Anda di halaman 1dari 27

EDISI NOVEMBER 2010

JAWA: RP 30.000,00
LUAR JAWA: RP 35.000,00
http://majalahenergi.com

Cover Story:

GLOBAL GEOTHERMAL
ENERGY PRODUCTION 2010

1 OUFNAITMED STATE
ERIC

2
3

INDO

PINES

PHILIP

NESI

2025:
INDONESIA

PEMIMPIN ENERGI
PANAS BUMI DUNIA
FOKUS

DIRESMIKANNYA DIRJEN EBTKE-ESDM


NENNY SAPTADJI,
ENERGI PANAS BUMI,
SOLUSI UNTUK BANGSA.

BERITA TERBARU

RENEWABLE ENERGY FOR


SUSTAINABLE BRIDGE
TOKOH

PROF. ARIONO ABDULKADIR

RISET

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI


PENGONTROL TEMPERATUR
PADA REAKTOR BIOGAS

ULASAN

KELISTRIKAN NASIONAL
DAN SOLUSINYA

DAFTAR ISI

SUSUNAN REDAKSI
Pemimpin Redaksi /
Penanggung Jawab:
Dr. Ir. Edi Leksono, M.Eng.
Dewan Redaksi:
Dr. Ir. Aman Mostavan, DEA.
Brian Yuliarto,Ph.D
Justin Pradipta, ST, MT.
Irsyad Nashirul Haq, ST, MT.
Billy Hamzah Fadli, ST.
Reza Fauzi Iskandar, MT.
Tim Kreatif:
Moch. Dede Amin Munajat, ST
Adi Bayu, ST.
Ayunita Roesadiana, ST.
Aji Faoji, ST.
Sirkulasi:
Ismail Al Anshori, ST
Layout/Desain:
Muhamad Kasyful Fuadi, ST
Penerbit:
Indowarehouse
PT. Indowahana Bhineka Mandiri
Alamat Redaksi:
Jl. Titiran No. 7 Lt.2
Bandung 40133
E-mail:
info@majalahenergi.com
majalahenergi@gmail.com
Web:
http://majalahenergi.com

FOKUS
Diresmikannya EBTKE-ESDM
Energi Panas Bumi

30

PROFIL
Prof. Dr. Ir. Ariono Abdulkadir, MSME.

34

BERITA NASIONAL
Renewable Energy for Sustainable Bridge
60 Tahun Teknik Fisika

37

BERITA INTERNASIONAL
Renews 2010

40

INOVASI
PLTN Mini

44

RISET
Perancangan dan Implementasi
Pengontrol Temperatur
pada Reaktor Biogas

46

ULASAN
Kelistrikan Nasional
dan Solusinya

EDISI NOVEMBER 2010

TENTANG KAMI
Apa itu Majalah Energi?
Majalah Energi adalah majalah semi ilmiah yang diterbitkan oleh PT Indowahana Bhineka Mandiri. Majalah Energi menawarkan
wawasan global untuk isu-isu lokal dalam konteks penggunaan energi pada umumnya dan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi
Energi (EBTKE) pada khususnya. Konsep yang ditawarkan bukan hanya sebatas pembahasan di majalah dan juga dimungkinkan
untuk diskusi di forum on-line secara langsung. Artikel-artikel yang dicetak pada majalah bukan hanya berasal dari ahli-ahli energi
tetapi juga merupakan hasil diskusi aktual komunitas forum on-line.
Majalah Energi terbit tiap berapa lama ?
Saat ini Majalah Energi terbit rutin setiap 1 bulan sekali (ditambah edisi khusus).
Apa saja isi rubrik Majalah Energi?
Majalah Energi berisi informasi baik lokal, regional dan internasional mengenai perkembangan EBTKE berupa fokus, penelitian,
berita terkini, profil, review, resensi buku, agenda, tanya jawab dan lain lain.
Bagaimana cara berlangganan Majalah Energi ?
a. Melalui marketing atau sirkulasi Majalah Energi di info@majalahenergi.com
b. Menjadi kontributor utama Majalah Energi maka akan otomotis diberikan langganan selama 1 tahun.
Siapa saja yang dapat menulis di Majalah Energi ?
Setiap pelaku di bidang energi khususnya penggiat EBTKE, baik di institusi, perusahaan, akademisi dan masyakat umum yang
mempunyai kegiatan terkait isu-isu EBTKE.
Bagaimana cara mengirimkan tulisan untuk diterbitkan di Majalah Energi?
Naskah asli (belum pernah dipublikasikan di majalah/jurnal/media lain) dapat disampaikan dalam bentuk softcopy dan dikirimkan
via email ke redaksi Majalah Energi dengan format (doc) ke alamat info@majalahenergi.com atau CD dikirimkan ke alamat :
Redaksi Majalah Energi
Jl. Titiran No. 7 Lantai 2, Bandung 40133
Apa manfaat bagi penulis yang menulis di Majalah Energi?
?
Nama penulis (dan juga instansinya) akan semakin dikenal luas. Secara khusus nama penulis mudah dicari di search engine
Google, Yahoo, Bing karena tulisan akan dimuat secara online di http://MajalahEnergi.com yang pada bulan September 2010
Pagevisit lebih dari 20000 kali dan berasal dari 3000 pengguna yang berbeda.
?
Mendapatkan poin kredit untuk kenaikan jabatan/pangkat di pegawai negeri
?
Meningkatkan kemampuan dan pengalaman menulis di majalah ilmiah
?
Mendapatkan langganan Majalah Energi selama periode 1 tahun yang dikirimkan langsung ke penulis.
?
Mendapat honor pengganti riset/penulisan sesuai kewenangan Majalah Energi
Apakah setiap tulisan pasti akan dimuat dalam Majalah Energi ?
Setiap tulisan yang disampaikan kepada redaksi Majalah Energi tentu akan dinilai oleh tim redaksi untuk pemenuhan syarat dan
kelayakan muatnya. Apabila tulisan dianggap layak diterbitkan, maka akan diberikan konfirmasi. Penulis bisa melakukan
korespondensi dengan redaksi di alamat: info@majalahenergi.com.
Apakah Majalah Energi punya akun Twitter dan Facebook ?
Bagi para penggemar internet dan pembaca info secara online, Majalah Energi bisa diikuti di
Twitter
: @majalahenergi
Facebook
: http://www.facebook.com/majalahenergi
Akan tetapi Majalah Energi bukan hanya memiliki akun Facebook dan Twitter saja, melainkan setiap pengguna website
http://majalahenergi.com sistemnya dapat langsung teritegrasi dengan kedua jejaring sosial tersebut, sehingga pengguna dapat
LOGIN VIA FACEBOOK , ataupun saat menulis artikel dan komentar maka akan secara otomatis AUTOPUBLISH TO FACEBOOK,
AUTOPUBLISH TO TWITTER, dan SHARE TO PROFILE.

NOVEMBER 2010

PENGANTAR REDAKSI
Pertama-tama kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah
SWT yang telah berkenan membuat penerbitan Majalah
Energi menjadi kenyataan di tahun 2010 ini. Majalah Energi
ini diharapkan mampu menjadi wadah komunitas dan media
yang efektif untuk pertukaran informasi diantara para
penyusun regulasi, praktisi, peneliti, industri dan masyarakat
umum khususnya dalam bidang energi baru dan terbarukan.
Majalah Energi menawarkan wawasan global untuk isu-isu
lokal dalam konteks pembangkitan, konversi dan konservasi
energi. Kami akan berusaha untuk mampu menyediakan
berita, wawancara, ulasan dan informasi lainnya mengenai
isu-isu baru dalam bidang energi baik lokal, nasional maupun
internasional. Kami berharap majalah ini dapat memberikan
liputan berita yang baik dengan tetap menjaga nilai-nilai
jurnalisme.
Majalah Energi akan diterbitkan setiap bulan dengan sajian
satu isu rinci yang kami pandang sebagai edisi khusus.
Beberapa isu energi baru dan terbarukan yang akan disajikan
dalam majalah ini diantaranya adalah Pembangkit Listrik
Tenaga Panasbumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH),
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), konservasi energi
dalam bangunan dan industri, fuel-cell, biomassa, bio-fuel,

energi laut dan lain-lain. Pada edisi perdana ini, Majalah


Energi akan menampilkan topik energi panas bumi secara
lebih rinci mengingat porsi energi panas bumi yang besar
pada pembangunan pembangkit 10.000 MW tahap kedua.
Hal ini sebenarnya tidak berlebihan karena Indonesia
mempunyai potensi panas bumi sangat besar, yaitu sekitar
28.170 MW atau 30-40% potensi sumber daya panas bumi
dunia yang tersebar di beberapa pulau Indonesia. Namun
ironisnya, hingga saat ini energi panas bumi di Indonesia
belum banyak dimanfaatkan. Walaupun energi panas bumi
merupakan energi yang bersih, ramah lingkungan,
berkelanjutan (sustainable) serta merupakan bentuk energi
yang tidak mungkin diekspor atau dimanfaatkan ke tempat
yang jauh dari sumbernya. Pembangkit Listrik Tenaga
Panasbumi (PLTP) pada prinsipnya sama dengan Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU). Pada PLTP, uap berasal dari
reservoir panas bumi yang diproduksikan melalui sejumlah
sumur yang dibor hingga kedalaman 2-3 km di bawah
permukaan bumi.
Selain isu mengenai energi panas bumi, pada edisi perdana
ini juga akan disajikan masalah kebijakan nasional dalam
energi baru terbarukan dan konservasi energi, pemanfaatan
energi baru terbarukan untuk jembatan bentang panjang,
berita-berita terkini termasuk beberapa informasi terkait
tentang energi yang berhasil dikumpulkan oleh tim reporter.
Pada saat ini tim redaksi juga sedang menyiapkan bahanbahan yang akan diterbitkan pada edisi kedua dan kami
memilih energi surya listrik sebagai isu pokok yang akan
disajikan.
Akhir kata, selamat menikmati Majalah Energi ini semoga
tercipta komunikasi yang semakin efektif diantara pemangku
kepentingan (stake holders) sehingga mampu meningkatkan
kemampuan ipteks, keamanan dan ketahanan suplai energi
nasional.
Tim Redaksi

FOKUS

ENERGI PANAS BUMI

Diresmikannya Direktorat Jenderal

PERUBAHAN PARADIGMA PENGELOLAAN ENERGI


DEMAND

SUPPLY

DEMAND

SUPPLY

Energi Baru Terbarukan dan


Konservasi
Energi
Perubahan Paradigma

Energi Fosil dengan


Biaya Berapapun
(Malah Disubsidi)

Pengelolaan Energi.
Luluk Sumiarso, pria kelahiran Ponorogo 11 Mei 1951 lulusan
Teknik Elektro ITB ini, masih tercatat sebagai salah satu
Komisaris PT Pusri dan PT Pertamina (Persero) dan sebelumnya menjabat sebagai staf ahli Menteri ESDM bidang SDM dan
Teknologi.
Pada tanggal 2 September 2010 diadakan pertemuan stakeholder bidang energi baru terbarukan dan konservasi energi di
Jakarta. Dalam pertemuan tersebut di jelaskan mengenai
harus adanya perubahan paradigma dalam pengelolaan
energi yang dipandang dari segi penyediaan (energy supply
side management), dimana saat ini kebutuhan energi belum
efisien dan kebutuhan energi tersebut dipenuhi dari energi
fosil dengan biaya berapapun dan malah disubsidi, sementara
pandangan mengenai energi terbarukan hanyalah sebagai
alternatif yang bila tidak termanfaatkan sama dengan menyianyiakan karunia Tuhan.

ada hari Selasa 24 Agustus 2010, di Gedung Kementerian ESDM telah dilantik Direktur Jenderal Energi
Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBT dan KE). Ini
merupakan posisi baru di Kementerian ESDM. Pembentukan
direktorat baru tersebut sesuai dengan Peraturan Presiden
(Perpres) Nomor 24 Tahun 2010 yang mulai berlaku 14 April
2010.
Menteri ESDM Darwin Zahedy Saleh mengangkat Luluk
Sumiarso menjadi Dirjen EBTKE pertama di lingkungan
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Menurut beliau dalam sambutannya, Pak Luluk mempunyai
kapasitas untuk menjadi Dirjen EBTKE dengan pengalamannya
yang pernah jadi Dirjen LPE, Sekjen dan Dirjen Migas. Beliau
juga berharap dibawah kepemimpinan Luluk, dasar-dasar
blueprint dan roadmap pengembangan EBTKE bisa disusun.
Dalam salah satu pasal di Perpres tersebut, Dirjen EBTKE
bertugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan
standardisasi teknis di bidang energi baru, terbarukan dan
konservasi energi.

NOVEMBER 2010

Paradigma kedepan haruslah memandang pengelolaan energi


dari segi permintaan (energy demand side management)
bukan dari segi penyediaannya (energy supply side management). Energy demand side management berarti mengefisienkan kebutuhan dan penggunaan energi, memaksimalkan penyediaan dan pemanfaatan energi terbarukan
paling tidak dengan harga pada avoided fossil energy cost
(menghindari pembiayaan yang berasal dari sumber fosil) dan
bila perlu disubsidi. Sedangkan untuk energi fosil dipakai
sebagai faktor penyeimbang setelah penggunaan energi baru
terbarukan dimaksimalkan, sehingga sumber energi fosil yang
tidak termanfaatkan tersebut dapat digunakan kemudian hari
atau untuk diekspor.
Berdasarkan paparan Dirjen EBTKE, Visi pengembangan
EBTKE yang diharapkan adalah terjaminnya ketersediaan
energi bersih untuk memenuhi kebutuhan energi nasional
secara efisien dalam rangka pembangunan yang berkelanjutan.
Sementara Misi EBTKE adalah:
memaksimalkan konservasi energi.
?
mengoptimalkan penyediaan dan mengutamakan
?
pemanfaatan BT dalam rangka diversifikasi.

Kebutuhan Energi
Sektoral yang
belum efisien:
- Rumah Tangga
- Transportasi
- Industri
- Komersial

Kebutuhan Energi
Sektoral yang
Efisien:
- Rumah Tangga
- Transportasi
- Industri
- Komersial

Energi Terbarukan
Sebagai Alternatif

ENERGY SUPPLY SIDE MANAGEMENT

Memaksimalkan
Penyediaan dan
Pemanfaatan Energi
Terbarukan dengan
harga Avoided Fossil
Energy Costs
(DISVERSIFIKASI)

Energi Fosil sebagai


Faktor Penyeimbang

ENERGY DEMAND SIDE MANAGEMENT

ALUR PIKIR PENGEMBANGAN EBTKE


United Nations
Framework Convention
on Climate Change

UU 10/1997
UU 27/2003
UU 30/2007
UU 30/2009

Policy Directives
Presiden RI
di Tampak Siring
(2010)

Mitigasi
Perubahan Iklim

Green
Values

No.8: Ketahanan
Energi
No.10: Perkuat Green
Economy

Konsumsi Energi
Fosil yang
Meningkat

Upaya
Pengembangan
EBTKE

Green Energy
Green Industry
Green Transportation

Ketahanan Energi,
Kesejahteraan Rakyat,
dan Pembangunan
Berkelanjutan

(Atas) Skema Alur Pikir Pengembangan EBTKE


(Bawah) Ilustrasi Perubahan Paradigma Pengelolaan Energi

meningkatkan peran swasta dalam pengembangan


EBT skala besar dan partisipasi masyarakat dalam
pengembangan EBT skala kecil.
meningkatkan produksi dalam negeri dan
penggunaan kandungan lokal dalam mendukung
pengembangan dan pemanfaatan EBTKE.

sasaran utama yang ingin ditempuh pada tahun 2025 yaitu :


?
Adanya Bauran Energi Primer, dimana adanya
?

perubahan skenario dari Business as Usual (BaU) ke


skenario berdasarkan RIKEN (Rencana Induk Konservasi
?
Energi Nasional). Perbandingan tampak pada Gambar.
Komitmen Efisiensi Pemanfaatan Energi pada
seluruh sektor kegiatan.
Memaksimalkan Pemanfaatan EBT dengan
Sementara itu berkaitan dengan visi misi tersebut ada 3
menerapkan penyediaan pemanfaatan BT sebesar 25 %

?
?

Paradigma kedepan haruslah memandang


pengelolaan energi dari segi permintaan
bukan dari segi penyediaannya.
NOVEMBER 2010

FOKUS

ENERGI PANAS BUMI

SKENARIO
Business as Usual (BaU)
(Tanpa Konservasi Energi)

SKENARIO
berdasarkan RIKEN
(Rencana Induk Konservasi
Energi Nasional)

SBM = Setara Barrel Minyak

SBM = Setara Barrel Minyak

LANGKAH KEBIJAKAN EBTKE

gar sasaran dan strategi pengembangan EBTKE yang


ditetapkan dapat tercapai maka langkah kebijakan (policy
measures) yang ditempuh adalah:

Untuk dapat mencapai sasaran dan melaksanakan langkahlangkah kebijakan tersebut, telah disusun agenda kegiatan
untuk EBTKE. Agenda tersebut meliputi :

1. Konservasi Energi,
dilakukan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian
energi mulai dari sisi hulu yaitu efisiensi di sisi pembangkitan energi sampai hilir disisi pemakai energi.

1. Penyempurnaan dan Harmonisasi Peraturan


Perundang-undangan bidang EBTKE
Pengembangan EBTKE terkait dengan sektor dan otoritas
lain sehingga diperlukan penyempurnaan dan harmonisasi
untuk mendorong percepatan implementasi EBTKE
dengan tetap memperhatikan kepentingan masingmasing sektor.

2. Diversifikasi Energi,
dilakukan untuk meningkatkan pangsa penggunaan energi
baru dan terbarukan sehingga adanya pergeseran dari
penggunaan BBM ke EBT.
3. Transformasi Paradigma Pengelolaan Energi,
dilakukan untuk mengubah paradigma dari pengelolaan
energi yang berorientasi pada pemanfaatan sumber daya
energi non terbarukan (fosil) ke pemanfaatan sumber daya
energi terbarukan (non-fosil), dan pemanfaatan limbah
(yang tidak bermanfaat) menjadi energi (yang bermanfaat).
Diperlukan juga transformasi keberpihakan pembangunan
EBTKE, yang selama ini lebih berpihak kepada pembangunan
skala besar menjadi berpihak juga untuk pemenuhan
kebutuhan energi skala kecil di perdesaan dan daerah
terpencil dengan menggunakan sumber energi terbarukan
setempat (sesuai UU No. 30/2007 Pasal 20 ayat 2).

NOVEMBER 2010

2. Peningkatan Efisiensi Pemanfaatan Energi


Pergeseran paradigma dari Supply Side Management (SSM)
menjadi Demand Side Management (DSM) diimplementasikan melalui agenda peningkatan efisiensi energi
dengan cara penerapan manajemen energi, penggunaan
teknologi atau sistem yang efisien, standarisasi unjuk kerja
peralatan, labelling dan komitmen efisiensi energi.
3. Pengembangan Panas Bumi
Potensi pemanfaatan uap panas bumi untuk pembangkitan listrik baru mencapai sekitar 4% pada tahun 2010
sehingga perlu meningkatkan eksplorasi dan survei
pendahuluan, penentuan klasifikasi dan pencadangan
serta mendorong realisasi Program Percepatan 10.000
MW Tahap II dan peta jalan (Road Map) energi panas bumi
serta penyelesaian konflik penggunaan kawasan hutan
untuk pengembangan panas bumi.

