PEMROSESAN FOTO RADIOGRAFI KEGAGALAN TEKNIK PENGAMBILAN RADIOGRAFIK Kesalahan dapat diakibatkan oleh operator yang kurang fokus dan menganggap mudah pembuatan radiogram terutama periapikal. Kurangnya pengetahuan dokter gigi dalam mengetahui apakah radiogram tersebut telah memenuhi syarat untuk dijadikan penunjang diagnosis juga dapat menyebabkan terjadi kesalahan (Margono, 1998). Kesalahan radiograf mungkin karena kesalahan teknis (kesalahan yang berhubungan dengan teknik pengambilan radiografi) atau kesalahan pengolahan (terkait dengan semua aspek pengolahan). Hal tersebut dapat terjadi sebagai akibat dari penanganan film yang tidak tepat, kecelakaan terkait dengan pengolahan film dan dari film yang cacat, juga bisa terjadi karena gerakan yang berlebihan dari tabung, kepala pasien atau film yang dapat mengakibatkan berbagai kecacatan radiografi yang tidak biasa (Serman, 2000). Jenis-Jenis Kegagalan Radiograf Klasifikasi kegagalan radiograf menurut Rushton & Homer (1994) dibagi berdasarkan aspek-aspek berikut: 1. Keberadaan bagian apeks gigi atau area yang dimaksudkan untuk didiagnosis tidak terlihat dalam gambar maupun tulang periapikal yang muncul hanya sepanjang kurang dari 3mm. 2. Gambar yang kabur dari apeks gigi ataupun area yang dimaksudkan untuk di diagnosis. 3. Adaanya cone cut dinilai sebagai kesalahan dimana cone memotong sebuah bagian dari gigi geligi. 4. Angulasi vertikal dari X-ray beam yang salah menyebabkan gambar yang memanjang atau memendek. Secara subyektif dikategorikan sebagai “ringan” dan “berat”, tidak dapat digunakan dalam klinis apabila masuk kategori “berat”. 5. Angulasi horizontal dari X-ray beam yang salah menyebabkan gambar gigi tumpang tindih (apabila dilihat dari mahkota maupun akar gigi). Film tidak dapat diterima ketika tumpang tindih mencapai setengah dimensi horizontal dari akar maupun mahkota. 6. Film yang melengkung menghasilkan gambar distorsi seperti gambar yang merenggang pada gigi yang akan didiagnosis, ditolak apabila gambar tidak dapat diandalkan untuk penggunaan klinis. 7. Anatomi yang terlalu keatas (Superimpose) dari daerah yang dimaksudkan. Apabila hingga mengkaburkan gambar apeks gigi atau daerah yang dimaksud, maka radiograf ditolak. 8. Tidak adanya mahkota gigi dalam radiograf, hilang secara keseluruhan maupun sebagian dari mahkota gigi. 9. Posisi film, yang ideal adalah ketika gigi yang dimaksud berada di tengah/pusat. Penyimpangan dari posisi yang ideal dinilai sebuah kegagalan, karena posisi yang buruk membuat hilangnya sebagian besar daerah yang dimaksudkan untuk didiagnosis. 10. Kesalahan akibat hal yang lain seperti gerakan dari pasien maupun alat radiografinya, film yang terbalik, dan adanya benda asing. Kesalahan – Kesalahan Teknis 1. Kesalahan Penempatan Film a. Apikal Terpotong Penempatan film tidak sampai apikal Gambaran Radiografik akar terpotong b. Oklusal Gigi terlihat miring/condong posisi film miring Gambaran Radiografik posisi dari bidang oklusal gigi miring/condong 2. Kesalahan Pengaturan Sudut a. Kesalahan pengaturan sudut terhadap bidang horisontal arah sinar x dengan proksimal gigi tidak tepat lurus Gambaran Radiografik kontak mesial/distal dari mahkota gigi yang tumpang tindih b. Kesalahan pengaturan sudut terhadap bidang Vertikal (1). Foreshortened sudut sinar x terlalu berlebih/tajam (terlalu ke apikal) Gambaran Radiografik panjang gigi yang tampak lebih pendek (2). Elongated sudut sinar x terlalu datar (terlalu ke oklusal)
Gambaran Radiografik panjang gigi yang tampak lebih panjang
3. Kesalahan Penempatan Cone Beam posisi cone beam tidak mengenai keseluruhan film Gambaran Radiografik terpotong (Cone-cut) 4. Kesalahan Teknik yang lain a. Film Creasing film terlipat Gambaran Radiografik garis radiolusen tipis pada film b. Film Bending film tertekan oleh tangan Gambaran Radiografik mengalami distorsi c. Phalangioma posisi jari pada waktu memegang film tidak tepat Gambaran Radiografik bentukan ruas jari pada film d. Double Exposure film mendapat pajanan sinar x lebih dari sekali Gambaran Radiografik bentukan struktur gigi dan jaringan sekitarnya yang tumpang tindih e. Movement Film, cone beam, atau pasien bergerak (goyang) Gambaran Radiografik kabur f. Reserved Film film terbalik Gambaran Radiografik bentukan pola dari lapisan pelindung (foil) film TEKNIK PEMROSESAN FILM Tahapan pengolahan film secara konvensional terdiri dari : 1. Developing ( Pembangkitan ) Pembangkitan merupakan langkah pertama dalam memproses film. Suatu larutan kimia yang dikenal sebagai larutan pengembang atau developer digunakan dalam proses pembangkitan. Tujuan dari developer atau pengembang adalah mengurangi paparan, energi Kristal perak halida kimia ke perak hitam metalik. Larutan pengembang ini melembutkan emulsi film selama proses ini a. Sifat dasar perubahan butir-butir perak halida di dalam emulsi yang telah mendapat penyinaran menjadi perak metalik atau perubahan dari bayangan laten menjadi bayangan tampak. Sementara butiran perak halida yang tidak mendapat penyinaran tidak akan terjadi perubahan. Perubahan menjadi perak metalik ini berperan dalam penghitaman bagian- bagian yang terkena cahaya sinar-X sesuai dengan intensitas cahaya yang diterima oleh film.Sedangkan yang tidak mendapat penyinaran akan tetap bening. Dari perubahan butiran perak halida inilah akan terbentuk bayangan laten pada film. b. Bayangan laten (latent image) Emulsi film radiografi terdiri dari ion perak positif dan ion bromida negative (AgBr) yang tersusun bersama di dalam kisi kristal (cristal lattice). Ketika film mendapatkan eksposi sinar-X maka cahaya akan berinteraksi dengan ion bromide yang menyebabkan terlepasnya ikatan elektron. Elektron ini akan bergerak dengan cepat kemudian akan tersimpan di daiam bintik kepekaan (sensitivity speck) sehingga bermuatan negatif. Kemudian bintik kepekaan ini akan menarik ion perak positif yang bergerak bebas untuk masuk ke dalamnya lalu menetralkan ion perak positif menjadi perak berwarna hitam atau perak metalik. Maka terjadilah bayangan laten yang gambarannya bersifat tidak tampak. c. Larutan developer terdiri dari:
1.bahan pelarut (solvent)
dipergunakan sebagai pelarut adalah air bersih yang tidak mengandung mineral. 2.Bahan pembangkit (developing agent). adalah bahan yang dapat mengubah perak halida menjadi perak metalik. Di dalam lembaran film, bahan pembangkit ini akan bereaksi dengan memberikan elektron kepada kristal perak bromida untuk menetralisir ion perak sehingga kristal perak halida yang tadinya telah terkena penyinaran menjadi perak metalik berwarna hitam, tanpa mempengaruhi kristal yang tidak terkena penyinaran. Bahan yang biasa digunakan adalah jenis benzena (C6H6). 3.Bahan pemercepat (accelerator). Bahan developer membutuhkan media alkali (basa) supaya emulsi pada film mudah membengkak dan mudah diterobos oleh bahan pembangkit (mudah diaktifkan). Bahan yang mengandung alkali ini disebut bahan pemercepat yang biasanya terdapat pada bahan seperti potasium karbonat (Na2CO3 / K2CO3) atau potasium hidroksida (NaOH / KOH) yang mempunyai sifat dapat larut dalam air. 4.Bahan penahan (restrainer). Berfungsi untuk mengendalikan aksi reduksi bahan pembangkit terhadap kristal yang tidak tereksposi, sehingga tidak terjadi kabut (fog) pada bayangan film. Bahan yang sering digunakan adalah kalium bromida. 5.Bahan penangkal (preservatif). berfungsi untuk mengontrol laju oksidasi bahan pembangkit. Bahan pembangkit mudah teroksidasi karena mengabsorbsi oksigen dari udara. Namun bahan penangkal ini tidak menghentikan sepenuhnya proses oksidasi, hanya mengurangi laju oksidasi dan meminimalkan efek yang ditimbulkannya. 6.Bahan-bahan tambahan. Selain dari bahan-bahan dasar, cairan pembangkit mengandung pula bahan-bahan tambahan seperti bahan penyangga (buffer) dan bahan pengeras (hardening agent). Fungsi dari bahan penyangga adalah untuk mempertahankan pH cairan sehingga aktivitas cairan pembangkit relatif konstan. Sedangkan fungsi dari bahan pengeras adalah untuk mengeraskan emulsi film yang diproses. 2. Rinsing (Pembilasan) Setelah proses pembangkitan, rendaman air digunakan untuk mencuci atau membilas film. Pembilasan digunakan untuk menghilangkan developer atau pengembang dari film dan memberhentikan proses pengembangan. Pada waktu film dipindahkan dari tangki cairan pembangkit, sejumlah cairan pembangkit akan terbawa pada permukaan film dan juga di dalam emulsi filmnya. 3. Fixing (Penetapan)
Setelah proses pembilasan, difiksasi. Suatu larutan kimia yang dikenal
