A.A.INDIRA PALOMA
1706122010065
FILM RADIOGRAFI
Single Side
adalah film sinar x dengan satu lapisan emulsi dimana lapisan perekat dan lapisan
emulsi dioleskan hanya pada satu sisi dasar film (base) saja. Karena emulsi hanya
pada satu sisi dari dasar film (base) setelah film diproses dan kering terlihat film
menjadi melengkung ke arah emulsi dan hal ini sangat mengganggu. Untuk
mencegah hal ini baik film yang flat atau datar dan rol diperlukan bahan lain
“gelatin” yang direkatkan pada sisi lain dasar yang sifatnya mengkerutan film ke
arah berlawanan bahan tersebut dikenal dengan non curl backing.
Contoh dari film single side adalah mamography film. Pada tahun 1970
diperkenalkan oleh perusahaan Du Pont dan Kodak yaitu penggunaan kombinasi Gambar. Lapisan pada Film Single Side
film dan screen pada pemeriksaan mammografi Mammografi merupakan
pemeriksaan radiografi yang di lakukan secara khusus untuk mendeteksi keadaan
patologi dari organ payudara. Penggunaan film pada mammografi berperan
sebagai pencetak bayangan dengan adanya perpindahan informasi dari sumber
sinar-x hingga hasil berupa gambaran sampai ke radiolog. Contoh lain dari film
single side yaitu film MCS, film gigi, dan lain sebagainya.
DOUBLE SIDE
Double side adalah film sinar x dengan dua lapisan emulsi, dimana lapisan perekat dan
lapisan emulsi dioleskan pada kedua sisi dari dasar film (base). Contoh dari film double side
yaitu untuk pemeriksaan radiografi secara umum (kepala, abdomen, dan lain-lain).
Beberapa keuntungan film Double Side:
I. Meningkatkan kepekaan
Karena emulsi pada kedua permukaan dasar film, gambar terjadi bersamaan pada dua
lapis emulsi dan bila dilihat dengan viewer kedua gambar bertumpuk menjadi satu, sehingga
penghitaman oleh atom perak juga menjadi dua kali. Meningkatnya kepekaan dapat
mengurangi waktu eksposi & mengurangi kemungkinan pengaburan karena faktor
bergeraknya pasien, sehingga dapat mengurangi dosis radiasinya juga.
II. Peningkatan nilai kontras
Kontras adalah perbedaan derajat hitam terhadap putih (gelap terhadap terang). Dengan
dua emulsi nilai kontras juga menjadi dua kali dibanding dengan satu lapis emulsi.
III. Membuat dua gambaran sehingga akan terlihat lebih jelas
Kerugian dari film Double Side :
I. Cairannya mudah lemah
II. Harga film lebih tinggi
III. Meimbulkan “parallax effect”
B. JENIS FILM MENURUT SENSIFITASNYA
1. Green Sensitivive 2. Blue Sensitivie
Blue sensitive adalah jenis film
Green sensitive adalah jenis film
sinar x yang sensitif terhadap sinar x yang sensitif terhadap
cahaya hijau. Green sensitive ini cahaya biru. Blue sensitive ini
mempunyai kualitas yang bagus mempunyai kualitas yang kurang
sehingga harganya pun relatif bagus sehingga harganya pun
mahal. Dampak lain dari relatif lebih murah. Dampak lain
penggunaan green screen adalah dari penggunaan blue sensitive
pengurangan pemakaian faktor adalah bertambahnya
exposi, sehingga selain rendahnya
pemakaian faktor exposi,
dosis radiasi yang diterima pasien,
juga menyebabkan beban sehingga selain tingginya dosis
terhadap X-ray tube menurun radiasi yang diterima pasien,
sehingga automatis akan juga menyebabkan beban
memperpanjang masa hidup/usia terhadap X-ray tube meningkat
dari X-ray tube. sehingga automatis akan
memperpendek masa hidup/usia
dari X-ray tube.
C. JENIS FILM BERDASARKAN BUTIR EMULSI
1. Butir emulsi ukuran besar 2. Butir emulsi ukuran sedang 3. Butir emulsi ukuran kecil
bahan fotografinya yaitu perak bahan fotografinya yaitu perak bahan fotografinya yaitu perak
halogen (grain) pada emulsi berukuran halogen (grain) pada emulsi halogen (grain) pada emulsi
besar, mengakibatkan jarak antara berukuran sedang. Dengan ukuran berukuran kecil. Dengan ukuran butir
butir perak halida yang satu dengan butir yang sedang ini maka sinar- yang kecil mengakibatkan
yang lain lebih renggang. Hal ini x/cahaya yang menembus emulsi akan jarak/celah antara butir perak
mengakibatkan emulsi mendapatkan lebih sedikit karena banyak dihalangi halida agak rapat. Sinar x /cahaya
sedikit cahaya karena cahaya lebih butiran perak halida yang jaraknya akan lebih banyak mengenai butiran
banyak yang diteruskan. Emulsi jenis ini tidak terlalu renggang. Emulsi jenis ini perak halida dan sedikit sinar yang
mempunyai sifat nilai kontras yang mempunyai sifat nilai kontras yang diteruskan. Emulsi jenis ini mempunyai
rendah tapi kecepatannya cepat cukup tinggi tapi kecepatannya lebih sifat nilai kontras yang tinggi tapi
karena emulsi mendapatkan sedikit lambat karena emulsi mendapatkan kecepatannya lambat karena emulsi
cahaya. cukup banyak cahaya. mendapatkan banyak cahaya.
Sinar-X adalah pancaran
gelombang elektromagnetik yang
sejenis dengan gelombang radio,
Penemuan sinar-X berawal dari penemuan Rontgen (1845- panas, cahaya dan sinar ultraviolet,
1923), seorang fisikawan Universitas Wutsburg sewaktu tetapi dengan panjang gelombang
yang sangat pendek dan bentuk
bekerja dengan tabung sinar katoda pada tahun 1895.
dari radiasi ion dan dapat
Rontgen menemukan bahwa sinar dari tabung dapat berbahaya.
menembus bahan yang tak tembus cahaya dan mengaktifkan Sinar-X berifat heterogen, yakni
layar pendar atau film foto. Sinar ini berasal dari titik dimana memiliki panjang gelombang
elektron dalam tabung mengenai sasaran di dalam tabung elektromagnetik antara 10-9
tersebut atau tabung kaca (Beiser, 1999:59). sampai 10-8 m yang lebih pendek
dibanding cahaya tampak,
sehingga energi yang dihasilkan 11
kali jauh lebih besar.
Panjang gelombang dari sinar-X
yang lebih pendek menyebabkan
sinar-X memiliki sifat dapat
menembus benda. Panjang
FILM X-RAY gelombang yang digunakan dalam
dunia kedokteran antara 0,5Å –
0,125Å.
CIRI – CIRI SINAR-X
Sinar-X tidak dapat dipengaruhi atau dibelokkan oleh medan listrik (karena tidak
bermuatan).
Sinar-X tidak dapat dipengaruhi atau dibelokkan oleh medan magnet (karena tidak
bermuatan).
Daya tembusnya besar (karena tidak memiliki masa).
Merupakan gelombang elektromagnetik (memancar tanpa zat perantara).
Mata tidak mampu merespon (tidak tampak). Karena sinar-X memiliki panjang gelombang
sangat pendek, akan tetapi mata hanya dapat merespon jika panjang gelombang 10-5 –
10-7 meter.
Sinar-X < 10-10 meter = 1 A0.
Daya ionisasi (tidak langsung) sangat besar contoh ; proses radiolisis air
PROSES PEMBENTUKAN GAMBAR RADIOGRAFI
SINAR-X
Proses pembentukan gambar Setelah film medapat penyinaran Besarnya penyerapan
radiografi, setelah dilakukan dari sinar-X, selanjutnya film tersebut sinar-X oleh suatu bahan
penyinaran, maka sinar-X yang keluar harus diolah atau diproses di dalam tergantung tiga faktor:
dari tabung mengenai dan menembus kamar gelap agar diperoleh 1. Panjang gelombang
gambaran radiografi yang sinar-X.
obyek yang akan difoto. Bagian yang
permanen dan tampak. Dalam proses 2. Susunan objek yang
mudah ditembusi sinar X (seperti otot, radiografi processing room atau terdapat pada alur
lemak dan jaringan lunak) kamar gelap merupakan salah satu berkas sinar-X.
meneruskan banyak sinar-X sehingga pendukung penting dalam menunjang 3. Ketebalan dan
film menjadi hitam. Sedangkan keberhasilan pemotretan karena kerapatan objek
bagian yang sulit ditembus sinar-X dapat mengubah film dari bayangan
(seperti tulang) dapat menahan laten kedalam bayangan tampak,
seluruh atau sebagian besar sinar-X processing room disebut juga final
akibatnya tidak ada atau sedikit proses akhir karena processing room
sinar-X yang keluar sehingga pada adalah rangkaian terakhir dalam
proses radiografi.
film berwarna putih.
JENIS PROSESING DALAM RADIOLOGI DIBAGI
MENJADI DUA YAITU:
1. Manual Prosesing
Manual prosesing adalah proses pembangkitan bayangan laten menjadi bayangan
tampak dengan menggunakan tenaga manusia dengan melalui proses diantaranya:
a. Pembangkitan bayangan laten (developing)
yaitu perubahan butir-butir perak halida didalam emulsi yang telah mendapat
penyinaran menjadi perak metalik atau perubahan dari bayangan laten menjadi
bayangan tampak. Butiran perak halida yang tidak mendapat penyinaran tidak
terjadi perubahan apapun. Perubahan butiran perak halida akan membentuk
bayangan laten pada film (Jauhari, 2010). Tindakan utama developing adalah untuk
mengubah ion perak dari kristal yang terkena paparan sinar-X menjadi perak
(Bushong, 2013 : 228).
b. Pembilasan (rinsing)
Rinsing merupakan proses yang dilakukan setelah proses developing. Rinsing dilakukan dengan menggunakan air
mengalir yang bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa larutan developer agar tidak terbawa ke proses
selanjutnya. Larutan developer yang terbawa dapat menyebabkan kabut dikroik (dichroic fog) apabila sisa
larutan developer pada film masuk ke proses fixing. Proses yang terjadi pada cairan rinsing yaitu
memperlambat proses developing dengan membuang cairan developer dari permukaan film dengan cara
merendamnya kedalam air. Proses rinsing harus dilakukan dengan air yang mengalir selama 5 detik (Jauhari,
2010).
c. Penetapan bayangan tampak (fixing)
Perak halida dihilingkan dengan mengubahnya menjadi perak komplek. Senyawa tersebut bersifat larut dalam
air, selanjutnya akan dihilangkan pada tahap pencucian. Tujuan dari proses fixing ini adalah untuk menghentikan
aksi lanjutan yang dilakukan oleh cairan developer yang terserap oleh emulsi film. Pada proses ini diperlukan
adanya pengerasan untuk memberikan perlindungan terhadap kerusakan dan untuk mengendalikan akibat
penyerapan uap air (Meredith & Massey, 1977).
Dalam melakukan prosessing manual biasanya dilakukan di kamar gelap agar hasil film radiografi tidak terjadi cacat,
adapun persyaratan umumnya yaitu:
1. Absolute light-tightness
2. Ruang kerja yang memadai
3. Ventilasi memadai
4. Fasilitas mencuci memadai
5. Fasilitas penyimpanan data yang memadai
6. Safelights
7. Peralatan pemrosesan):
- Tank yang berisi berbagai solusi
- Termometer
- Pemanas perendaman
- Timer yang akurat
- Gantungan film.
Gambar yang dihasilkan dengan menggunakan prosesing manual bergantung pada kemampuan sumber daya manusia
dalam menentukan faktor eksposi dan melakukan prosesing film.
2. AUTOMATIC PROSESING
Automatic prosesing adalah proses pembangkitan
bayangan laten menjadi bayangan tampak dengan
menggunakan tenaga mesin. Dalam automatic
prosesing memiliki kesamaan dengan metode manual
prosesing dalam tahapannya, tetapi dalam automatic
prosesing tidak melalui tahapan pembilasan (rinsing).
PROSES PEMBENTUKAN LATEN IMAGE
Proses Pembentukan Laten Image
Bayangan laten yang terbentuk pada film Roentgen (radiografi) dihasilkan oleh
berkas sinar-X sesudah menembus objek mengenai film atau berasal dari berkas
cahaya tampak yang dihasilkan pada proses emisi cahaya dari interaksi radiasi
sinar-X dengan lembar penguat. Berkas radiasi sinar-X yang mengenai objek
sebagian diserap oleh objek dan sisanya diteruskan (menembus objek). Berkas
cahaya yang diteruskan tersebut mengenai emulsi film sehingga terbentuk bayangan
objek. Berkas cahaya sinar-X yang menembus objek akan diserap oleh lembar
penguat dan dipancarkan kembali dalam bentuk cahaya tampak. Berkas cahaya
tampak tersebut selanjutnya mengenai emulsi film sehingga terbentuk bayangan
laten.
INTENSIFYING SCREEN (LEMBAR PENGUAT)
3 Intensifying Screen (Lembar Penguat)
a. Pengertian Intensifying Screen (Lembar Penguat)
Lembar penguat merupakan alat yang terbuat dari kardus berlapis fosfor.
Diletakkan dalam kaset berhadapan langsung dengan film. Lembar penguat
berfungsi mengubah sinar-X menjadi cahaya tampak dan cahaya tampak tersebut
akan berinteraksi dengan film sehingga membentuk bayangan laten. Bila memakai
film emulsi tunggal, digunakan sebuah lembar penguat yang berhadapan dengan sisi
emulsi film, sedangkan pada film emulsi ganda digunakan dua buah lembar penguat
yang masing-masing berhadapan dengan kedua permukaan film.
PRINSIP KERJA INTENSIFYING
SCREEN (LEMBAR PENGUAT)
Foto sinar-X yang mengenai kristal fosfor, dapat menghasilkan beribu foton cahaya yang
diemisikan kristal fosfor.
Proses perubahan sinar-X menjadi cahaya tampak oleh screen disebut dengan luminisensi
(perpendaran cahaya). Energi radiasi diserap (penyerapan fotolistrik oleh atom-atom
dari material fosfor).