4. Pengembangan Bioenergi
Pengembangan bioenergi meliputi bahan bakar
nabati, biogas, biomasa, limbah (sampah kota,
sampah kelapa sawit, limbah jagung, limbah
tebu, limbah padi) serta mulai mengidentifikasi
pengembangan bahan bakar generasi kedua
untuk meningkatkan realibilitas dan ketersediaan
secara berkelanjutan.
5. Pengembangan Energi Baru dan Energi
Terbarukan lainnya
Pengembangan dilakukan melalui dua pendekatan yaitu secara publik untuk membantu penyediaan akses masyarakat kepada energi modern
dan komersial, juga melalui pemberian insentif
dan kemudahan investasi untuk pengembangan
EBT.
6. Pengembangan dan Penerapan Teknologi
Energi Bersih
Penerapan teknologi energi bersih diarahkan
untuk peningkatan efisiensi pemanfaatan dan
teknologi yang mengkonsumsi karbon rendah
dengan tetap berupaya mengurangi dampak
negatif terhadap lingkungan.
7. Peningkatan Kapasitas Nasional EBTKE
Sektor EBTKE diarahkan untuk menjadi salah satu
sektor ekonomi nasional yang dapat menjadi
sumber penerimaan negara. Hal ini dilaksanakan
melalui upaya peningkatan kandungan lokal,
pengembangan kapasitas nasional dan pengembangan industri penunjang.

Tabel Komitmen Efisiensi Pemanfaatan Energi

Sektor
Pemanfaatan

Kebutuhan

Skenario I

*)

**)

Skenario II

***)

BaU
(Juta SBM)

Kebutuhan
(Juta SBM)

Pengurangan
CO2
(juta Ton)

Pengurangan
CO2
(juta ton)

Rumah
Tangga

229,3

206,0

11,81

14,81

Transportasi

590,0

530,0

2,20

2,20

1031,3

926,5

8,96

12,96

85,8

77,1

4,63

8,63

1936,6

1739,8

27,70

37,70

Industri
Komersial
Total

Tambahan energi baru karena konservasi energi setara dengan 196,8 juta SBM
*) BaU (Business as Usual)
**) Didasarkan pada target penurunan emisi 26% pada tahun 2020
***) Didasarkan pada target penurunan emisi 41% pada tahun 2020

Langkah kebijakan EBTKE:


konservasi energi, diversifikasi energi, dan
transformasi paradigma pengelolaan energi

NOVEMBER 2010

FOKUS

ENERGI PANAS BUMI

Energi Panas Bumi:


Kebijakan, Teknologi, Lingkungan,
PROFIL PENULIS

Tantangan dan Solusi

I
Nenny Miryani Saptadji (NS) merupakan staf
pengajar Program Studi Teknik Perminyakan
yang mengabdi sejak 1982 di Institut Teknologi
Bandung yang mendalami bidang energi panas
bumi (geothermal). Pada tahun 2008 beliau
mendapat tugas sebagai Manajer Program
Studi Magister Akademik Terapan Teknik
Panas Bumi ITB. Beliau menyelesaikan studi
doktor di University of Auckland, Australia
pada bidang Teknik Panas Bumi.

10

NOVEMBER 2010

Oleh: Nenny Miryani Saptadji, Ph.D.


ndonesia mempunyai potensi panas bumi sangat
besar di dunia, yaitu sekitar 28.170 MW atau 3040% potensi sumberdaya panas bumi dunia,
tersebar di kepulauan Indonesia. Survei panas
bumi mengindikasikan adanya 265 area prospek
panas bumi di Indonesia, yaitu 84 prospek di
Pulau Sumatera, 76 prospek di Pulau Jawa, 51
prospek di Pulau Sulawesi, 21 prospek di
Nusatenggara, 3 prospek di Irian Jaya, 15 prospek
di Malu-ku dan 5 prospek di Kalimantan (Gambar
1). Sistem panas bumi di Indonesia umumnya
sistem hidrotermal yang mempunyai temperatur
tinggi (>225oC), hanya beberapa diantaranya yang
mempunyai temperatur sedang (125-225oC),
sehingga sangat potensial apabila diusahakan
untuk pembangkit listrik. Potensi sumberdaya
dan cadangan panas bumi Indonesia diperkirakan
sebesar 28.170 MWe (Tabel 1). Cadangan
diperkirakan setara dengan 14.730 MWe, terdiri
dari cadangan terbukti 2.288 Mwe, cadangan
mungkin 1.050 MWe dan cadangan terduga
11.392 Mwe.

Dari 265 area panas bumi yang terdapat di


Indonesia baru 7 (tujuh) area panas bumi/
Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Panas Bumi
yang telah dimanfaat-kan untuk pembangkit
listrik, dengan kapasitas terpasang total hingga
akhir tahun 2008 adalah 1.052 MWe [6]. Pada
awal tahun 2009 Unit-2 PLTP Panas Bumi Wayang
Windu telah mulai beroperasi dengan kapasitas
117 MW. Pada awal bulan Mei PLTP Lahendong
Unit-3 dengan kapa-sitas 20 MW mulai
dioperasikan. Dengan demikian kapasitas PLTP
telah meningkat menjadi 1.189 MWe. Adapun
status area panas bumi lainnya adalah sebagai
berikut: 162 area (61,13%) masih pada tahap
survey pendahuluan (prelimi-nary survey), 88
area (33,21%) telah dila-kukan eksplorasi rinci
namun belum terbukti oleh pengeboran dan 8
area (3.02%) telah dinilai kelayakannya dan siap
dikembangkan.

NOVEMBER 2010

11

FOKUS

ENERGI PANAS BUMI


Tabel Potensi Sumberdaya dan Cadangan Panas Bumi Indonesia

Lokasi

Potensi Sumberdaya
(Resources), Mwe

Cadangan (Reserve), MWE

Kapasitas
Terpasang
(MWe)

Spekulatif

Hipotetis

Terduga
(Probable)

Mungkin
(Possible)

Terbukti
(Proven)

Sumatera

5275

2121

5845

15

380

12

Jawa

2235

1771

3265

885

1815

1117

Bali

70

226

Nusa Tenggara

340

359

747

15

Kalimantan

45

Sulawesi

1000

982

150

78

60

Maluku

595

37

327

Papua

75

9060

4380

11392

1050

2288

Total 265 Lokasi

13440

Total Indonesia

14730
28170 MW

1189

Status: Februari 2009

Pada saat ini PT Pertamina Geothermal Energy merupakan


perusahaan panas bumi yang memiliki hak pengelolaan
Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Panas Bumi paling banyak
di Indonesia, yaitu 15 (lima belas) WKP, yaitu
1. Sibayak Sinabung (Sumatera)
2. Sibual-buali (Sumatera)
3. Sungai Penuh (Sumatera)
4. TB. Sawah Hulu Lais (Sumatera)
5. Lumut Balai (Sumatera)
6. Waypanas Ulubelu (Sumatera)
7. Cibeureum Parabakti (Jawa)
8. Pangalengan (Jawa)
9. Kamojang darajat (Jawa)
10. Karaha Bodas (Jawa)
11. Dieng (Jawa)
12. Iyang Argopuro (Jawa)
13. Tabanan/Bedugul (Bali)
14. Lahendong (Sulawesi)
15. Kotamobagu (Sulawesi)
Dari lima belas WKP tersebut, ada 3 (tiga) WKP
dikerjasamakan oleh PT Pertamina Geothermal Energy
dengan 3 mitra dalam bentuk Joint Operating Contract (JOC)
atau Kontrak Operasi Bersama (KOB), yaitu dengan (1)
Chevron Geothermal Indonesia Ltd (lapangan Darajat), (2)
Chevron Geothermal Salak Ltd (lapangan Gn Salak) dan (3)
Magma Nusantara Ltd (lapangan Wayang Windu). Dilihat dari
besarnya produksi, lapangan Awibengkok Gn Salak
merupakan the biggest geothermal producer di Indonesia.
Pada saat ini PT PGE sedang melakukan pengembangan 5
(lima) lapangan baru yakni Ulubelu, Lumutbalai, Hululais,

12

NOVEMBER 2010

Sungaipenuh, Kotamobagu dan Karaha serta ekspansi


pengembangan Kamojang dan Lahendong. Di lapangan
Ulubelu telah di bor 4 (empat) sumur dan di Lumutbalai telah
dibor 6 (enam) sumur. Hasil uji produksi mengindikasikan di
Ulubelu terdapat sistem 2 phase bersuhu ~ 280oC pada
kedalaman di atas 1350 meter, sedangkan di Lumutbalai
terdapat sistem 2 phase bersuhu ~ 260oC pada kedalaman di
atas 1100 meter.
Disamping oleh PT Pertamina Geothermal Energy, ada
beberapa WKP Panas Bumi yang dikelola PT PLN, yaitu WKP
Panas Bumi Ulumbu (NTB), Tulehu (Maluku) dan Bora
(Sulawesi).
Untuk mencapai target yang telah ditetapkan pemerintah,
pada tahun 2008 Pemerintah menetapkan 18 (delapan belas)
area panas bumi sebagai Wilayah Kerja Pertambangan (WKP)
Panas Bumi baru dimana beberapa diantaranya telah dilelang
yaitu WKP Panas Bumi Tangkuban Perahu (Jawa Barat), Cisolok
dan Cisukarame (Jawa Barat), Tampomas (Jawa Barat), Jailolo
(Maluku Utara), Sokoria (NTT) dan Jaboi (NAD) [6]. Daftar WKP
dan pemenang lelang diberikan pada Lampiran A. WKP lain
statusnya dalam proses lelang atau akan dilelang. Pemerintah
sedang mempersiapkan beberapa area panas bumi lain untuk
ditetapkan menjadi WKP Panas Bumi dan kemudian di lelang.
Sebagai dasar pertimbangan dalam menetapkan koordinat
batas-batas WKP, Pemerintah telah memberikan memberikan
penugasan kepada beberapa perusahaan untuk melakukan
survei pendahuluan di beberapa area panas bumi, antara lain
di area panas bumi Guci (Jawa Tengah), Muaralaboh
(Sumatera Barat), Baturaden (Jawa Tengah), Pematang
Belirang (Lampung), Kalianda (Lampung) dan Rantau Dadap
(Sumatera Selatan). (NS)

FOKUS

ENERGI PANAS BUMI

Kebijakan Bidang

kegiatan operasional dan pengusahaan, penggunaan lahan,


perizinan, hak dan kewajiban pemegang Izin Usaha Pertambangan
(IUP) Panas Bumi, penerimaan negara, pembinaan dan
pengawasan.

Panas Bumi
U

Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 27 tahun 2003,


kegiatan usaha panas bumi adalah suatu kegiatan untuk menemukan sumber daya panas bumi sampai dengan pemanfaatannya baik
untuk pembangkit listrik maupun untuk kepentingan laian di sektor
non listrik (pemanfaatan lan langsung). Tahapan kegiatan usaha
panas bumi meliputi: survei pendahuluan, eksplorasi, studi
kelayakan, eksploitasi dan pemanfaatan, yaitu

ntuk mengatur pengelolaan pengusahaan panas bumi


Pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang Nomor 27
tahun 2003 tentang Panas Bumi dengan dasar pertimbangan:
1. Panas bumi adalah sumber daya alam yang dapat diperbarui,
berpotensi besar, yang dikuasai oleh negara dan mempunyai
peranan penting sebagai salah satu sumber energi pilihan
dalam keanekaragaman energi nasional untuk menunjang
pembangunan nasional yang berkelanjutan demi terwujudnya
kesejahteraan rakyat;
2. Pemanfaatan panas bumi relatif ramah lingkungan, terutama
karena tidak memberikan kontribusi gas rumah kaca, sehingga
perlu didorong dan dipacu perwujudannya;
3. Pemanfaatan panas bumi akan mengurangi ketergantungan
terhadap bahan bakar minyak sehingga dapat menghemat
cadangan minyak bumi;
4. Peraturan perundang-undangan yang sudah ada belum dapat
menampung kebutuhan perkembangan pengelolaan hulu
sumber daya panas bumi sehingga undang-undang tentang
panas bumi ini dapat mendorong kegiatan panas bumi bagi
kelangsungan pemenuhan kebutuhan energi nasional;
5. Sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
serta untuk memberikan landasan hukum bagi langkahlangkah pembaruan dan penataan kembali penyelenggaraan
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya panas bumi,
dipandang perlu membentuk Undang-undang tentang Panas
Bumi.
Dirjen Mineral Batubara dan Panas Bumi Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral (2006) menyatakan bahwa semangat dari
undang-undang ini adalah memberikan kepastian hukum,
menghormati kontrak berjalan (existing contract), menciptakan
iklim investasi yang kondusif dan memberikan kewenangan yang
lebih besar kepada daerah untuk berperan dalam pengembangan
panas bumi. Ketentuan yang diatur dalam undang-undang panas
bumi mencakup ketentuan mengenai kewenangan pemerintah
pusat, pemerintah propinsi dan kabupaten/kota, wilayah kerja,

14

NOVEMBER 2010

1. Survei Pendahuluan adalah kegiatan yang meliputi


pengumpulan, analisis dan penyajian data yang berhubungan
dengan informasi kondisi geologi, geofisika, dan geokimia
untuk memperkirakan letak dan adanya sumber daya Panas
Bumi serta Wilayah Kerja.
2. Eksplorasi adalah rangkaian kegiatan yang meliputi penyelidikan geologi, geofisika, geokimia, pengeboran uji, dan
pengeboran sumur eksplorasi yang bertujuan untuk
memperoleh dan menambah informasi kondisi geologi bawah
permukaan guna menemukan dan mendapatkan perkiraan
potensi Panas Bumi.
3. Studi Kelayakan adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan
Panas Bumi untuk memperoleh informasi secara rinci seluruh
aspek yang berkaitan untuk menentukan kelayakan usaha
pertambangan Panas Bumi, termasuk penyelidikan atau studi
jumlah cadangan yang dapat dieksploitasi.
4. Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan pada suatu wilayah kerja
tertentu yang meliputi pengeboran sumur pengembangan dan
sumur reinjeksi, pembangunan fasilitas lapangan dan operasi
produksi sumber daya Panas Bumi.
5. Pemanfaatan langsung adalah kegiatan usaha pemanfaatan
energi dan/atau fluida Panas Bumi untuk keperluan nonlistrik,
baik untuk kepentingan umum maupun untuk kepentingan
sendiri.
6. Pemanfaatan tidak langsung untuk tenaga listrik adalah
kegiatan usaha pemanfaatan energi panas bumi untuk
pembangkit tenaga listrik, baik untuk kepentingan umum
maupun untuk kepentingan sendiri. (NS)

NOVEMBER 2010

15

FOKUS

ENERGI PANAS BUMI

Alir Pengusahaan
Panas Bumi
Pengusahaan sumber daya Panas Bumi
dilakukan oleh Badan Usaha setelah
mendapat IUP (Izin Usaha Pertambangan)
dari Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota
sesuai dengan kewenangan masing-masing.

Sumur Geothermal Kamojang

16

NOVEMBER 2010

di Indonesia

ebagai aturan pelaksana dari Undang-undang No. 27


Tahun 2003 tentang Panas Bumi, Pemerintah
menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 59 Tahun 2007
tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi. Masih ada beberapa
Peraturan Pemerintah yang belum diterbitkan namun untuk
mendukung pengembangan panas bumi di Indonesia
Pemerintah menerbitkan beberapa Peraturan Menteri.
Secara garis besar Direktorat Jenderal Mineral Batubara dan
Panas Bumi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
memberikan bagan alir pengusahaan panas bumi di Indonesia
sebagaimana diperlihatkan pada gambar di atas, dengan
beberapa ketentuan sebagai berikut:
1. Batas dan luas Wilayah Kerja ditetapkan oleh Pemerintah.
2. Wilayah Kerja yang akan ditawarkan kepada Badan Usaha
diumumkan secara terbuka.
3. Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota sesuai dengan
kewenangan masing-masing melakukan penawaran
Wilayah Kerja dengan cara lelang.
4. Badan Usaha yang dapat mengikuti Pelelangan Wilayah
Kerja harus memenuhi persyaratan administratif, teknis,
dan keuangan.
5. Metode evaluasi penawaran lelang WKP dilakukan
berdasarkan evaluasi kualitas teknis, keuangan dan harga
uap atau tenaga listrik yang paling rendah diantara
penawaran harga.
6. Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan
kewenangannya menetapkan pemenang lelang Wilayah

Kerja berdasarkan penawaran harga uap atau tenaga


listrik terendah.
7. Pengusahaan sumber daya Panas Bumi dilakukan oleh
Badan Usaha setelah mendapat IUP (Izin Usaha Pertambangan) dari Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota
sesuai dengan kewenangan masing-masing.
8. IUP adalah izin untuk melaksanakan Usaha Pertambangan Panas Bumi di suatu Wilayah Kerja Pertambangan
(WKP) Panas Bumi
9. Pemegang IUP wajib menyampaikan rencana jangka
panjang Eksplorasi dan Eksploitasi kepada Menteri,
Gubernur, dan Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan masing-masing yang mencakup rencana kegiatan
dan rencana anggaran serta menyampaikan besarnya
cadangan. Penyesuaian terhadap rencana jangka panjang
Eksplorasi dan Eksploitasi dapat dilakukan dari tahun ke
tahun sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
Direktur Jenderal Mineral Batubara dan Panas Bumi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan bahwa
dukungan Pemerintah untuk pengembangan panas bumi di
Indonesia telah diberikan antara lain dengan memberikan
dukungan fiskal dan dukungan pendanaan, membuat suatu
kebijakan harga listrik yang mendekati harga keekonomian
dan memfasilitasi proses lelang WKP Panas Bumi di daerah.

Pemerintah melalui Peraturan Menteri Keuangan No.


242/PMK.011/2008 memberikan dukungan fiskal, yaitu dari
sisi perpajakan adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas
impor barang untuk kegiatan usaha eksplorasi hulu panas
bumi dan Pajak Penghasilan (PPh). Dari sisi kepabeanan,
Pemerintah memberikan pembebasan bea masuk atas impor
barang untuk kegiatan usaha eksplorasi hulu panas bumi.
Pemerintah juga memberikan pembebasan PPN impor (PMK
No.178//PMK.011/ 2007) dengan ketentuan sebagai berikut.
PPN terutang atas impor barang yang dipergunakan untuk
kegiatan usaha eksplorasi panas bumi ditanggung Pemerintah
terhadap barang yang secara nyata-nyata digunakan untuk
kegiatan usaha hulu panas bumi dengan ketentuan (a) barang
tersebut belum dapat diproduksi di dalam negeri, (b) sudah
diproduksi di dalam negeri namun belum memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan; atau, (c) sudah diproduksi di dalam
negeri namun jumlahnya belum mencukupi kebutuhan
industri.
Pembebasan bea masuk untuk usaha kegiatan usaha panas
bumi diberikan kepada (a) Badan usaha yang mendapat
Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Panas Bumi, (b) Badan
usaha mendapatkan penugasan survey pendahuluan atau Ijin
Usaha Pertambangan (IUP) panas bumi (c) PT Pertamina dan
(d) PT Geo Dipa Energi.

NOVEMBER 2010

17

FOKUS

ENERGI PANAS BUMI

Pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri ESDM No.14/


2008 mengenai harga jual listrik. Dalam ketentuan tersebut
Pemerintah menetapkan dua batas penentuan harga jual
berdasarkan besaran kapasitas pembangkit dan persentase
terhadap Biaya Pokok Pembangkit (BPP). Untuk pembangkit
dengan kapasitas di bawah atau sama dengan 55 MW, harga
jual listrik maksimal adalah 85 persen dari BPP di tegangan
menengah maupun tegangan rendah wilayah setempat.
Adapun pembangkit dengan kapasitas di atas 55 MW, harga
jual listrik maksimal adalah 80 persen dari BPP. Dengan
terbitnya ketentuan tersebut maka harga jual listrik yang
dibangkitkan dengan tenaga panas bumi menjadi lebih tinggi
dari harga jual sebelumnya. Harga baru tersebut diharapkan
bisa menjadikan bisnis pembangkit listrik tenaga panas bumi
menjadi lebih menarik.
Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Kementerian Negara
PPN/BAPPENAS menyatakan bahwa sumber pendanaan yang
dapat dimanfaatkan pada saat ini adalah:

lokasi), karena sesuai ketentuan yang berlaku hanya BUMN


yang berhak menerima pinjaman ini, dan untuk
pembangunan pembangkit listrik oleh PT. PLN. Penggunaan
dana pinjaman luar negeri akan menurunkan cost of capital
karena mempunyai tingkat bunga yang sangat rendah dan
masa pengembalian yang panjang. Sehingga diharapkan akan
mampu menekan harga jual uap/listriknya. Mengingat proses
pinjaman luar negeri biasanya memakan waktu yang cukup
lama, untuk itu perlu persiapan yang matang.

Teknologi Panas Bumi


Sama halnya dengan
memasak air sampai mendidih.

Dana APBN, yaitu untuk kegiatan yang lebih bersifat tahunan


(selesai dalam satu tahun) dan difokuskan untuk penyiapan
data potensi yang handal (256 lokasi). Termasuk disini adalah
peningkatkan status potensi panas bumi dari status
sumberdaya (resources) menjadi cadangan (reserve) melalui
kegiatan penyelidikan/survey.

Dana lainnya, antara lain (a) dana penyiapan lahan (Land


Capping), (b) dana Infrastruktur (Infrastruc-ture Fund) dan (c)
Dana Alternatif (Carbon Finance). (NS)

Pinjaman Luar Negeri (G to G), yaitu untuk kegiatan yang lebih


bersifat tahun jamak (selesai lebih dari satu tahun) dan
difokuskan untuk pengembangan WKP milik Pertamina (15
PLTP Kamojang

Rotor Turbin Uap yang digunakan


pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

nergi panas bumi telah dimanfaatkan untuk


pembangkit listrik di Italia sejak tahun 1913 dan di
New Zealand sejak tahun 1958. Pemanfaatan energi
panas bumi untuk sektor non-listrik (direct use) telah
berlangsung di Iceland sekitar 70 tahun. Saat ini energi
panas bumi telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di
24 Negara, termasuk di Indonesia, yaitu sejak tahun 1983.
Disamping itu fluida panas bumi juga dimanfaatkan untuk
sektor non-listrik di 72 negara, antara lain untuk
pemanasan ruangan, pemanasan air, pemanasan rumah
kaca, pengeringan hasil produk pertanian, pemanasan
tanah, pengeringan kayu dan kertas.
Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) pada
prinsipnya sama dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU), hanya pada PLTU uap dibuat di permukaan
menggunakan air yang dipanaskan dalam sebuah boiler,
sedangkan pada PLTP uap berasal dari bawah permukaan
bumi, yaitu dari reservoir panas bumi yang diproduksikan
melalui sejumlah sumur yang dibor hingga kedalaman 2-3
km di bawah permukaan bumi. Apabila sumur memproduksikan uap saja (uap kering), maka uap panas dapat dialirkan
langsung ke turbin, dan kemudian turbin akan mengubah
energi panas bumi menjadi energi gerak yang akan memutar
generator sehingga dihasilkan energi listrik. (Siklus pembangkitan listrik ini disebut siklus uap langsung (direct steam
cycle) dan telah diterapkan di lapangan Larderello (Italy)
sejak 100 tahun yang lalu, lapangan the Geyser (Amerika)
sejak tahun 1970an dan dibeberapa lapangan lainnya,
termasuk di Indonesia, yaitu di lapangan Kamojang (Jawa
Barat) sejak tahun 1983 (26 tahun yang lalu) dan di lapangan
Darajat (Jawa Barat) sejak tahun 1994.
Sistem konversi untuk fluida uap langsung merupakan
sistem konversi yang paling sederhana dan paling murah.
Uap dari turbin dialirkan ke kondensor untuk
dikondensasikan (condensing turbine). Dari kondensor,
kondensat kemudian dialirkan ke menara pendingin atau
cooling tower dan selanjutnya diinjeksikan kembali ke
bawah permukaan. Sebagian dari air kondensat ini dialirkan
ke kondensor.

18

NOVEMBER 2010

NOVEMBER 2010

19

FOKUS

ENERGI PANAS BUMI

Siklus Uap Langsung

Apabila fluida panas bumi keluar dari kepala sumur sebagai


campuran fluida dua fasa (fasa uap dan fasa cair) maka
terlebih dahulu dilakukan proses pemisahan pada fluida. Hal
ini dimungkinkan dengan melewatkan fluida ke dalam separator, sehingga fasa uap akan terpisahkan dari fasa cairnya.
Fraksi uap yang dihasilkan dari separator inilah yang kemudian
dialirkan ke turbin. Oleh karena uap yang digunakan adalah
hasil pemisahan maka, sistem konversi energi ini dinamakan
siklus uap hasil pemisahan atau separated steam cycle. Siklus
pembangkitan listrik ini telah digunakan di lapangan Wairakei
(New Zealand) sejak 50 tahun yang lalu dan dibeberapa
lapangan lain termasuk di Indonesia, yaitu antara lain di
lapangan Awibengkok Gunung Salak (Jawa Barat) sejak
tahun 1994, Wayang Windu (Jawa Barat) sejak tahun 2000,
Lahendong (Sulawesi Utara), Dieng (Jawa Tengah) dan Sibayak
(Sumatera Utara).
Apabila sumberdaya panasbumi mempunyai temperatur
sedang, fluida panas bumi masih dapat dimanfaatkan untuk
pembangkit listrik dengan menggunakan pembangkit listrik
siklus binari (binary plant). Dalam siklus pembangkit ini
(Gambar 4), fluida sekunder (isobutane, isopentane or
ammonia) dipanasi oleh fluida panasbumi melalui mesin
penukar kalor atau heat exchanger. Fluida sekunder menguap
pada temperatur lebih rendah dari temperatur titik didih air
pada tekanan yang sama. Fluida sekunder mengalir ke turbin
dan setelah dimanfaatkan dikondensasikan sebelum
dipanaskan kembali oleh fluida panas bumi. Siklus ini
merupakan tertutup dimana fluida panas bumi tidak diambil
masanya, tetapi hanya panasnya saja yang diekstraksi oleh
fluida kedua, sementara fluida panas bumi diinjeksikan
kembali kedalam reservoir. Siklus binari telah digunakan
dibeberapa negara, antara lain di Parantuka, Kamchatka
Peninsula (USSR) dan Otake (Jepang). Di lapangan Lahendong
juga terdapat sebuah pembangkit listrik panasbumi siklus
binari berkapasitas 2,5 MW, namun sejak akhir tahun 1980an
karena masalah teknis, unit pembangkit tersebut tidak dapat
dioperasikan.
Disamping sistem pembangkit listrik tersebut diatas, masih

20

NOVEMBER 2010

Siklus Uap Hasil Pemisahan

ada beberapa sistem pembangkit listrik dari fluida panas bumi


lainnya yang telah diterapkan di lapangan, diantaranya siklus
uap hasil penguapan (single flash steam), siklus uap hasil
pemisahan dan penguapan (double flash steam), siklus uap
hasil pemisahan dan penguapan dengan dua turbin terpisah
(Flashing Multi Flash Steam) dan siklus kombinasi (combined
cycle). Pemilihan jenis siklus pembangkit tergantung dari
banyak faktor, antara lain jenis fluida, tekanan dan temperatur
fluida di kepala sumur serta keekonomian.
Sistem pembangkit listrik siklus uap hasil penguapan atau
single flash steam (Gambar 5) digunakan bilamana fluida
dikepala sumur dalam kondisi air jenuh (saturated liquid).
Fluida dialirkan ke sebuah flasher agar menguap. Banyaknya
uap yang dihasilkan tergantung dari tekanan flasher. Fraksi
uap yang dihasilkan kemudian dialirkan ke turbin. Sistem
pembangkit jenis ini digunakan dibeberapa lapangan, antara
lain di Unit 1 Mindanao (Philipina) sejak tahun 1997, di Cerro
Prieto (Mexico) sejak tahun 2000, di Nesjavellir Iceland sejak
tahun 2001.
Pada sistem pembangkit listrik siklus uap hasil pemisahan dan
penguapan atau double flash steam cycle uap yang digunakan
adalah uap dari hasil pemisahan fluida dalam separator dan
uap dari flasher yang merupakan hasil penguapan air yang
keluar dari separator. Uap dari separator dialirkan ke turbin
pertama (HP-turbine) dan dan uap dari flasher dialirkan ke
turbin lain yang mempunyai tekanan lebih rendah (LPturbine). Siklus pembangkit ini telah digunakan dibeberapa
negara, antara lain di lapangan Hatchobaru (Jepang), dan
Krafla (Iceland).
Untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan energi panas
bumi di beberapa industri mulai digunakan sistim pembangkit
listrik dengan siklus kombinasi (combined cycle). Fluida panas
bumi dari sumur dipisahkan fasa-fasanya dalam separator.
Uap dari separator dialirkan ke PLTP (turbin ke 1), dan setelah
itu sebelum fluida diinjeksikan kembali ke dalam reservoir,
fluida digunakan untuk memanaskan fluida organik yang
mempunyai titik didih rendah. Uap dari fluida organik tersebut

Siklus Uap Hasil Penguapan (Single Flash Steam)

kemudian digunakan untuk menggerakan turbin (turbin ke 2).


Sistem pembangkit listrik ini telah digunakan di beberapa

Sistem Pembangkit Listrik untuk Double Flash Steam

dari reservoir migas, bahkan di beberapa lapangan memiliki


temperatur tinggi, yaitu diatas 225oC dengan temperatur
tertinggi mencapai 350 oC. Teknologi dan metodologi yang
digunakan saat ini dalam eksplorasi geologi, geofisika,
geokimia dan pemboran sumur telah berhasil menemukan
berbagai sumber energi panas bumi, namun demikian
penelitian terus dilakukan untuk memperbaiki teknologi dan
metodologi yang digunakan saat ini, agar tingkat keberhasilan
(success ratio) pemboran sumur, atau perbandingan antara
sumur berhasil dan sumur gagal (sumur tidak produktif)
meningkat. Inovasi dalam teknologi eksploitasi maupun
dalam penerapan teknologi panas bumi terus dilakukan
dengan sasaran pengurangan biaya atau efektivitas biaya (cost
effectiveness). Untuk mengurangi biaya pemboran sumur,
misalnya, sejak beberapa tahun yang lalu para ahli panas bumi
telah mengubah strategi produksi, yaitu dari pemboran sumur
berdiameter standard (liner berukuran 7 inchi) dengan
pemboran sumur berdiameter besar atau big holes (liner
berukuran 9 5/8 inchi atau 13 3/8 inchi). Upaya juga terus
dilakukan dalam optimalisasi produksi dan pembangkit untuk
mengurangi biaya atau mengefektifkan biaya operasi dan
meningkatkan perolehan (revenue) dari pembangkit. Upaya
peningkatan perolehan antara lain dilakukan dengan
meningkatkan tekanan masuk turbin (turbin inlet pressure),
sebagaimana dilakukan di lapangan Darajat dan lapangan
Kamojang, dan modifikasi turbin sebagaimana dilakukan di
lapangan Awibengkok-Gunung Salak.
Dari sisi hilir, yaitu pembangkitan listrik, walaupun pada
prinsipnya sistem Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi
(PLTP) sama dengan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU), yaitu fasa uap yang dihasilkan di kepala sumur akan
dialirkan langsung ke turbin, namun demikian kedua sistem ini
sangat berbeda, karena siklus di PLTP bukan merupakan siklus
yang tertutup dan uap yang digunakannya berasal dari
reservoir panas bumi, bukan dihasilkan di permukaan oleh
boiler seperti pada PLTU. Fluida panas bumi sangat tergantung
dari karakateristik alamiahnya, misalnya dapat mengandung
non-condensible gas yang relatif tinggi dan mengandung
komponen yang dapat menyebabkan terbentuknya scaling

NOVEMBER 2010

21

FOKUS

ENERGI PANAS BUMI

(endapan) dan korosi di pipa alir. Adanya kandungan noncondensible gas menyebabkan naiknya tekanan parsial di
dalam kondensor, sehingga sistem ekstraksi gas memerlukan
penanganan yang lebih khusus karena akan mempengaruhi
daya listrik yang dihasilkan turbin.
Hingga saat ini di Indonesia, selain untuk kolam renang, fluida
panas bumi dapat dikatakan belum dimanfaatkan untuk
sektor non-listrik. Beberapa upaya sedang dilakukan, antara
lain oleh BPPT, PT Pertamina Geothermal Energy dan ASGAR
(Masyarakat Garut). Beberapa tahun yang lalu BPPT bekerja
sama dengan PT Pertamina Geothermal Energy telah
melaksanakan proyek percontohan awal (pilot project) di
lapangan Kamojang untuk mengakaji pemanfaatan fluida
panas bumi untuk sterilisasi media tanam jamur. PT Pertamina
Geothermal Energy bekerja sama dengan Pemerintah Daerah
Sulawesi Utara dan Yayasan Masarang dalam kerangka
program pengembangan komunitas (community development) membuat proyek percontohan awal di lapangan
Lahendong untuk mengakaji pemanfaatan fluida panas bumi
untuk pengeringan kelapa dan gula merah. ASGAR saat ini
dalam proses merealisasikan proyek percontohan awal untuk
untuk mengkaji pemanfaatan fluida panas bumi untuk
destilasi akar wangi.
Dari sisi teknologi, dapat dikatakan bahwa teknologi yang
digunakan dalam kegiatan eksplorasi, eksploitasi dan
pemanfaatan panas bumi statusnya telah terbukti (proven
technology), karena telah digunakan secara luas dalam waktu
lama. Namun dari sisi kemampuan rekayasa dan rancang
bangun, kandungan lokal masih sangat rendah. Pada saat ini
sebagaian besar komponen yang digunakan di lapangan panas
bumi dan di pembangkit belum dapat diproduksi di dalam
negeri.

Lingkungan Panas Bumi di Lapangan Awibengkok-Gunung Salak

Energi Panas Bumi


dan Issue Lingkungan

alah satu issue lingkungan terkait dengan kegiatan


usaha panas bumi adalah kekuatiran akan berkurangnya daerah hutan. Ditinjau dari pemakaian lahan untuk
pembangkit listrik panas bumi relatif kecil dibandingkan
dengan pembangkit listrik panas bumi lainnya. Disisi hulu,
pemakaian lahan juga diupayakan seefisien mungkin. Untuk
menekan biaya dan efisiensi pemakaian lahan, dari satu lokasi
(well pad) umumnya tidak hanya dibor satu sumur, tapi
beberapa sumur, yaitu dengan melakukan pemboran miring
(directional drilling).
Keuntungan menempatkan sumur dalam satu lokasi adalah
akan menghemat pemakaian lahan, menghemat waktu untuk
pemindahan menara bor (rig), menghemat biaya jalan masuk
dan biaya pemipaan. Untuk mengurangi jumlah sumur
produksi, sejak tahun 1990an di beberapa lapangan dibor
sumur berdiameter besar (bigholes). Pengurangan jumlah
sumur yang dibor tidak hanya akan mengurangi biaya, tapi
juga mengurangi pemakaian lahan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pemanfaatan setiap sumber
daya alam, apapun jenisnya, akan memberikan gangguan
terhadap alam sekitar, namun dalam kegiatan eksplorasi dan
eksploitasi panas bumi, gangguan bersifat sementara hanya
pada tahap awal, yaitu waktu pemboran eksplorasi dan

22

NOVEMBER 2010

kegiatan pembangunan, dimana kesibukan lalulintas pada


jalan yang sempit meningkat, menyebabkan terjadinya
kemacetan, terjadi erosi tanah permukaan pada waktu
kegiatan pembangunan, serta adanya gangguan sementara
terhadap hewan dilingkungan sekitar (wildlife habitat).
Setelah pembangunan selesai, lingkungan panas bumi dijaga
agar tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan
sekitar. Sebagai ilustrasi pada Gambar diperlihatkan
lingkungan di lapangan panas bumi lapangan Wayang Windu.
Issue lingkungan dari kegiatan usaha panas panas bumi adalah
kekuatiran meningkatnya konsentrasi CO2 dan H2S di udara
sekitar. Emisi dari pembangkit listrik panasbumi adalah uap air
dengan kandungan CO2 dan H2S yang sangat rendah bila
dibandingkan dengan minyak dan batubara (Gambar 11).
Karena emisinya yang rendah, energi panasbumi memiliki
kesempatan untuk memanfaatkan Clean Development
Mechanism (CDM) produk Kyoto Protocol. Mekanisme ini
menetapkan bahwa negara maju harus mengurangi emisi gas
rumah kaca (GRK) sebesar 5.2% terhadap emisi tahun 1990,
dapat melalui pembelian energi bersih dari negara
berkembang yang proyeknya dibangun diatas tahun 2000.
Energi bersih tersebut termasuk panas bumi.
Ada kehawatiran pula bahwa kegiatan usaha panas bumi akan
mengubah karakteristik fisik/kualitas air dilingkungan

NOVEMBER 2010

23

FOKUS

ENERGI PANAS BUMI

70
60
CO2 Emmision (Kg/MWh)

Kebutuhan Lahan Spesifik (103 m3/MWe)

Lingkungan Panas Bumi


di Lapangan Wayang Windu

Grafik Perbandingan Perbandingan Emisi CO2


dari Beberapa Sumber Energi

Grafik Perbandingan Pemakaian Lahan


untuk Beberapa Sistem Pembangkit Listrik

50
40
30
20
10
0
Solar Cell

Batu Bara

Solar Thermal

Nuklir

Geothermal Geothermal
Flash cycle Binary cycle

Perbandingan Pemakaian Lahan untuk


Beberapa Sistem Pembangkit Listrik

sekitarnya. Energi panas bumi merupakan energi yang ramah


lingkungan karena fluida panas bumi setelah energi panas
diubah menjadi energi listrik, fluida dikembalikan ke bawah
permukaan (reservoir) melalui sumur injeksi. Penginjeksian
air kedalam reservoir merupakan suatu keharusan untuk
menjaga keseimbangan masa sehingga memperlambat
penurunan tekanan reservoir dan mencegah terjadinya
subsidence. Penginjeksian kembali fluida panas bumi setelah
fluida tersebut dimanfaatkan untuk pembangkit listrik, serta
adanya rembesan air permukaan (recharge), menjadikan
energi panas bumi sebagai energi yang berkelanjutan
(sustainable energy).
Lapangan panas bumi umumnya dikembangkan secara
bertahap. Untuk tahap awal dimana ketidakpastian tentang
karakterisasi reservoir masih cukup tinggi, dibeberapa
lapangan dipilih unit pembangkit berkapasitas kecil. Unit
pembangkit digunakan untuk mempelajari karakteristik

