidak dengan plastik, kuvet atas dan
bawah disatukan harus rapat, kemudian di pres dengan pada
handpress.
2.3.2

Proses Polimerisasi / Kuring


Proses kuring resin akrilik dilakukan sesuai dengan aturan pabrik,
untuk merk QC20 :
a. Memasak air pada panci/dandang di atas kompor sampai
mendidik (suhu 100oC)
b. Kuvet yang telah diisi akrilik dan dalam keadaan dipres
dimasukkan pada air suhu kamar selama 20 menit, kemudian baru
dimasukkan pada air mendidih 100oC selama 30 menit.
c. Kemudian api kompor dimatikan, ditunggu sampai air tidak
panas lagi (suhu ruang).
d. Untuk mempercepat proses penurunan suhu sedikit demi
sedikit, taruh air di dalam ember lalu isi dengan air dingin yang
mengalir. Hal ini tidak boleh dilakukan untuk proses yang normal.

2.3.3

Deflasking

Setelah proses kuring selesai. kuvet dibiarkan sampai dingin (suhu


ruang) kemudian kuvet dibuka, akrilik hasil kuring diambil secara
hati-hati dengan menggunakan pisau malam.

3. HASIL PRAKTIKUM
Fase Percobaan 1
Sandy
Stringy
Dough
Rubbery
Stiff

(Stringy)
0 detik
29 Detik
6 menit 5 detik
10 menit 55 detik
1 jam 50 menit 10

Percobaan 2

Percobaan 3

(Dough)
0 detik
39 detik
7 menit 33 detik
14 menit 43 detik
1 jam 40 menit 29

(Rubbery)
0 detik
1 menit 59 detik
6 menit 5 detik
13 menit 53 detik
1 jam 38 menit 40

Tabel
1.
Waktu
yang

detik
detik
detik
dibutuhkan untuk mengalami perubahan fase di setiap percobaan yang dilakukan.

HASIL

PERCOBAAN

PERCOBAAN

PERCOBAAN 3

MANIPULASI

Sayap

Ada

Ada

Ada

Porus

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Warna

Terang

Gelap

Sangat gelap

Tabel 2. Hasil manipulasi resin akrilik heat cured.


4. TINJAUAN PUSTAKA
Pada

resin akrilik heat cured,

energy thermal

diperoleh

dari

proses perendaman akrilik di dalam air, selain itu juga diperoleh dari proses
perebusan. Resin ini memiliki komposisi bubuk atau powder berupa
polimethyl

metakrilat

dengan

peroksida.

Disamping

juga

methylmetakrilat
hydroquinone

yang

yang

di

tambahan
ada

dalamnya

ditambah

inisiator

liquid

atau

terkandung

dengan

glikol

berupa

benzoil

cairan

berupa

sedikit

kandungan

dimetakrilat

sebagai

bahan ikat silang. Kelebihan dari heat cured acrylic adalah nilai estetis unggu
ldimana warna hasil akhir akrilik sama dengan warna jaringan lunak rongga

mulut. Selain itu, resin akrilik ini tergolong mudah dimanipulasi dan
harga terjangkau. Sedangkan jika dilihat dari segi kekurangan heat cured
acrylic adalah daya tahan abrasi atau benturan masih tergolong rendah,
fleksibilitas juga masih rendah dan hasil akhir dari manipulasi akrilik akan
terjadi penyusutan volume.

Manipulasi Heat Cured Acrylic


Perbandingan monomer dan polymer akan menentukan sturktur
resin.

Perbandingan

monomer

dan polymer, biasanya 3 sampai 3,5/1

satuan volume atau 2,5/1 satuan berat. Bila

ratio

terlalu

tinggi,

tidak

semua polymer sanggup dibasahi oleh monomer akibatnya acrylic yang


digodok akan bergranula. Selain itu juga tidak boleh terlalu rendah karena
sewaktu polmerisasi monomer murni terjadi pengerutan sekitar 21% satuan
volume. Pada adonan acrylic yang berasal dari perbandingan monomer dan
polymer yang benar, kontraksi sekitar 7%. Bila terlalu banyak monomer,
maka kontraksi yang terjadi akan lebih besar. Pencampuran polymer dan
monomer harus dilakukan dalam tempat yang terbuat dari keramik atau gelas
yang tidak tembus cahaya (mixing jar). Hal ini dimaksudkan supaya tidak
terjadi polymerisasi awal. Bila polymer dan monomer dicampuur, akan
terjadi reaksi dengan tahap-tahap sebagai berikut:
Tahap 1 : Adonan seperti pasir basah (sandy stage).
Tahap 2 : Adonan apabila disentuh dengan jari atau alat bersifatlekat,
apabila ditarik

akan

membentuk

serat

(stringy stage). Butir-butir

polimer mulai larut, monomer bebas meresap ke dalam polimer.


