Anda di halaman 1dari 19

RKG

Radiologi Panoramik

Pembimbing :
drg. Diah Indriastuti, Sp, RKG (K)
Wisnu Riyadi
G4B019020
PRINSIP ASEPSIS
1. Bagian tubuh yang cedera tidak terbuka lama
2. Tindakan cuci tangan
3. Penggunaan sarung tangan steril
4. Penggunaan apron sekali pakai
5. Penggunaan cairan dan instrumen yang sterill
6. Memastkan alat atau instrumen yang tidak steril tidak
diletakkan pada daerah steril
7. Tidak menggunakan dua kali bahan yang sekali pakai
8. Melakukan prosedur pada tempat yang tidak ramai

Asepsis Asepsis
Medis Beda
Komunikasi adalah pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti dan saling percaya.
Informasi adalaha suatu hal pemberitahuan atau pesan yang diberikan kepada seseorang atau kepada orang lain sesuai
dengan kebutuhannya, sedangkan edukasi merupakan suatu rangkaian keguatan yang dilaksanakan secara sistematis
terencana dan terarah dengan partisipasi aktif dari individu kelompok maupun masyarakat umum

Jelas

Prinsip KIE Benar


Lengkap

Singkat atau Sopan


sederhana
Prinsip Proteksi Radiografi
Menurut
ICRP
International Commission on Radiological Protection

Justifikasi Pemasangan Retainer

Prinsip ini bertujuan untuk mengidentifikasi situasi dimana Nilai batas dosis (NBD) adalah dosis terbesar yang diizinkan yang dapat
paparan diagnostik memberi manfaat kepada pasien lebih diterima oleh pekerja radiasi dan anggota masyarakat dalam jangka
besar daripada risiko bahaya yang akan diterima. waktu tertentu tanpa menimbulkan efek omatic dan omatic yang berarti
akibat pemanfaatan tenaga nuklir

Optimasi
Dokter gigi harus menggunakan segala cara
untuk mengurangi papran yang tidak perlu
kepada pasien, dengan prinsip ALARA (as low
as reasonably achievable)
Menggunakan
pelindung
Menjaga jarak
(Shielding)
1. Apron
2. Pelindung Gonad
3. Pelindung Tiroid
4. Sarung Tangan
5. Kacamata
Prinsip
Proteksi

Mempersingkat
waktu paparan
Radiografi Panoramik
Radiografi panoramik merupakan suatu jenis radiografi ekstraoral yang mencakup maksila,
mandibula dan struktur jaringan pendukung seperti antrum maksila, fossa naslais, TMJ,
prosessus kondilaris, prosessus coronoid dalam satu film (White dan Pharoah, 2014). Radiografi
panoramik merupakan pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan unutk mendiagnosisi suatu
kasus, seperti fraktur rahang, evaluasi kesimetrisan TMJ, maupun kedalaman karies. Radiografi
panoramik dapat digunakan sebelum dilakukan perawatan untuk melihat bentuk akar pada
seluruh gigi dan lesi periodontal.
Kerugian radiografi panoramik, yaitu:
Keuntungan dari radiografi panoramik, yaitu: 1. Bayangan jaringan lunak dan udara dapat menimpa
1. Gambar dihasilkan akurat secara geometris dengan perbasaran yang kecil struktur jaringan keras yang diperlukan.
2. Mahkota gigi terlihat dengan baik sehingga dapat medeteksi keberadaan 2. Teknik ini tidak cocok untuk anak-anak berusia di
karies bawah 5 tahun atau pada pasien cacat karena
3. Radiograf memungkina dihasilkan pada waktu yang singkat. panjangnya siklus paparan
4. Posisi relatif dapat dipertahankan antara film, gigi, dan X-ray beam.
5. Menghasilkan gambar dengan distorsi dimensi minimal
6. Meminimalkan gambar dengan distorsi dimensi minimal
7. Meminimalkan superimposisi struktur yang berdekatan
8. Sumbu panjang gigi dan mekam bidang reseptor gambar dapat secara visual
terletak sehingga lebih mudah untuk mengarahkan sinar-x yang tepat
Radiografi Panoramik
Indikasi dari radiografi panoramik, yaitu:
1. Penilaian pertumbuhan dan perkembangan anak – anak dan remaja untuk
melihat saat periode gigi bercampur dan mengevaluasi molar tiga.
2. Sebagai pilihan survey gigi dewasa atau endentulus sebagian.
3. Sebagai pemeriksaan pasien yang edentulous.
4. Sebagai pemeriksaan tulang wajah setelah tulang wajah.
5. Evaluasi besarnya lesi tulang

Kontraindikasi radiografi panoramik, yaitu:


1. Untuk menentukan panjang akar gigi.
2. Untuk menilai kondisi kondilus.
3. Untuk mendeteksi karies pada bagian oklusal , palatal dan lingual
Radiografi Panoramik
Radiografi digital Radiografi konvensional
Diproses oleh alat digital Diproses dengan alat kimia
Proses lebih cepat Proses lebih lama
Biaya lebih mahal Biaya lebih murah
Radiasi lebih rendah Radiasi lebih tinggi
Radiograf tampak lebih detil Radiograf tampak kurang detil
Tidak perlu pengulangan foto jika hailnya kurang baik Dilakukan pengulangan foto jika hasilnya tidak maksimal
karena radiografi digital mempunyai kemampuan untuk
memanipulasi gambar
Radiografi Panoramik

Film dan X–ray tubehead bergerak mengelilingi pasien. X–ray tubehead berotasi mengelilingi kepala pasien dengan
satu arah ketika film berotasi pada arah berlawanan. Celah sempit pada tabung mengeluarkan sinar yang menembus
dagu pasien mengenai film yang berputar berturut – turut pada tiga sumbu rotasi, satu bumbu konsentris untuk region
anterior pada rahangnya. Dan dua sumbu rotasi eksentris untuk bagian samping rahang. Pergerakan dari film dan
tubehead menghasilkan gambar dari sebuah proses disebut tomography
Processing film
Fungsi utama developer adalah mengubah kristal silver halide yang telah terpapar sinar-X
menjadi butiran bromida dan silver metalik.. Proses developing dilakukan dengan cara Developing
memasukkan dan menggoncangkan film dalam larutan developer selama 5-10 detik,
sampai terbentuk bayangan putih (Langland dkk., 2002).

Rinsing merupakan tahap yang penting untuk menghentikan developing dengan cara
membersihkan sisa-sisa developer menggunakan air mengalir. Proses ini membutuhkan
waktu sekitar 20 detik dengan air yang mengalir daan tahap ini tetap harus dilakukan
Rinsing
dalam ruang gelap di bawah safelight

Proses fixing dilakukan dengan cara memasukkan film dalam larutan fixer selama 10
menit, dan menggoncangkan film setiap 5-30 detik untuk mencegah terbentuknya
gelembung udara, sampai terbentuk bayangan gigi dan jaringan sekitarnya (Langland
Fixing
dkk., 2002).

Washing merupakan proses mencuci flilm menggunakan air mengalir sampai bau asam
dari larutan fixer menghilang. Tujuan dilakukan pencucpan untuk menghilangkan sisa-sisa Washing
larutan fixer

Drying merupakan tahap akhir dari prosesing film. Film dikeringkan dalam suhu ruang
menggunakan dryer dalam heated drying cabinet. Film harus benar-benar dalam kondisi
kering sebelum dipegang (Langland dkk., 2002).
Drying
Prinsip evaluasi mutu
Terdapat beberapa tingkat kualitas foto rontgen diantaranya
yaitu;
1. Skor 1 (excellent) : kualitas gambar sangat baik tanpa
kesalahan
2. Skor 2 (diagnostically acceptable) : kualitas gambar
cukup baik dan masih bisa diinterpretasi dengan adanya
kesalahan yang minimal
3. Skor 3 (unacceptable) : kualitas gambar buruk dan tidak
dapat diinterpretasi dengan baik

LENGKAP KONTRAS DENSITAS KETAJAMAN DETAIL

DISTORSI RESOLUSI BRIGHNESS


Prinsip evaluasi mutu
Terdapat beberapa tingkat kualitas foto rontgen diantaranya
yaitu;
1. Skor 1 (excellent) : kualitas gambar sangat baik tanpa
kesalahan
2. Skor 2 (diagnostically acceptable) : kualitas gambar
cukup baik dan masih bisa diinterpretasi dengan adanya
kesalahan yang minimal
3. Skor 3 (unacceptable) : kualitas gambar buruk dan tidak
dapat diinterpretasi dengan baik

LENGKAP KONTRAS DENSITAS KETAJAMAN DETAIL

DISTORSI RESOLUSI BRIGHNESS


Prinsip Interpretasi
Menurut Supriyadi (2012), interpretasi radiografi kedokteran gigi secara umum hendaknya memperhatikan
prinsip sebagai berikut;
1. Interpretasi dilakukan pada gambaran radiografi dengan karateristik gambar (detail, kontras dan
density) yang baik.
2. Gambaran radiografi harus memberikan penilaian yang adekuat terhadap area yang terlibat.
3. Diperlukan adanya pemeriksaan pembanding, baik secara kontralateral dan angulasi untuk
mengetahui perbedaan gambaran normal maupun patologis serta mengidentifikasi lokasi
4. Pengamatan radiografi harus dilakukan dalam keadaan optimum viewing condition (view screen harus
terang, ruangan agak gelap, suasana tenang, area sekitar radiografi tertutupi oleh cahaya dari luar,
menggunakan kaca pembesar dan film harus dalam keadaan kering).
5. Pengamat atau dokter gigi harus memahami seluruh gambaran radiografi pada keadaan struktur gigi
yang normal, memahmi tentang dasar dan keterbatasan radiografi gigi serta memahami tentang teknik
atau proses radiografi.
6. Pemeriksaan radiografi dilakukan dengan mengikuti systematic procedure
Prinsip Interpretasi Radiografi Panoramik
Prinsip Radiografi Panoramik
1. Tuberkel artikularis
2. Os. Zygoma
3. Prosesus Zygomaticus pada maksilla
4. Fissura Pterygomaksillaris
5. Dasar Orbita
6. Sisi anterior concha inferior
7. Nasal septum
8. Anterior nasal spine (ANS)
9. Dasar sinus maksilla
10. 28 pre-eruptive
11. Lubang telinga
12. Vertical vertebral body
Prinsip Radiografi Panoramik
1. Condyl
2. Leher condyl
3. Prosesus coronoideus
4. Ghost image
5. Kanalis mandibula
6. Internal border mandibul
7. Vertebra servikal
8. Foramen mentalis
9. Fossa submandibula (gland. Saliva lingual)
10. Angulus mandibula
11. Linea oblique eksterna
12. Sigmoid notch
Prinsip Radiografi Panoramik
1. Schmorl’s node (pada vertebra)
2. Vertebra servikal
3. Lubang telinga
4. Palatum mole dan uvula
5. Palatum durum
6. Orbita
7. Dasar nasofaring (atap pal. mole)
8. Posterior lidah
9. Dinding posterior faring
10. Os. Hyoid
DAFTAR PUSTAKA
Andria, G., Attivissimo, F., Lanzolla, A. M. L., Guglielmi, G., Francavilla, M., 2014, Quality Assessment in Radiographic Images 3rd edition, IMEKO TC13
Symp Meas Biol Med.

Dartini, Muniaarti, E., Indrati, R., 2013, Analisis Penggunaan Computed Radiography (CR) terhadap Upaya Keselamatan Pasien pada Pemeriksaan
Radiografi di Rumah Sakit, Jurnal Riset Kesehatan, 2(2):1-8.

Rasad, S., Kartoleksono, S., Uda, I.E., 1990, Radiologi Diagnostik, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Supriyadi, 2012, Pedoman Interpretasi Radiograf Lesi-Lesi di Rongga Mulut, Stomatognatic Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Jember, 9(3):134-139.

Whaites, E., 2009, Radiography and Radiology for Dental Care Professionals, Churchill Livingstone Elsevier, London.

Whaites, E., Drage, N., 2013, Essentials of Dental Radiography and Radiology, Edisi 5, Churchill Livingstone Elsevier, London.

Woroprobosari, N. R., 2016, Efek Stokastik Radiasi Sinar-X Dental pada Ibu Hamil dan Janin, ODONTO Dental Journal, 3(1).

Yunus, B., Tenriyara, A. S., 2020, Tingkat Kepatuhan Mahasiswa Profesi dalam Proteksi Diri terhadap Paparan Radiasi, Makassar Dental Journal,
9(1):39-43.

18
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai