Dibuat dengan melarutkan sodium thiosulfat bubuk dalam air, namun dapat juga dengan
mencampurkan sodium thiosulfat cair dengan air. Efek yang terjadi pada saat berhadapan
langsung dengan zat ini adalah rasa tajam di belakang mulut.
AMONIUM THIOSULFAT
Fixing agen lain yang digunakan adalah Amonuim thiosulfat ((NH 4)2S2O3), umumnya zat
ini digunakan dalam bentuk cairan pekat. Reaksi antara amonium thiosulfat dengan perak
halida adalah :
(NH4)2S2O3) + AgBr --> (NH4)3Ag(S2O3)2 + (NH4)Br
amonium thiosulfat + perak halida ---> amonium sulfat dari asam mono argento +
amonium
bromida
Hasil reaksinya sama dengan reaksi antara sodium thiosulfat dengan perak halida, yaitu
senyawa kopleks yang dapat larut dalam air. Jika dibandingkan dengan senyawa kompleks
yang di bentuk oleh amomium kurang stabil daripada yang senyawa kompleks yang dibentuk
oleh natrium. Hal ini akan mempengaruhi hasil pencucian film, apabila film tidak cukup
mengalami pembilasan maka akan menimbulkan noda dan akan cepat rusak. Namun dalam
proses Rapid Fixer senyawa amonium lebih banyak digunakan, karena reaksinya
cenderung lebih cepat jika dibandingkan dengan senyawa natrium.
2.
H2SO4 + Na2S2O3
H2S2O3
-->
-->
Na2SO4 + H2S2O3
H2SO3
+ S (mengendap)
Stabilizer adalah bahan yang digunakan untuk mencegah mengendapnya unsur S. biasanya
digunakan sulfit, bisulfit atau metasulfit. Apabila menggunakan asam cuka (CH3COOH)
maka preservativenya adalah natrium sulfit (Na2SO3).
c. Buffer
Buffer memiliki fungsi untuk menjaga kestabilan pH dari larutan fixer dikisaran 4,0-5,0.
Perubahan pH ini disebabkan karena ikut terbawanya larutan developer yang bersifat basa,
sehingga menaikan pH larutan fixer. Larutan buffer yang umunya digunakan adalah
pasangan asam asetat (CH3COOH) dan natrium asetat (CH3COONa) atau natrium sulfite
(Na2SO3) dan natrium bisulfit.
3. Hardener
Lapisan emulsi akan mengalami pembengkakan selama processing, hal ini dikarenakan film
menyerap uap air. Pembengkakan ini akan terlihat jelas pada proses rinsing dan washing,
sebenarnya pembengkakan telah terjadi sejak film memasuki proses developing dan fixing,
akan tetapi karena larutan yang digunakan pada proses developing dan fixing memiliki
konsentrasi garam yang tinggi maka pengembangan yang terjadi pada film hanya sedikit dan
tidak terlihat jelas.
Peranan dari proses hardener yaitu :
a. suhu pada processing dapat lebih tinggi (terutama pada proses otomatis).
b. emulsi (gelatin) menyerap air lebih sedikit, sehingga akan lebih cepat kering.
c. film tidak mudah mudah rusak akibat tekanan, goresan dan gangguan fisik lainya.
Bahan hardener yang digunakan adalah :
a. Chrome potassium alum (K2SO4Cr2(SO4)24 H2O)
b. Potassium alum (K2SO4Al2(SO4)324 H2O)
c. Aluminium klorida (Al2Cl)
4. Solvent
Solvent yaitu bahan pelarut, bahan pelarut yang digunakan adalah air bersih.
5. Bahan tambahan lain
Bahan tambahan lain yang diberikan misalnya adalah bahan anti endapan. Endapan ini akan
terjadi apabila pH larutan fixer terlalu tinggi.
C) Nilai pH larutan fixer yang ideal
Agar dapat bekerja untuk proses penyamakan film dan mencegah terjadinya endapan lumpur
yang akan mengganggu keaktifan dari larutan fixer diperlukan kadar keasaman (pH) yang
stabil dan berkisar antara 4,0-5,0. Untuk menjaga pada tingkat yang tetap diperlukan asam
asetat (CH3COOH) dan natrium asetat (CH3COONa) yang berfungsi sebagai buffer.
D) Clearing time dan fixing time
1. Terminologi clearing time dan fixing time.
Tahap pertama dalam proses penetapan film adalah proses pembeningan. Proses yang terjadi
mulanya merupakan daerah berwarna kuning susu pada gambaran, kemudian gambaran dari
perak hitam metalik (hasil pembangkitan) akan tampak pada dasar transparan yang bening
dan bukan pada latar belakang kuning opak. Waktu yang digunakan dalam proses
pembeningan tersebut disebut dengan waktu pembeningan (clearing time), sedangkan waktu
yang digunakan untuk seluruh proses penetapan (3 tahap) dikenal dengan waktu penetapan
(fixing time). Pada umumnya fixing time sama dengan 2x lama clearing time, meskipun
demikian akan lebih baik jika waktu fixing time lebih lama yaitu sekitar 10 menit.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Untuk itu diperlukan penambahan kembali larutan fixer yang masih segar untuk menjaga
volume serta keaktifan larutan fixer. Penambahan larutan fixer yang masih segar ini diberi
nama dengan replenisher.
H) Faktor-faktor penentu lemahnya larutan fixer
Larutan fixer akan melemah akibat beberapa faktor yaitu :
1. Terjadinya komponen-komponen perak mengandap dalam bentuk NaAg(S2O3)2
2. Terjadinya komponen bromida dalam bentuk NaBr.
3. Adanya air yang terebawa oleh film dari tahapan sebelumnya (rinsing, pada proses
manual)
4. Adanya sisa developer yang terbawa film karena kurang berh pada saat melalui tahap
rinsing.
5. Berkuranganya bahan-bahan aktif dengan adanya reaksi melarutkan AgBr yang tidak
tereksposi.
I)