Anda di halaman 1dari 10

SOAL DAN JAWABAN TUGAS 5 BKTK

MATERIAL BERPORI DAN BERLAPIS

NamaKelompok :

1. ZahratulAzizah (1815041008)
2. Dimas Ali Wijaya (1815041052)
3. M. RifqiFadhilahIrsa (1855041062)

KELOMPOK 10

1. Sebutkan sifat material menurut calister wiliam dan jelaskan!


JAWAB
Material adalah sesuatu yang disusun atau dibuat oleh bahan ( callister dan willam, 2004).
Maksudnyamaterial itu terdiri dari bahan bahan yang disusun dan bisa menjadi sesuatu yang lebih
besar

2. Sebutkan applikasi material anorganik berpori!


JAWAB
 ZEOLIT
a) Digunakan untuk pengeringan pada berbagai produk industri.
b) Zeolit digunakan sebagai "soil conditioning" yang dapat mengontrol dan menaikkan pH
tanah serta kelembaban tanah.
c) Sebagai AbsorbenStruktur terbuka zeolit memudahkan molekul-molekul kecil
terabsorbsi ke dalam strukturnya
d) zeolite sebagai Pertukaran ion (Ion-exchange)
Na-Zeolit A + ½Ca2+(aq) Ca0,5-Zeolit A + Na+(aq)
e) Katalisis
f) Sebagai bahan penyusun detergen (detergent builder)

3. Sebutkan dan jelaskan tipe tipe porositas geologis beserta fungsinya!

Porositas geologis maksudnya, porositas bebatuan atau lapisan sedimen penting sebagai
rujukan ketika mengevaluasi volume potensial air dan hidrokarbon yang mungkin
terkandung di dalamnya. Porositas sedimen adalah fungsi yang rumit dari berbagai faktor,
mencakup laju pengebumian, kedalaman pengebumian, sifat fluida, sifat sedimen di
atasnya, dan sebagainya.

KELOMPOK 1

1. Sebutkan klasifikasi material berpori menurut IUPAC!


The International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) telah merekomendasikan
klasifikasi bahan berpori menurut ukuran pori. Berdasarkan rekomendasi IUPAC, bahan
berpori diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu mikropori, mesopori, dan makropori. Bahan
berpori dengan ukuran diameter pori < 2 nm diklasifikasikan sebagai mikropori, diameter
pori 2 hingga 50 nm diklasifikasikan sebagai mesopori, dan ukuran diameter pori > 50 nm
diklasifikasikan sebagai makropori. Semua bahan berpori hasil sintering diklasifikasikan
sebagai material mesopori.

2. Jelaskan pengukuran porositas menggunakan metode BET!


Pengukuran porositas menggunakan metode BET dilakukan melalui pengisian material
dengan suatu gas (nitrogen, argon, CO2, dan sebagainya) sehingga diperoleh informasi
berupa luas permukaan material atau volume pori berdasarkan jumlah massa gas yang
terabsorpsi. Kelemahan dari metode ini adalah dibutuhkan asumsi densitas absorbat yang
konstan sepanjang sistem pori sehingga tidak dapat diterapkan pada material mikropori dan
ultramikropori karena memiliki rasio luas permukaan dengan volume yang sangat tinggi.
Selain itu, metode BET juga memiliki akurasi yang buruk ketika diterapkan untuk mengukur
pori terbuka. Pengukuran porositas dengan metode Archimedes dilakukan berdasarkan
variasi massa material dalam fluida. Akurasi dari metode ini ditentukan oleh pengurangan
berat material dan sulit untuk mengestimasi densitas matriks ketika terjadi transformasi
allotropik.
Metode ini menganggap bahwa molekul padatan yang paling atas berada pada
kesetimbangan dinamis. Ini berarti jika permukaan hanya dilapisi oleh satu molekul saja,
maka molekul-molekul gas ini berada dalam kesetimbangan dalam fase uap padatan. Jika
terdapat dua atau lebih lapisan, maka lapisan teratas berada pada kesetimbangan dalam
fase uap padatan. Bentuk isoterm tergantung pada macam gas adsorbat, sifat adsorben dan
sturktur pori. Peristiwa pelepasan molekul, ion dari permukaan zat padat yang telah
berikatan dengan gugus aktif adsorben disebut dengan desorpsi. Gejala yang diamati pada
desorpsi berupa desorpsi lapisan molekul tunggal, adsorpsi lapisan molekul ganda dan
kondensasi dalam kapiler.

3. Sebutkan dan jelaskan pengapplikasian zeolite!


a) Bidang proses industri
Berdasarkan sifat sorpsinya terhadap gas dan hidrasi molekul air, zeolit digunakan untuk
pengeringan pada berbagai produk industri. Molekul uap air dapat diserap sebanyak 8-10 g
dengan 100 g klinoptilolit dibandingkan 3 g dan 1,2 g oleh Al2O3 dan gel silika dengan berat
yang sama pada kondisi 1,33 atm dan 25oC. Dalam bidang katalis, sorben Al2O3 biasanya
digunakan tetapi akhirakhir ini juga digunakan zeolit A dalam industri petrokimia pada
proses isomerisasi, hidro sulforisasi, hidrocracking, hidrogenasi, reforming, dehidrasi,
dehidrogenasi dan de-alkilasi, cracking parafin, disportion toluen/benzen dan xylen. Zeolit
mordenite klinoptilolit sering digunakan, sedangkan zeolit sintetik terutama digunakan jenis
ZSM-5 dan zeolit A
b) Bidang pertanian dan lingkungan
Zeolit digunakan sebagai "soil conditioning" yang dapat mengontrol dan menaikkan pH
tanah serta kelembaban tanah. Dalam pengalaman petani di Jepang, penambahan zeolit
pada pupuk tanaman bervariasi dari 15-63% terutama untuk tanaman apel dan gandum.
Penambahan zeolit pada pupuk kandang ternyata juga akan meningkatkan proses nitrifikasi.
Pada saat ini bidang pertanian merupakan pemakai zeolit terbesar di Indonesia. Disamping
untuk "slow release fertilizer", zeolit juga digunakan untuk sebagai carrier
pestisida/herbisida dan fungisida

c) Absorben
Struktur terbuka zeolit memudahkan molekul-molekul kecil terabsorbsi ke dalam
strukturnya, ukuran dan bentuk molekul yang terabsorbsi akan dipengaruhi oleh geometri
pori. Zeolit A dengan pori relatif kecil dapat menyerap molekul seperti air dan oksigen tetapi
untuk molekul lebih besar seperti etanol tidak dapat terserap. Tipe kation yang berada
dalam pori dapat juga mempengaruhi dimenasi molekul yang akan diabsorbsi. Penggantian
natrium dalam zeolit A dengan calsium yan lebih kecil akan meningkatkan dimensi efektif
pori sehingga dapat mengabsorbsi gas metana

d) Pertukaran ion (Ion-exchange)


Kation dalam rongga zeolit berinteraksi secara lemah dengan kerangka zeolit sehingga dapat
terjadi pertukaran ion pada kondisi temperatur kamar. Ion natrium dalam zeolit A tertukar
secara cepat dengan kalsium dalam lartutan berair.

Na-Zeolit A + ½Ca2+(aq) Ca0,5-Zeolit A + Na+(aq)

Karakteristik khusus pertukaran ion dalam zeolit ditentukan oleh ukuran pori dan lingkungan
koordinasi yang ada dalam zeolit. Proses pertukaran ion digunakan secara luas dalam
pelembuatan air (water softener) dan “detergent baru mikro”.
e) Katalisis
Derivate zeolit asam, H-zeolit adalah katalis yang sangat bagus dan banyak digunakan di
industri. Bentuk H-Zeolit mungkin diperoleh dari pertukaran ion dengan asam. Seringkali
karena kerangka zeolit terserang secara pelan-pelan oleh larutan asam, H-zeolit diperoleh
melalui pertukaran dengan ion ammonium kemudian diikuti pemanasan sampai temperatur
500Oc

f) Sebagai bahan penyusun detergen (detergent builder)


Dengan kerangka silica alumina yang memiliki sisi aktif negatif pada sisi alumina dan kation
kecil dan mobilitasnya tinggi berada dalam pori, zeolit dapat berfungsi sebagai penukar
kation. Zeolit banyak digunakan sebagai zat additive dalam detergen pencuci yang sering
disebut sebagai zat pembangaun (builders), dimana dalam detergen pencuci zeolit berperan
untuk menangkap ion-ion kalsium dan magnesium guna menurunkan tingkat kesadahan air.
KELOMPOK 2

1. Sebutkan klasifikasi pori berdasarkan ukurannya!


Menurut ukurannya bahan berpori diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu mikropori, mesopori,
dan makropori. Bahan berpori dengan ukuran diameter pori < 2 nm diklasifikasikan sebagai
mikropori, diameter pori 2 hingga 50 nm diklasifikasikan sebagai mesopori, dan ukuran
diameter pori > 50 nm diklasifikasikan sebagai makropori. Semua bahan berpori hasil
sintering diklasifikasikan sebagai material mesopori.

2. Sebutkan kelebihan dan kekurangan analis menggunakan TEM!

3. Sebutkan karakterisasi material anorganik berlapis!

KELOMPOK 3

1. Jelaskan metode yang digunakan untuk mengetahui karaktristik dari material berpori!
Jawab
A. Metode BET

Pengukuran porositas menggunakan metode BET ( Brunauer, Emmet dan Teller )


dilakukan melalui pengisian material dengan suatu gas (nitrogen, argon, CO2, dan
sebagainya) sehingga diperoleh informasi berupa luas permukaan material atau
volume pori berdasarkan jumlah massa gas yang terabsorpsi. Kelemahan dari
metode ini adalah dibutuhkan asumsi densitas absorbat yang konstan sepanjang
sistem pori sehingga tidak dapat diterapkan pada material mikropori dan
ultramikropori karena memiliki rasio luas permukaan dengan volume yang
sangat tinggi. Selain itu, metode BET juga memiliki akurasi yang buruk ketika
diterapkan untuk mengukur pori terbuka.

B. Metode Archimedes

Pengukuran porositas dengan metode Archimedes dilakukan berdasarkan variasi


massa material dalam fluida. Akurasi dari metode ini ditentukan oleh pengurangan
berat material dan sulit untuk mengestimasi densitas matriks ketika terjadi
transformasi allotropik.

C. Metode Pengolahan Citra

Adapun analisis pori menggunakan pengolahan citra dilakukan berdasarkan


analisis permukaan tampang lintang material. Kelemahan dari pengolahan citra
adalah akurasinya sangat bergantung pada preparasi spesimen. Namun
demikian, dibandingkan dengan metode lainnya, metode pengolahan citra lebih
dapat diterima berdasarkan aspek reproduktifitas, keekonomisan,
kesederhanaan, dan fleksibilitasnya . Terlebih saat ini citra yang dihasilkan oleh
mikroskop (optik atau elektron) telah dalam bentuk digital sehingga mendukung
proses pengolahan citra digital selanjutnya . metode pengolahan citra untuk
material berpori menggunakan Wolfram Mathematica. Pengembangan ini
perlu dilakukan mengingat tidak seluruh perangkat mikroskopi dilengkapi oleh
sistem pengolahan citra. Wolfram Mathematica merupakan perangkat lunak
komputasi matematik simbolik yang menyediakan dukungan mendalam pada
pemrosesan dan analisis citra. Keunggulan perangkat lunak ini adalah ia
menggunakan bahasa Wolfram Language yang telah dikenal luas sebagai
bahasa pemrograman yang relatif sederhana dan mudah dipahami . Adapun
aspek analisis kuantitatif pori yang kami pelajari dalam makalah ini terdiri
dari analisis presentase pori (porositas), ukuran (diameter) pori, aspek rasio pori,
dan distribusi ukuran porinya.

2. Jelaskan klasifikasi material anorganik berlapis!


3. Jelaskan klasifikasi porositas berdasarkan waktu dan cara kerjanya!

KELOMPOK 4

1. Bagaimana metode pengukuran porositas?


Jawab
1. Metode langsung dengan mengukur volume bahan curah dan lalu mengukur volume
komponen per bagian. Hanya bisa dilakukan pada benda berukuran cukup besar dengan
komponen individu tidak memiliki pori-pori.
2. Metode optis dengan menggunakan mikroskop.[4]
3. Metode tomografi komputer, menggunakan pemindaian CT untuk membuat pencitraan
tiga dimensi dari geometri eksternal dan internal, termasuk ruang kosong di dalamnya.
4. Imbibisi yaitu menenggelamkan bahan berpori ke dalam fluida yang dilakukan di dalam
ruang vakum.[4] Fluida yang dipilih adalah fluida yang mampu membasahi bahan secara
mendalam dan tidak bereaksi dengan bahan.
5. Metode pengurapan air
6. Intrusi raksa
7. Metode ekspansi gas.
2. Apa yang dimaksud dengan porositas makro?
Porositas makro adalah porositas atau pori dengan ukaurang yang rlatif besar dari pada
biasny
3. Apa yang dimaksud dengan porositas geologis?
Jawab
Porositas geologis maksudnya, porositas bebatuan atau lapisan sedimen penting sebagai
rujukan ketika mengevaluasi volume potensial air dan hidrokarbon yang mungkin
terkandung di dalamnya. Porositas sedimen adalah fungsi yang rumit dari berbagai faktor,
mencakup laju pengebumian, kedalaman pengebumian, sifat fluida, sifat sedimen di
atasnya, dan sebagainya.

KELOMPOK 5

1. Sebutkan prinsip kerja dari analisis SEM!


Prinsip kerja SEM yaitu bermula dari electron beam yang dihasilkan oleh sebuah filamen
pada electron gun. Pada umumnya electron gun yang digunakan adalah tungsten hairpin gun
dengan filamen berupa lilitan tungsten yang berfungsi sebagai katoda. Tegangan diberikan
kepada lilitan yang mengakibatkan terjadinya pemanasan. Anoda kemudian akan membentuk
gaya yang dapat menarik elektron melaju menuju ke anoda. Elektron berinteraksi dengan
sampel komposisi molekul. Energi dari elektron menuju ke sampel secara langsung dalam
proporsi jenis interaksi elektron yang dihasilkan dari sampel. Serangkaian energi elektron
terukur dapat dihasilkan yang dianalisis oleh sebuah mikroprosesor yang canggih yang
menciptakan gambar tiga dimensi atau spektrum elemen yang unik yang ada dalam sampel
dianalisis
2. Apa saja hal - hal yang harus diperhatikan dalam memperinterpretasikan data porosimetri
merkuri?
3. Apa saja kekurangan dan kelebihan dari teknik porosimetri merkuri?

KELOMPOK 6

1. Jelaskan contoh dari material berpori dan berlapis?


1) Lemping terpilar .Pilarisasi adalah penyisipan molekul, ion atau senyawa berukuran
besar dan rigid ke dalam antar lapis senyawa berstruktur lapis seperti lempung
(Montmorillonit/Bentonit) sehingga terbentuk suatu bahan berstruktur pori dengan sifat-
sifat fisiko kimiawi yang baik. Pilarisasi menjadi mungkin apabila terjadi kombinasi
yang tepat antara lempung dan spesies pemilar. Di dalam penelitian ini digunakan
Bentonit/Montmorillonit sebagai bahan inang dan berbagai oksida anorganik sebagai
pilar .
2) Zeolit, merupakan mineral berstruktur pori yang dewasa ini sangat intensif dipelajari.
Satuan pembangun dasar zeolit adalah tetrahedra SiO4 dan AlO4. Tetrahedra yang
berdekatan terikat pada sudut-sudutnya melalui atom oksigen menghasilkan
makromolekul anorganik dengan struktur tiga dimensi dengan saluran-saluran
berdimensi 0,2 sampai 1 nm (mikropori). Di dalam saluran-saluran tersebut terdapat
molekul-molekul air dengan kation-kation kecil yang bersifat mengkompensasi muatan
negatif kerangka.

2. Sebutkan contoh penelitian pada material mesopori?


Jawab
Material mesopori menjadi hal yang menarik untuk dipelajari terutama setelah
ditemukannya material mesopori berstruktur nano yang kemudian dikenal sebagai bahan
M41S oleh Mobil Corporation, yang di antara anggotanya adalah MCM-48 yang berfase
kubus, MCM-50 berfase lamellar, dan MCM-41 yang berfase heksagonal. Di antara
anggota M41S yang paling menarik adalah MCM-41 karena merupakan padatan berpori
yang tersusun dari silika amorf, namun memiliki struktur teratur dengan rongga yang
seragam, membentuk susunan heksagonal dengan luas permukaan yang besar hingga
1000 m2/g serta stabilitas termal yang baik (Beck et al., 1992).
Keunggulan MCM-41 yang lain adalah diameter porinya dapat diatur dengan
berbagai cara, di antaranya pemilihan surfaktan, penambahan senyawa organik, dan
pengubahan parameter reaksi (Zhao et al., 1996). Selain itu, Corma et al. (1997) juga
mengungkapkan bahwa salah satu fakta menarik dari MCM-41, walaupun tersusun dari
silika amorf, MCM-41 menunjukkan pori yang seragam, serta tersusun menjadi kisi
heksagonal. MCM-41 merupakan material berpori dengan ukuran meso yang sesuai
sebagai penangkap molekul besar dan struktur porinya mampu mengatasi masalah difusi
yang sering ditemui dalam material mikropori, seperti zeolit (Hui dan Chao,2006).
Sintesis MCM-41 telah banyak dilakukan dan menjadi bahan yang menarik untuk selalu
dikembangkan. Pada awalnya sintesis MCM-41 dilakukan dengan metode hidrotermal,
yakni kombinasi sol-gel dengan hidrotermal menggunakan reaktor pada temperatur dan
tekanan tinggi. Metode hidrotermal menghasilkan material MCM-41 dengan kristalinitas
tinggi, namun memiliki kelemahan yakni memerlukan waktu reaksi yang lama serta
memerlukan temperatur dan tekanan yang tinggi. Penggunaan temperatur tinggi pada
proses sintesis ini mengakibatkan penggunaan energi yang berlebihan dan biaya produksi
yang tinggi.

3. Jelaskan tentang material berpori organic!


Jawab
Seperti juga bahan organik berlapis, bahan organik berpori seperti yang akan dipaparkan
dalam makalah ini disintesis berdasarkan prinsipprinsip recognition dengan menggunakan
gaya pengikat ikatan hidrogen kuat N-H..N. Namun demikian beberapa ikatan hidrogen
lemah seperti juga pada bahan organik berlapis di atas ternyata terlibat pula dalam membantu
pembentukan struktur berpori. Dalam makalah ini akan dipaparkan sintesis dan karakter
bahan organic berpori 2,6-dimethylpyridinium-di(methanesulfonyl) amidat.
Senyawa 2,6-dimethylpyridiniumdi(methanesulfonyl)amidat merupakan garam onium
kristalin dengan titik lebur 90-95oC. Senyawa ini dibentuk dari pencampuran ekuimolar
di(methanesulfonyl)amin dengan 2,6- dimethylpyridinin di dalam asetonitril kering. Larutan
yang terbentuk Menurut jenis bahan yang digunakan dibiarkan selama beberapa hari dalam
lemari pendingin pada temperatur kurang lebih –30oC sampai terbentuk suatu kristal tunggal.
Kristal tunggal tersebut dianalisis dengan X-ray diffractometry untuk mengetahui strukturnya.
Selain metode analisis difraksi, dilakukan pula analisis unsur/elemen,
Resonansi Magnet Inti dan penentuan titik lebur. Struktur 2,6-dimethylpyridiniumdi(
methanesulfonyl)amidat memiliki konformasi C2. Kation dan anion bertautan melalui ikatan
hydrogen N-H…N yang sedikit bengkok . Struktur asimetris senyawa supermolekul tersebut
memperlihatkan bahwa tidak kedua gugus metil berikatan hydrogen dengan oksigen dari
anion di(methanesulfonil)amidat. Kepincangan ikatan ini menyebabkan senyawa tersebut
memiliki titik lebur relatif tidak begitu tinggi.
KELOMPOK 7

1. Bagaimana karakterisasi material anorganik berlapis menggunakan spektro photometer


infra merah?
JAWAB
Analisis mengunakan spektrofotometer adalah untuk menunjukan suatu gugus fungsi atau
ligan yang terikat pada suatu material anorganik berdasarkan serapan pada bilangan
gelombang tertentu. Spektra FTIR yang menunjukan serapan pada bilangan gelombang
3627,9 cm-1 yang merupakan vibrasi regang H-O-H dari molekul air yang memiliki ikatan
hidrogen lemah dengan permukaan Si-O, bilangan gelombang 3435 cm-1 merupakan
serapan khas O-H yang terserap, dimanserpan tersebut adalah serapan yang khas yang
nampak untuk semua anggota smektit.gelombang 522,7 cm-1 adalah serapan karakteristik
Si-O-Al (Al oktahedral, sedangkan pita serapan pada bilngan gelombang 464,8 cm-1
merupakan vibrasi tekuk Si-O-Si

2. Sebutkan porositas dalam aliran 2 fase?


JAWAB
Porositas dalam aliran dua fase antara lain gas dan cairan, fraksi kekosongan didefinisikan
sebagai fraksi dari volume aliran yang ditempati oleh gas. Porositas umumnya bervariasi dari
satu lokasi ke lokasi lainnya dalam perpipaan dan berfluktuasi terhadap waktu. Pada aliran
non-homogen, porositas terkait dengan laju aliran volumetrik dari fase gas dan cairan, dan
terkait dengan kecepatan relatif antara dua fase

3. Jelaskan salah satu material anorganik berlapis di alam?


JAWAB
Zeolit merupakan mineral berstruktur pori dengan satuan pembangun dasar adalah
tetrahedaral SiO4 dan AlO4. Secara representatif komposisi kimia zeolit adalah :
Dimana A adalah kation dengan muatan m, (x+y) adalah jumlah tetrahedral per satuan sel
sel zeolit terdiri dan x/y disebut perbandingan Si/Al. Rumus tersebut menunjukan bahwa
zeolit terdiri dari kation-kation yang bersifat dapat dipertukarkan dan menetralkan muatan
kerangka, kerangka alumina-silika dan molekul-molekul air dalam rongganya

KELOMPOK 8

1. Jelaskan aplikasi material berlapis dan berpori sebagai katalis!


JAWAB
Katalis merupakan salah satu bahan teknologi yang sangat penting. Katalis banyak
digunakan dalam industri dan manufaktur bahan-bahan kimia, produksi bahan bakar,
industri makanan, pakaian dan industri farmasi. Secara kimiawi katalis adalah substansi
kimia yang dapat mempercepat laju reaksi kimia. Pada proses katalitik tersebut, katalis
terlibat dalam reaksi akan tetapi pada akhir proses akan dikembalikan lagi kekeadaan
semula.(Wijaya, 2005)
Dewasa ini jenis katalis yang banyak digunakan dalam industri dan manufaktur kimia
adalah katalis padat, seperti γ-Al2O3, logam terimpregnasi dalam zeolit, lempung terpilar
dan sebagainya. Kualitas katalis ditentukan antara lain oleh aktivitas, selektivitas, stabilitas,
yield dan regenerabilitasnya. Katalis yang baik adalah katalis dengan semua aspek di atas
yang tinggi. Sistem katalis padat pada umunya menggunakan sistem logam-padatan berpori
atau berlapis . (Wijaya, 2005)
Logam-logam tersebut dimasukkan kedalam pori-pori atau lapisan-lapisan padatan
dengan cara impregnasi kompleks logam katallis kedalam lapisan-lapisan/pori-pori padatan
yang diikuti dengan reduksi sehingga terbentuk logam bervalensi nol. Reduksi juga dapat
mengakibatkan bertambahnya situs-situs asam dalam padatan Mn+– Zn-+ n/2H2 → Mo +
nH+ –Zn(Wijaya, 2005)
Adanya situs-situs asam (Lewis dan/atau Bronsted) dalam padatan tersebut dapat
meningkatkan unjuk kerja katalitik bahan tersebut, terutama jika digunakan sebagai katalis
perengkah. Di antara bahan-bahan berpori yang dikenal berpotensi sebagai katalis adalah
lempung dan zeolit. Pada awal-awal abad ini kebanyakan katalis perengkah menggunakan
lempung alam terasamkan. Akan tetapi daya tahan termal lempung ini tidak terlalu tinggi
sehingga kurang baik untuk dijadikan katalis.
Pada tahun 1977 Brindly memperkenalkan lempung terpilar (PILC) sebagai katalis. Lempung
jenis ini memiliki ketahanan termal, luas permukaan serta keasamaan yang lebih tinggi
daripada lempung tak terpilar sehingga dapat digunakan sebagai katalis, khususnya katalis
yang beroperasi pada suhu tinggi. Dalam beberapa hal lempung terpilar memiliki
kemampuan yang lebih baik daripada zeolit dan juga lempung tak terpilar

2. Sebutkan contoh sisntesis material berlapis!


JAWAB
Lempung Terpilar
Pilarisasi adalah penyisipan molekul, ion atau senyawa berukuran besar dari rigid ke dalam
antar lapis senyawa berstruktur lapis seperti lempung (montmorilonit/bentonit) sehingga
terbentuk suatu bahan berstruktur pori dengan sifat-sifat fisika kimia yang baik. Pilarisasi
menjadi mungkin apabila terjadi kombinasi yang tepat antara lempung dan spesies pemilar

3. Jelaskan tentang material berpori sebagai photokatalis!


Jawab
Pengaruh waktu penyinaran terhadap pengurangan jumlah metilen biru untuk
fotodegradasi dengan katalis montmorilonit terpilar TiO2 dan montmorilonit alam (kiri) dan
struktur metilen biru .Fotodegradasi metilen biru dengan menggunakan montmorilonit
terpilar TiO2 sebagai katalis dilakukan dengan bantuan sinar UV dengan panjang gelombang
350 nm. Dalam hal ini montmorilonit digunakan sebagai inang dari bahan semikonduktor
titanium dioksida yang memiliki kemampuan untuk mendegradasi senyawa-senyawa
organik.
Reaksi yang terjadi pada degradasi metilen biru adalah reaksi redoks dimana terjadi
pelepasan dan penangkapan elektron yang diakibatkan oleh energi foton hv.
Dalam penelitian ini telah dipelajari pengaruh waktu penyinaran terhadap pengurangan
metilen biru. Degradasi metilen biru dengan menggunakan montmorilonit terpilar TiO2
dilakukan dengan beberapa variasi waktu yaitu 10, 20, 30, 40, 50, dan 60 menit serta
dengan bantuan sinar UV. Dari hasil analisis dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 665 nm menunjukkan terjadinya penurunan konsentrasi metilen biru setelah
ditambah montmorilonit terpilar TiO2 disertai penyinaran dengan sinar UV.
Hasil pengamatan yang disajikan dalam gambar menunjukkan bahwa secara umum
semakin lama waktu penyinaran, maka pengurangan jumlah metilen biru semakin besar. Hal
ini disebabkan karena semakin lama kontak antara fotokatalis dengan metilen biru dan
semakin lama waktu penyinaran maka semakin banyak foton yang terserap oleh fotokatalis
yang selanjutnya energi foton yang diserap tersebut digunakan untuk proses transfer
muatan antar muka fotokatalis dan substrat metilen biru.
Fotodegradasi metilen biru dengan menggunakan montmorilonit terpilar TiO2
menunjukkan penurunan yang cukup signifikan dengan kenaikan waktu penyinaran. Hal ini
menunjukkan bahwa efektivitas dari katalis TiO2-montmorilonit cukup baik, sedangkan pada
montmorilonit yang tidak terpilar menunjukkan adanya penurunan namun tidak begitu
signifikan. Secara umum terlihat bahwa penggunaan montmorilonit yang tidak terpilar tidak
menurunkan konsentrasi metilen biru pada larutan. Adapun penurunan serta peningkatan
persentase metilen biru setelah dikatalis montmorilonit alam kemungkinan disebabkan oleh
adsorpsi oleh montmorilonit alam. Telah banyak dilaporkan bahwa sebagian besar degradasi
senyawa organik mengikuti reaksi tingkat satu

Anda mungkin juga menyukai