Anda di halaman 1dari 2

Material Berpori

Material berpori (porous material) merupakan material yang dibangun oleh


dua bagian penyusun yaitu bagian padat (solid) dan bagian rongga yang diisi oleh
phasa gas/udara. Berdasarkan ukuran porinya maka material berpori dapat
diklasifikasikan menjadi mikro-pori, meso-pori dan makro-pori. Dimana mikro-
pori untuk partikel dengan ukuran pori lebih kecil dari 2 nm. Makro-pori untuk
partikel dengan ukuran pori diatas 50 nm. Sedangkan meso-pori adalah partikel
dengan ukuran pori antara 2 sampai 50 nm (Kaneko, 1994). Ukuran pori dari
Silika mesopori (MNPS) dapat dimodifikasi dari ukuran 2 nm sampai 30 nm
(Dongyuan Zhao, 1998). Ukuran pori MNPS yang dapat dirubah ini dapat
digunakan sebagai batasan jenis molekul yang dapat diserap ke dalam pori (obat,
protein,molekul genetik). Jika didasarkan pada ukuran partikelnya maka secara
umum, MNPS dapat digolongkan ke dalam partikel dengan ukuran mikron antara
1 sampai 8 µm atau ukuran nano antara 100 sampai 300 nm (Dongyuan Zhao,
1998, Han and Ying, 2005). Saat ini aplikasi material berpori banyak digunakan
sebagai membran, filter, refraktori, dan lain sebagainya.

Sifat yang paling penting dari material berpori adalah struktur porinya.
Pori didefinisikan sebagai sebuah ruang pada material yang ukurannya melebihi
besar dari dimensi atomiknya sehingga material asing akan berdifusi melewati
ruang ruang kosong tersebut. Dengan kata lain porositas merupakan perbandingan
antara ruang kosong yang terdapat dalam produk dengan volume. Beberapa
metode karakterisasi dari porositas ini dapat dilakukan dengan menggunakan
mercury porosimetry, scaning electron microscope (SEM) atau dengan cara yang
sederhana yaitu metoda archimedes. Jenis pori yang langsung dapat terukur
tentunya yang berada dipermukaan yang disebut dengan open pores, sedangkan
yang berada di bagian dalam dari produk diperlukan bantuan mesin vakum untuk
memasukan cairan sebagai media pembantu pengukuran, untuk pori pada bagian
dalam produk disebut dengan closed pores. Jumlah total ruang kosong dari produk
adalah jumlah dari volume open pores dan closed pores.
Dalam pengukuran sifat porositas dari suatu produk ada dua jenis porositas
yaitu apparent porosity dan true porosity. Apparent porosity adalah besaran hasil
ukur dari pori-pori yang interkoneksi dan dapat digunakan untuk menentukan
permeabilitas yaitu kemudahan suatu phasa cair atau gas untuk difusi kedalam
sebuah material melalui pori tersebut. Harga apparent porosity ini didapatkan
dengan menimbang berat kering dari sampel atau dry weight (Wd), menimbang
berat saat sampel dalam air atau disebut suspended weight (Ws) dan menimbang
berat setelah saturasi atau saturated weight (Ww). True porosity menggambarkan
jumlah pori sebenarnya mulai dari interconnected pores dan closed pores. True
porosity menggambarkan porositas material lebih akurat dibanding apparent
porosity. Dengan adanya porositas akan menurunkan kekuatan mekanik dan
stabilitas pelet sehingga mudah terurai saat kena air. Oleh karena itu pengontrolan
struktur pori menjadi penting dalam meningkatkan stabilitas dan kekuatan
mekaniknya. Pengontrolan struktur pori dapat dilakukan pada saat proses
gelatinisasi dan kompaksi.

DAFTAR PUSTAKA

Antaresti, et.al,. 2017. Pembuatan, Modifikasi Dan Pemanfaatan Material Nano-


Pori. Jurnal Ilmiah Widya Teknik. Volume 16 Nomor 2

Purwasasmita. B.S, et.al,. 2008.Sintesa, Karakterisasi Dan Fabrikasi Material


Berpori Untuk Aplikasi Pelet Apung (Floating Feed). Jurnal Bionatura. Vol. 10
No. 1

Anda mungkin juga menyukai