Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengetahuan mengenai sifat-sifat fisik suatu material akan sangat membantu setiap industri
yang berkaitan dengan tanah khususnya industri pertambangan. Pemahaman mengenai
penggolongan suatu material dapat diamati dengan mengetahui sifat-sifat dari mareial tersebut
seperti ukuran dan sorting butir dari material tersebut. Salah satu parameter yang dapat diamati
ialah dengan mengetahui porositas dari material tersebut.
1.2 Tujuan
Menghitung nilai porositas material () dengan memperhatikan pengaruh ukuran butir dan
sorting yang berbeda pada material tersebut.
1.3 Alat dan Bahan
Kotak Mika

Jangka Sorong

Gelas Ukur 1 L

Lempung

Pasir
Kelereng (Ukuran
Besar & Kecil)

Kerikil


1.4 Langkah Kerja
a. Pengukuran Dimensi
1) Mengukur diameter kelereng besar sebanyak tiga kali dengan menggunakan jangka
sorong.
2) Menentukan diameter kelereng besar dengan melakukan perhitingan rata-rata dari
data hasil pengukuran diameter.
3) Melakukan langkah 1) dan 2) untuk memperoleh ukuran kelereng kecil.
4) Menentukan volume kotak mika yang digunakan dengan melakukan penukuran dan
perhitungan ukuran kotak mika yang dipakai.
b. Pengambilan Data Kelereng
1) Memasukkan kelereng besar secara teratur ke dalam kotak mika sampai penuh.
2) Mengisi gelas ukur dengan air.
3) Menuangkan air dari gelas ukur ke dalam kotak berisi kelereng sampai kotak penuh,
dengan menjaga tidak ada air yang tumpah/terbuang selama proses ini.
4) Menentukan volume air pada kotak dengan menghitung selisih volume air pada gelas
ukur sebelum dan setelah menuangkan air ke dalam kotak mika berisi kelereng.
5) Melakukan langkah 1) sampai 4) untuk :
a) Kelereng kecil disusun dalam kotak secara teratur.
b) Kelereng kecil disusun dalam kotak secara acak.
c) Kelereng keci dan besar disusun dalam kotak secara acak.
c. Pengambilan Data Kerikil/ Pasir/ Lempung
1) Memasukkan kerikil/pasir/lempung ke dalam kotak mika sampa penuh.
2) Mengisi gelas ukur dengan air.
3) Menuangkan air dari gelas ukur kedalam kotak berisi kerikil/pasir/lrmpung sampai
kotak penuh/jenuh, dengan menjaga tidak ada air yang tumpah/terbuang selama
proses ini.
4) Menentukan volume air pada kotak dengan menghitung selisih volume air pada gelas
ukur sebelum dan setelah menuangkan air ke dalam kotak mika berisi material

kerikil/pasir/lempung.

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Umum

Porositas adalah ukuran dari ruang kosong di antara material, dan merupakan fraksi dari

volume ruang kosong terhadap total volume, yang bernilai antara 0 dan 1, atau sebagai
persentase antara 0-100%. Istilah ini digunakan di berbagai kajian ilmu seperti geologi,
geofisika, farmasi, teknik manufaktur, ilmu tanah, metalurgi, dan sebagainya.
Porositas bergantung pada jenis bahan, ukuran bahan, distribusi pori, sementasi, riwayat
diagenetik, dan komposisinya. Porositas bebatuan umumnya berkurang dengan bertambahnya
usia dan kedalaman. Namun hal yang berlawanan dapat terjadi yang biasanya dikarenakan
riwayat temperatur bebatuan.
Porositas yang digunakan dalam geologi, hidrogeologi, ilmu tanah, dan ilmu bangunan,
yaitu bahan padat yang ruangnya diisi cairan dan udara, didefinisikan dengan:
VV
Porositas==
x 100

VT

dengan Vv adalah volume dari ruang kosong yang diisi cairan dan udara dan V T adalah

total volume dari bahan.