sebagai fiksator digunakan dalam proses fiksasi. Tujuan dari fiksator adalah untuk menghilangkan Kristal perak halida yang tidak terpapar dan terkena energi emulsi film. Fiksator menguatkan emulsi film selama proses ini. Diperlukan untuk menetapkan dan membuat gambaran menjadi permanen dengan menghilangkan perak halida yang tidak terkena sinar- X. Tanpa mengubah gambaran perak metalik. Perak halida dihilangkan dengan cara mengubahnya menjadi perak komplek. Senyawa tersebut bersifat larut dalam air kemudian selanjutnya akan dihilangkan pada tahap pencucian. Tujuan dari tahap penetapan ini adalah untuk menghentikan aksi lanjutan yang dilakukan oleh cairan pembangkit yang terserap oleh emulsi film. Pada proses ini juga diperlukan adanya pengerasan untuk memberikan perlindungan terhadap kerusakan dan untuk mengendalikan akibat penyerapan uap air. 4. Washing (Pencucian)
Setelah film menjalani proses penetapan maka akan
terbentuk perak komplek dan garam. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan tersebut dalam air. Tahap ini sebaiknya dilakukan dengan air mengalir agar dan air yang digunakan selalu dalam keadaan bersih. 5. Drying (Pengeringan) Merupakan tahap akhir dari siklus pengolahan film. Tujuan pengeringan adalah untuk menghilangkan air yang ada pada emulsi. Hasil akhir dari proses pengolahan film adalah emulsi yang tidak rusak, bebas dari partikel debu, endapan kristal, noda, dan artefak. Cara yang paling umum digunakan untuk melakukan pengeringan adalah dengan udara. Ada tiga faktor penting yang mempengaruhinya, yaitu suhu udara, kelembaban udara, dan aliran udara yang melewati emulsi. KEGAGALAN PEMROSESAN FILM 1. Kesalahan waktu dan temperatur a. Underdeveloped Film prosesing singkat dalam developer, temperatur developer rendah Gambaran Radiografik sangat terang b. Overdeveloped Film prosesing lama dalam developer, temperatur developer tinggi Gambaran Radiografik sangat gelap c. Reticulation of Emultion perbedaan suhu drastis antara developer dengan air (pencuci) Gambaran Radiografik pecah-pecah (seperti kaca retak) 2.Kontaminasi dari larutan pemrosesan a. Developer Spots developer kontak dengan film sebelum prosesing Gambaran Radiografik bercak hitam b. Fixer Spots fixir kontak dengan film sebelum prosesing Gambaran Radiografik bercak terang c. Yellow-Brown Stains kekuatan fixir atau developer lemah Gambaran Radiografik kuning kecoklatan 3. Kesalahan Penanganan Film a. Developer Cut-off developer tidak mengenai keseluruhan film pada waktu prosesing Gambaran Radiografik terpotong dengan gambaran terang 3. Kesalahan Penanganan Film b. Fixer Cut-off fixir tidak mengenai keseluruhan film pada waktu prosesing Gambaran Radiografik terpotong dengan gambaran gelap c. Overlapped Film film tumpang tindih waktu prosesing Gambaran Radiografik daerah yang lebih gelap atau terang pada sebagian film d. Fingerprint Artefak film tersentuh jari yang terkontaminasi developer Gambaran Radiografik sidik jari pada film e. Scratched Film lapisan film terkelupas oleh benda tajam (kuku,klip) Gambaran Radiografik goresan terang pada film 4.Kesalahan Pengaturan Cahaya dalam Ruang Gelap a. Light Leak sebagian film terkena sinar UV/neon Gambaran Radiografik tampak gelap pada bagian yang terkena sinar UV b. Fogged Film film kadaluarsa, larutan prosesing terkontaminasi Gambaran Radiografik berkabut/keabuabuan dan kurang kontras KEGAGALAN SEBELUM PEMROSESAN FILM 1.
Timbulnya kabut dapat disebabkan oleh masuknya sinar
putih dalam kamar gelap atau kesalahan unit dalam pemrosesan cahaya pengaman, waktu pencucian yang terlalu lama, pada kondisi penyimpanan yang buruk lembab atau panas, penggunaan film kadaluwarsa, film yang tidak dilindungi terhadap sinar X sebelum pemaparan seperti diatas. KEGAGALAN SEBELUM PEMROSESAN FILM 2.
Bekas teraan jari yang disebabkan oleh kurang
sempurnanya pengeringan tangan sebelum membuka film KEGAGALAN SEBELUM PEMROSESAN FILM 3.
Bekas kuku jari yang disebabkan karena pasien
memegang film, operator dan teknisi kamar gelap menekuk film waktu membuka paket (Mason, 2014). DAFTAR PUSTAKA Margono, G. 1998. Radiografi Intra-Oral, Teknik, Prosesing, Interpretasi Radiogram. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC