Anda di halaman 1dari 68

BAB I

PENGOLAHAN FILM

Processing ( pengolahan ) suatu istilah yang menjelaskan langkah-langkah

yang diperlukan untuk mengubah gambar tetap yang tak kelihatan, yang termasuk

pada emulsi sensitif film, menjadi gambar radiografi permanen yang terlihat.
Yang paling penting adalah tahap ini dilakukan terkontrol, dengan
memberikan perhatian khusus pada detail. Sayangnya terlalu sering pengolahan
yang buruk menyebabkan hasil radiografi menjadi diagnosa yang tidak
berkualitas, terlepas dari bagaimana dapat diandalkan dan mahalnya peralatan
peralatan X ray atau bagaimana akuratnya teknik operator radiografi.

A. LARUTAN PROCESSING

a. DEVELOPER SOLUTION (cairan pengembang)

Cairan pengembang yang memiliki sifat alkali seharusnya dibuat dengan


konsentrasi berdasarkan intruksi dari pabrik. Cairan pengembang dioksidasi
melalui udara dan efektifitasnya menurun. Cairan seharusnya digunakan tidak dari
10-14 hari, terlepas dari banyaknya film yang diproses selama waktu tersebut.
Jika proses pengembangan dibiarkan dilakukan terlalu lama, lebih banyak perak
akan didepositkan dari yang diharapkan dan hasil radiografi akan terlalu gelap.
Kebalikannya , jika terlalu sebentar waktu pengembang, radiograf akan terlalu
terang.

1
Tipe unsur dari cairan pengembang & fungsinya

Unsur pokok Fungsi

Phenidone Membantu menampakkan gambar

Hydroquinone Membuat kontras

Sodium sulphite Bahan pengawet mengurangi oksidasi

Potassium carbonate Aktivator - menentukan aktivitas agen


pengembang
Benzotriazole
Pengendali mencegah pengaburan dan
mengontrol aktivitas agen pengembang
Glutaraldehyde
Mengeraskan emulsi
Fungicide
Mencegah pertumbuhan bakteri
Buffer
Menjaga pH (7+)
Water
Pelarut
Ammonium thiosulphate
Menghilangkan kristal halide perak yang
tidak sensitif
Sodium sulphite
Bahan pengawet mencegah
memburuknya agen fiksasi
Aluminium chloride
Pengeras
Acetic acid
Acidifier menjaga pH

b. FIXING SOLUTION (Larutan Fiksasi)

2
Fungsi utama dari fiksasi untuk menghancurkan dan menghilangkan
kristal perak halida dari emulsi. Adanya kristal yang tidak terlihat menyebabkan
film menjadi opak. jika Krista tidak dihilangkan, gambar radiograf yang
dihasilkan gelap dan tidak terdiagnosis. gbr 6-4 merupakan fotomikrograf emulsi
film mengambarkan butir-butir padat berwarna silver yang telah dihilangkan dari
kristal silver bromida yang tidak terekspose. fungsi kedua dari fiksasi ini untuk
mengeraskan dan menyusutkan emulsi film.

Larutan fiksasi terdiri dari empat komponen

1. Clearing agents (agen pembersih )


2. Acidifier
3. Preservative (pengawet)
4. Hardener

1. Clearing agents (agen pembersih)

Emulsi film harus bersih dengan menghancurkan dan


menghilangkan perak halida yang tidak terekspose.L ammonium
thiosulfaten dihancurkan oleh perak halida. betuknya menjadi stabil,
kompleks water-soluble dengan ion perak yang berdifuse dari emulsi.
agen pembersih tidak mempunyai efek yang cepat pada butiran perak
metalik di emulsi film, tapi menghasilkan fiksasi yang berlebihan
sehingga kehilangan kepadatannya secara bertahap karena butiran
perak dihilangkan dengan lambat mengunakan asam asetik pada
larutan fiksasi.

2. Acidifier

3
Larutan fiksasi terdiri dari buffer sistem asam asetik (pH 4 - 4,5)
untuk menjaga pH konstan fixer. pH acidis merupakan syarat untuk
memulai difusi thiosulfat kedalam dan kompleks perak thiosulfat
keluar emulsi. larutan fiksasi asam juga menonaktifkan carryover zat
pembangun pada film emulsi, memblok kelanjutan perkembangan dari
kristal putih yang tidak terekspose pada tempat fiksasi.

3. Preservative (pengawet)

Ammonium sulfite merupakan zat penghambat pada larutan fiksasi


, sebagai zat pembangun. mencegah terjadinya oksidasi zat pembersih
thiosulfat, yang tidak stabil pada lingkungan asam pada larutan fiksasi.
ammonium sulfite juga mengikat dengan berbagai warna yang
teroksidasi dan efektif menghilangkan nya dari larutan, mencegah zat
pengembang teroksidasi dari pewarnaan film.

4. Hardener

Zat pengeras yang lebih sering digunakan adalah almunium sulfate.


kompleks almunium dengan gelatin selama fiksasi dan mencegah
kerusakan gelatin selama pengaplikasian. bahan pengeras juga
mengurangi pembengkakan emulsi selama pencucian akhir. bahan ini
mengurangi kerusakan mekanik pada emulsi dan membatasi
penyerapan air, sehingga memperpendek waktu pengeringan.

B. WASHING (Pencucian)

4
Setelah memfiksasi, proses film selanjutnya adalah pencucian dengan air
mengalir yang cukup dengan waktu yang sesuai untuk memastikan hilangnya
semua ion thiosulfat dan kompleks perak thiosulfat. efisiensi pencucian dapat
menurun dengan cepat ketika temperatur air dibawah 600 F. berbagai campuran
perak atau thiosulfat yang tersisa karena pencucian yang tidakk sempurna maka
akan meninggalkan noda, yang sangat jelas pada daerah radiopak. Noda yang
dihasilkan dari reaksi thiosulfat dengan perak yang membentuk brown silver
sulfide yang menghalangi informasi diagnosis.

C. PERALATAN RUANG GELAP

Ruang gelap harus sesuai dengan mesin X-Ray dan alat-alat kedokteran
gigi dan paling tidak 1,2 meter X 1.5 meter. satu hal yang paling penting adalah
tahan cahaya. maka dari itu, light-tight door atau doorless maze. pintunya harus
tertutup untuk mencegahnya terjadinya kecelakaan, yaitu masuknya cahaya yang
menyebabakan film rusak. ruangannya harus memiliki ventilasi yang baik agar
pekerja yg didalam ruangan nyaman dan tidak kepanasan karena alat pengering
dan uap lembab dr pengeringan film. temperatur ruangan yang nyaman membantu
mengoptimalkan kondisi perkembangan,fiksasi dan pencucian. jika persedian
(termasuk film x-ray yang tidak tereksposes ) disimpan pada ruang gelap maka
ventilasi menjadi sangat penting karena temperatur 900 F atau lebih bisa
meningkatnya kepadatan film(film fog).

a. Safelighting

Ruang proses harus mempunyai cahaya lampu dan safelighting.


safelighting adalah cahaya dengan intensitas rendah pada panjang gelombang
relatif (merah) yang tidak mempengaruhi perubahan film tetapi orang yang
bekerja dpt melihat dengan baik. tempat yang baik untuk safelighting diatas
daerah kerja pada dinding dibelakang tempat prosesing da disekitar tank fiksasi.

5
untuk meminimalisir efek kabut berkepanjangan, safelighting harus lampu 15 watt
dan dipasang paling tidak 4 kaki diatas permukaan dimana film yang terbuka
sedang diproses.

Film X-ray sangat sensitive pada spektrum biru-hijau dan kurang sensitive
pada spectrum kuning dan merah. filter GBX-2 merah direkomendasikan sebagai
safelight pada ruang gelap dan bisa untuk ekstra dan intra oral, karena filter ini
mentrasmisikan cahaya hanya pada warna merah pada ujung sperktrum.
penanganan film dibawah safelight harus dibatasi sampai 5 menit karena emulsi
film menperlihatkan banyak hal sensitive dari safelight ke cahaya dengan
pemaparan yang panjang. filter ML-2 tidak sesuai untuk dental film intraoral atau
extraoral atau cephalometrik.

b. Manual processing tanks (Proses dengan tanki manual)

Klinik dental harus mempunyai kemampuan untuk mencuci film


mengunakan tanki prosesing. tanki harus mempunyai aliran air yang mengalir
baik panas dan dingin dan temperaturnya diatur antara 600 dan 750 F. ukuran
partikel pada klinik dental dimana ukuran tanki utama sekitar 20 X 25 cm terdapat
dua tanki. tanki dalam 3.8 L developer atau fixer dan ditempatkan dengan tanki
luar. Tanki luar mengatur aliran air untuk pengatura temperatur developer dan
fixer yang berada ditanki dalam dan untuk mencuci film. developer ditempatkan
pada tanki dalam pada bagian kiri tanki utama dan fixer disebelah kanannya.
terdapat tiga tanki yang harus terbuat dari stainless steel, yang tidak akan bereaksi
dengan larutan processing dan mudah untuk dibersihkan.

c. Termometer

6
Temperatur larutan developer, fiksasi, dan pencucian harus sangat
diperhatikan. termometer dapat ditinggal pada sirkulasi air melalui tanki utama
pada layar. yang terutama diperlukan termometer yang dijepit disamping tanki.
kandungan termometer berupa alcohol atau logam, tapi tidak boleh mengandung
merkuri karena akan mengkontaminasi processor atau larutan.

d. Timer (waktu)

Film X-ray harus diekspose dengan processing kimia untuk interval yang
spesifik. waktu intervalnya adalah w.aktu yang diperlukan untuk mengawasi
perubahan dan waktu fiksasi.

D. PROSEDUR PROSESING MANUAL

Prosesing film secara manual dilakukan melalui 8 langkah dibawah ini :

1. Replanish solution : langkah pertama dalam tangki prosesing manual


adalah melengkapi developer dan fixer. Tambahkan fresh developer
( replenisher ) dan fixer ( 8 ons per gallon ) untuk mempertahankan
kekuatan yang baik pada masing-masing larutan. Periksa tingkat larutan
untuk memastikan developer dan fixer men-cover film diatas klip pada
film hanger.
2. Stir Solution : kemudian, aduk larutan developer dan fixer untuk
mencampur bahan-bahan kimia dan menyamakan temperature pada
tangki. Untuk mencegah kontaminasi silang, gunakan tongkat pemisah
untuk masing-masing larutan. Sebaiknya beri label pada tongkat developer
dan fixer. Karena ketepatan waktu perkembangan merubah temperature
larutan, periksa temperature developer setelah pengadukan.
3. Mount Films on hangers : menggunakan penerangan kecil pada ruang
gelap, pindahkan film yang terbuka dari lightproof packet atau kaset.
Pegang film hanya pada bagian tepi untuk mencegah rusaknya permukaan

7
film. Jepit film pada film hanger, satu film pada satu klip. Untuk
mencegah kebingungan yang mungkin terjadi, beri label rak film dengan
nama pasien dan tanggal.
4. Set Timer : Periksan temperature developer dan set interval timer to the
time indicated by manufacturer for the solution temperature. Untuk
prosesing film intraoral dalam larutan konvensional, gunakan development
times dibawah ini :

TEMPERATUR DEVELOPMENT
TIME
68F 5 menit
70F 4 menit
72F 4 menit
76F 3 meniy
80F 2 menit Prosesing
film, pada temperatue lebih tinggi atau lebih rendah dan untuk waktu yang
lebih panjang atau pendekdalam pembuatan dapat mengurangi contrast
dari prosesing film. Selain itu, prosesing yang terlalu panjang pada
temperature yang lebih tinggi dapat menghasilkan film fog ( kabut ),yang
dapat mengurangi contrast film dan informasi diagnosa
5. Develop :mulai mekanisme timer dan segera celupkan hanger serta film
dalam developer. Goyangkan hanger sedikit selama 5 detik untuk
menghilangkan gelembung udara pada film. Tinggalkan film dalam
developer dengan waktu yang telah ditetapkan tanpa penggoyangan lebij
jauh. Ketika mengangkat film, keringkan sisa developer di wastafel.
6. Rinse : setelah development, angkat hanger film dari developer dan
tempatkan dalam air yang yang mengalir selama 30 detik. Gerakkan film
terus menerus dalam air pembilas untuk menghilangkan sisa developer
7. Fix : tempatkan hanger dan film dalam larutan fixer selama 10 menit dan
goyangkan setiap 30 detik untuk menghilangkan gelembung udara.
Kelebihan fixasi ( beberapa jam ) menghilangkan pearnaan silver metalik,
mengurangi densitas film. Ketika film dipindahkan, keringkan kelebihan
fixer dalam wash bath.

8
8. Wash and dry : setelah fiksasi film selesai, tempaatka hanger dalam air
mengalir selama paling sedikit 10 menit untuk menghilangkan sisa larutan
prosesing. Setelah film dicuci, hilangkan kelembapan permukaan dengan
mengocok kelebihan air secara hati-hati dari film dan hanger. Keringkan
film pada sirkulsi, cukup dengan air hangat. Jika film cepat kering dengan
titik-titik kecil bekas air pada permukaannya, area dibawah titi-titik
tersebut dikeringkan secara pelan-pelan dibandingkan area sekelilingnya.
Pengeringan seperti ini disebabkan karean adanya distorsi gelatin,
meninggalkan artifak kering pada beberapa kasus. Hasilnya adalah spot
yang sering terlihat dan mengurangi kegunaan dari hsil akhir radiograf.
Setelah pengeringan, film siap untuk dipakai.

E. RAPID PROCESSING CHEMICAL

Beberapa tahun belakangan ini, sejumlah pabrik telah memproduksi


larutan presessing cepat ( rapid-processing ). Larutan ini dapat melakukan
develop film dalam 15 detik dan fiksasi dalam 15 detik pada temperature ruang.
Mereka memiliki formula dasar yang sama dengan larutan prosesing konvensional
tetapi mengandung konsentrasi hidroquinon yang lebih tinggi. Mereka juga
mengandunh PH alkali yang lebih besar, yang menyebabkan emulsi lebih
mengembang, sehingga menyediakan akses yang lebih besar untuk developer.
Larutan ini menguntungkan khususnya untuk endodontic dan keadaan emergensi,
dimana kecepatan prosessing dibutuhkan. Walaupan gambar yang dihasilkan bisa
memuaskan, mereka sering tidak memperoleh tingkat kontras yang sama dengan
cara konvensional, dan dapat terjadi kelunturan ( discolor ) jika pembersihan tidak
sempurna. Setelah diamati, prosesing film secara cepat ditempatkan dalam
larutan fixing konvensional selama 4 menit dan dicuci selama 10 menit. Hal ini
meningkatkan kontras dan menjaga kestabilan saat penyimpanan. Larutan
konvensional lebih disarankan untuk ebagian besar penggunaan rutin.

9
F. CHANGING SOLUTION

Semua larutan prosessing akan memburuk jika dipakai terus-menerus dan


terkena paparan udara. Walaupun pengisian regular cairan developer dan fixer
memperpanjang masa kegunaannya, penumpukan produk reaksi sering
menyebabkan larutan ini berhenti berfungsi secara sempurna. Kelelahan
developer dihasilkan dari oksidasi agen developing, penipisan hidrokuinon, dan
penumpukan bromide. Penggunaan dari developer yang sudah buruk akan
menghasilkan film yang menunjukkan penurunan densitas dan kontras. Ketika
fixer kelelahan, akan terbentuk kompleks thiosulfat dan penumpukan ion halide.
Peningkatan konsentrasi kompleks thiosulfat melambatkan angka penyebaran
kompleks ini dari emulsi. Ion halide memperlambat pembersihan Kristal silver
halide yang unekspos. Perubahan ini menghasilkan film dengan pembersihan
yang tidak sempurna. Dengan pengisian regular, larutan akan bertahan 3 sampai 4
minggu sebelum waktu perubahan yang seharusnya.

Sebuah prosedur singkat dapat menolonhg dalam menentukan kapan


larutan mengalami perubahan. Sebuah paket film dobel selain paket film single
diekspos diatas sebuah proyeksi untuk pasien pertama radiograf setelah larutan
baru sudah disiapkan. Satu film ditempatkan dalam chart pasien, dan film lain is
mounted pada sudut viewbox di kamar gelap. Successive film akan diproses,
mereka dibandingkan dengan referensi film ini. Kehilangan kontras gambar dan
densitas menjadi jelasjika larutan memburuk, mengindikasikan kapam harus
mengganti larutan tersebut. Fixer berubah ketika developer berubah.

G. AUTOMATIC FILM IN PROCESSION

Peralatan telah tersedia, yang dapat memproses semua langkah secara


otomatis. Walaupun prosessing otomatis memiliki sejumlah keuntungan, yang
paling penting adalah hemat waktu. Tergantung dari alat dan temperature saat
operasi, prosesor otomatis hanya membutuhkan waktu 4 sampai 6 ,menit untuk
develop, fix, wash, dan dry film. Beberapa prosesor dental otomatis memiliki
sebuah light-shielded (daylight loading/pelindung cahaya ) dimana operator dapat

10
melepas bungkus film dan memasukkan dalam mesin tanpa bekerja di ruang
gelap. Bagaimanapun, keamanan khusus harus dilakukan untuk mempertahankan
infection control ketika menggunakan daylight-loading compartement ini.

Saat film ekstraoral diproses, light-shielded compartement dipindahkan


untuk menyediakan ruangan untuk film yang lebih besar dalam prosesor. Fitur lain
yang menarik dari system otomatis adalah densitas dan kontras radiograf
cenferung konsisten. Bagaimanapun, karena temperature yang lebih tinggi dari
developer dan artifak karena roller, kualitas prosessing film otomatis tidak sebaik
developed manual yang dilakukan hati-hati. Dengan automatic proses film,
sejumlah titik-titik terlihat pada gambar akhir.

a. MEKANISME

Automatic prosesor memiliki sebuah in-line arrangement. Biasanya, ini


terdiri dari mekanisme transport yang membawa unwrapped film, dan
membawanya melewati developing, fixing, washing dan drying. System transport
yang sering digunakan adalah sebuah seri roller driven oleh motor dengan
kecepatan konstan yang beroperasi melalui persneling (gears ), belt, atau rantai (
chains ).

Fungsi utama dari roller adalah menggerakkan film melewati larutan


developing, tapi mereka juga melayani setidaknya tiga tujuan lain. Pertama,
gerakkannya membantu menjaga terganggunya larutan, berkontribusi dalam
keseragaman prosesing. Kedua, pada developer, fixer, dan tangki air, roller
menekan emulsi film, memaksa larutan keluar dari emulsi. Emulsi secara cepat
terisi lagi oleh larutan, hingga terjadi pertukaran larutan. Akhirnya, roller teratas
bertukar tempat antara tangki developer dan fixer meghilangkan larutan
developer, meminimalkan developer berlebihan yang terbawa ke dalam tangki
fixer. Sifat ini membantu mempertahankan keseragaman proses kimia.

Komposisi kimia dari developer dan fixer dimodifikasi untuk dioperasikan


pada temperature yang lebih tinggi daripada yang digunakan pada prosesing

11
manual. Fixer memiliki pengeras tambahan yang membantu emulsi menahan
kekakuan dari system transport.

b. REPLENISHMENT ( pengisian )

Penting untuk mempertahankan konstituen developer dan fixer secara hati-


hati unutuk menjaga sensitometrik optimal dan sifat fisik emulsi film sampai pada
batas sempit yang dipaksakan melalui temperature dan kecepatan dari prosessing
automatic. Seperti aktivitas dari larutan developing dan fixingyang berkurang, ini
memberi efek pada penurunan film. Untuk mengkompensasi kehilangan aktivitas
ini, beberapa prosesor automatic sudah memiliki sebuah system pengisian
automatic didalamnya, yang menambahkan fresh developer ke dalam tangki
developer dan fresh fixer kedalam tangki fixer. Seperti prosesing manual, 8 ons
fresh developer dan fixer sebaiknya ditambahkan per gallon larutan per hari.
Kekurangan pengisian developer dapat menyebabkan kehilangan kontras gambar.
Larutan fixing yang tidak diganti ( exhaustion fixing solution ) dapat
menghasilkan film dengan kebersihan yang buruk, kekurangan pengeras emulsi,
dan transport yang tidak berfungsi dari fixer assembly melewati operasi
pengeringan (drying ).