Batubara

Diesel

Minyak Bumi

Gas Alam

Geothermal

Perbandingan Perbandingan Emisi CO2


dari Beberapa Sumber Energi

reservoir dan sumur, serta kemungki-nan terjadi masalah


teknis lainnya. Pada prinsipnya, pengembangan lapangan
panas bumi dilakukan dengan sangat hati-hati selalu
mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi dan lingkungan.
Keunggulan lain dari geothermal energi adalah dalam faktor
kapasitasnya (capacity factor), yaitu perbandingan antara
beban rata-rata yang dibangkitkan oleh pembangkit dalam
suatu perioda (average load generated in period) dengan
beban maksimum yang dapat dibangkitkan oleh PLTP tersebut
(maximum load). Faktor kapasitas dari pembangkit listrik
panas bumi rata-rata 95%, jauh lebih tinggi bila dibandingkan
dengan faktor kapasitas dari pembangkit listrik yang
mengguna-kan batubara, yang besarnya hanya 60-70% (U.S
Department of Energy). (NS)

Rencana Pemanfaatan
Energi Panas Bumi (Demand)
dan Ketersediaan Cadangan (Supply)

alam Road Map Pengelolaan Energi Nasional tahun


2005 2025" Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral menetapkan tiga target utama, yaitu:

1. Meningkatkan pemanfaatan energi panas bumi di


Indonesia secara bertahap, dari 807 MWe (tahun 2005)
hingga 9500 MWe pada tahun 2025.
2. Menjadikan Indonesia sebagai center of excelence panas
bumi di dunia;
3. Menjadikan lembaga pendidikan tinggi sebagai sarana
peningkatan kompetensi SDM panas bumi.
Pengembangan panas bumi di Indonesia hingga tahun 2008
masih terkendala oleh berbagai masalah, sehingga capaian
target tahun 2008 yang telah ditetapkan Pemerintah dalam

+1028 MW
Lingkungan Panas Bumi di Lapangan Panas Bumi Kamojang

+158 MW
+70 MW

2012

+740 MW

2013

2011

2010
2009
Saat ini: 1189 MW

Rencana Penambahan Kapasitas


Pembangkit Listrik Tenaga
Panas Bumi Tahun 2009-2014

24

NOVEMBER 2010

Road Map Pengelolaan Energi Nasional 2005-2025 hanya


tercapai sekitar 50%, yaitu 1052 MW. Pemerintah telah
merevisi rencana pengembangan panas bumi Indonesia
perioda 2009-2014, namun tetap dengan komitmen 9500 MW
pada tahun 2025, setara 167,5 juta barrel minyak atau 5% dari
bauran energi 2025.
Pada saat ini target capaian 2009 telah tercapai. Unit II PLTP
Wayang Windu telah dioperasikan dengan kapasitas
terpasang 117 MW, disamping itu Unit-3 PLTP Lahendong 20
MW yang direncanakan beroperasi pada tahun 2008, pada
awal bulan Mei 2009 telah dioperasikan, sehingga Pembangkit
Listrik Panas Bumi (PLTP) di Indonesia saat ini mempunyai
kapasitas total 1.189 MW.
Untuk mencapai target 2010, yaitu penambahan kapasitas
sebesar 70 MW, direncanakan akan digunakan cadangan
panas bumi yang terdapat di tiga
lapangan, yaitu lapangan Sarulla
(WKP Sibualbuali), lapangan
+2620 MW
9500 MW
Ulumbu dan lapangan Tang2014
ku b a n
Pa ra h u ( W K P
2025
Ta n g k u - b a n P a r a h u ) .
Cadangan panas bumi di
lapangan Sarulla sejak beberapa
tahun lalu statusnya telah terbukti melalui
pemboran, siap memasok uap ke pembangkit listrik yang akan
dibangun oleh konsorsium PT Medco, Ormat dan Itochu.
Cadangan panas bumi di lapangan Ulumbu yang dikelola PT
PLN statusnya saat ini juga sudah terbukti dan siap memasok
uap ke pembangkit listrik yang akan dibangun. WKP

NOVEMBER 2010

25

FOKUS

ENERGI PANAS BUMI

Tangkuban Perahu adalah WKP yang baru dilelang pada tahun


2008. Pada bulan April 2009 Pemerintah telah memberikan
Izin Usaha Pertambangan (IUP) Panas Bumi kepada pemenang
lelang, yaitu PT Tangkuban Perahu Geothermal Power,
sehingga diharapkan mulai pertengahan tahun 2009 kegiatan
eksplorasi di WKP Tangkuban Perahu dapat dmulai untuk
menemukan sumber energi panas bumi dan membuktikan
cadangan di area panas bumi tersebut.
Untuk mencapai target tahun 2011, rencananya akan
dilakukan peningkatan kapasitas 3 (tiga) PLTP yang ada
(existing), yaitu di PLTP Lahendong, Sarulla dan Ulumbu dan
penambahan dari satu PLTP baru, yaitu PLTP Ulubelu. Di
Lahendong PT Pertamina Geothermal Energy sedang
melakukan pemboran pengembangan untuk memenuhi
komitmen tambahan PLTP PT PLN. Di lapangan Ulubelu telah
di bor 4 (empat) sumur dan hasil uji produksi telah
membuktikan adanya sistem dua phasa bersuhu sekitar 280oC
yang potensial untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit
listrik.
Target tahun 2012 - 2014 pada prinsipnya dilaksanakan
dengan strategi sebagai berikut:
1. Meningkatkan secara bertahap kapasitas PLTP yang ada
pada saat ini (existing) sesuai dengan potensi cadangan
(optimalisasi potensi), yaitu lapangan berikut:
?
Wayang Windu (Jawa Barat)
?
Kamojang (Jawa Barat)
?
Darajat (Jawa Barat)
?
Gn Salak (Jawa Barat)
?
Lahendong (Sulawesi Utara)
?
Dieng (Jawa Tengah)
?
Sibayak (Sumatera Utara).
2. Melakukan eksploitasi di Wilayah Kerja Pertambangan
(WKP)/lapangan-lapangan yang telah terbukti melalui
pemboran eksplorasi dan memanfaatkan fluida panas
buminya untuk pembangkit listrik. Lapangan tersebut

adalah:
?
Bedugul (Bali)
?
Patuha (Jawa Barat)
?
Sarula (Sumatera Utara),
?
Cibuni (Jawa Barat),
?
Ulumbu (Nusatenggara Timur)
?
Karaha Bodas (Jawa Barat)
?
Lumut Balai (Sumatera Selatan)
?
Ulubelu (Lampung)
?
Mataloko (Ambon).
3. Melakukan eksplorasi, eksploitasi di Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Panas Bumi yang hak pengelolaannya
telah diserahkan kepada PT Pertamina Energy dan PT PLN,
serta WKP lain yang telah dan akan dilelang Pemerintah.
WKP tersebut antara lain WKP Tangkuban Perahu,
Tampomas, Cisolok-Cisukarame, Seulawah Agam, Jaboi
dan WKP panas bumi lainnya.
Dari 4733 MW target tambahan kapasitas PLTP hingga tahun
2014, sekitar 23 %, yaitu sebesar 1070 MW, ditargetkan akan
dihasilkan dari WKP PT Pertamina Geothermal Energy, yang
saat ini merupakan perusahaan panas bumi yang memiliki hak
pengelolaan Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Panas Bumi
paling banyak di Indonesia. Untuk mencapai target 2014, PT
PGE merencanakan mengembangkan 5 (lima) WKP di
Sumatra, 2 (dua) WKP di Sulawesi dan 3 (tiga) WKP di Jawa.

Tinjauan Terhadap Kebijakan


Bauran Energi 2025

alaupun berbagai upaya


telah dilakukan Pemerintah, masih banyak
tantangan yang akan dihadapi dalam
pengembangan panas bumi ke depan
untuk mencapai target bauran energi
yaitu 9500 MW pada tahun 2025.
Beberapa tantangan yang dihadapi
dan upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mendukung pengembangan panas bumi ke depan adalah
sebagai berikut.

Kepastian Ketersediaan Cadangan


Cadangan terbukti dan cadangan
mungkin saat ini jumlahnya masih
belum cukup untuk memenuhi target
bauran energi. Cadangan di areaarea panas bumi yang akan dikembangkan dan dimanfaatkan untuk
pembangkit listrik pada umumnya
masih merupakan cadangan terduga dimana ketidakpastiannya masih
tinggi karena perkiraan cadangan
baru dilakukan berdasarkan hasil

kajian penyelidikan geologi, geofiika,


geokimia di permukaan. Keberadaan
sumber energi panas bumi masih
harus dibuktikan melalui pemboran.
Karena ketidakpastian masih tinggi,
maka resiko berkaitan dengan
sumber daya masih tinggi (resource
risk), karena ada kemungkinan tidak
ditemukannya sumber energi panas
bumi atau besar cadangannya lebih
kecil dari yang diperkirakan sebelumnya atau tidak komersial.

PLTP Kamojang

Untuk mencapai target pengembangan panas bumi dalam


bauran energi, Pemerintah akan mempersiapkan sejumlah
area panas bumi lain untuk ditetapkan sebagai WKP panas
bumi dan kemudian dilelang untuk diusahakan sebagai
pembangkit listrik. Sejalan dengan itu PT Pertamina
Geothermal Energy akan terus melakukan pengembangan
secara bertahap dengan target penambahan 2500 MW hingga
tahun 2025. (NS)

Pemerintah telah merevisi rencana pengembangan panas bumi Indonesia


perioda 2009-2014, namun tetap dengan komitmen 9500 MW pada tahun 2025,
setara 167,5 juta barrel minyak atau 5% dari bauran energi 2025.

26

NOVEMBER 2010

NOVEMBER 2010

27

FOKUS

ENERGI PANAS BUMI

Bisnis panas bumi memiliki resiko besar terutama disisi hulu,


yaitu dalam menemukan sumber energi panas bumi (kegiatan
eksplorasi) dan memproduksikan fluidanya kepermukaan
(kegiatan eksploitasi) serta memelihara kemampuan reservoir
dan sumur-sumurnya untuk memasok uap ke pembangkit
listrik untuk jangka waktu yang panjang, yaitu minimal 30
tahun. Resiko yang besar disisi hulu karena banyak
ketidakpastian yang disebabkan karena keanekaragaman dari
sistem dibawah permukaan dilihat dari sifat batuan dan
proses pembentukannya, sehingga sistem panas bumi bersifat
unik dan juga bersifat site specific, berbeda satu dengan
lainnya. Ada kemungkinan bahwa sumber energi panas bumi
yang ditemukan tidak memiliki potensi cadangan yang cukup
menarik dari segi ekonomi dan sumur produksi mempunyai
potensi lebih kecil dari yang diperkirakan dan digunakan
sebagai asumsi dalam perhitungan harga listrik.

dibandingkan dengan resiko lain, termasuk didalamnya


permasalahan-permasalahan yang timbul akibat kelalaian
manusia dan kekurangcakapan sumber daya manusia dan
managemen.
Tumpang Tindih Lahan
Salah satu kendala dalam pengembangan panas bumi adalah
karena sejumlah area panas bumi dengan potensi cadangan
yang cukup besar tumpang tinding dengan hutan konservasi,
hutan lindung dan kawasan hutan suaka alam.
?
Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri

khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya.
?
Hutan lindung adalah kawasan hutan

Untuk mengurangi resiko eksplorasi,


Pemerintah perlu memastikan bahwa
Badan Usaha Pemegang IUP mempunyai
(1) rencana eksplorasi geologi, geofisika,
geokimia dan pemboran sumur eksplorasi
yang jelas dan (2) dana yang cukup
khususnya untuk pemboran sejumlah
sumur eksplorasi, serta (3) tenaga ahli yang
kompeten untuk melaksanakan kegiatan
eksplorasi, menganalisis data hasil eksplorasi dan memperkirakan besarnya cadangan. Untuk mengurangi resiko eksploitasi,
data yang diperoleh dari kegiatan eksplorasi harus dikaji secara terintegrasi oleh tenaga ahli yang
kompeten. Demikian pula halnya dengan hasil Studi
Kelayakan, harus dikaji untuk menilai kelayakan dari aspek
legal, teknis dan keekonomian. Pemerintah harus memastikan
bahwa Badan Usaha Pemegang IUP mempunyai (1) rencana
eksploitasi yang jelas dan (2) dukungan pendanaan serta (3)
tenaga ahli yang kompeten untuk melaksanakan kegiatan
eksploitasi. Sesuai ketentuan UU No. 27/2003 Pemegang IUP
wajib menyampai-kan rencana jangka panjang eksploitasi
kepada Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota sesuai
dengan kewenangan masing-masing yang mencakup rencana
kegiatan dan rencana anggaran serta menyampaikan
besarnya cadangan. Penyesuaian terhadap rencana jangka
panjang eksplorasi dan eksploitasi dapat dilakukan dari tahun
ke tahun sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
Keberhasilan dan kegagalan eksplorasi dan eksploitasi sangat
tergantung juga pada managemen perusahaan. Di beberapa
proyek di luar negeri masalah-masalah manajemen dan
operasional yang tak terduga ada yang tidak terpecahkan atau
dapat dipecahkan dengan biaya tinggi. Resiko yang
disebabkan oleh hal tersebut relatif lebih sulit dinilai

28

NOVEMBER 2010

yang mempunyai fungsi pokok sebagai


perlindungan sistem penyangga
kehidupan untuk mengatur tata air,
mencegah banjir, mengendalikan
erosi, mencegah intrusi air laut, dan
memelihara kesuburan tanah.
?
Kawasan hutan suaka alam adalah

hutan dengan ciri khas tertentu, yang


mempunyai fungsi pokok sebagai
kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya, yang juga berfungsi
sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.
Kegiatan pengusahaan panas bumi tidak dapat dilaksanakan
di hutan konservasi dan kawasan hutan suaka alam tetapi
masih dapat dilakukan di hutan lindung dengan persyaratanpersyaratan tertentu, antara lain ada kewajiban penggantian
lahan, sinkronisasi kegiatan antara Departemen Kehutanan,
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral serta
Pengembang WKP Panas Bumi.
Dukungan Pemerintah sangat dibutuhkan untuk memastikan
bahwa area hutan yang termasuk dalam area WKP Panas Bumi
bebas dari konflik tumpang tindih lahan. Mengingat
keberadaan hutan yang lebat juga merupakan kepentingan
pengembang, yaitu sebagai pelestarian aerah resapan
(recharge area), maka untuk menjaga kelestarian lingkungan
disekitar panas bumi, khususnya mencegah penebangan
pohon (berkurangnya luas area hutan) dan alih fungsi hutan
oleh masyarakat setempat dan perburuan satwa langka, perlu
dibuat kerjasama antara pengembang dan polisi hutan,
sebagaimana dilakukan di lapangan panas bumi Awibengkok
Gunung Salak dan beberapa lapangan panas bumi lain.

Peraturan yang tegas juga harus diberlakukan dan program


bina lingkungan harus direncanakan dengan baik,
berkesinambungan dan diarahkan kepada program yang
memberikan manfaat bagi masyarakat setempat dan
endukung pelestarian lingkungan.
Kepastian Hukum
ingga saat ini masih ada beberapa Peraturan Pemerintah yang
diamanatkan Undang-undang No. 27 Tahun 2003 belum
diterbitkan, yaitu:
1. Peraturan Pemerintah yang mengatur ketentuan
mengenai pedoman, batas, koordinat, luas wilayah, tata
cara, dan syaratyarat mengenai penawaran, prosedur,
penyiapan dokumen lelang, dan pelaksanaan lelang
pasal 9, angka 3)
2. Peraturan Pemerintah yang mengatur ketentuan
mengenai pemanfaatan langsung
energi panas bumi (pasal 10).
3. Peraturan Pemerintah yang mengatur
ketentuan mengenai luas Wilayah
Kerja yang dapat dipertahankan pada
tahap Eksploitasi dan perubahan Luas
Wilayah IUP pada setiap tahapan
Usaha Pertambangan Panas Bumi
(pasal 13, angka 3)
4. Peraturan Pemerintah yang mengatur
ketentuan mengenai pembinaan dan
pengawasan (pasal 33).
Disamping itu yang masih perlu dilengkapi
adalah Peraturan Daerah dan peraturan pendukung untuk
pelaksanaan lelang WKP Panas Bumi antara lain ketentuan
untuk mengatur kompensasi data dan jaminan pelaksanaan
eksplorasi (besaran, mekanisme penempatan, pencairan dll).
Tidak adanya kepastian hukum merupakan suatu resiko yang
harus diantisipasi oleh para calon pengembang panas bumi
dan biasanya dikompensasikan dalam bentuk tingkat
pengembalian yang lebih tinggi.
Harga listrik panas bumi
Harga listrik panas bumi merupakan salah satu faktor utama
yang menyebabkan investor tidak tertarik masuk kedalam
bisnis panas bumi. Para investor umumnya menilai proyek
panas bumi yang membutuhkan investasi yang besar dan
memiliki resiko yang besar (high risk, high return) tidak
memberikan pengembalian return yang menarik. Perundingan harga listrik panas bumi antara para pengembang panas
bumi dan PT PLN (Persero) juga selalu berlangsung alot dan
memakan waktu yang lama (kadangadang sampai beberapa
tahun).