Selain itu dikenal juga beberapa istilah porositas dalam ilmu geologi, diantaranya :
a. Porositas primer, porositas utama atau awal dari sistem porositas di dalam bebatuan atau
deposit alluvial.
b. Porositas sekunder, porositas lanjutan atau terpisah dari sistem porositas di dalam
bebatuan, umumnya meningkatkan porositas total bebatuan. Porositas ini dapat
dihasilkan dari pelapukan kimiawi atau rekahan. Porositas sekunder dapat menggantikan
porositas primer sepenuhnya atau mendampingi.
c. Porositas vuggyPorositas sekunder yang dihasilkan dari pelarutan komponen besar yang
terdapat di dalam bebatuan (seperti fosil dan material organik) dan meninggalkan lubang
kecil sampai terciptanya gua.
d. Porositas efektif (disebut juga porositas terbuka, fraksi dari volume total di mana aliran
fluida dinamis dapat menempati ruang walau terdapat jalan buntu di dalamnya. Fluida
dapat tetap mengalir karena variasi kondisi termal di dalamnya yang menyebabkan
perubahan tekanan dan volume di dalam pori-pori yang terhubung.
e. Porositas inefektif (disebut juga porositas tertutup), merupakan fraksi volume total di
mana fluida atau gas ada di dalam namun tidak dapat mengalir.
f. Porositas ganda, merupakan ide konseptual di mana dua reservoir yang saling
berhimpitan saling berinteraksi. Dalam akuifer bebatuan yang memiliki rekahan, massa
bebatuan dan rekahan seringkali disimulasikan berhimpitan namun merupakan badan
yang terpisah.
g. Porositas makro, merujuk pada pori-pori yang berdiameter lebih besar dari 50 nm.
h. Porositas menengah, pori-pori yang berukuran antara 2 nm sampai 50 nm.
i. Porositas mikro, pori-pori yang berukuran lebih kecil dari 2 nm.

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Porositas


Sifat porositas pada suatu material dapat dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Sortasi, menyatakan keseragaman dimensi butir-butiran penyusun suatu material.
Keseragaman material disini sangat dipengaruhi dengan gaya-gaya di sekitar lingkungan
material tersebut terbentuk. Porositas pada material seragam lebih besar dibandingkan
material beragam (well graded material).

Gambar 2.1 Jenis-jenis Sortasi

b. Ukuran butir, material berbutir halus mempunyai porositas yang lebih besar dibandingkan
dengan tanah berbutir kasar.

Tabel 2.1 Tabel Wenworth

c. Kemas, terdiri dari kemas terbuka dan kemas tertutup. Material dengan kemas terbuka
antar buitrnya akan mempunyai porositas yang lebih kecil dibandungkan dengan material
yang mempunyai kemas tertutup.

Gambar 2.2 Kemas Butir

2.3 Pengukuran Porositas


Beberapa metode dapat digunakan untuk mengukur porositas:
Metode langsung dengan mengukur volume bahan curah dan lalu mengukur volume
komponen per bagian. Hanya bisa dilakukan pada benda berukuran cukup besar dengan
komponen individu tidak memiliki pori-pori.
Metode optis dengan menggunakan mikroskop.
Metode tomografi komputer, menggunakan pemindaian CT untuk membuat pencitraan tiga
dimensi dari geometri eksternal dan internal, termasuk ruang kosong di dalamnya.
Imbibisi yaitu menenggelamkan bahan berpori ke dalam fluida yang dilakukan di dalam
ruang vakum. Fluida yang dipilih adalah fluida yang mampu membasahi bahan secara
mendalam dan tidak bereaksi dengan bahan.
Metode pengurapan air
Intrusi raksa
Metode ekspansi gas.

BAB III
PERHITUNGAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Perhitungan
1. Pengukuran dimensi kelereng

No.

1
2
3
4
5

Ukuran kelereng (cm)


Besar
Kecil
2.59
1.60
2.49
1.64
2.52
1.57
2.55
1.60
2.53
1.62

Rata
-rata

2.53

1.60

Volume kotak mika untuk kelereng = 10,11 cm X 10,02 cm X 9,9 cm = 1002,9 ml


2. Pengambilan data kelereng

Volume air
isi kelereng kecil
ter
at tidak
ur
teratur
45
0
ml 420 ml

isi kelereng besar


ter
at tidak
ur
teratur
47
0
ml 460 ml

Isi
kelereng
campura
n
430 ml

3. Pengambilan data kerikil dan pasir

No

Nama
material

volume kotak
mika

volume
air

Kerikil

1000 ml

420 ml

Pasir

1000 ml

315 ml

3.2 Pengolahan Data

Menghitung nilai porositas dengan menggunakan rumus :

Porositas () =
Volume Pori-pori
Volume Keseluruhan Batuan

Jenis material

Nilai Porositas (%)

x 100%

No

tera
tur
46.
86

tidak
teratur

45.87

41.88

Kelereng besar

Kelereng kecil

Kelereng besar
+ kecil

42.88

41.88

31.41

Kerikil
Pasir

44.
87

3.3 Analisis Pengaruh Sorting dan Ukuran Butir pada Nilai Porositas

Hasil pengamatan memperilihatkan bahwa ukuran butir yang seragam dan tersusun
secara teratur (sorting baik) mempunyai nilai porositas yang lebih tinggi, sedangkan pada sorting
buruk nilai porositasnya cenderung lebih kecil.
Ukuran butir mempengaruhi nilai porositas suatu material. Dapat dilihat dari hasil
percobaan bahwa dengan ukuran yang lebih kecil dari suatu material, nilai porositasnya juga
semakin mengecil. Selain itu, dengan ukuran butir yang tidak seragam juga ternyata memberikan
pengaruh pada nilai porositas. Dari hasil percobaan, nilai porositas campuran kelereng besar dan
kecil lebih rendah dibandingkan nilai porositas kelereng besar yang disusun secara teratur. Hal
ini berkaitan dengan semakin kecilnya rongga antar butir karena bariasi dari ukuran butir,
berhubungan dengan kemas dari suatu material. Pengaruh ukuran butir merupakan prngaruh
tidak langsung dari sorting.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
a. Nilai hasil uji Porositas
Dari hasil percobaan uji porositas bahan, diperoleh nilai porositas sebagai berikut :
1) Nilai pororsitas kelereng besar yang disusun teratur adalah 46.86%.
2) Nilai porositas kelereng besar yang disusun acak adalah 45.87%.
3) Nilai porositas kelereng kecil yang disusun teratur adalah 44.87%.
4) Nilai porositas kelereng kecil yang disusun acak adalah 41.88%.
5) Nilai porositas campuran besar dan kecil adalah 42.88%.
6) Nilai porositas bahan kerikil adalah 41.88%.
7) Nilai porositas bahan pasir adalah 31.41%.

Diperoleh nilai porositas kelereng besar yang disusun teratur mempunyai nilai
yang paling besar yaitu 46.86%., sedangkan nilai porositas lempung merupakan nilai
terkecil yaitu 31.41%.

b.

1) Terdapat pengaruh sorting pada sifat porositas suatu bahan. Semakin baik sorting
maka semakin besar porositasnya, begitu pula sebaliknya.
2) Terdapat pengaruh dari ukuran butir pada nilai porositas Semakin besar ukuran butir
akan cenderung semakin besar pula nilai porositasnya, begitu pula sebaliknya.

4.2 Saran
a. Bahan yang akan diuji dalam keadaan alami dan kering.
b. Alat ukur sebaiknya tertutup dan tidak mengalami kebocoran.

DAFTAR PUSTAKA
B.S Paliwal. 2010. Sumber Air Tanah Global dan Manajemen. India : Scientific Publisher.
http://id.wikipedia.org/wiki/Porositas
http://ceritageologist.blogspot.com/2012/04/porositas-dan-permeabilitas.html

https://geounhas06.wordpress.com/minyak-dan-gas-bumi/porositas-dan-permeabilitas/

Anda mungkin juga menyukai