H. PENGATURAN LIMBAH RADIOGRAF

Untuk mencegah kerusakan lingkungan, banyak komunitas dan Negara


telah membuat undang-undang yang mengatur tentang pembuangan limbah.
Meskipun limbah radiograf gigi hanya mengandng sedikit bahan kimia, tetapi
limbah tersebut harus dibuang dengan baik. Bahan utama yang menjadi perhatian
dalam memroses larutan adalah pelarut perak yang ditemukan dalam campuran
bekas. Bahan lainnya yang harus diperhatikan juga adalah kertas timah yang
ditemukan pada paket film.

12
Beberapa cara tersedia untuk membuang perak dan timah dengan baik.
Perak dapat dihilangkan dari fixer dengan menggunakan pengganti metalik atau
dengan metode menyepuh dengan listrik (electroplating). Penggantian metalik
dengan menggunakan cartridges di mana limbah larutannya mengalir. Pada proses
ini, besi menjadi larutan dan perak mengendap menjadi endapan kotoran. Pada
metode menyepuh dengan listrik, larutan limbah berkontak dengan dua elektroda,
melalui arus yang lewat. Katoda menangkap perak. Pada situasi yang sama, sisa
perak dapat dijual kepada penyuling dan pembeli perak.

Kertas timah dipisahkan dari paket film dan dikumpulkan sampai cukup
dan kemudian diakumulasikan dan dijual ke pedagang potongan logam. Kantor
kedokteran gigi seharusnya juga mempertimbangkan untuk bekerja sama dengan
perusahaan terkait untuk mengambil limbah dari bahannya. Nama-nama dari
beberapa perusahaan tersebut dapat ditemukan di buku telepon atau terdapat di
agensi yang menanggulangi limbah beracun.

I. PENYEBAB UTAMA KEGAGALAN RADIOGRAF

Meskipun memroses film dapat menghasilkan radiograf dengan kualitas


yang bagus, tetapi bila tidak memperhatikannya secara detail dapat menyebabkan
banyak masalah dan dalam mendiagnostik gambarnya kurang optimal. Radiograf
yang buruk berkontribusi dalam hilangnya informasi diagnostik dan hilangnya
waktu dari dokter dan pasiennya. Langkah-langkah yang dibutuhkan untuk
pengkoreksian sudah jelas.

a. Radiograf yang terang


1. Kegagalan proses
Underdevelopment (temperatur yang terlalu rendah, waktu yang
sangat pendek, termometer yang tidak akurat)
Larutan developer yang habis
Fiksasi yang berlebihan
2. Kekurangan penyinaran

13
Miliamperage yang tidak cukup
Kilovoltage tinggi yang tidak cukup
Waktu yang tidak cukup
Jarak film dengan sumber cahaya terlalu jauh
Paket film terbalik di dalam mulut

b. Radiograf yang gelap


1. Kegagalan proses
Overdevelopment (temperatur terlalu tinggi, waktu terlalu lama)
Konsentrasi developer terlalu tinggi
Fiksasi yang tidak mencukupi
Tidak sengaja terkena sinar
Safelighting yang tidak tepat
2. Kelebihan penyinaran
Miliampere yang berlebihan
Kilovoltage yang berlebihan
Waktu yang berlebihan
Jarak antara film dengan sumber cahaya terlalu pendek
c. Kontras yang tidak cukup
Underdevelopment
Kurang penyinaran
Kilovoltage yang berlebihan
Film berkabut
d. Film berkabut
Safelighting yang tidak tepat (filter yang tidak tepat, watt lampu
yang berlebihan, jarak yang tidak sesuai antara safelight dengan
permukaan kerja, pemanjangan cahaya safelight)
Kebocoran cahaya (pecahnya filter safelight, cahaya dari pintu,
ventilasi, atau sumber lainnya
Overdevelopment

14
Larutan yang terkontaminasi
Film yang memburuk (disimpan pada temperatur yang tinggi,
kelembaban tinggi, terkena radiasi, atau outdated)
e. Bintik atau garis hitam
Kontaminasi sidik jari
Kertas pembungkus hitam yang menempel pada permukaan film
Film berkontak dengan tank atau film lain selama fiksasi
Film terkontaminasi dengan developer sebelum proses dimulai
Tekukan yang parah pada film
Pelepasan static pada film sebelum proses dimulai
Tekanan roller yang berlebihan saat proses film yang otomatis
Roller yang kotor dalam proses otomatis
f. Bintik terang
Film terkontaminasi dengan fixer sebelum proses dimulai
Film berkontak dengan tank atau film lainnya selama development
Tekukan yang berlebihan pada film

g. Noda kuning atau coklat


Developer yang habis
Fixer yang habis
Pencucian yang tidak tepat
Larutan yang terkontaminasi
h. Kabur (blurring)
Pasien yang bergerak
Pergerakan kepala pipa sinar X
Penyinaran yang ganda
i. Gambar yang terpotong
Ujung film tidak terbenam dalam larutan developing
Kepala pipa sinar X tidak sejajar (cone cut)
j. Pengelupasan emulsi
15
Abrasi gambar selama proses
Terlalu lama dalam air pencuci.

J. MOUNTING RADIOGRAPHS

Radiograf seharusnya dipelihara dan dipertahankan dalam kondisi yang


memuaskan dan bermanfaat. Film periapikal, interproksimal, dan oklusal
merupakan film mount yang terbaik dalam penanganannya dan penyimpanannya.
Operator dapat menanganinya dengan lebih mudah, dan kemungkinan untuk rusak
atau emulsi kecil. Mounts terbuat dari plastik atau kertas karton dan memiliki
plastik bening yang berfungsi sebagai penutup dan pelindung film. Bagaimanapun
juga, plastik tersebut dapat tergores atau terjadi kecacatan yang mengganggu
interpretasi radiograf. Operator dapat menyusun beberapa film dari orang yang
sama dalam film mount dalam hubungan anatomis yang sebenarnya. Hal ini akan
memudahkan dalam pemeriksaan klinis dan radiograf. Mount yang opak adalah
yang terbaik karena mencegah cahaya dari viewbox untuk mencapai mata yang
melihatnya.

Metode yang dianjurkan untuk memposisikan film oklusal dan periapikal


pada film mount adalah mengaturnya sehingga gambar-gambar gigi terletak pada
posisi anatomisnya dan memiliki hubungan yang sama pada orang yang
melihatnya, sama seperti saat melihat wajah pasien. Radiograf dari gigi pada
kuadran kanan sebaiknya diletakkan pada sisi kiri dari mount dan yang pada
kuadran kiri diletakkan pada sisi kanan. Sistem ini, dianjurkan oleh American
Dental Association (ADA), sehingga padangan pemeriksa tidak berubah saat
melihat gigi di radiograf dan saat melihat gigi sebenarnya. Pengaturan alternatif
lainnya yaitu gambar pada kuadran kanan terletak di sebelah kanan mount dan
yang terletak pada kuadran kiri terletak di kiri, tidaklah dianjurkan.

K. IDENTIFICATION DOT

16
Bentuk bundar pada ujung setiap film, disebut dot, menunjukkan orientasi
film secara cepat dan tepat. Pabrik mengorientasikan film dalam paket sehingga
bagian konveks dari dot berada di depan paket film dan berhadapan dengan
sumber radiasi. Dengan begitu, mount dengan gambar-gambar gigi pada posisi
anatomik seperti yang telah dijelaskan di atas, setiap film pertama kali
diorientasikan dengan bagian konveks dot di depan berhadapan dengan yang
melihatnya. Kemudian, dasar gigi dan petunjuk anatomis tulang alveolar, film
diatur dalam hubungan normalnya pada mount.

L. MEMPERBANYAK RADIOGRAF

Adakalanya, radiograf harus diperbanyak; hal ini dapat dilakukan dengan


memperbanyak film. Film yang akan diperbanyak diletakkan secara berlawanan
pada sisi emulsi dari film penduplikat, dan kedua film diletakkan pada posisinya
oleh glass-topped cassette atau photographic printing frame. Film terkena cahaya,
yang melewati daerah kosong pada radiograf asli dan terkena pada film
duplikatnya. Kemudian dilanjutkan dengan proses konvesional, yaitu dengan
menggunakan larutan processing.

Tidak seperti film sinar X yang konvensional, penduplikasian film


menghasilkan gambar positif. Jadi, daerah yang terkena sinar menjadi kosong,
seperti pada radiograf asli. Duplikasi, secara khas menghasilkan gambar dengan
resolusi yang rendah dan lebih kontras dibandingkan dengan radiograf asli.
Gambar yang terbaik dihasilkan saat digunakannya sumber sinar ultraviolet.
Berbeda dengan negatif film yang biasa, gambar pada duplikasi film yang lebih
gelap atau lebih terang terjadi karena kurang terkena sinar atau karena terkena
sinar berlebih.

17
BAB III
PRINSIP DASAR INTERPRETASI RADIOLOGI

A. INTRODUKSI

Interpretasi pada radiologi dapat dikatakan sebagai proses mencari atau


menemukan semua informasi yang terdapat pada gambar radiografik yang
berwarna hitam, putih dan abu-abu. Tujuannya adalah untuk dapat:
Mengidentifikasi terdapatnya penyakit
Melengkapi informasi akan sifat dasar dan perkembangan suatu penyakit
Memungkinkan diperolehnya diagnosis pembanding.
Untuk memperoleh tujuan ini dan memaksimalkan lapangan
diagnostik,interpretasi harus dilakukan dalam kondisi yang spesifik, mengikuti
aturan, dan dengan petunjuk yang sistematis.
Sayangnya, interpretasi sering kali terbatas pada penglihatan yang sekilas dibawah
kondisi yang sangat tidak tepat. Klinisi sering menjadi korban pada cara spot
diagnosis dan tunnel vision ini. Ini dikarenakan banyak kasus yang memerlukan
radiografi sebagai penunjang diagnosis utamanya.

18
Bab ini menyediakan pendekatan tentang pengenalan pada bagaimana
radiografi harus diinterpretasi, kondisi penglihatan yang spesifik dibutuhkan dan
petunjuk sistematis yang disarankan.

B. Hal-hal penting yang dibutuhkan untuk interpretasi

Hal-hal penting yang dibutuhkan untuk menginterpretasi gambaran


radiografi dental dapat dirangkum sebagai berikut:
Kondisi penglihatan yang optimum
Memahami sifat dasar dan batasan dari gambaran radiografi baik hitam,
putih maupun abu-abu.
Pengetahuan mengenai radiografi apa yang dipakai dalam kedokteran gigi,
sehingga penilaian yang tepat dari kualitas film dapat dilakukan.
Pengetahuan yang mendetail mengenai ukuran dari gambaran
radiologis struktur anatomi normal.
Pengetahuan yang mendetail mengenai gambaran radiologi dari kondisi
patologis yang melibatkan kepala dan leher
Pendekatan sistematis untuk melihat seluruh radiografi dan untuk melihat
dan menggambarkan lesi yang spesifik
Adanya film sebelumnya untuk digunakan sebagai pembanding

C. Kondisi penglihatan yang optimun


Hal ini meliputi:
Viewer dengan cahaya terang yang sama, seragam (disarankan pada
intensitas yang bervariasi agar dapat melihat densitas film yang berbeda-
beda).
(lihat gambar 18.1)
Kamar penglihatan yang gelap dan sepi.
Area sekeliling film pada viewer harus ditutupi oleh warna gelap sehingga
cahaya hanya melewati film.

19
Gunakan kaca pembesar untuk melihat detail agar lebih jelas dalam film
intraoral.
Film harus kering
Kondisi penglihatan yang ideal ini memberikan pengamat kesempatan yang baik
untuk melakukan persepsi semua detail yang terdapat pada gambaran radiografi.
Dengan banyaknya rangsangan eksternal yang bersamaan, seperti cahaya yang
kurang baik dan kondisi penglihatan yang tidak adekuat, jumlah informasi yang
terdapat pada gambar radiografi berkurang (lihat gambar 18.2). Film harus dilihat
saat sudah kering, bila masih basah saat pemrosesan akan memperlihatkan
beberapa distorsi dari gambar.

Gambar 18.1A Kotak penglihatan wardray menggunakan sumber cahaya terang


tambahan untuk melihat film gelap yang over-exposed. B.pembaca X-ray SDI-
cahaya yang kurang baik terkecuali pelihat film intraoral dengan pembesar
didalamnya.

20
Gambar 18.2 Efek dari kondisi penglihatan yang berbeda pada radiografi
periapikal yang sama. A. Dengan latar hitam. B.Dengan latar putih. Terdapat
penglihatan detail yang lebih baik sekitar gigi molar pada A.

D. Sifat dasar dan batasan pada gambar radiografi


Pentingnya mengerti tentang sifat dasar dan batasan dari gambaran
radiografi dijelaskan pada bab 1. Untuk mengulangi pertanyaan, gambaran akhir
dideskripsikan sebagai gambaran dua dimensi yang terbuat dari bayangan
superimposed hitam, putih, dan abu yang bervariasi suatu gambar bayangan
(shadowgraph).

E. Ketepatan dari kualitas radiografi


Agar dapat menilai dan menginterpretasi setiap radiografi secara benar,
para klinisi harus mengetahui seperti apa gambaran radiografi dan stuktur apa
yang harus terlihat. Untuk alasan ini maka bab dalam radiografi harus melingkupi:
1. MENGAPA suatu proyeksi diambil
2. BAGAIMANA proyeksi diambil
3. APA hasil radiografi yang harus terlihat dan bentuk anatomi apa yang
ditunjukkan

21
Gambar 18.3 contoh dari bagaimana teknik radiografi yang bermacam-macam
dapat merubah hasil gambar pada objek yang sama. A. Proyeksi yang benar. B
sudut vertikal yang salah menghasilkan gambar yang berelongasi. C sudut
vertikal yang salah menghasilkan gambat yang memendek. D dan E. Sudut
horizontal yang salah menghasilkan gambar yang distorsi

Dengan pengetahuan praktis dari radiografi, para klinisi berperan untuk membuat
penilaian menyeluruh yang tepat dari film individual.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi kualitas gambar melingkupi:
Perlengkapan X-ray
Image receptor film atau kombinasi film/screen
Proses
Pasien
Operator dan teknik radiografi
Ketepatan dari radiografi dapat dibuat dengan mengkombinasikan faktor tersebut
dan dengan menanyakan beberapa pertanyaan mengenai gambar akhir. Pertanyaan
ini berhubungan dengan:
Teknik radiografi
Faktor paparan dan kepadatan film
Proses
1. Teknik (lihat gambar 18.3)
Teknik apa yang telah digunakan?
Bagaimana pasiennya, film, dan posisi tabung X-ray?

22
Apakah ini contoh yang baik pada proyeksi radiografi ini?
Berapa banyak distorsi yang ada?
Apakah gambarnya memendek atau memanjang?
Apakah ada rotasi atau asimetri?
Seberapa baik resolusi gambar dan ketajamannya?
Apakah filmnya berkabut?
Bayangan artefaktual mana yang muncul?
Bagaimana variabel teknik ini merubah gambar akhir radiografi?

2. Faktor Paparan (lihat gambar 18.4)


Apakah radiografi terpapar secara benar untuk alasan spesifik yang
diminta?
Apakah terlalu gelap dan sangat memungkinkan karena overexposed?
Apakah terlalu terang/pucat dan sangat memungkinkan karena
underexposed?
Seberapa baik kontrasnya?
Efek apa yang terjadi pada faktor paparan yang bervariasi dalam zona
yang diperiksa?
3. Proses
Apakah radiografi diproses dengan benar?
Apakah terlalu gelap dan memungkinkan untuk overdeveloped?
Apakah terlalu pucat dan memungkinkan untuk underdeveloped?
Apakah kotor dengan adanya emulsi dan sangat underfixed?
Apakah film basah atau kering?

Dengan pengalaman, penilaian kritis dari kualitas ini bukan prosedur yang
panjang, tetapi sesuatu yang yang tidak pernah dilihat berlebihan. Kualitas
radiografi yang buruk adalah petunjuk diagnostik yang buruk dan terkadang tidak
memiliki nilai diagnostik sama sekali.

23
Gambar 18.4. contoh dari bagaimana variasi dari faktor paparan dapat
membedakan kualitas gambar pada objek yang sama. A. Overexposed.B. Agak
overexposed C paparan yang benar. D. Underexposed

1. Pengetahuan detail dari anatomi normal


Pengetahuan detail dari gambaran radiografi struktur anatomi normal
sangat penting bila para klinisi ingin dapat mengetahui gambaran abnormal dari
banyak penyakit yang mempengaruhi rahang.
Bukan hanya pengetahuan yang menyeluruh tentang anatomi jaringan keras dan
lunak tetapi juga pengetahuan mengenai:
Tipe radiografi yang sedang diinterpretasi (contohnya radiografi
konvensional atau tomografi)
Posisi pasien, film dan tabung X-ray.
Hanya dengan semua informasi ini para klinisi dapat menghargai
bagaimana struktur anatomi normal yang bervariasi, yang dilewati sinar X,
akan muncul pada tiap radiografi tertentu.

2. Pengetahuan detail mengenai kondisi patologis


Interpretasi radiografi tergantung pada pengetahuan tentang pola tipikal
dan gambaran dari penyakit yang berbeda.
24
3. Pendekatan sistematis
Pendekatan sistematis untuk melihat radiografi penting untuk memastikan
tidak ada informasi relevan yang tertinggal. Pendekatan sistemis ini dapat
digunakan untuk:
Seluruh radiografi
Lesi spesifik
- Seluruh radiografi
Pendekatan yang sistematis akan mencukupi sepanjang itu logis,
berurutan dan seksama. Beberapa urutan yang disarankan diceritakan pada
bab berikutnya. Untuk sebuah contoh, pendekatan sistematis yang
disarankan untuk interpretasi menyeluruh dari tomografi dental panoramik
(lihat bab 15) dapat dilihat pada gambar 18.5.
Tipe dari rangkaian penglihatan yang berurutan ini membutuhkan
disiplin dari sisi pengamat. Sangat mudah mengalihkan perhatian terhadap
sesuatu yang tidak biasa atau abnormal, lalu melupakan sisa radiografi
lainnya.

25
PANDANGAN UMUM DARI SELURUH FILM
1. Perhatikan kronologis dan perkembangan usia pasien
2. Telusuri gambaran dari semua bayangan anatomis normal dan bandingkan
bentuk dan radiodensitas mereka.

GIGI GELIGI
3. Perhatikan khususnya pada :
a. Jumlah gigi yang ada
b. Tahapan perkembangan
c. Posisi
d. Kondisi Mahkota
(i) Karies
(ii) Tambalan
e. Kondisi Akar
(i) Panjang
(ii) Pengisian
(iii) Resorpsi
(iv) Rasio mahkota-akar

JARINGAN APIKAL
4. Perhatikan khususnya pada :
a. Integritas lamina dura
b. Gambaran radiolusen dan radioopak yang berhubungan dengan apikal

JARINGAN PERIODONTAL
5. Perhatikan khususnya pada :
a. Lebar dari ligament periodontal
b. Level dan kualitas dari puncak tulang
c. Kehilangan tulang baik secara vertikal maupun horizontal
d. Keterlibatan furkasi
26
e. Penumpukan kalkulus

BADAN DAN RAMUS MANDIBULA


Gambar 18.5 Contoh dari tomografi panoramik dental dan urutan sistematis
yang dianjurkan untuk melihat tipe film seperti ini

- Lesi spesifik
Deskripsi sistematis dari suatu lesi harus melingkupi:
Tempat atau posisi anatomi
Ukuran
Bentuk
Outline/pinggiran atau perifer
Radiodensitas struktur internal
Efek dari sekeliling struktur yang berbatasan
Waktu terjadinya, bila mengetahui.
Membuat diagnosis banding tergantung dari pendekatan sistematis ini.

F. KARIES GIGI DAN PEMERIKSAAN PADA RESTORASI


a. Pendahuluan
Karies gigi biasanya diklasifikasikan berdasarkan lokasi atau tempat
terdapatnya karies. Klasifikasi yg biasa digunakan meliputi :
Karies pada pit dan fisur
- Oklusal
- Bukal pit/lingual pit
Karies pada permukaan licin
- Aproksimal
- Permukaan bukal/lingual
- Akar
Karies sekunder
Metode-metode dari diagnosis pada tempat yang berbeda, meliputi :
Menyeluruh, pemeriksaan klinis secara teliti, menggunakan :
- Visualisasi, gigi yang kering
- Probing
- Transiluminasi
Pemeriksaan radiografi, menggunakan :
- Teknik foto bitewing pada dewasa dan anak-anak

27
- Teknik foto periapikal pada dewasa

Setengah bagian awal dari bab ini berkonsentrasi pada diagnosis karies di
gigi posterior dari teknik foto bitewing. Setengah bagian akhir bab merangkum
pentingnya untuk mengamati ketika melakukan pemeriksaan restorasi dan
membuat outline untuk meng-interpretasikan teknik foto bitewing.
Lesi yang parah dapat dideteksi oleh foto radiografi ketika lesi tersebut
telah mengalami demineralisasi agar dapat dibedakan dari email dan dentin yang
normal. Yang paling penting pada pemanfaatan pemeriksaan kondisi secara
optimal, seperti yang telah di uraikan pada bab 18, pembesaran partikel ditunjukan
pada gambar 19.1.

Gambar 19.1 efek pembesaran. A. teknik foto bitewing radiografi menunjukan


lesi awal yang tersembunyi pada bagian proksimal gigi molar dan premolar. B.
pembesaran pada foto bitewing yang sama menunjukan lesi secara lebih jelas.

b. Gambaran radiografi dari karies


Lesi karies yang semakin membesar ditunjukan pada bayangan radiolusen
yang berbeda pada mahkota atau leher gigi. Bayangan ini mempunyai

28
karakteristik dan berubah sesuai dengan tempat dan besarnya lesi. Ilustrasi
diagram ditunjukkan pada gambar 19.2 dan contohnya di tunjukkan pada gambar
19.3.
Poin-poin penting:
Radiografi adalah alat penunjang yang penting untuk mendiagnosis karies
dan pemeriksaan restorasi. Pemeriksaan klinis sendiri tidak dapat
mencukupi. Bagaimanapun, ketergantungan dalam penggunaan informasi
radiografi sebaiknya dihindari.
Radiografi, terutama bitewings dapat digunakan untuk memeriksa
kemajuan perkembangan lesi. Di UK pada 1998 selection criteria in dental
radiography booklet menyarankan bahwa bitewing yang dilakukan
berulang dapat melihat resiko terkena karies pada pasien. Pada pasien
dewasa dengan resiko karies tinggi dianjurkan rentan waktu untuk
melakukan foto 6 bulan, pada pasien dengan resiko karies sedang
dianjurkan dalam rentan waktu 12 bulan dan pada pasien dengan resiko
karies rendah rentan waktunya 2 taun. Rentan waktu yang sama dianjurkan
untuk anak-anak dengan pengecualian yang dipertimbangkan memiliki
resiko karies yang rendah, yang seharusnya dilakukan pemeriksaan
radiografi pada rentan waktu 12-18 bulan pada awal pertumbuhan gigi.
(lihat bab 6)
Teknik foto gigi tomografi panoramik tidak dianjurkan untuk mendiagnosa
karies. Bagaimanapun juga, teknik foto ini akan menunjukan karies pada
oklusal terutama di molar,lebih baik daripada bitewing. Hal ini mungkin
disebabkan oleh lesi karies yang terletak di tengah-tengah slice tomograpi
dan pada focus, sedangkan pada pemukaan bukal dan lingual gigi tidak
terlihat jelas.

29
Karies pada permukaan proksimal pada sebelum
perbatasan email

Karies pada permukaan proksimal meluas pada DEJ

Karies pada permukaan proksimal meluas sampai dentin

Karies pada permukaan oklusal meluas sampai dentin,


tidak terlihat pada bayangan email

Karies pada bukal/lingual

Karies pada akar

Karies sekunder

Gambar 19.2 Diagram ilustrasi radiografi gejala dan


bayangan lesi karies. DEJ dentino-enamel junction.

Gambar 19.3. Teknik foto radiografi menunjukan tipe


contoh lesi karies (tanda panah) A. lesi kecil pada aproksimal (gigi P2 dan M1
kiri RA) B. lesi besar pada aproksimal dengan keterlibatan dentin yang luas (gigi
M1 kanan RA) dan lesi kecil (gigi M1 kanan RB) C. lesi pada aproksimal meluas
sampai dentin (gigi P2 kiri RA) dan karies sekunder (gigi M1 kiri RA) D. lesi
kecil dan luas pada aproksimal (gigi M1 kiri RB) E. lesi kecil pada oklusal (gigi
M1 kiri RA ) dan lesi oklusal yang luas (gigi M1 kiri RB), terpisah dari lesi kecil

30
di email aproksimal, bagian atas email terlihat utuh F. karies pada akar (gigi M2
kanan RB) dan karies sekunder (gigi P2 kanan RB).
c. Bayangan penting pada gambaran radiografi
Sekarang ini, interpretasi radiografi tidak selalu dimengerti. Hal ini
biasanya diakibatkan oleh bayangan radiografi lainnya :
Radiolusen cervical burn out atau translusen
Radioopak dibawah daerah restorasi amalgam

1. Radiolusen cervical burn out


Bayangan radiolusen ini biasanya terdapat pada leher gigi, sebagai ilustrasi
ditunjukan pada gambar 19.4. Gambaran ini berdasarkan dari anatomi gigi dan
penetrasi dari sinar X-ray.

A.
Gambar 19.4
A. Ilustrasi diagram radiografi yang menunjukan cervical burn out
B. Radiografi bitewing vertikal menunjukan cervical burn out yang luas,
terutama pada premolar (tanda panah)

Cervical burn out dapat dijelaskan oleh pertimbangan seluruh bagian yang
berbeda pada gigi dan didukung oleh tulang pada sinar X-ray yang sama telah di
penetrasi :
Pada mahkota bagian terluar email dan dentin
Pada leher dentin saja
Pada akar dentin, bukal dan palatal dari tulang alveolar (lihat gambar
19.5)

31
Gambar 19.5
A. Diagram representasi dari gigi P2 dan M1 kiri RB menunjukan struktur
formasi 3D yang rumit pada gambar radiografi. Pada cervical menunjukan
sedikit jaringan.
B. Skema yang memperlihatkan level dari leher gigi. Sampai di tengah gigi
terdapat massa yang besar dari dentin untuk di absorbs I oleh sinar X-ray,
walaupun dalam jumlah yang kecil. Pada pinggir leher gigi tidak dapat
menghentikan sinar X-ray oleh karena itu berwarna opak.