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral telah mengeluarkan


ketentuan mengenai harga jual listrik dimana pada pelaksanaan lelang WKP Panas Bumi, ketentuan harga tersebut
digunakan sebagai batas atas harga. Peserta lelang yang elah
berhasil lulus evaluasi administrasi, keuangan dan teknis,
mengajukan penawaran harga listrik. Pemerintah menetapkan bahwa bahwa pemenang lelang adalah penawar dengan
harga terendah. Keputusan ini menimbulkan banyak reaksi,
pro dan kontra. Pada saat lelang,h arga listrik yang ditawarkan
peserta lelang adalah harga dihitung pada saat ketidakpastian
masih sangat tinggi. Umumnya apabila ketidakpastian masih
tinggi, calon pengembang bersikap hati-hati dan memperhitungkan segala resiko yang kemudian dikompensasikan
berupa harga listrik yang tinggi. namun adanya ketentuan
yang menyatakan bahwa pemenang lelang adalah penawar
dengan harga terendah, maka peserta lelang WKP Panas Bumi
yang telah berhasil lulus evaluasi administrasi, keuangan dan teknis nampaknya berlomba menawarkan harga rendah agar dapat
memenangkan lelang. Panitia Lelang tidak
memiliki kewenangan untuk mengevaluasi
kewajaran biaya, kewajaran asumsi-asumsi
yang digunakan dalam perhitungan harga
listrik yang ditawarkan.
Lelang WKP
Beberapa Pemerintah Daerah telah melaksanakan lelang WKP. Memperhatikan pengalaman lelang yang dilaksanakan oleh Pemerintah Propinsi Jawa Barat, tantangan yang
mungkin dihadapi dalam lelang WKP, antara lain adalah
Pemerintah Daerah kesulitan membentuk Panitia Lelang, bisa
karena aparat Kabupaten atau Propinsi belum memiliki
pemahaman teknis dan bisnis panas bumi yang memadai dan
atau belum tersedianya ahli panas bumi di Perguruan Tinggi
setempat yang siap membantu dlam kepanitiaan untuk
mengevaluasi dokumen teknis. Kesulitan lain adalah dalam
mengatur jadwal pertemuan karena kesibukan masingmasing anggota panitia di tempat kerja asal. Disamping itu
birokrasi dan prosedur penandatanganan SK penetapan oleh
Kepala Daerah cukup panjang dan membutuhkan waktu
beberapa bulan. Ketidaktersediaan dana untuk menunjang
kegiatan lelang juga merupakan salah satu kesulitan yang
dihadapi Pemerintah Daerah.
Keberhasilan pencapaian target pengembangan panas bumi
dalam bauran energi 2025 sangat membutuhkan partisipasi
dari seluruh stakeholders. Banyak tantangan yang akan
dihadapi dalam pengembangan panas bumi ke depan.
Pemikiran-pemikiran yang disampaikan dalam tulisan ini
diharapkan dapat menjadi solusi untuk pencapaian target
tersebut. (NS)

NOVEMBER 2010

29

TOKOH

TOKOH

Menuju Energy Sustainability:

Wawancara Eksklusif
Prof. Dr. Ir. Ariono Abdulkadir, MSME
Staf Ahli Direksi PT. PLN (Persero)

tahun 67, kemudian saya pulang ke


Indonesia, lalu kemudian dipanggil lagi
ke Amerika Serikat oleh. Prof. Richard
C. Birkebak dari University of Kentucky,
beliau menawarkan projek penelitian
yang bekerjasama dengan NASA yang
meneliti tentang batuan dari bulan,
penelitian ini menyelidiki sifat-sifat
heat transfer dari batuan bulan,
penelitian tersebut menjadi disertasi
saya.
Setelah menyelesaikan S3 saya tidak

hilang, tetapi saya tetap mengajar heat


transfer di ITB selama 3 tahun. Setelah
itu saya dipanggil oleh Pak Muslim
Nasution untuk membantu menjadi
pimpinan tim kerja BULOG untuk
pembangunan gudang beras di seluruh
Indonesia, 5 tahun saya jatuh bangun di
situ lupa akan Teknik Fisika. Urusan
saya hanya dengan orang-orang sipil,
arsitektur dan lingkungan. Projek itu
selesai on time selama 5 tahun dengan
pengawasan spefisikasi yang ketat,

Majalah Energi (ME): Prof Ariono,


terima kasih banyak atas waktunya.
ME sangat menghargai kontribusi
Bapak untuk ketenagalistrikan Indonesia. Pertama, bisa Bapak ceritakan
alasan Bapak mengejar gelar Teknik
Fisika dari ITB di Bandung?

ME: Bapak sibuk dengan kegiatan di


berbagai tempat. Tampaknya Bapak
tidak memiliki kendala waktu? Apa
kesibukan Bapak akhir-akhir ini?
AA: Semua dikerjakan bersamaan, saya
biasa bekerja sambil mengajar, sambil
menulis untuk jurnal. Saya juga bekerja
sebagai staf ahli PLN, saya sudah biasa
bekerja sampai malam, jadi bukan
menjadi masalah bagi saya, tinggal
masalah membagi-bagi waktunya saja.
Saya sejauh ini sudah menulis paper
nasional sebanyak lebih dari 150 dan
paper internasional lebih dari 100, dan
saya juga sudah menulis beberapa
buku.

Ariono Abdulkadir (AA): Terimakasih,


sebetulnya, terus terang, dulu pada
tahun 58 kondisi keuangan negara
tidak begitu baik, orang tua saya
Pegawai Negeri, punya anak banyak,
dan saya ingin masuk ITB. Teknik Fisika
merupakan bidang engineering yang
mendekati minat saya yang menawarkan beasiswa.
Pada waktu saya mendaftarkan diri ke
Teknik Fisika, saya bernegosiasi dengan
para dosen tentang mata kuliah apa
saja yang akan saya ambil. Saya
putuskan untuk mengambil 40% Teknik
Fisika seperti teknik kontrol, fisika
matematik, dan fisika rekayasa, 30%
teknik mesin seperti alat-alat permesinan, mekanika fluida, gambar teknik,
pokoknya hardcore mechanical
engineering process, dan 30% mata
kuliah elektro yang isinya kombinasi
antara arus lemah dan arus kuat, apa
yang saya ambil waktu itu adalah, arus
bolak balik, medan listrik dan magnet,
telekomunikasi, radio dan teknik pembangkit tenaga listrik. Elektronika pada
waktu itu merupakan masa perubahan
dari vacum tube ke transistor. Dari tiga
bagian kuliah itu, saya merasa punya
pengetahuan cukup untuk mengerti
engineering physics.

30

NOVEMBER 2010

ITB sudah nun jauh di sana. Jadi saya


pada awal tahun 90an kembali
mengajar kembali di Universitas Mercu
Buana, saya menjadi dekan di sana
hingga sekarang dan mengajar di
Universitas Nasional. Anda mesti
mengetahui mengembangkan potensi
dan kredibilitas di perguruan tinggi
swasta tak semudah seperti di perguruan tinggi negeri, tapi pada tahun
2006 saya diangkat menjadi guru besar
di Universitas Mercu Buana. Saya
menjadi staf ahli PLN sejak tahun 2003,
hingga awal tahun 2010. Menjadi staf
ahli di BATAN dan menjadi staf di
Institut Ekonomi Energi.

ME : Bisa Bapak ceritakan pengalaman


sekolah di luar negeri, dimana Bapak
menerima gelar Doktor di Mechanical
Engineering dari University of Kentucky, Amerika Serikat. Bisakah Bapak
memberitahu kami tentang hal itu
secara singkat?
AA: Saya dikirim ke AS pada tahun 64
dengan beasiswa pemerintah, saya
mengambil program mechanical
engineering. Tetapi pada tahun 65
terjadi G30S, sehingga pemerintah
menghentikan beasiswa saya, jadi saya
melamar pekerjaan di universitas. Saya
mendapat pekerjaan sebagai asisten
Prof. Robert M Drake Jr., waktu itu
beliau baru saja pindah dari Princeton,
dia merupakan pengarang buku

terkenal, Heat and Mass Transfer. Saya


di kelas beliau bertugas memeriksa
tugas memeriksa pekerjaan rumah
mahasiswa, membuat jawaban tugas,
kalau beliau tidak masuk saya yang
menggantikan mengajar. Setelah itu
pekerjaan saya ditambah, karena dari
situ saya mendapatkan uang. Saya
harus betul-betul bekerja di jurusan
Teknik Mesin di sana.
Saya harus menyelesaikan riset tentang
Fluid Mechanic and Heat Transfer yang
merupakan suatu kontrak dengan
National Science Foundation, riset itu
cukup lama dilakukan karena menemui
berbagi perubahan, tapi akhirnya
selesai juga dan hasilnya diterbitkan di
beberapa jurnal internasional pada

diperbolehkan pulang, karena ada


permintaan dari pemerintah AS untuk
mencari sumber energi alternatif yaitu
pencairan batubara. Pada saat itu,
perang Arab-Israel pecah, sehingga
harga minyak bumi naik. Metoda
pencairan ini sulit dilakukan, namun
berhasil dilakukan. Kemudian saya
dipanggil pulang pada tahun 74. Tetapi
apa yang terjadi, perang di arab selesai
sehingga harga minyak normal
kembali, jadi teknologi pencairan
batubara dinilai terlalu mahal dibandingkan harga minyak.
ME: Bisa Bapak ceritakan pengalaman
profesional setelah menyelesaikan
studi di Amerika?
AA: Setelah selesai kembali ke ITB
untuk mengajar, ternyata NIP PNS saya

selesai pada tahun '79 dan sampai


sekarang 30 tahun berjalan kondisinya
masih bagus, tapi terus terang saya
capek mengurusi projek itu.
Kemudian saya diajak oleh adik Pak
Harto untuk mengurusi perusahaan
konstruksi, dan berhasil memenangkan
kontrak untuk membangun PLTA
Saguling pada tahun 81 hingga tahun
84. Setelah itu perusahan Jepang
m e m i n t a s aya u n t u k m e n j a d i
penasehat untuk projek serupa untuk
PLTA Cirata 1 dan Cirata 2, Bakaru di
Sulsel dan PLTA di Sumbar.
Setelah semua projek itu selesai baru
saya merasa benar-benar capek
menjadi kontraktor, karena sebenarnya
saya dari dulu ingin jadi dosen, tetapi

Di usia 72 ini kesibukan saya saat ini


adalah mengajar di Universitas Mercu
Buana dan kadang-kadang di ITB dan
sedang mencoba mengumpulkan
makalah-makalah yang sudah saya tulis
dan mencoba untuk menulisnya
kembali.
ME: Bagaimana tentang keluarga
Bapak? Bisa diceritakan?
Saya bertemu istri saya pada awal
tahun 67 di Amerika Serikat, istri saya
orang Indonesia tapi dia sudah punya
warga negara Amerika, tetapi saya
bawa kembali ke Indonesia dan jadi
warga Indonesia kembali. Kemudian
menikah pada awal tahun 68, saya
sudah menikah 42 tahun dan saya
mempunyai 3 orang anak dan 5 orang

NOVEMBER 2010

31

TOKOH

menurut saya orang Indonesia


sudah cukup mampu menangani nuklir

cucu yang sudah besar-besar.


ME: Kira-kira menurut Bapak apa yang
diperlukan untuk meningkatkan
kesejahteraan di negara kita, terutama
yang berhubungan dengan energi?
AA: Kesejahteraan? Kalau program
kesejahteraan kan basisnya pasal 33
UUD, sumber daya alam untuk
kesejahteraan rakyat. Tapi definisi
kesejahteraan harus dibuat sustainable, sehingga menjadi bisa berkembang oleh dirinya sendiri, tidak boleh
disubsidi, karena subsidi akan mengurangi kemampuan pada sektor yang
lain. Untuk energi, Indonesia harus
pelan-pelan mencoba menggunakan
energi terbarukan. Energi laut harus
disurvey, mana yang bisa dilakukan,
energi angin harus dimanfaatkan,
batubara harus dikurangi pelan-pelan
karena pengotoran udara.
Potensi geothermal yang ada saat ini
27ribu megaWatt, itu masih kurang,
tapi di seluruh dunia orang mencari
sumber geothermal lapisan batuan
dalam yang lebih dalam dari 3000
meter. Orang Amerika menganggap
apabila mereka bisa mengembangkan
geotermal lapisan dalam, Amerika
akan self sustain dalam hal energi.
ME: Bagaimana tanggapan Bapak
tentang implementasi PLTN di
Indonesia?
AA: Masalah PLTN itu diakibatkan
karena sebagian LSM di Indonesia
terlalu mempercayai pendapat luar
negeri, yang mengatakan bahwa SDM
Indonesia ini belum bisa dipercaya
dalam menangani PLTN. Menurut luar
negeri, orang Indonesia jika disuruh

32

NOVEMBER 2010

memegang PLTN tidak akan bisa


keselamatannya, tapi menurut saya
orang Indonesia sudah cukup mampu
menangani nuklir. Menurut saya BATAN
itu sanggup untuk menangani masalah
teknologi nuklir.
PLTN ini diperlukan untuk pulau Jawa.
Pulau Jawa ini pertumbuhan penduduk
dan ekonominya sangat tinggi. Tidak
dapat terus menerus membakar
batubara untuk memenuhi kebutuhan
energi, karena batubara energi yang
tidak terbarukan, suatu saat akan
habis, dan pengaruhnya terhadap
kesehatan masyarakat Jawa akan
buruk.
ME: Kira-kira apa yang bisa kita
lakukan untuk memajukan teknologi
energi di negara kita?
AA: Teknologi itu sesuatu yang harus
berani dikembangkan, tahun 80an,
India dan Cina posisinya sama dengan
Indonesia, mereka sekarang sepuluh,
duapuluh kali lebih maju dari kita. Itu
merupakan hasil kombinasi berbagai
kebijakan-kebijakan. Kebijakan finansial yang baik, kebijakan teknologi yang
baik, kebijakan alih teknologi yang baik.
Kita tidak boleh menutup mata dari
pengalaman-pengalaman orang lain.
Kita bisa mencontoh negara-negara
lain misalnya Jepang, pada zaman
resotrasi meiji, dimana Jepang melakukan perbuahan besar-besaran, berubah dari negara yang tertutup menjadi
negara yang mengembankan teknologi. Perkembangan teknologi Korea,
dalam bidang nuklir mereka sudah
independen. Cina memiliki kebijakan
untuk sebagian membeli teknologi,
untuk menghindari resiko kegagalan
mengembangkan teknologi. Mereka

bisa meyakinkan Eropa dan Amerika


untuk share teknologi dengan mereka,
mengapa kita tidak bisa?
M E : S eked a r ta m b a h a n : Ka m i
mendapatkan berita bahwa Bapak
pernah melihat UFO, bisa cerita sedikit
tentang itu?
AA : Itu betul, waktu itu tahun '78, UFO
itu sempat saya foto, kebetulan waktu
itu saya bawa kamera dan lensa tele.
Waktu itu kami naik mobil sepulang
dari pabrik di Pasuruan, mau pulang ke
Surabaya, di daerah Gempol saya liat
langit ke arah barat. Saya liat ada benda
yang jatuh dengan ekor yang panjang
sekali, jatuhnya pelan. Kemudian saya
turun dari mobil, dan mengambil foto.
Saya berpikir, kalau benda itu jatuh
kena tanah pasti meledak, tapi ternyata
benda itu mendadak membelok ke
arah timur dalam waktu yang cukup
lama. Kemudian fotonya saya afdruk
dan kemudian saya laporkan ke LAPAN,
kemudian hasilnya dibeli oleh mereka.
ME: Terimakasih untuk kesempatan
wawancara ekslusif ini di sela-sela
kesibukan Bapak, semoga Bapak
Ariono sehat selalu.
Pak Ariono dalam waktu dekat ini akan
menerbitkan beberapa buku tentang
energi yang berjudul: Pembangkit
Listrik Bersih Lingkungan, Perkembangan Energi Terbarukan Internasional,
Sistem Listrik Luar Jawa-Bali dengan
Energi Terbarukan, Geothermal
Outline. (JP)

BERITA NASIONAL

BERITA NASIONAL
Jembatan Suramadu

RENEWABLE ENERGY
FOR SUSTAINABLE BRIDGE

NEWS FLASH

akarta, 11 Oktober 2010 - Direktur Utama


PLN Dahlan Iskan PT PLN (Persero)
menyampaikan akan membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan
kapasitas 1 MW untuk menggantikan
pembangkit listrik tenaga diesel 600kW
yang tenggelam akibat banjir bandang di
Wasior, Papua Barat. PLTS tersebut akan
dibangun di atas tanah seluas 2 hektar dan
akan memakan waktu selama 3 bulan.

unaken, 28 Oktober 2010 - PLN akan


membangun pembangkit listrik tenaga
surya dengan kapasitas 335KW, di Pulau
Bunaken, Sulawesi Utara. Menurut General
Manager PT PLN Sulawesi Utara, Sulawesi
Tengah dan Gorontalo, Wirabumi Kaluti
"Sesuai jadwal direncanakan pembangunan
PLTS tersebut akan beroperasi pada Desember 2010, sehingga diharapkan sebelum
Hari Raya Natal masyarakat sudah dapat
menikmati PLTS tersebut,

Wakil Menteri PU
Hermanto

akarta, Senin 11 Oktober 2010, Wakil Menteri Pekerjaan


Umum Hermanto Dardak, Dirjen Bina Marga Djoko
Murjanto bersama dengan Tim Jembatan Selat Sunda
(JSS) Kementerian PU menerima kedatangan Tim Penelitian
dan Pengembangan (Litbang) dari Institut Teknologi Bandung
(ITB) untuk membahas pembangunan jembatan antar pulau di
Indonesia. Dalam pertemuan tersebut, direkomendasikan
pemakaian sumber energi terbarukan untuk kebutuhan
penggunaan energi listrik di jembatan. Hal tersebut
dirangkum dalam konsep Renewable Energy for Sustainable
Bridge.
Pada 2014 Jembatan Selat Sunda diharapkan sudah mulai
pembangunan dengan perkiraan waktu penyelesaian 5 -10
tahun. JSS diprediksi akan menjadi kawasan strategis. Untuk
itu, diperlukan diperlukan rencana pembangunan yang
matang untuk dapat menyatukan 80% potensi perekonomian
di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.
Tim ITB yang terdiri dari Kelompok Keahlian (KK) Teknik Fisika,
KK-Oseanografi, KK-Sains Atmosfer, dan KK- Teknik Kelautan
juga mengungkapkan paradigma baru dalam pembangunan
jembatan di Indonesia:
?
tetap membangun kehidupan dan sumber pembelajaran

baru di wilayah lepas daratan.

34

NOVEMBER 2010

Paradigma Sustainable Bridge


?
dengan adanya jembatan antar pulau tidak berakibat

meratakan pula kerusakan lingkungan dan daratan, tetapi


menyelamatkan dan memperbaiki kualitas potensi
daratan.
?
mengurangi eksploitasi potensi daratan sebagai pusat
aktivitas kehidupan, tetapi membangun kemampuan
memanfaatkan potensi & kekayaan laut untuk kehidupan
masa depan.
dijelaskan bahwa Sustainable Bridge adalah suatu konsep
untuk menjaga kondisi jembatan agar tahan lama, bekerja
pada kondisi optimum dan biaya perawatannya rendah
Konsep Sustainable Bridge terbagi menjadi dua bagian besar
yaitu, Asset Sustainability dan Energy Sustainability. Yang
dimaksud Asset Sustainability adalah penerapan monitoring
aset jembatan mencakup kondisi kesehatannya, kondisi
operasinya, instumentasi pengukurannya dan sistem
informasi aset yang berada di jembatan. Sedangkan yang
dimaksud Energy Sustainability adalah penggunaan energi
independen, energi terbarukan dan juga sistem hibrid yang
dapat menyokong segala kebutuhan listrik pada jembatan
misalkan untuk pencahayaan jalan & art, tanda keamanan &
emergensi, operasional sistem (gerbang tol, CCTV, monitoring
trafik, sistem komunikasi), untuk pekerjaan perawatan
jembatan dan juga untuk monitoring kesehatan dan kinerja
jembatan.

Pembangunan JSS ini merupakan sebuah megaproyek. Oleh


karena itu kami menyambut baik kedatangan Tim Litbang ITB
dalam inovasi-inovasinya untuk bisa dipadupadankan dengan
Tim JSS dari pemerintah, ujar Hermanto Dardak.
Djoko Murjanto juga mengatakan, Kami harapkan ini bukan
hanya sekedar teknologi Litbang saja, persoalannya adalah
bagian-bagian mana yang dapat digunakan dalam pembangunan pada jembatan nantinya. Agar bagian teknologi tersebut
kiranya dapat diujicoba terlebih dahulu. Oleh karena itu
Djoko mengharapkan konsep-konsep tersebut dapat segera
diujicobakan pada jembatan yang sudah ada dahulu seperti
Jembatan Suramadu, dimana saat ini kebutuhan listriknya
dipenuhi dengan menggunakan generator diesel.
Tim Litbang ITB juga mengungkapkan bahwa potensi energi
terbarukan yang dapat dipanen (energy harvesting) adalah
energi surya, angin dan laut. Sedangkan sumber energi
terbesar dapat diperoleh dari laut yang terdiri dari energi
arus, gelombang, pasang surut, perbedaan suhu dan salinitas
air laut. Energi tersebut dapat dipanen dengan 4 jenis konsep
konversi energi yaitu energi kinetik dari arus dan gelombang
laut, energi potensial, teknologi osmosis, dan Ocean Thermal
Energy Conversion (OTEC).

akarta, 2 November 2010 - Direktorat


Jenderal Energi Baru Terbarukan dan
Konservasi Energi (DJEBTKE) mengadakan
Sarasehan untuk membahas Roadmap
Energi Baru Terbarukan yang bertempat di
Nareswara, Gedung SmescoUKM. Acara
yang bertema "Memperkuat Jaringan
Komunitas Energi Baru Terbarukan dalam
rangka Pencapaian Visi Energi 25/25". Visi
Energi 25/25 menekankan kepada 2 hal
penting yaitu upaya konservasi energi di sisi
pemanfaatan untuk menekan laju penggunaan energi nasional, dan upaya diversifikasi energi di sisi penyediaan dengan
mengutamakan energi baru terbarukan.
Pembicara yang hadir diantaranya dari
Pemerintah yaitu Dirjen EBTKE-ESDM,
Kepala BPPT, Dirjen Basis Industri Manufaktur Kementerian Industri, Deputi Bidang
Usaha Strategis dan Manufaktur Kementerian BUMN, dan Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan
Iklim Kementerian Lingkungan Hidup.
Sedangkan dari non Pemerintah hadir
perwakilan dari setiap klaster energi baru
dan energi terbarukan yaitu Abadi
Poernomo (Panas Bumi), Paulus Tjakrawan
(Bahan Bakar Nabati), Djoko Winarno
(Minihidro dan PLTA), Donny Achiruddin
(Energi Samudra), Nany Wardhani (Energi
Surya), Soeripno (Energi Angin), Agus
Nugroho (Biomass), Sutaryo Supardi (Energi
Nuklir), Achyar Oemri (Fuel Cell), dan Samy
Hamzah (Coal Bed Methane).

NOVEMBER 2010

35

BERITA INTERNASIONAL

BERITA NASIONAL

60 Tahun
Teknik Fisika

RENEWS 2010:

Teknik Fisika untuk Indonesia.

Membuka Peluang
Peningkatan Kerjasama

andung, Kamis 4 November


2010. Pendidikan Teknik Fisika
di Indonesia telah berumur 60
tahun. Dan Teknik Fisika ITB adalah
pionir dari pendidikan Teknik Fisika di
Indonesia. Oleh karena itu, untuk
memperingati berdirinya Teknik Fisika
dan merefleksikan kembali apa saja
yang telah Teknik Fisika berikan untuk
Indonesia, maka diadakan suatu acara
memperingati 60 Tahun Teknik Fisika
yang bertajuk Dari Teknik Fisika untuk
Indonesia. Rangkaian acara 60 Tahun
Teknik Fisika terdiri dari:
OPENING,
Kamis, 4 November 2010 di Aula Barat
ITB dengan tema Refleksi Teknik Fisika
Selama 60 Tahun yang dihadiri
Rektorat ITB, dosen Teknik Fisika,
pengurus IATF (Ikatan Alumni Teknik
Fisika ITB), dan seluruh peserta lomba.
Diisi dengan penayangan video
pejalanan Desa Mitra, video Teknik
Fisika selama 60 tahun kebelakang dan
pengisi acara dari Keluarga Paduan
Angklung SMAN 3 Bandung.
IEPE (Innovation and Engineering
Physics Expo) terdiri dari 2 event
1. PRESENTASI LOMBA INOVASI
ILMIAH, 4-5 November 2010 di
Auditorium CC Timur ITB. Dengan
tema: Teknologi Energi Tepat
Guna Untuk Masa Depan Indonesia
2. PAMERAN TEKNOLOGI ENERGI,
4-5 November 2010, di Lapangan
CC Timur, ITB. Pada Pameran

36

NOVEMBER 2010

Teknologi Energi ini terdapat


puluhan stand yang menyajikan
perkembangan teknologi Indonesia dari berbagai perusahaan,
perkumpulan keprofesian, perguruan tinggi.

Fisika di masing-masing universitas/


institut yang ada di Indonesia.
Diharapkan konferensi ini menjadi
inisiasi terbentuknya ikatan alumni
Teknik Fisika se-Indonesia serta
masyarakat Teknik Fisika seIndoesia.

GALELOBOT
(Ganesha Line Follower Robot) 2010
4-5 November 2010 di Aula Barat ITB
dengan tema Find Your Way Through
The Maze. 150 Tim dari berbagai
Universitas dari seluruh Indonesia
saling berlomba menunjukkan keahliannya dalam bidang Line Follower
Robot yang merupakan sebuah mesin
yang dapat bergerak mengikuti sebuah
garis secara otomatis dan seolah
mempunyai kecerdasan dan berfikir
mandiri.

MOTIVATION TALKSHOW 60 TAHUN


TEKNIK FISIKA
Sabtu, 6 November 2010 bertempat di
Aula Barat ITB dengan tema Dari
Kampus Untuk Bangsa: Kupas tuntas
Perjalanan Alumni Teknik Fisika ITB
dengan pembicara, Dr. Ir. Fadel
Muhammad (Menteri Kelautan dan
Perikanan), Ir. Karen Agustiawan
(Direktur Utama PT. Pertamina), Ir.
Budiono Kartohadiprodjo (Pimred
GATRA), dan Ir. Rama Royani atau Abah
Rama (Pakar Talent Mapping Indonesia, PT. Limawira Wisesa, Lead pro
Consultant), dengan moderator Prabu
Revolusi (News Anchor Metro TV).

KONFERENSI TEKNIK FISIKA SELURUH


INDONESIA terdiri dari 2 event
1. SEMINAR PENELITIAN MAHASISWA
DAN ALUMNI, Kamis, 4 November
2010 bertempat di R. Multimedia
9311 Gd. T.P. Rachmat Kampus ITB
dengan tema Energi dan Instrumentasi sebagai Core Competence
Teknik Fisika", dengan panelis:
Suharna Surapranata (Menristek RI
2009-2014) , Edi Leksono (TF-ITB),
Andi Rahmadiansyah (TF-ITS), Ucuk
Darussalam (TF-UNAS) dan Andang
Widi Harto (TF-UGM).
2. KONFERENSI DOSEN, 4-5 November
2010 di Ruang Seminar Teknik Fisika
lt.1 ITB. Konferensi ini membahas
mengenai perkembangan Teknik

TEMU ALUMNI
Sabtu, 6 November 2010 bertempat di
Aula Timur ITB dimaksudkan untuk
menghimpun kembali alumni Teknik
Fisika ITB beserta keluarga sehingga
sesama alumni dapat lebih mengakrabkan diri dan memperkuat tali silaturahmi.
CLOSING EVENT
Sabtu, 6 November 2010, bertempat di
Lapangan CC Barat ITB yang dimeriahkan oleh: NAIF, White Shoes & The
Couples Company, -Baby Eats Crackers,
Keluarga Paduan Angklung SMAN 3
Bandung dan Band Alumni/Mahasiswa
Teknik Fisika ITB.

Energi RI-Jerman

onferensi Energi yang berlangsung pada tanggal 12-13 Oktober 2010 di Gedung Bergengsi
Rote Rathaus, Berlin, telah selesai dan
berhasil mencapai tujuannya untuk
menyebarluaskan berbagai informasi
terkait hydrocarbon dan Energi Baru
Terbarukan (EBT). Kegiatan internasional pertama yang digagas oleh PPI
Jerman dengan KBRI Berlin dan
Kementerian ESDM ini, dihadiri lebih
dari 190 peserta,kepentingan di bidang
energi terbarukan, baik dari Indonesia
maupun Jerman.
Para ahli energi Jerman dan Indonesia
konferensi yang bertema Toward the
Sustainability of Energy in Indonesia:
Hydrocarbon Outlooks and Trends of
Renewable Energy ini mempunyai
pandangan yang sama. Indonesia,
mempunyai potensi yang sangat besar
untuk mengembangkan EBT seperti
panas bumi (geothermal), tenaga air
(hydro), energi surya, energi angin dan
biomassa, dalam rangka kelangsungan
ketersediaan energi.
Proyeksi penggunaaan EBT pada tahun
ini4,4%; masih dianggap jauh di bawah
pemanfaatan energi fosil seperti batubara (30,7%), minyak bumi (43,9%) dan
gas bumi (21%). Pemerintah Indonesia
juga telah menetapkan target untuk
meningkatkan kontribusi energi terbarukan menjadi 17% pada tahun 2025.
Bahkan, Kementerian ESDM telah
menetapkan visi EBT 25/25, yaitu persentase penggunaan EBT pada tahun

2025 bisa 25% dari penggunaan seluruh energi.


Karya Tulis Ilmiah
Konferensi semakin bermakna karena
membahas berbagai isu terkait
pengembangan energi terbarukan di
Indonesia dengan melibatkan kalangan
pemerintah, akademisi, institut riset,
pengusaha, dan peran aktif generasi
penerus bangsa Indonesia yang sedang
menempuh studi baik di dalam negeri
(antara lain, Jepang, Swedia, Norwegia
dan Belanda). Peran nyata dari generasi
muda dalam memikirkan masa depan
bangsa sangat menonjol. Hal ini
terlihat daripaper terkait pengembangan energi terbarukan di Indonesia
yang diterima oleh panitia, dimana
sebanyak 30 paper telah terpilih untuk
dipresentasikan dalam konferensi.
Berdasarkan kriteria yang ditetapkan
(diantaranya pengorganisasian dan
comprehensiveness), memutuskan
pemenang kontes karya tulis ilmiah.
Penyaji paper terbaik untuk kategori
mahasiswa undergraduate adalah
Dyah Raysa Laksitoresmi (IPB Bogor)
dengan topik Gel Biothanol Made
From Seaweed Industrial Waste With
C a r b ox y m e t hy l c e l l u l o s e ( C M C )
Thickening Agent as Alternative
Household Cooking Fuel, sedang untuk
kategori graduate adalah Maria Elfani
(London Metropolitan University)
dengan topik Renewable Energy and
I t s I m p a c t o n Em p l oy m e nt i n
Indonesia. Suwarno, mahasiswa asal

ITS Surabaya yang sedang belajar di


Norwegia dengan topik Modified
Lithium Borohydride for Mobile
Hydrogen Storage berhasil menyabet
penghargaan untuk kategori topik
paling mempunyai prospek untuk
diterapkan di Indonesia di masa depan.
Penghargaan kepada para pemenang
disampaikan oleh Adolf Guggemos,
Manajer Pemasaran Wilayah Asia,
Voith Hydro Holding GmbH & Co.KG
Jerman.
Para mahasiswa merasa senang karena
nantinya mereka mempunyai kesempatan untuk menerapkan keterampilan
yang diperoleh di Jerman,atau
menciptakan kesempatan kerja di
negara lain, dengan memanfaatkan
jasa dari Pusat untuk Integrasi dan
Migrasi (CIM). Lembaga tersebut selain
memberikan jasa bantuan keuangan,
juga menyediakan jasa informasi dan
konsultasi, penempatan kerja, dan
jejaring.
Pada penutupan, Dubes RI untuk Republik Federal Jerman, Eddy Pratomo,
menyampaikan rasa bangganya kepada
para mahasiswa generasi penerus
bangsa. Di sela-sela studi, masihdirinya
untukikutpermasalahan bangsa dan
memberikan masukan yang relevan
terhadap masa depan bangsa dalam
topiksedang hangat di dunia, energi
terbarukan. Lebih lanjut, Dubes
mengharapkan adanya penyelenggaraan secara berkesinambungan.
(Sumber: KBRI Berlin).

NOVEMBER 2010

37

BERITA INTERNASIONAL

BERITA INTERNASIONAL

Ilmuwan Temukan Cara Yang Lebih Baik


Untuk Menyimpan Panas Matahari

anas yang dihasilkan matahari


saat ini bisa disimpan tetap
dalam bentuknya oleh garam
cair atau dalam bentuk energi lain oleh
baterai. Kedua teknologi itu hingga kini
masih diandalkan untuk menyimpan
energi tersebut. Hanya saja garam cair

membutuhkan sistem yang kompleks


untuk mentransfer panas dari fluida
kerja, sedangkan baterai masih menyisakan loses energi atau hilangnya
energi ketika terjadi proses pemindahan dan perubahan energi.

Dimulainya Instalasi Pembangkit Listrik


Skala Besar untuk Komersial

alah satu segmen pasar energi


surya yang belum berkembang
secepat dengan pasar perumahan dan
skala pabrik pembangkit listrik adalah
pasar komersial, yaitu, untuk instalasi
mulai dari 1 MW hingga 10 MW, yaitu
ukuran yang biasanya diinstal pada
bisnis komersial. Hal tersebut akan
berubah seiring dengan dimulainya
projek ini.
Bulan Oktober tahun ini perusahaan
farmasi Amerika GlaxoSmithKlin (GSK)
yang berbasis di Pennsylvania akan
mulai memasang susunan modul surya
di gedung distribusinya di kota York
Pennsylvania. Susunan tersebut akan
menjadi susunan di atas atap yang
terbesar yang ada di Amerika Utara.
Setelah selesai terpasang, total 11000
panel surya akan membangkitkan

38

NOVEMBER 2010

listrik hingga 3-MW, panel sebanyak itu


akan memenuhi atap seluas seukuran
tujuh lapangan sepakbola.
Hampir 100 pekerja akan menghabiskan waktu dua bulan untuk menaikkan panel surya dengan derek, memasangnya pada atap gedung dan menyatukannya dalam satu jaringan sistem
pembangkit listrik. Rencananya kontraktor akan memasanng 500 panel per
hari.
GSK menerima bantuan dari pemerintah dan insentif surya untuk membantu
pendanaan projek ini. Satu juta dollar
dari pemerintah daerah Pennsylvania
dan 4,1 juta dollar dari pemerintah
federal Amerika.
(renewableenergyworld.com)

Beberapa ahli mulai mencari media lain


yang bersifat seperti baterai isi ulang.
Hanya saja yang disimpan bukan
muatan listrik layaknya baterai, tetapi
panas yang sewaktu-waktu dapat dilepas dan diisikan kembali. Ruthenium,
molekul yang mempunyai ditemukan
di tahun 1996 menjadi alternatif satusatunya yang memiliki karakteristik
seperti baterai isi ulang.
Beberapa waktu lalu, para peneliti
berhasil mengungkap cara kerja
molekul ruthenium atau lebih tepatnya
fulvalene diruthenium yang bisa diatur
untuk menyimpan dan melepas panas.
Pemahaman cara kerja ruthenium
tersebut dipublikasikan di jurnal
Angewandte Chemie pada 20 Oktober
2010 lalu oleh Yosuke Kanai dari Lawrence Livermore National Laboratory,
Varadharajan Srinivasan dan Jeffrey C.
Grossman dari Fakultas Tekni dan Ilmu
Bahan - MIT, Steven K. Meier, K dan
Peter C. Vollhardt dari University of
California-Berkeley.
Ruthenium bekerja dengan cara yang
unik. Strukturnya akan berubah ketika
menyerap sinar matahari, dan berada
pada tingkat energi yang lebih tinggi
dibanding dalam kondisi stabilnya.
Untuk mengembalikan ke kondisi
stabilnya, hanya diperlukan sedikit
panas atau sebuah katalis untuk
memicunya. Hasilnya, perubahan
struktur molekul kembali ke tingkat
energi yang lebih stabil akan melepas
panas hingga mencapai 200 derajat
Celcius. Cukup panas untuk langsung
digunakan sebagai pemanas ruangan
ataupun memutar turbin untuk menghasilkan listrik.
Pengetahuan tentang bagaimana
molekul ruthenium bekerja akan memberikan jalan bagi riset untuk mendapatkan molekul-molekul lain yang
mempunyai struktur dan karakteristik
yang sama dengan ruthenium yang
mahal dan termasuk langka guna
menghasilkan baterai panas yang bisa
diisi ulang di masa depan. (planethijau)

NEWSFLASH

anberra bersiap menjadi ibukota


mobil elektrik (EV) yang ditandai
dengan pendaftaran pertama sebuah
EV, yakni Blade Electron buatan
Australia dan tibanya iMiEV keluaran
Mitsubishi, sebagaimana diberitakan
Mingguan CityNews pekan ini.

residen Maladewa, Mohamed


Nasheed (terlihat pada gambar)
sedang membantu memasang 48 solar
panel di atap rumahnya di ibukota
Maladewa, Male. Pemimpin Maladewa
ini merupakan aktivis yang sudah lama
aktif dalam hal perubahan iklim.
Menurut sang Presiden, dengan
dipasangnya panel surya pada atap
rumahnya, penghematan akan
mencapai $300.000 dalam biaya listrik
dan 195 ton karbon dioksida, selama
umur pemakaian panel surya
Presiden Nasheed memilih sumber
energi yang tidak berpolusi karena
negara yang dipimpinnya merupakan
negara kepulauan dengan ketinggian
permukaan tertinggi hanya 2,5 meter
di atas permukaan laut. Merupakan
tempat yang sangat rentan apabila
permukaan laut naik akibat
perubahan iklim.

ebuah terobosan dilakukan oleh


dua mahasiswa di Massachusetts
Institute of Technology (MIT) Amy
Bilton dan Leah Kelley, dipimpin oleh
profesor Steven Dubowsky yang
menbuat mesin desalinator dengan
tenaga dari energi surya. Hasilnya,
prototip sistem yang dibuat bisa
menghasilkan 80 galon atau 302.4
liter air sehari dalam kondisi cuaca
yang berubah-ubah. Teknologi yang
sangant bermanfaat untuk daerah
bencana atau terpencil yang tidak
mendapatkan pasokan listrik.

ina saat ini akan membangun


salah satu ladang turbin angin
lepas pantai terbesar di dunia dengan
kapasitas 300 MW menyamai rekor
ladang angin Thanet di Inggris saat ini.
Ladang angin akan di bangun di teluk
Bohai dan akan rampung pada tahun
2020, projek ini merupakan salah satu
langkah pemerintah Cina untuk
memenuhi program 750 GW dari
energi angin. (cleantechnica.com)

NOVEMBER 2010

39

INOVASI

INOVASI

Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir Mini
Satu kota kecil punya reaktor nuklir sendiri?

Kolam air reaktor

Indonesia adalah negara dengan populasi penduduk nomor 4 di dunia, namun satu-satunya yang tidak memanfaatkan PLTN. China, India dan Amerika
sudah menggunakan PLTN untuk
memenuhi kebutuhan listrik negaranya. Bahkan, negara-negara penghasil
minyak bumi seperti Uni Emirat Arab
dan Jordania sudah mempertimbangkan PLTN sebagai salah satu sumber
energi yang akan dimanfaatkan. Saat
ini Uni Emirat Arab telah menanda-

NOVEMBER 2010

tangani kontrak kerjasama dengan


Korea untuk membangun PLTN
berkapasitas 4 x 1400MW pada tahun
2020.
Namun, pembangunan PLTN yang
cukup besar masih menghadapi
tantangan berupa anggaran yang besar
maupun penolakan beberapa pihak.
Akan tetapi dengan adanya dukungan
penggunaan nuklir dan kebutuhan
akan energi listrik yang begitu tinggi
maka beberapa propinsi di Indonesia
menyetujui untuk membangun PLTN di
wilayahnya. Wali Kota Pangkalpinang,
Zulkarnain Karim, menyatakan pemerintah Bangka Belitung telah menyediakan dua lokasi untuk pembangunan
PLTN yaitu Pulau Lepar di Bangka
Selatan dan Pulau Nanduk. "Dua pulau
seluas 2.407 hektar itu cukup strategis
dibangun PLTN karena tidak berpenghuni," ujarnya.
Berbeda dengan PLTN yang berukuran
besar, PLTN mini berukuran kecil dan
relatif lebih mudah untuk dioperasikan.
Beberapa purwarupa reaktor mini,
seperti yang dirancang oleh NuScale
Power berupa reaktor kecil yang
didinginkan oleh air yang mirip dengan
reaktor kuno yang digunakan pada
kapal perang. Sementara reaktor lain
yang lebih modern, Toshiba dan
Institut Penelitian Pusat atas Industri
Tenaga Listrik di Jepang sedang
meneliti baterai nuklir yang berpendingin natrium cair.

Reaktor tersebut dapat dikirim dalam


keadaan modular dan dipasang di
bawah tanah dan mampu menghasilkan 10 MegaWatt (MW) selama 30
tahun lamanya sebelum diperlukan
pengisian ulang bahan bakar. Galena,
sebuah desa di Alaska sedang
bernegosiasi untuk menjadi pelanggan
pertama. "Selain lebih murah,
beberapa reaktor kecil secara bawaan
lebih aman", kata Vladimir Kuznetsov
dari Badan Tenaga Atom Internasional.
Kehadiran reaktor-reaktor baru, tentu
saja tetap mendatangkan persoalan
limbah radioaktif. Saat ini ada 56
reaktor yang sedang dibangun di
seluruh dunia, di China sendiri ada 19
buah. "Reaktor-reaktor kecil bisa
membantu dalam penyediaan energi,
tujuannya adalah meningkatkan
sumber energi rendah karbon dengan
cepat, kata Richard Lester dari
Massachusetts Institute of Technology
(MIT). Syaratnya, para pembuat kebijakan bisa diajak kerja sama. Di Amerika
Serikat para pejabat mengatakan
beberapa desain mungkin mendapatkan sertifikasi dalam lima tahun ini.
Sementara desain yang lebih inovatif
mungkin butuhkan waktu lebih lama.
(Narendra Prataksita)

PLTN Mini NuScale


45 megawatt

Selubung reaktor
Tabung reaktor
Batang Pengendali

Reaktor dengan teknologi pendingin yang cukup lama telah


digunakan yaitu dengan pendingin air. Cukup kecil untuk
didinginkan hanya dengan mesin pemindah panas, tanpa
pompa.

Kumparan penghasil uap

Cara kerja
Air berfungsi menjadi pendingin dan pengatur :
Memperlambat neutron-neutron yang dipancarkan oleh
batang bahan bakar uranium (1), memungkinkan mereka
memecah atom uranium dalam jumlah lebih banyak. Batang
pengendali (2) meredam reaksi berantai. Air dipanaskan saat
melalui inti (3), lalu memanaskan tabung (4) untuk
menghasilkan uap air, uap air menyebabkan reaktor (5)
menggerakkan turbin. Agar tidak bocor, sistem dibenam di
dalam air. Reaktor seperti ini bebas karbon, relatif murah,
dan mestinya cukup aman.

MODUL REAKTOR
Batang bahan bakar

al tersebut bukanlah hal yang


mustahil karena pengembangan dari teknologi pembangkit listrik tenaga nuklir telah dapat
menciptakan reaktor-reaktor mini yang
aman. Sebagian besar Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) memiliki
ukuran raksasa, cukup besar untuk
memenuhi kebutuhan energi sebuah
kota berukuran sedang. Setiap PLTN
pembangkitannya bisa menghabiskan
miliaran bahkan trilyunan rupiah. Tidak
heran lusinan purwarupa reaktor kecil
bersaing untuk menarik perhatian
industri sebagai alternatif bahan bakar
rendah emisi. Jika reaktor mini dirancang sebagai modul-modul, maka satu
unit mungkin mampu memenuhi
kebutuhan satu kota terpencil. Di
negara berkembang, reaktor kecil akan
mengurangi tekanan yang ditanggung
oleh jaringan listrik yang rapuh.
Kekuatannya bisa ditambah secara
bertahap dan bisa menjadi daya tarik
bagi produsen energi dengan dana
terbatas.

40

Pipa Uap-turbin

Struktur penyangga
Lantai kolam

Produk NuScale

Sumber: nationalgeographic.co.id,
warintek.ristek.go.id,
antaranews.com,
tempointeraktif.com,
batan.go.id

NOVEMBER 2010

41

INOVASI

INOVASI

enzim terimobilisasi dan mediator yang dipartisi menggunakan


pemisah selofan. Optimisasi
struktur elektroda dan proses
pemeliharaan tingkat air yang
sesuai dapat meningkatkan
reaktivitas katoda.
3. Optimisasi elektrolit untuk
memenuhi struktur sel bio
baterai
Penyangga fosfat 0.1 Mol biasanya dipakai pada penelitian
enzim, tapi penyangga dengan
konsentrasi tinggi 1.0 Mol digunakan pada bio baterai. Ini
didasari penelitian bahwa tingkat
konsentrasi tinggi sangat efektif
untuk menjaga aktivitas enzim
dalam elektroda.

Bio-baterai
Cukup pakai sekaleng soda.

uatu ide yang sangat menarik


dan inovatif yaitu menggunakan
minuman (yang mengandung
gula) sebagai pengganti baterai
konvensional. Kosep ini dikembangkan
oleh Daizi Zheng dengan menggunakan
minuman ringan yang biasa kita
temukan sehari-hari yaitu coca-cola.
Baterai konvensional selain menggunakan biaya pembuatan yang mahal juga
tidak ramah lingkungan. Maka dengan
inovasi menggunakan bio baterai,
selain ramah lingkungan juga mudah
didapatkan (lebih mudah menemukan
pedagang minuman bergula dari pada
pedagang baterai).
Konsep dasarnya adalah menggunakan
bio baterai untuk menciptakan lingkungan bebas polusi. Bio baterai ini
merupakan sumber energi yang ramah
lingkungan dengan menghasilkan
listrik dari karbohidrat (saat ini menggunakan gula) dan menggunakan
enzim sebagai katalis. Menggunakan
bio baterai sebagai sumber tenaga
ponsel hanya membutuhkan minuman
gula dan sisa buangannya adalah air
dan oksigen ketika baterai sudah habis.
Ponsel Daizi Zheng ini bisa beroperasi
tiga hingga empat kali lebih lama
ketimbang baterai ponsel Lithium-Ion
biasa. Tapi, ponsel ini masih belum
dijual secara luas, karena masih

42

NOVEMBER 2010

merupakan ponsel konseptual yang ia


rancang untuk Nokia.
Mekanisme Bio Baterai
Bio baterai gula ini memiliki anoda
yang terdiri dari enzim pengolah gula
dan mediator, dan katoda yang terdiri
dari mediator dan enzim pengurang
oksigen serta pemisah selofan di kedua
sisi. Anode menghasilkan elektron dan
hidrogen dari glukosa melalui proses
berikut:
Glukosa -> Gluconolactone + 2 H+ + 2 e-

Ion hidrogen dari proses ini akan


bergerak ke katoda melalui separator.
Kemudian ketika sampai di katoda, ion
hidrogen dan elektron akan menyerap
oksigen dari udara untuk menghasilkan
air:
(1/2) O2 + 2 H+ + 2 e- --> H2O
Perkembangan Bio Baterai
Salah satu pengembang yang cukup
serius mengembangkan bio baterai ini
adalah Sony. Sampai April 2010 Sony
dapat menciptakan bio baterai dengan
daya 10mW/cm2(area elektrode). Bio
baterai yang dikembangkan Sony ini
sudah dipamerkan pada expo-expo
maupun forum international, harapnya
bahwa bio baterai ini merupakan salah
satu solusi energi yang ramah lingku-

4. Sel uji dengan daya output


tinggi dan ukuran yang
diinginkan.
Sel uji dengan daya tinggi dan
ukuran bio baterai yang sesuai
telah diproduksi dengan pemanfaatan teknologi ini. Bio baterai
ini tidak memerlukan pencampuran, atau konveksi larutan
glukosa atau udara. Sebagai
baterai pasif, cara kerjanya hanya
menyuplai larutan gula ke unit
baterai. Sel kubik menghasilkan
50 mW yang merupakan daya
output terbesar diantara baterai
tipe pasif dengan ukuran sekitar
39 mm setiap rusuknya. Dengan
merangkai 4 sel kubik mampu
untuk menyalakan walkman dan
sepasang speaker. Tempat bio

baterai gula ini terbuat dari


plastik berbahan tumbuhan dan
didesain dengan citra sel biologi.
(Arianda Akbar)
Sumber: rsc.org, sony.net,
inhabitat.com,
treehugger.com,
dezeen.com,
smayani.wordpress.com,
kaskus.us

ngan dan dapat digunakan oleh gadgetgadget yang lebih besar seperti laptop
ataupun netbook. Untuk mengembangkan bio baterai ini ada hal-hal
penting yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Adanya teknologi untuk
meningkatkan imobilisasi
enzim dan mediator pada
elektroda.
Agar penggunaan efektif glukosa
terjadi, anoda harus memiliki
mediator dan enzim konsentrasi
tinggi dengan aktivitas yang
tetap. Teknologi ini memakai dua
p o l i m e r u nt u k m e ra n g ka i
komponen ke anoda. Tiap polimer bermuatan berlawanan
sehingga interaksi elektrostatis
antar dua polimer mengamankan
enzim dan mediator. Kesetimbangan ionik dan dan imobilisasi
telah dioptimalkan untuk pengekstrakan elektron dari glukosa secara efisien.
2. Struktur katoda untuk
penyerapan oksigen yang
efisien.
Air dalam katoda penting untuk
menjamin kondisi optimal untuk
reduksi oksigen secara efisien.
Bio baterai memakai elektroda
karbon berporos yang memuat

NOVEMBER 2010

43

RISET

RISET

Perancangan dan Implementasi


MASUK
feedstock

Pengontrol Temperatur

1
5
Biog as

3
6
4

pada Reaktor Biogas

7
S4

S1

60 cm

9
S2

S5

S3

S6

Oleh: Aji Faoji

10

(Atas) Rangkaian pengontrol reaktor biogas


(Kiri Bawah) Reaktor biogas yang digunakan dalam penelitian

45 cm
KELUAR
feedstock

etiap tahun kebutuhan akan


energi semakin meningkat. Di sisi
lain, keberadaan energi fosil
semakin berkurang dan tidak dapat
diperbarui. Untuk mengatasi berkurangnya cadangan energi berbasis fosil
diperlukan sumber energi alternatif.
Salah satu sumber energi yang sudah
berkembang yaitu biogas dan negara
yang telah mengembangkan biogas
adalah Jerman. Pada tahun 2007,
Jerman telah menghasilkan 22,4 juta
kWh biogas dengan komposisi 49%
dihasilkan dari landfill dan sewage gas
dan 51% dari komersial dan pabrik
biogas agricultural. Biogas merupakan
gas yang dihasilkan dari proses
penguraian bahan-bahan organik oleh
mikroorganisme pada kondisi anaerobic (tanpa udara). Biogas dapat
dihasilkan dari berbagai sumber
diantaranya sampah organik ,kotoran
hewan, dan buangan organik dari
pabrik[2]. Sumber penghasil biogas
berasal dari sumber yang dapat
diperbarui. Biogas memiliki komposisi
gas sebagai berikut : metan(CH4) 4070%, karbondioksida(CO2) +38%, N2,
O2, H2 dan H2S + 2%[3].
Pembuatan biogas dipengaruhi
beberapa parameter, yaitu bahan baku
isian (feedstock), pengadukan, temperatur dan pH.Parameter tersebut
mempengaruhi kehidupan mikroba
maupun proses pengolahan bahan

44

NOVEMBER 2010

baku isian oleh mikroba. Mikroba yang


dapat menghasilkan biogas akan
bekerja dengan giat pada kondisi pH
(6,8-8) dan temperatur 35oC untuk tipe
mesophilic. Dengan mengacu pada hal
tersebut maka diperlukan suatu usaha
pengontrol untuk menghasilkan biogas
yang optimal. Penelitian mengenai
biogas sudah banyak dilakukan.
Optimasi parameter pH telah dilakukan
dengan melakukan pengontrolan
menggunakan kontrol fuzzy self-tuning
PI pada pH proses fermentasib
(Babuska,2002). Kontrol logika fuzzy
telah diaplikasikan untuk sistem
continuous anaerobik digestion
(Schere, 2009). Selain parameter pH,
parameter temperatur penting bagi
kehidupan dan kinerja bakteri pada
proses anaerob. Sedangkan, penelitian
ini akan difokuskan pada pengontrol
parameter temperatur untuk menghasilkan biogas yang lebih optimal.
Penelitian dilakukan di Gedung TP
Rachmat, Institut Teknologi Bandung.
Bandung merupakan daerah yang
memiliki temperatur sekitar 25oC,
sehingga diperlukan perbaikan pada
reaktor biogas agar temperatur bahan
organik didalam reaktor dapat terjaga
pada kondisi temperatur 35oC. Untuk
menjaga kondisi tersebut diperlukan
suatu alat pengontrol sehingga kondisi
dalam reaktor biogas dapat menunjang
mikroba penghasil biogas bekerja
secara optimal.

Untuk melakukan kontrol temperatur


dapat digunakan sistem kontrol
konvensional maupun sistem kontrol
cerdas. Kontrol merupakan proses
mengendalikan sesuatu parameter.
Terdapat 2 elemen penting dalam
proses mengontrol yaitu manipulated
variable dan process variable. Manipulated variable merupakan komponen
pada sistem yang dapat diubah-ubah
nilainya berdasarkan nilai sinyal kontrol

yang diberikan. Process variable merupakan komponen sistem yang nilainya


ingin dijaga sesuai dengan set point
yang diinginkan. Pada penelitian ini,
pengontrolan temperatur akan dilakukan menggunakan Proporsional Integral Derivatif (PID) dan logika fuzzy.
Kontrol PID merupakan jenis kontrol
konvensional yang banyak digunakan
pada proses industri. Kontrol fuzzy
merupakan jenis kontrol cerdas karena
dalam pengonrolan tidak perlu mengetahui fungsi transfer sistem. Rancangan
kontrol yang dibuat yaitu rancangan
kontrol temperatur. Kontrol temperatur yang dilaksanakan menggunakan 2
tipe pengontrol yaitu kontrol konvensional dan kontrol modern. Kontrol
konvensional diwakili oleh pengontrol

PID. Sedangkan, pengontrol modern


diwakili oleh pengontrol fuzzy.
Rancangan perangkat keras untuk
kontrol temperatur dapat terlihat pada
gambar. Temperatur pada reaktor
biogas akan diukur oleh termokopel.
Termokopel akan mengirimkan sinyal
teganhan ke DAQ. Pada DAQ sinyal
analog diubah menjadi sinyal digital.
Sinyal dari DAQ dikirim ke komputer.
Pada komputer digunakan software
LabView untuk membaca hasil
pengukuran yang dikirimkan oleh DAQ.
Hasil pengukuran yang ditampilkan
pada labView sudah berupa nilai
temperatur yang terbaca oleh sensor.
Program LabView berfungsi sebagai
media pengontrol. Sinyal kontrol
program LabView akan dikirimkan ke

NOVEMBER 2010

45

ULASAN

ULASAN

Kelistrikan Nasional dan Solusinya


Oleh : H.Achmad Rilyadi, SE
Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat,
Republik Indonesia (DPR-RI)
(Fraksi Partai Keadilan Sejahtera)

ada 1 Juli 2010 lalu, pemerintah


menaikkan Tarif Dasar Listrik
(TDL) dengan rata-rata kenaikan
10% dan kenaikan tertinggi adalah 18%
pada sektor pelanggan rumah tangga
yang berdaya diatas 900 watt. Kenaikan
tersebut sudah disahkan dan tidak
dapat diganggu gugat. Kenaikan
tersebut dilakukan pemerintah dengan
alasan klasik yaitu pengurangan subsidi
dalam rangka subsidi silang pada
sektor lainnya. Seringkali alasan yang
dikemukakan oleh pemerintah adalah
dalam rangka pengurangan subsidi
listrik sehingga dapat memberikan
subsidi silang pada sektor pembiayaan
lainnya, yang pada kenyataannya
subsidi silang yang diharapkan tidak
pernah terjadi atau tercapai. Jelas,
tindakan ini menggambarkan adanya
upaya terselubung yang dibungkus
ra p i h o l e h p e m e r i nta h d a l a m
permasalahan kenaikan TDL di tahun
2010 ini. Kenaikan TDL tahun 2010 ini,
menggambarkan seakan-akan pemerintah tidak peka terhadap kondisi
sosial ekonomi masyarakat Indonesia
yang masih mengalami krisis. Kenaikan
dilakukan menjelang bulan puasa dan
lebaran dimana aktivitas ekonomi
masyarakat meningkat tajam. Belum
lagi harga kebutuhan pokok perlahan
naik dikarenakan kondisi alam yang
tidak mendukung sektor pertanian.
Dengan adanya kenaikan TDL
tahun 2010 pemerintah berusaha

46

NOVEMBER 2010

menaikkan harga pada konsumen yang


menggunakan daya diatas 1.300 Watt,
padahal hampir 4 tahun belakangan ini
tidak ada lagi pemasangan pelanggan
listrik baru pada daya 450 Watt dan 900
Watt. Sehingga secara langsung
kenaikan TDL tidak hanya dirasakan sikaya saja tetapi si-miskin pun
merasakan dampaknya. Selain itu
sektor industri kecil dan menengah
(UKM) terkena dampak dari kenaikan
TDL ini. Alhasil mereka pun akan
meningkatkan harga jual produksi

dikarenakan beban biaya produksi


yang meningkat karena kenaikan TDL
tersebut. Akibatnya produk industri
kecil menengah kita pun kalah bersaing
dengan produk-produk Tiongkok yang
saat ini membanjiri pasaran dalam
negeri.
Seperti kita ketahui, investor
atau pun pemodal asing pada sektor
kelistrikan masih lemah, berdasar

catatan saya (Achmad Rilyadi) hanya


sekitar 13 persen sektor kelistrikan
yang murni dibiayai oleh sektor swasta
murni. Salah satu alasan yang paling
rasional bagi lemahnya keinginan
investor untuk menanamkan modal di
bidang kelistrikan adalah rendahnya
harga listrik di Indonesia. Sebelum
kenaikan 1 Juli 2010 lalu, harga TDL
pada kisaran Rp 600 per kWh jauh dari
harga keekonomian tarif listrik yaitu
kisaran Rp 1.500 per kWh yang
diperkirakan tercapai pada 2012
mendatang. Sebagai pertimbangan,
Filipina yang telah melakukan divestasi
perusahaan listrik milik negaranya saat
ini tarif listrik disana sudah mencapai
Rp. 1.800,- yang sebelumnya pada
kisaran Rp.900,-, juga Thailand yang
pada saat subsidi memiliki harga
kisaran Rp.850,- saat ini telah
mencapai Rp. 2.100,-. Kedua Negara
ASEAN tersebut hampir 2 tahun
terakhir ini tidak mampu mencegah
kenaikan harga jual produksi dalam
negerinya dikarenakan tekanan
naiknya harga listrik.
Besar peluangnya bila harga
keekonomian tersebut tercapai,
pemerintah akan mengizinkan investor
atau pemodal asing masuk menggeluti
bisnis listrik mulai dari produksi hingga
distribusinya. Hal ini diperkuat dengan
rencana realisasi penawaran saham
perdana atau IPO (Initial Public
Offering) PLN pada tahun tersebut

dalam rangka divestasi. Paket divestasi


ya n g d i c u r i ga i s e b a ga i s ke m a
liberalisasi di sektor kelistrikan. Dan
tepat sekali hal ini merupakan sebuah
paket privatisasi Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang terbungkus rapi.
Anehnya lagi PT Perusahaan Listrik
Negara (PLN) tidak mau diaudit dalam
hal penggunaan teknologi, dan
mengapa PLN tidak kooperatif bekerja
s a m a d e n ga n l e m b a ga B a d a n
Penelitian dan Penerapan Teknologi
(BPPT) dalam usaha pengadaan
teknologi kelistrikan. Padahal BPPT
sudah terbukti kehandalannya dalam
m e n c i p ta ka n b e r b a ga i m a ca m
teknologi, dari kerjasama dengan
industri dalam membuat pesawat
terbang (PT Dirgantara Indonesia),
kapal (PT PAL), dan kendaraan tempur
(PT PINDAD). BPPT juga punya lembaga
terkait pembangkitan kelistrikan
seperti Badan Lembaga Teknologi
Atom Nasional (BATAN). Jika diamati
Indonesia sejak tahun 1960 hingga
sekarang sudah mempunyai Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
murah seperti yang ada di fasilitas
BATAN Bandung yang merupakan
reaktor nuklir berskala sedang yang
dapat membangkitkan listrik. Bila
masalah keamanan yang dijadikan isu
utama PLTN, nyatanya saat ini warga
Bandung aman-aman saja. Bila kita
amati negara lain seperti Jepang, India,
dan Cina mereka membuktikan
penggunaan teknologi pembangkitan
nuklir yang sangat aman. Pencerdasan
atau pendidikan harus diberikan pada
masyarakat bahwa teknologi paling
tinggi dengan biaya paling rendah
adalah dengan menggunakan PLTN.
Oleh sebab itu teknologi PLTN saat ini
menjadi sebuah keharusan bagi
pemerintah Indonesia untuk dikuasai
dan dalam pencapaiannya harus
didukung penuh masyarakat. Dengan
demikian produksi listrik dapat jauh
lebih murah dibandingkan harga
produksi listrik saat ini.
Menurut saya (Achmad
Rilyadi), kenaikan harga listrik akan
dipaksakan pemerintah agar menga-

lami kenaikan setiap setengah tahun


sejak pertengahan tahun 2010. Yang
harus diingat untuk menarik para
investor dalam proses IPO adalah
dengan menaikkan harga TDL yang bisa
memancing minat mereka untuk
terlibat dalam proses divestasi
tersebut. Permasalahan liberalisasi
sektor kelistrikan telah diperkuat oleh
Undang-Undang No 30/2009 tentang
ketenagalistrikan yang pengelolaannya
dapat dikerjakan oleh selain PLN. Sejak
diberlakukan, undang-undang tersebut telah berhasil memancing minat
beberapa investor asing seperti
Amerika, Inggris, Perancis, Jepang dan
China dimana negara-negara tersebut
adalah penguasa 85% pasar tenaga
listrik diseluruh dunia. Semakin jelas
bahwa kenaikan tarif dasar listrik
bukanlah persoalan ketidakmampuan

termasuk seberapa besar subsidi yang


harus diberikan pemerintah pada

pembiayaan subsidi APBN, tetapi


kecenderungan pemerintah untuk
mengejar harga keekonomian listrik
dengan desakan dari investor asing.
Solusi menurut saya (Achmad Rilyadi),
yang seharusnya dilakukan pemerintah
pada sektor kelistrikan dalam upaya
mengembalikan kedaulatan ekonomi
di tangan rakyat dan tidak berpihak
pada investor asing maka ada beberapa
hal yang bisa dilakukan :
Melakukan audit pembiayaan sumber
tenaga listrik yang ada.
Melalui audit tersebut masyarakat
memiliki gambaran yang jelas tentang
harga keekonomian yang seharusnya,

NOVEMBER 2010

47

ULASAN

ULASAN

Kisruh Migas pasca UU Migas


No.22 Tahun 2001
Oleh : Ridwan Aldilah (Menteri Koordinator Kebijakan Publik Kabinet KM-ITB)
Ratna Nataliani (Deputi Kajian Bidang Energi Kabinet KM-ITB)

eberapa bulan terakhir, dunia


energi Indonesia terutama
yang berhubungan dengan
minyak dan gas, baik secara langsung
maupun tidak mengalami gejolak yang
tak menentu. Naiknya harga bahan
bakar minyak, tarif dasar listrik dan
berbagai produk migas terjadi secara
serentak di hampir seluruh penjuru
negeri. Hal ini terjadi akibat produksi
migas yang terus menurun secara
konsisten. Penurunan jumlah produksi
minyak bisa kita lihat dari perbandingan produksi minyak tahun 2002 yang
mencapai 1,25 juta barrel per tahun
hingga 2009 yang hanya 956 ribu barrel
per tahun. Produksi gas bumi nusantara yang menjadi kebanggaan Indonesia pun ikut terpengaruh dengan
pertumbuhannya yang menurun tajam
pada 2008-2009. Penurunan produksi
migas nasional terjadi karena beberapa
hal yaitu buruknya kegiatan hulu atau
kegiatan eksplorasi dan berakibat iklim
investasi Indonesia tak lagi menarik
bagi investor. Pasalnya, untuk
melakukan kegiatan eksplorasi dan
eksplotasi, para investor harus
melewati berbagai kerumitan panjangnya proses birokrasi. Pungutan resmi
seperti pajak maupun tidak resmi
(pungutan liar) oleh pemerintah
daerah setempat semakin menggerahkan investor bahkan ketika kegiatan
eksplorasi pun belum dimulai sama
sekali. Penurunan produksi migas juga
d i p e r p a ra h d e n g a n m i n i m n y a
partisipasi BUMN seperti Pertamina
dalam perannya sebagai Public Service
Obligation (PSO). Akibatnya selama ini
keuntungan negara dari sektor migas

48

NOVEMBER 2010

tidak merefleksikan adanya peningkatan kesejahteraan rakyat.


Ke ka ca u a n p e n ge l o l a a n
sektor energi migas ini bermula pada
perubahan regulasi yang mengatur
dunia energi migas Indonesia.
Peralihan regulasi dari UU No.8 tahun
1971 ke UU No.22 tahun 2001 (UU
Migas) sontak menggoyahkan ketahanan energi nasional. Ruh revisi undangundang yang akrab kita sebut UU Migas
ini mengindikasikan ketidakberpihakan
pemerintah pada pemenuhan energi
domestik. Akibatnya, kerugian negara

di sana-sini dan tidak sedikitpun respon


p e m e r i nta h d a l a m m e n a n ga n i
kerugian besar-besaran yang terjadi.
Keputusan-keputusan tidak logis atau
sebut saja "kebodohan" pemerintah
yang telah dilakukan antara lain
menjual gas dari blok Donggi Senoro
kepada Mitsubishi dan menjual gas
Tangguh di Papua kepada Cina dengan
harga yang tidak masuk akal yakni
$3.35/MMBTU ketika harga gas dunia
memiliki rata-rata $13/MMBTU.
Ironisnya perilaku pemerintah ini
menyebabkan Perusahaan Listrik

Negara (PLN) mengalami kekurangan


pasokan gas pada unit pembangkitnya
yang mengakibatkan pembangkitan
listrik yang seharusnya berharga Rp
400 / kWh menjadi Rp 1300 / kWh
karena menggunakan diesel dalam
pembangkitannya yang notabene
berharga lebih mahal.
Dasar pengelolaan energi di
Indonesia termaktub dalam konstitusi
negara Indonesia yaitu dalam Pasal 33
UUD 1945. Dalam pasal ini, ayat (2) dan
(3) secara berturut-turut berbunyi
Cabang-cabang produksi yang penting
bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh
negara dan Bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat. Frase 'cabangcabang produksi' dalam ayat (2)
menyatakan kegiatan hilir berada di
bawah kuasa pemerintah. Begitu pula
dengan kegiatan eksplorasi dan
eksploitasi yang tercermin pada frase
'bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung'. Ini artinya, pemerintah
bertanggungjawab secara penuh atas
keberlangsungan kegiatan pengelolaan
energi. Salah satu cerminan dari pasal
33 UUD tahun 1945 adalah UU No.8
tahun 1971 yang mengatur tata kelola
energi primer sektor migas.
Ketika UU No.8 tahun 1971
masih berlaku, Pertamina berperan
sebagai satu-satunya perusahaan
migas negara dan sebagai pemegang
kuasa bisnis (economic/business
rights). Sistem Production Sharing
Contract (PSC) yang diimplemetasikan

oleh Pertamina sejak tahun 1966


menjadi format kontrak yang paling
cocok digunakan di Indonesia. Di
bawah kendali Pertamina, para
investor mau bekerjasama dengan
Pertamina atas kontrak-kontrak kerja
yang telah disepakati. Pada saat itu,
pemenuhan kebutuhan energi Indonesia jauh lebih baik dibanding setelah
UU Migas diberlakukan. Dapat
dibandingkan ketika blok-blok operasi
migas masih dimiliki atau dikuasai oleh
Pertamina maka pemasukan sektor
migas kepada negara menjadi maksimal.
Berubahnya landasan hukum
tata kelola sumber energi primer sektor
migas dari UU No.8 tahun 1971
menjadi UU Migas merubah pula
secara keseluruhan nilai dan proses
ekenomi pada sektor migas di
Indonesia. Faktanya, latar belakang UU
Migas tidak berdasarkan UUD 1945
pasal 33 dan tidak disesuaikan dengan
realita Indonesia. Berlakunya UU Migas
merupakan bagian dari komitmen
Indonesia terhadap IMF untuk
mendapatkan paket pinjaman dana
sebesar $43 miliar ketika krisis tahun
1997/1998 terjadi. Restrukturisasi
ekonomi pada masa itu merujuk pada
liberalisasi pasar di sektor migas yang
mengakibatkan UU No.8 tahun 1971
harus diganti. Tarik-menarik pemegang
kuasa pertambangan menjadikan
penyelesaian pembahasan UU Migas
(1999-2001) lebih didasarkan pada
kompromi. Kuasa pertambangan tidak
dipegang oleh DESDM ataupun
Pertamina tetapi dipegang oleh badan
independen. Dapat disimpulkan bahwa
penggantian UU Pertamina menjadi
UU Migas berawal dari persengketaan
kepemilikan blok tempat produksi
migas, dengan kata lain ketika sektor
usaha hulu menjadi persengketaan
maka berimbas ke sektor usaha hilir.
Penerapan liberalisasi sektor migas
mengakhiri hak istimewa Pertamina
dalam penyediaan dan pendistribusian
BBM dan menjadikan UU Migas yang
diwarnai dengan beberapa pasal yang
mengedepankan pasar bebas.

Dampak dari penerapan UU


Migas adalah aset pertamina jauh

NOVEMBER 2010

49

AGENDA

ULASAN

Internasional
Judul Buku :
General Check-Up Kelistrikan Nasional
Penulis : Ali Herman Ibrahim
Penerbit : Mediaplus Network
Cetakan : Cetakan 1, November 2008
Hal : 208 hal
ISBN: 9789791889803

ejarah kelistrikan di Indonesia bahkan


sudah lebih tua dari umur republik kita.
Tercatat sejak jaman Belanda sudah ada
perusahaan listrik NV NIGM, perusahaan swasta
yang membangun dan mengoperasikan
pembangkit listrik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri. Sejak kemerdekaan, dilakukan
nasionalisasi dan diserahkelolakan ke
pemerintah Indonesia. Presiden
Sukarno, Presiden Republik Indonesia
pada saat itu menggabungkannya
menjadi Perusahaan Jawatan
Listrik dan Gas. Perkembangan
selanjutnya berubah menjadi
Badan Pimpinan Umum PLN
(BPU-PLN). Pada tahun 1965, di
ubah lagi dengan di pisah antara
Perusahaan Listrik Negara (PLN)
dan Perusahaan Gas Negara
(PGN), dengan status PLN sebagai
Perusahaan Umum (Perum). Dan
terakhir PLN berubah status menjadi
Perseroan Terbatas pada tahun 1994.
Buku ini memberikan gambaran tentang
kinerja PLN mulai dari sebelum krisis 1998,
sejak menjadi PT 1994. Kinerja PLN pada saat
itu adalah baik, dalam arti PLN mampu
menikmati keuntungan dan dapat mengimbangi
kenaikan permintaan listrik. Pada masa krisis,
karena beban operasional PLN melonjak dan tidak
sebanding dengan pendapatannya maka PLN

General Check-Up
Kelistrikan Nasional
mengalami kerugian. Krisis menyebabkan
melonjak nya biaya produksi dan juga hutang PLN
yang harus di bayar dalam dolar Amerika Serikat,
sementara pendapatan PLN adalah dalam rupiah.
Terangkum ada tiga permasalahan utama, seperti
yang di ungkap dalam buku ini, yaitu
pembengkakan biaya operasional, melambungnya nilai yang di dominasi mata uang asing
(terutama dolar Amerika Serikat) dan peningkatan biaya investasi pembangunan pembangkit
baru.
Di dalam buku ini digambarkan sebuah dilema
bahwa PLN harus mematok harga jual listriknya
sesuai dengan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang
ditetapkan pemerintah, namun ketika PLN harus
membeli bahan bakar untuk pembangkitnya
maka harus mengikuti tarif yang berlaku sesuai
harga pasar. Di samping itu PLN juga memiliki
masalah ketersediaan bahan bakar yang cukup
dan berkelanjutan dalam memasok pembangkit.
Tantangan lain adalah industri batu bara dalam
negeri lebih suka mengekspor batubaranya dari
pada dijual ke PLN.
Gambaran tentang buku ini secara ringkas
dituliskan oleh Dahlan Iskan dalam pengantarnya :
Ibarat hemat listrik, inilah buku yang tidak perlu
tebal tapi sudah memuat seluruh persoalan listrik
yang begitu rumit di Indonesia. Bahkan sudah
berikut jalan keluarnya
Prihatmaka, ST
Engineering & Construction for Combined Cycle
Power Plant 130 MW
PT. Bekasi Power

Ibarat hemat listrik, inilah buku yang


tidak perlu tebal tapi sudah memuat
seluruh persoalan listrik yang begitu rumit
di Indonesia. Bahkan sudah berikut jalan keluarnya

50

NOVEMBER 2010

Nasional
03 November
Seminar Nasional Energi 2010 (SNE2010),
Kampus UNPAD, Jatinangor
04, 09, 11 November
Sosialisasi Kebijakan dan Pemanfaatan BBN
Ditjen Migas KESDM, Padang, Surabaya.
05-07 November
Go Green Festival 2010,
Parkir Timur Senayan Jakarta.
19 November
Workshop Fuel Cell, Teknik Fisika,
Institut Teknologi Bandung
22-23 November
Geothermal Energy Asia,
Bali Indonesia

08-11 November, Third International


Symposium on Energy From Biomass and
Waste, Venice, Italia
09-10 November, The Solar Future,
Marseille, France
09-12 November, 5th Annual
International Concetrated Solar Thermal
Power Summit, Seville, Spain
22-24 November, 5th International
Renewable Energy Storage Conference
(IRES), Berlin, Jerman
22-23 November, International
Conference on Green Energy 2010, Kuala
Lumpur, Malaysia
23-24 November, 9th International
Biogas UK Conference, UK London
23-24 November, 3rd Annual Wind
Operations and Maitenance Conference,
Madrid, Spain
iklan

PT SCADA PRIMA CIPTA (SPC) is System Integrator and Application Development Company. SPC provide range of
Consultant in Automation and Software for Production System in Manufacture, Oil and Gas, and Others Field.

SPC Product and Service Package


1. FDC.NETTM, Field Data Capture
FDC .NET is Oil and Gas production data management
an reporting system that handles Automatic Data
Capture as well as Manual Data Entry.

2. PROMIATM, Probabilistic Management and Integrity


Assistant
PROMIA is a highly versatile software analysis tools
in risk, inspection, and asset integrity
management. Risk Based Inspection (RBI) uses
risk as a basis for prioritizing and managing an
Inspection program.

6. AFRASTM, Automation Failure Reporting and


Assessment System
Effective data analysis tools, to determine root cause
mechanisms and real-time failure trends for fast and
accurate decision-making.

7. AlarmSysTM, Alarm Management System


Alarm system is a crucial component in automatically
monitoring the plant condition and attracting the
attention of the process operator

8. EnSysTM, Energy Monitoring System


Energy Monitoring system comprises a complete set
of software and hardware package to visualize and
analyzes real time of energy consume by equipment.

3. SPLAMTM, Structure Progressive and Limitless Asset


Manager
Asset Integrity Database Management system that
provides full life of field inspection coverage. The SPLAM
provides all modules that designed for easy management
of both offshore and onshore (structures and pipelines)
inspections of assets.
4. KPI, Key Performance Indicators
With System Performance Monitoring tools, an
organization or company can define and help deliver
instant access to personalized views of key business
information that reflect the process efficiency in
delivering outcome.
5. Viper, Virtual Pervasive Metering System
Viper (Virtual Pervasive Metering) is used to estimate well
production based on the Inflow Performance Ratio (IPR)
generated from well test.

PT. SCADA PRIMA CIPTA


Address: Jl. Dipatikertabumi No.7
Bandung 40115 Jawa Barat - Indonesia

9. GPipeS, Gas Pipeline Management System


GPipeS is Oil and Gas pipeline data management
and reporting system that handles Automatic Data
Capture as well as Manual Data Entry

Website: www.scada.co.id
Email: marketing@scada.co.id
Telp/Fax : 022-4205050/022-4205074

Anda mungkin juga menyukai