Anda di halaman 1dari 10

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sinar X dan Penggunaaanya Dalam Radiologi Dentomaksilofasial Secara Umum


Sinar X merupakan seberkas energi yang mempunyai kekuatan sehingga dapat
menembus zat dan akan merekam bayangan yang terbentuk pada reseptor seperti film
fotografi atau sensor digital. Sejarah adanya radiografi gigi dimulai dengan
ditemukannya sinar X (Lancunni dan Howerton, hal 2). Sinar x dalam bidang
radilogi dentomaksilofasial berguna untuk menunjukan gambaran anatomi patologi
yang tidak dapat dijangkau secara klinis. ( (Lancunni dan Howerton, 2012; hayati
dkk,2018)

B. RADIOGRAFI INTRAORAL
Radiografi intraoral merupakan teknik pengambilan gambar gigi geligi dan
jaringan yang ada disekitarnya dengan film yang diletakkan di dalam rongga mulut
pasien. Terdapat 3 jenis radiografi intraoral yaitu radiografi periapikal, radiografi
bitewing, dan radiografi oklusal (Anggara dkk, 2018).
Radiografi intraoral periapikal memiliki dua teknik, yaitu teknik periapikal
bisektris dan teknik periapikal parallel. Pada teknik periapikal bisektris, sinar X tegak
lurus dengan bidang bisekteris atau sudut yang membagi antara film dan sumbu
Panjang gigi dengan sama besar. Sedangkan, pada teknik periapikal paralel, dimana
sinar X tegak lurus pada film dan film sejajar dengan sumbu panjang gigi
(Damayanti, 2019).

C. PROCESSING
Processing merupakan suatu proses yang digunakan untuk menggambarkan
urutan peristiwa yang nantinya digunakan untuk mengubah gambar laten atau gambar
yang tidak terlihat menjadi gambaran hitam putih yang terlhat. Tahap processing yang
pertama yaitu Development, di tahap development,t silver kristal halide yang peka
dalam emulsi akan berubah menjadi perak metalik sehingga akan menghasilkan
tampilan abu-abu pada film. Tahap selanjunya yaitu Rinsing, ditahap ini film dicuci
dengan air mengalir dengan tujuan untuk menghilangkan residu dari larutan
developer. Setelah rinsing, film dimasukkan ke dalam larutan fixer yang berguna
untuk menghilangkan kristal halide yang tidak terpapar sinar x sehingga terbentuk
gambaran transparan atau terbentu bagian putih pada film. Tahap ini dinamakan
fixation dan tahap selanjutnya yaitu washing, washing dilakukan dengan mencucui
film dibawah air mengalir dengan tujuan untuk menghilngkan larutan fixer. Tahap
terakhir yaitu drying, pada tahap ini film dikeringkan dengan menggunkan dryer
(withners dan derge 2013. Hal 45-46).

D. QA dan kesalahan yang dapat terjadi


QA ( ) merupakan serangkaian prosedur yang dilakukan untuk memastikan bahwa
prosedur dilakukan dengan optimal dan konsisten dari setiap komponen dalam urutan
pencitraan White, S. C. & Pharoah, M. J., 2014 hal 100.
Kriteria yang digunakan untuk menilai kualitas dari radiograf (Quality
Assurance) yaitu
a. Kelengkapan Objek
Kemampuan radiograf dalam merekam gambar dari keseluruna objek dan
daerah sekitarnya
b. Kontras
Kontras merupakan perbedaan derajat kehitaman pada radiograf.
Radiograf dikatakan berkualitas baik jika memiliki kontras yang cukup
diantara tinggi dan rendah
c. Ketajaman
Ketajaman MERUPAKAN SEBERAPA BAIK RADIOGRFA
menghasilkaan garis batas luar yang jelas
E. Detail
Detail merupakan kemmapuan radiograf sLm menggambarkan detail terkecil dari
objek

f. Distorsi

ada tidaknya perubahan ukuran pada radiograf yang tidak sesuai objek aslinya seperti
elongasi atau forshi

g. overlopping :
d. Kontras
.Ramadhan dkk, 2020
e. Ketajamanan
Ketajaman yang dimaskut dalam hal ini adalah kemampuan sinar X untuk
menghasilkaan garis batas luar yang jelas (Ramadhan dkk, 2020).
f. Detail
Detail dalam radiograf merupakan kemampuan radiograf dalam
menampilkan perbedaan dari setiap bagian antomi. Kriteria detail pada
radiograf dapat dikatakan berkualitas baik jika detail objek besar atau kecil
yang hasilkan dapat diamati dengan baik dan jelas (Ramadhan dkk, 2020).
g. Distorsi
Gambar radiograf yang terdistrosi tidak memiliki bentuk dan ukuran yang
sama dengan objek.

Ramadhan, A.Z., Sitam, S., Azhari, A. and Epsilawati, L., 2020 hal 44-47

KESALAHAN YANG MUNCUL (withners dan derge, hal 210)


1. Film terlalu gelap
Pada Film atau radiograf yang terlalu gelap bisa disebabkan karena overexposeure
yang terjadi karena peralatan sinar X rusak atau karena pemilihan waktu
ekspouser yang salag dan overdevelopment karena larutan developer terlalu panas
dan terllalu lama dalam larutan developer.(withners dan derge, hal 210)
2. Film yang terlalu pucat atau terang
Hasil Film atau radiograf yang terlalu terang terjadi karena underexposeure tbisa
terjadi disebabkan peralatan sinar X rusak atau karena pemilihan waktu ekspouser
yang salag dan underdevelopment karena kurang lama memasukan film dalam
larutan developer, larutan developer terlalu dingin dan encer, larutan developer
kurang atau habis, dan karutan developer terkontaminasi laurutan fixer . (withners
dan derge, hal 210)
3. Film dengan kontras yang rendah
Hal ini terjadi karena underdevelopment, Overdevelopment, larutan developer
terkontaminasi oleh fixer, Waktu fiksasi yang tidak memadai, dan Larutan fixer
habis (withners dan derge, hal 210)
4. Film dengan gambar yang tidak tajam atau buram
Hal ini bisa terjadi karena pergerakan pasien selama pemaparan karena
overekspousur (withners dan derge, hal 210)
5. Adanya tanda pada film atau Artefak
Hal ini bisa terjadi karena paket film ditekuk oleh operato, kesalahan saat
prossesing pasien menggigit film terllau kuat. (withners dan derge, hal 210)

Dapus
Rahman, F.U.A., Nurrachman, A.S., Astuti, E.R. and Epsilawati, L., 2020.
Paradigma baru konsep proteksi radiasi di bidang radiologi kedokteran gigi: ALARA
menjadi ALADAIP. Jurnal Radiologi Dentomaksilofasial Indonesia, 4(2), pp.27-34.

Anggara, A., Iswani, R. and Darmawangsa, D., 2018. Perubahan sudut


penyinaran vertikal pada bisecting tecnique radiography terhadap keakuratan dimensi
panjang gigi premolar satu atas. B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas
Baiturrahmah, 5(1) : 1-8.
Ramadhan, A.Z., Sitam, S., Azhari, A. and Epsilawati, L., 2020. Gambaran
kualitas dan mutu radiograf. Jurnal Radiologi Dentomaksilofasial Indonesia (JRDI),
3(3) : 43-48.
Permatahati, A., Noorianingsih, R dan Pramanik, F, 2019, Kualitas Radiograf
Periapical dengan Teknik Bisetti, Padjajaran J Dent Rest student, 5(2): 82-86
Hayati, K., Novita, C.F. and Zuliati, R., 2018. TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL
TENTANG EFEK RADIASI SINAR-X DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI PADA SAAT
KEHAMILAN (STUDI DILAKUKAN DI PRAKTEK BIDAN SWASTA DESA SUKA DAMAI
KECAMATAN LUENG BATA BANDA ACEH). Journal of Syiah Kuala Dentistry Society, 3(2),
pp.51-58.
Damayanti, M.A., Firman, R.N. dan Sitam, S., 2020. Teknik “Clark’s Rule” dalam
bidang Kedokteran Gigi. Jurnal Radiologi Dentomaksilofasial Indonesia (JRDI), 3(3) : 13-16.

BAB 2

Radiologi intraoral peripikal


Nama pasien : Nimal mafaza
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat :
Element gigi : gigi 11
Indikasi : Pemeriksaan pasca trauma
BAB 3
CARA KERJA
A. Radiografi Intraoral periapikal teknik bisecting angle.
1. Mencuci tangan, menggunakan sarung tangan, dan APD lengkap
2. Meminta pasien untuk berkumur
3. Meminta pasien duduk dengan posisi bidang oklusal sejajar dengan lantai dan
bidang sagittal tegak lulur dengan lantai
4. Membuat garis bantu sebagai titik penetrasi pada peletakkan konus
5. Mengintrusikan pasien untuk memakai apron pb dengan baik
6. Ambil film intraoral dan amati bagian dot serta dimple
7. Meminta pasien untuk membuka mulut dan meletakkan film dengan dot
meghadap sinar X. Film diletakkan pada posisi vertikal untuk gigi anterior dan
horizontal untuk gigi posterior.
GAMBAR POSISI FILM
8. Intruksikan pasien untuk fiksasi film dengan menggunkan ibu jari untuk gigi
anterior dan untuk fiksasi gigi posterior dengan jari telunjuk yang berlawanan
dengan regio gigi yang diperiksa.
9. Pastikan gigi yang akan diperiksa berada di tengah dan jarak film dengan oklusal
plane 2-3 mm.Meminta pasien untuk tidak menekuk film .

10. Letakkan konus sesuai dengan angulasi vertikal dan angulasi horizontal. Arahkan
konus sesuai dengan titik penetrasi pada gigi yang akan diperiksa.

11. Instruksikan pasien untuk tidak bergerak dan meminta pasien bernafas lewat
hidung dengan tujuan untuk mencegah terjadinya muntah
12. Operator keluar ruangan radiografi dan menutup pintu dengan rapat
13. Atur panel kontrol sesuai dengan regio gigi
14. Setelah pemapran operator masuk kedalam ruangan radiografi, mengambil tisu
dan menginta pasien untuk meletakkan film di tisu.
15. Menyemprot film dengan alcohol 70%, membuaka film di dalam kamar gelap,
dan lakukan processing.
B. GAMBAR FIKSASI PASIEN DAN ANGULASI KONUS GIGI ANTERIOR
DAN RAHANG BAWAH
C. PROCESSING
1. Operator mengganti sarung tangan
2. Operator masuk Kamar gelap, menutup pintu dan menyalakan safelight.
3. membuka Film Menggunakan tangan kanan don film diipegang tangan kirl,
tarik lidah film dan sisikan masing-masing bungkus ke arah kanan pada bagian
kanan dan ke sisi kiri pada bagian kiri, uraikan. Tarik dan jepit film dengan
menggunakan penjepit film pada bagian doy.
4. Masukkan film pada larutan developer selama 5-10 detik dengan digoyangkan
secara perlahan.
5. Jika sudah terbentuk bayangan putih angkat film
6. Masukkan film ke dalam air selama 20-30 detik untuk melarutkan larutan
developer
7. Masukkan film ke larutan fixer selama …….,seriat ……
8. Film dibersihkan dibawah air mengalir sampai bau asam dari larutan fixer
hilang
9. Keringkan film dengan menggunkan dye

BAB IV
PEMBAHASAN

1. Interpretisi Radiograf
Pemeriksaan gigi yang dilakukan dengan menggunakan teknik bisecting
angle dengan indikasi pemeriksan pasca trauma pada gigi 11. Menurut Damayanti
dkk( bisecting angel merupakan salah satu teknik radiografi intraoral periapikal,
dimana pada teknik ini sinar X tegak lurus dengan bidang bisekteris atau sudut
yang membagi antara film dan sumbu Panjang gigi dengan sama besar. Hasil dari
radiograf periapikal bisecting angle menunjukan gambaran gigi 12, 11, 21,.
Struktur yang tampak pada radiograf yaitu email merupakan lapisan terluar gigi
dan tampak radiopak, dentin yang terlihat radiopak , saluran akar yang terlihat
radiolusen, akar gigi yang terlihat radiopak, dan kamar pulpa yang terlihat
radiolusen. Sedangkan anatomi normal yang terlihat pada radiograf diantarnya
yaitu fossa nasal yang terlihat radiolusen, seperti ruang udara besar yang dibagi
menjadi dua dan dipasangkan oleh septum hidung, kemudian terdapat spina
nasalis anterior yang merupakan sebuah proyeksi berbentuk v dari dassar fossa
nasal yang berada digaris tengan dan terliahat radiopak, Serta sutura palatina
mediana yang merupakan garis tipis radiolusen yang membatasi garis tengah
palatum dan pertemuan antara maksila kanan dan kiri, selain itu juga terdapat
ligament periodontal yang terlihat sebagai batas radiolusen tipis dan gelap antara
lamina dura dan akar gigi, Terlihat juga lamina dura yang tampak sebagai batas
tipis radiopak yang menujukan warna putih dan mengelilingi soket gigi, dasar
fossa nasalis, alveolar crest dan tulang alveolar sebagai penyangga gigi yang
terlihat radiopak (Thomas Dan Johnson, 2012 277-280)
2. Analisis Mutu Radiograf dan Kesimpulan Penilain Quality Assurance
a. Objek Tecangkup
hasil radiograf menunjukan objek yang lengkap mulai dari mahkota gigi
sampai akar gigi dan anatomi sekitarnya.
b. Kontras
Menurut White dan Pharoah (2014) Kontras dapat didefinisikan sebagai
perbedaan kepadatan antara daerah terang dan gelap pada radiografi . hasil
radiogrf menunjukan kontras yang baik karena dapat dibedakan antara yang
radiopak dengan radiolusen. Objek yang tampak radiopak pada radiografi
tersebut antara lain email, dentin, akar gigi,spina nasalis anterior, dasar fossa
nasal, lamina dura dan tulang alveolar yang ditandai warna putih,untuk objek
yang nanpak radiolusen antara lain fossa nasal, ligamament periodontal,
saluran akar, pulpa dan sutura palatina mediana yang ditandai dengan bagian
berwarna hitam.
c. Distorsi
Menurut Ramadhan dkk (2020) radiograf yang tidak terdistorsi akan
memiliki ukuran dan bentuk sama dengan objek aslinya. Pada radiograf tidak
mengalami distorsi seperti elongasi atau forshorten. Hasil radiograf sesuai
denga teori nelson (2015) bahwa ukuran gigi incisivus memilki panjang gigi
2-3 mm lebih panjang dari mahkotanya
d. Detail dan ketajaam
Menurut Ramadhan dkk (2020) Detail merupakan kemampuan radiograf
dalam menampilkan perbedaan dari setiap bagian anatomi sedangkan
ketajaman, radiografi menghasilkaan garis batas luar yang jelas. Pada
radiograf menghasilkan detail yang baik karena dapat dibedakaan bagian-
bagian gigi, untuk ketajam juga dikategorikan baik karenan menunjukan batas
luar yang jelas.
e. Penempatan dan Film
Hasil radiograf menunjukan penempatan film yang kurang tepat karena objek
tidak berada di tengan.
f. Penempatan berkas sinar x
Penempatan berkas sinar x baik, ditandai dengan tidak adanya cone cutting
pada radiograf.

Kesimpulan
Berdasarkan Analisis mutu pada gigi 11 diatas, radiograf dinilai dengan skore
QA : 2 yang menunjukan Diagnositically Acceptable artinya radiograf dapat
diinterpretasikan dengan jelas dan dapat digunkan untuk menegakkan diagnosis
meskipun terdapat kesalahan dimana objek tidak tepat berada di tengah. Hal ini
sesuai dengan teori Permatahati dkk (2019) bahwa skore 2 diberikan jika terdapat
lehih dari 50% factor kualitas yang terpenuhi yang menujukan Diagnositically
Acceptable yang berarti terdapat kesalahn, tetapi bisa digunakan untuk
menegakkan diagnosa.

3. Kesalahan Dan Pencegahan

No Kesalahan Pencegahan
Posisi objek tidak tepat membantu pasien dalam memposisikan image
berada ditengah receptor sesui dengan objek yang diinginkan
2. Hasil radiograf terlalu Memperhatikan durasi paparan sinar x agar
terang tidak terjadi underexprosure dan saat
processing dengan larutan developer agar
tidak underdevelopment
Hasil Radiograf tampak Mengintruksikan pasien agar tidak bergerak
kabur saat pemaparan

BAB V
A. Kesulitan yang Dihadapai
Kesulitan yang saya hadapi ketika pembuatan simulasi video yaitu
saat penempatan film karena pasien merasa kesulitan dalam
menempatkan film dengan tepat dan saat saya ingin membenarkan
pasien merasa tidak nyaman sehingga hal ini cukup sulit bagi saya.
Saat pembuatan laporan saya merasa kesuliatan saat membuat
tinjauan Pustaka dan pembahasan karena hanya boleh maksimal 2
halaman folio.
B. Kritik dan Saran
Untuk pembuatan laporan lebih baik diketik agar efektif dan efisien
sehingga tidak mengulang- ulang dan memakan banyak kertas. untuk
kedepannya semoga laporan praktikum pada bagian tinjauan Pustaka
dan pembahasan bisa lebih dari 2 halaman folio dan laporan bisa
diketik.

Anda mungkin juga menyukai