Anda di halaman 1dari 9

TUGAS PENDAHULUAN

MT-3203 PRAKTIKUM REKAYASA DAN KARAKTERISASI


MATERIAL

Modul E
MODULUS YOUNG DAN POROSITAS KERAMIK
Oleh:
Farrel Yussar Rashif
13717049
Anggota:

Kelompok
Muhammad Labib A 13717011
Aditya Pratama 13717013
Annas Amartya A 13717032
Farrel Yussar R 13717049
Ahmad Affan Farizi 13717051

Tanggal Praktikum 13 Maret 2020


Tanggal Pengumpulan Laporan 12 Maret 2020
Asisten (NIM)

LABORATORIUM TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI


PROGRAM STUDI TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNIK MESIN DAN DIRGANTARA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Material keramik memilii banyak kegunaan salah satunya di bidang


manufaktur dan konstruksi. Seriring berkembangnya teknologi, keramik banyhak
digunakan di bidang Teknik yang membutuhkan temeratur tinggi. Penggunaan
keramik dalam bidang konstruksi yaitu dalam pembuatan ubin, closet, genteng dan
masih banyak lagi.

Untuk memproduksi keramik konvensional memiliki berbagai jenis Teknik.


Namun, sifat yang dihasilkan dari keramik sangat getas sehingga tidak tahan
beban Tarik. Sefat getas keramik ini dapat dinyatakan dengan modulus elastisitas
menggunakan metode 3 point bending karena kemarik tidak tahan beban Tarik.

Selain sifat getas tersebut, material keramik juga memiliki porositas. Keramik
dibangun oleh struktur yang amord, kristalin dan gabungan keduanya serta pori –
pori. Porositas merupakan bagian dari keramik yang memberikan efek yang
signifikan ini, perlu diperhatikan porositas suatu keramik. Porositas suatu keramik
ndapat dihitung dengan metode Archimedes karena ketelitiannya.

1.2 Tujuan Praktikum

1. Mengetahui pengaruh porositas pada sifat keramik


2. Memahami hubungan antara modulus elastisitas dan porositas dalam produk
keramik
3. Mengethaui jenis- jeis pemrosesan keramik konvensional
BAB II

TEORI DASAR

2.1. Triaxial body ceramic


Triaxial Body Composition adlaah komposisi suatu material keramik yang
terdiri dari tiga komponen penyusun utama yaitu binder, flux dan filler
seperti gambar 1. Ketiga komponen memiliki sifat dan fungsi masing –
masing ynag berbeda dalam keramik sehingga akan menghasilkan sifat dan
struktur keramik yang berbeda ergantung pada jumlah setiap komponen.

Gambar 1 Diagram Triaxial body composition

a. Binder
Binder berguna untuk memberikan sifat plastis sehingga memudahkan proses
pembentukan karena memiliki sifat mampu alir yang baik. Selain itu, binder juga
berfungsi untuk meningkatkan ketahanan keramik terhadap pembakaran
sehingga meningkatkan keamanan dalam handling komponen diantara proses
shaping dan firing

b. Flux
Pada saat oembakaran, flux akan mencair dan mengikat clay dengan filler dalam
keadaan liquid phase. Kemudian ini akan menjadi fasa gelas. Fasa gelas inilah
yang berfungsi sebagai matriks pengikat
c. Filler
Berfungsi sebagai pengontrol ekspansi termal saat diproses. Filler juga berfungsi
sebagai komponen pengisi dalam body keramik karena memiliki kadat yang
paling tinggi dibandingkan kedua komponen lainnya.

2.2. Proses manufaktur


a. Slip casting

Teknik pembuatan menggunakan aonan yang teridiri dari sry mix dan
liquid, lalu dituangkan ke dalam gypsum sebagai cetakannya. Air yang ada
kemudian akan diserap ke dalam cetakan akibat adanya gaya kapilaritas.
Beberapa contoh produknya adalah closet dan wash basin

b. Plastic forming

Plastic forming adlaah proses mengubah material dari material mentah


menjadi proses setengah jadi. Bahan baku proses ini adalah lempung.
Proses plastic forming terbagi menjadi:

1. Ekstrusi

Biasanya digunakan untuk memprouksi material dengan basis lempung.


Selain itu juga proses ekstrusi digunakan sebagai tahap pembentukan awal.
Campuran raw material dan air pada plastic mixer dimasukkan kedalam
upper hopper. Di dalam ekstruder terdapat gaya yang diberikam pada
keramik untuk menghasilkan bentuk melalui cetakan

2. Jiggering

Pada proses ini material plastis ditempatkan pad cetakan yang kemudian
dibentuk menjadi ‘pancake’ dengan menekan plat dasar yang sedang
diputar.

3. RAM pressing
RAM pressing biasnaya digunakan untuk membuat okatter yang besar,
terutama dalam bentuk oval dan lantai dengan ukuran besar. Biasanya
menggunakan hydraulic press dengan dua ceatakan untuk proses
pembentukan.

c. Powder pressing

Teknik pembuatan keramik dengan spray drying untuk mengontrol


orientasi partikel sehingga membentuk droplet-droplet berupa granul yang
berongga. Biasanya produk pada Teknik ini memiliki kadar air relative
rendah. Ini membuat produk lebih dense akibat penyusutan yang terjadi.

2.3. Proses Sintering


a. Solid state sintering

b. Liquid state sintering

Metode ini digunakan untuk menejlaskan proses sintering ketika sebagian


material yang disinter berada dalam kondisi cari. Liquid state sintering
merupakan kepentingan karena sebagian produk dibuat melalui metode ini.
Keberadaan cairan mengurangi gesekan antar partikel dan menguatkan
kekuatan kapiler yuang menghasilkan penataan ulang yang cepat dari
partikel padat. Selama liquid state sintering, komposisi padatan awal
menghasilkan formasi fasa cair saat pemanasan. Cairan terbentuk harus
memiliki kekuatan yang ckup untuk membahasi padatan densifikasi hasil
dari penataan ulang partikel dipengaruhi kekuatan kapiler dan pengisian
pori oleh fasa cair.

c. Tiga tahap sintering


Initial stage adalah tahap dimana pertumbuhan leher dengan kondensasi
penguapan dikerjakan secara rinci. Intermediet stage adalah tahap
dimana sebagian besar densifikasi powder terjadi. Tahap ini sangat
bergantung kepada pengemasan partikel yang membuat sulit
dimodelkan. Karena diameter silinder semakin kecil, kelengkungan
meningkat dan gradien konsentraasi void juga meningkat. Proses ini
tidak dapat berlangsung tanpa batas. Final stage terjadi ketika atom
berdifusi ke arah pori – pori dan void telah hilang.
2.4. Porositas di keramik
a. Jenis jenis porositas
1. Open pore

merupakan porositas yang dapat membuat permukaan keramik tembus


oleh cairan yang masuk ke dalamnya. Pore disebabkan ole ketidak
sempurnaan packing dari suatu partikel dan gas yang membentuk boid

2. Closed pore

porositas yang terbentuk ketika pembakaran. Pada saat pembakaran


berlangsung akan terbentuk gelembung gas yang terjebak di dalam
matriks gelas atau ketika open pore terhalangi oleh material

3. Interconnected pore

Merupakan pore yang menghubungkan pori dengan pori lainnya

b. Kaitan porositas dengan ukuran powder dan proses sintering


Porisitas akan bervariasi dari 0-90% volume. Biasanya terdapat variasi
ukuran yang bergantung dengan batas butir sehingga jarak difusi dan
driving force suatu proses akan sangat dipengaruhi ukuran porositas.
ketika initial stage, terdapat banyak pori yang membuat pertumbuhan
butir terhambat. Ketika porositas menuturn pada suatu titik yang
membuat pertumbuhan sekunder berlangsung, maka pertumbuhan butir
dengan ukuran besar dapat terjadi pada tahap sintering. Karena
pertumbuhan butir terpisah oleh pori, batas butir semakin besar dan
membuat laju sintering semakin besar, sehingga mobilitas butir semakin
meningkat.
2.5. Three point bending
a. Diagram

Gambar 2 Diagram three point bending

b. Penentunan modulus elastisitas dengan three point bending


Modulus elastisitas (E) dapat dihitung dengan rumus ebagai berikut:
E = Wi L3 /4Δbd3
Dimana:
Wi = gaya akibat reaksi material pada penekanan (N)
Δ = deformasi (mm)
L = Jarak antara penumpu (mm)
b = Lebar specimen di bagian tengah (mm)
d = Ketebalan specimen di tengah (mm)

2.6. Hubungan porositas dengan modulus elastisiltas keramik.


Bahan pembuatan keramik pada umumnya adalah serbuk. Sehingga pad
aproses pembuatan keramik partikel serbuk dibentuk menjadi bentuk yang
dinginkan melalui proses. Pori – pori atau void yang akan muncuk antara
sebuk satu dengan yang lainnya. Pada proses pembakaran akan banyak
porositaas yang hilan walaupun pada saat proses penghilangan porositas
belum semuanya hilang. Adanya porositas sisa akan memengaruhi sifat
elastis dan kekuatan yang akan meingkat. Nilai modulus elastisitas dari
keramik dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:
𝐸 = 𝐸0(1 − 1,9𝑃 + 0,9𝑃2 )
P merupakan fraksi mol dari porositas, E o merupakan modulus elastisitas
material tanpa pori. Sehingga berdasarkan persamaan diatas, keberadaan
porositas akan mempengaruhi modulus elastisitas keramik, semakin banyak
porositas maka membuat modulus elastisitas keramik semakin berkurang.
Porositas akan meningkatkan konsentrasi tegangan karena menunrunkan
luas penampang.

DAFTAR PUSTAKA

[1] W. a. R. C. Ryan, Whitewares Production, Testing and Quality Control, Oxford:


Pergamon Press, 1987.

[2] J. Reed, Principles of Ceramic Processing, New York: John Wiley and Sons, 1995.

[3] P. Rado, An Introduction to the Technology of Pottery, Oxford: Pegamon Press, 1998.

[4] W. D. Calisster, Materials Science and Engineering: An Introduction, New York: John
Wiley and SOns, 2000.

[5] A. C. 674-88, Standard Test Method for Flexural Properties of Ceramic Whiteware
Materials, West Conshohocken-Pennsylcania, 1999.
[6] A. C. 37-88, Standard Test Method for Water Absorption, Bulk Densitiy, Apparent
Porosity and Apparent Specific Gravity of Fired Whiteware Products, West
Conchohocken-Pennsylvania, 1999.

Anda mungkin juga menyukai