Tahap 3 : Adonan bersifat plastis (dough stage). Pada tahap ini sifat lekat
hilang dan adonan mudah dibentuk sesuai dengan yang kita inginkan.
Tahap 4 : Kenyal seperti karet (rubbery stage). Pada tahap ini lebih banyak
monomer yang menguap, terutama pada permukaannya sehingga terjadi
permukaan yang kasar.
Tahap 5 : Adonan bersifat kaku dan mudah patah (stiff stage). Adonan sudah
tidak bisa dibentuk karena sudah tidak memiliki flow.

5. PEMBAHASAN
Bahan resin akrilik merupakan salah satu bahan yang digunakan
untuk pembuatan basis gigi tiruan lepasan. Resin akrilik sering digunakan
karena proses pembuatannya mudah, harga relatif murah, mudah direparasi,
dan bernilai estetis. Polimer (powder) dan monomer (liquid) merupakan
komposisi pembuatan resin akrilik heat cured. Resin akrilik sendiri
berdasarkan aktivasinya dibagi menjadi resin akrilik aktivasi panas, aktivasi
kimia, aktivasi gelombang mikro dan aktivasi sinar tampak.
Resin akrilik mengalami beberapa tahapan polimerisasi yaitu, inisiasi,
propagasi, dan terminasi.
1. Inisiasi: Inisiasi membutuhkan pergerakan radikal bebas yang
dilepaskan oleh benzoil peroksida. Pada reaksi ini satu molekul
benzoil peroksida dapat membentuk dua radikal bebas. Radikal
bebas ini yang akan menggerakkan terjadinya polimerisasi dan
disebut inisiator yang diaktifkan dengan cara menguraikan
peroksida melalui pemanasan.
2. Propagasi: Pembentukan rantai polimer dari reaksi antara molekul
yang aktif dengan molekul lain.
3. Terminasi: Reaksi antara dua rantai yang saling tumbuh sehingga
terbentuk molekul yang stabil

Tahap Persiapan
Tahap awal yang dilakukan adalah mengolesi permukaan mould
dengan Could Mould Seal (CMS) agar tidak lengket saat akrilik diambil dari
cetakan dan sebagai separator untuk menutupi pori pori mould agar akrilik
tidak meresap ke dalam mould.
Tahap Packing
Penempatan dan adaptasi denture base resin dalam mould disebut
dengan packing. Campuran polimer dan monomer akan melalui beberapa

tahap fase fisik dalam proses pembuatannya yaitu sandy satge, stringy stage,
dough stage, rubbery stage, dan stiff stage
1. Fase sandy yaitu adonan seperti pasir basah. Memiliki flow yang tinggi
dan tidak lengket.
2. Fase stringy yaitu adonan menjadi lengket dan berserabut jika dipegang.
Adonan masih memiliki flow tinggi.
3. Fase dough yaitu menjadi plastis dan tidak lengket saat fase dough
campuran harus segera dimasukkan kedalam kuvet karena flow masih
ada sehingga mudah dibentuk.
4. Fase rubbery, adonan elastis dan lentur seperti karet, saat ditarik adonan
akan mudah kembali ke bentuk semula karena flow berkurang.
5. Fase terakhir adalah stiff, yaitu adonan menjadi keras dan mudah patah.
Adonan sudah tidak memiliki flow.
Tahap Curing
Setelah adonan dimasukkan ke dalam mould lalu dilapisi oleh plastik
agar tidak lengket saat di press, lalu adonan di press dengan press percobaan
menggunakan press hidrolik lalu dilepas dan dipotong adonan akrilik yang
menempel pada permukaan mould yang menjadi sayap, setelah itu diulangi
lagi sampai sudah tidak ada kelebihan sayap. Setelah itu kuvet di press
dengan handpress dan direndam di dalam air biasa agar mould gypsum tidak
kering. Ketika mould basah maka gypsum jenuh dengan air. Setelah
direndam, maka dilakukan kuring yaitu dimasukkan ke dalam dandang
dengan suhu 100oC selama 20 menit. Dalam hal ini kuring berfungsi untuk
menyempurnakan polimerisasi.
Tahap Deflasking
Deflasking adalah proses yang dilakukan setelah proses kuring
selesai. Proses deflasking merupakan pengambilang resin akrilik yang sudah

melewati proses kuring. Pada proses deflasking ini, perlu diperhatikan bahwa
kuvet harus berada pada suhu ruang. Kuvet yang kembali berada pada suhu
ruang menandakan bahwa proses polimerisasi resin akrilik telah selesai. Hal
ini harus diperhatikan untuk meminimalkan risiko perubahan bentuk dari
resin akrilik.
Hal yang pertama kali harus dilakukan dalam mengawali proses
deflasking adalah membiarkan kuvet kembali pada suhu ruang. Suhu pada
kuvet harus diturunkan secara perlahan. Tindakan seperti memasukan kuvet
ke dalam lemari pendingin tidak dapat dilakukan karena tindakan tersebut
dapat menurunkan suhu kuvet dengan terlalu cepat atau thermal shock yang
mengakibatkan kekuatan akrilik menjadi berkurang. Resin akrilik yang
dikeluarkan saat masih panasakan mengakibatkan distorsi pada resin akrilik.
Setelah kuvet berada pada suhu ruang, kuvet dibuka dengan cara
membukanya melalui celah-celah kuvet dengan bantuan pisau malam.
Setelah kuvet cukup mudah untuk dibuka dengan tangan, kuvet dibuka secara
vertical agar resin akrilik tidak mengalami distorsi. Setelah dibuka, resin
akrilik dibuka secara hati-hati untuk menghindari resin akrilik menjadi
bengkok atau patah.

Analisis Hasil Praktikum


Percobaan 1 : Fase Stringy
Pada percobaan pertama ini, adonan monomer dan polimer dicetak
pada fase stringy. Ciri yang menunjukan fase stringy adalah adonan akan
menunjukan serat ketika ditarik. Adonan ini juga memilik ciri lengket dan
memiliki flow yang tinggi. Pada percobaan pertama ini kami mengalami
kesulitan dalam membersihkan adonan lebih setelah press dengan press
hidrolik karena sifat adonan yang lengket. Flow yang tinggi juga
menyebabkan banyak adonan lebih yang keluar dan harus dibersihkan.

Hasil dari proses percobaan ini adalah resin akrilik yang memiliki
permukaan kasar. Hal ini disebabkan sifat berserat yang dimiki fase stringy.
Setelah resin akrilik diambil dari kuvet, terlihat adanya bercak gypsum yang
menempel pada permukaan resin akrilik. Hal ini disebakan oleh adanya
adonan sisa yang keluar dari cetakan. Adonan sisa ini menyebabkan
menempelnya gypsum pada resin akrilik karena pada proses pembersihan
adonan sisa, Cairan Cold Mould Seal (CMS) yang berfungsi sebagai pemisah
antara gypsum dengan resin akrilik ikut terbuang. Pada resin akrilik tersebut
juga terdapat porus karena adonan dimasukkan ke dalam cetakan sebelum
tahap dough yaitu tahap stringy. Selain itu jika dibandingkan dengan fase
dough, hasil cetakan pada fase stringy lebih tipis. Hal ini disebabkan
banyaknya adonan yang terbuang pada saat proses press dengan press
hidrolik.
Percobaan 2 : Fase Dough
Fase dough ini ditandai dengan adonan tidak lengket apabila disentuh
dengan bagian tumpul dari pisau malam. Pada fase dough ini waktu hingga
mencapai dough ini harus dicatat begitu juga dengan tahapan-tahapan
selanjutnya. Apabila fase dough sudah tercapai, maka adonan resin akrilik
dapat dimasukkan ke dalam mould yang ada pada kuvet bawah. Adonan
dimasukkan ke dalam mould pada fase dough karena pada fase ini adonan
ada dalam keadaan tidak lengket dan mudah dibentuk dan sifat flow nya
cukup. Pada fase dough ini hasil yang dihasilkan sudah tidak lengket dan
untuk mencapai pada fase ini ditempuh selama 7 menit 33 detik

Percobaan 3 : Fase Rubbery

Penuangan adonan resin akrilik pada kuvet saat adonan pada fase
rubbery. Hasil akhir pada percobaan ketiga ini menghasilkan sayap pada tepi
akrilik yang dikarenakan tingkat flow berkurang dan sifat elastisnya
berkurang karena monomer sudah menguap selain itu permukaan akrilik
menjadi kasar dikarenakan mould yang tidak rata dan porous.
Hasil akhir pada percobaan ketiga yaitu permukaan kasar, terdapat
sayap dan sisa mould (gypsum) menempel pada akrilik.
Pada percobaan ketiga ditemukan kekurangan pada hasil akrilik, yaitu:
1

Sayap pada tepi akrilik dikarenakan kurangnya ketelitian dalam


membersihkan kelebihan resin akrilik, saat pemotongan diperlukan

keterampilan dan ketelitian.


Permukaan akrilik kasar dan tidak rata, hal ini dikarenakan permukaan
mould yang kasar dan tidak rata dan pemakaian CMS yang berlebihan

pada permukaan mould.


Sisa gypsum menempel pada akrilik dikarenakan permukaan mould yang
kurang bersih saat akan digunakan sehingga masih ada sisa gypsum yang
menempel.

6. SIMPULAN
Resin Acrylic Heat Cured yang merupakan bahan untuk membuat basis gigi
tiruan lepasan dengan proses polimerisasi yang dibantu oleh pemanasan
dengan air mendidih serta fase yang paling baik untuk packing adalah fase
dough karena menghasilkan hasil cetakan yang baik disbanding fase lain.
Hasil percobaan yang kami lakukan menunjukkan bahwa faktor yang
menentukan keberhasilan pembuatan basis resin akrilik aktivasi panas adalah
1. Penentuan perbandingan polimer dan monomer
2. Waktu dan cara pengadukan
3. Pengulasan CMS
4. Ketepatan dalam proses packing, curing, dan deflasking

DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, Kenneth J. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi.
Alih bahsa, Johan AriefBudiman, Susi Purwoko ; editor edisi Bahasa
Indonesia, Lilian Juwono. Ed. 10. Jakarta : EGC, 2003.

Anda mungkin juga menyukai