Pada tepi servikal gigi, terdapat sedikit jaringan yang dapat dilewati sinat
x-ray. Tipisnya daerah tersebut memperlihatkan gambaran tidak opak pada
radiografi. Oleh karena itu tampak radiolusen seakan-akan jaringan servikal gigi
tidak terlihat (burn out).

Cervical burn out penting dalam penegakan diagnosa karena terdapat


kesamaan antara gambaran radiolusen dari servikal gigi dan karies sekunder.
Meskipun burn out dapat dibedakan dari beberapa karakteristik seperti berikut :

Berada pada leher gigi, bagian atas dibatasi lapisan email atau restorasi
dan bagian bawah oleh tulang alveolar.
Berbentuk segitiga, mengecil kearah bagian tengah gigi.
Umumnya mempengaruhi seluruh gigi dalam radiografi terutama pada gigi
premolar yang berukuran kecil.

32
Dapat dibedakan antara kelainan akar dan karies sekunder meskipun sering
mempengaruhi daerah servikal, tetapi pada kelainan ini tidak memperlihatkan
batas atas dan bawah yang jelas. Pada kelainan akar dan karies sekunder
memperlihatkan bentuk seperti mangkuk dan cenderung terlokalisir seperti
gambar 19.2. Jika terdapat keraguan dalam menegakkan diagnosa harus dipastikan
dalam pemeriksaan klinis dengan penglihatan langsung dan probing yang lembut
setelah area tersebut dibersihkan dan dikeringkan.

Gambar 19.6. A. Daerah distal servikal margin, dibawah tambalan putih


metallic terlihat radiolusen. B. Gambaran yang sama tetapi tambalan
dihitamkan. Daerah dibawah restorasi terlihat kurang radiolusen.

Poin - poin penting:


Burn-out nampak lebih jelas jika faktor-faktor penyinaran meningkat. Hal
ini wajib untuk mendeteksi karies aproksimal.
Terdapat masalah persepsi tentang kontras dari gigi yang memiliki
tambalan metalik yang mungkin menyebabkan zona diatas servikal terlihat
radioopak. Seperti juga sebagai tempat dari karies rekuren, diagnosis
selanjutnya menjadi lebih rumit.

2. Zona radioopak dibawah tambalan amalgam


Umumnya karies pada gigi belakang masih ditambal dengan menggunakan
tambalan amalgam. Amalgam merupakan suatu campuran logam merkuri dengan
logam lainnya. Dalam tambalan amalgam, merkuri dicampur dengan bubuk

33
logam. Bubuk logam memiliki kandungan perak, timah, dan tembaga dengan
sedikit zinc. Sejalan dengan beriringnya waktu kandungan ini dapat dilihat dengan
ion-ion dari timah dan zinc dilepaskan menuju dentin yang mengalami
demineralisasi (tetapi tidak terlalu dalam) sehingga menghasilkan zona radioopak
dengan dentin yang berbentuk S-shape curve pada lapisan tubulus. Radioopacity
pada daerah ini membuat dentin yang normal pada sisi yang lain nampak
radiolusen. Radiolusen dari dentin normal agak membuat bayangan radiolusen
dari karies sehingga menyulitkan dalam penegakan diagnosa.
Selanjutnya, pulpa dapat merespons serangan karies dan rangkaian
perawatan penambalan dengan membentuk dentin reparative dengan mengurangi
ukuran dari kamar pulpa.

A.

Gambar 19.7A. Diagram ilustrasi daerah S-shape radioopak karena pelepasan


ion timah dan zinc ke lapisan dentin yang mengalami demineralisasi dibawah
tambalan amalgam dan terbentuk dentin reparatif. B. Radiografi bitewing

34
menunjukan bayangan S-shape radioopak (tanda panah) pada tambalan besar
gigi bawah.

d. Keterbatasan dalam mendiagnosa karies dengan radiografi


Menegakkan diagnosa berdasarkan bayangan radioopak dan radiolusen
yang telah dijelaskan sebelumnya. Batasan selanjutnya ditentukan oleh gambaran
radiografi. Termasuk dalam masalah-masalah utama :
Karies dilihat secara klinis umumnya lebih besar daripada yang nampak
secara radiografi dan pada tahap awal karies tidak jelas sama sekali
Variasi teknik posisi film dan sinar X-ray dapat sangat mempengaruhi
gambaran dari lesi karies--variasi sudut horizontal pada tubehead dapat
membuat lesi karies terlihat dari email sampai dentin karena itu
dibutuhkan keakuratan. Contoh teknik dapat dilihat di bab 9.
Faktor pencahayaan dapat menghasilkan tanda yang mempengaruhi
keseluruhan kontras dari radiograf (gambar 19.9) sehingga
mempengaruhi bentuk atau ukuran dari lesi karies pada radiograf.
Gambaran dua dimensi sering tidak memperlihatkan beberapa ciri
berikut :
- Posisi pasti lesi karies contohnya bukal/lingual
- Perluasan karies ke buko-lingual
- Jarak antara lesi karies dan tanduk pulpa. Dua bayangan ini dapat
saling berdekatan atau bahkan terlihat saling berhubungan tetapi
mungkin tidak dalam bidang/tempat yang sama.
- Keberadaan lesi karies Densitas dari lapisan atas email mungkin
mengaburkan zona dekalsifikasi
- Keberadaan karies sekunder tambalan yang ada dapat melapisi
secara menyeluruh lesi karies yang ada.

35
-
Gambar 19.10A. Diagram menunjukan perbedaan posisi lesi (i) bukal dan
(ii) lingual, menghasilkan bayangan radiografi yang sama. B. Diagram
menunjukan perbedaan ukuran lesi bukal (i) dangkal (ii) dalam, menghasilkan
bayangan radiografi yang sama. C. Diagram menunjukan (i) lesi besar pada
proksimal tetapi tidak meliputi pulpa dan (ii) lesi besar pada proksimal meliputi
pulpa, keduanya menghasilkan bayangan radiografi yang sama. D. Diagram
menunjukan seberapa kecil lesi mungkin dapat tidak jelas jika kepadatan
bayangan email superimpose

e. Penilaian Radiografi pada Restorasi

1. Penilaian kritis pada restorasi

Hal-hal penting yg harus diperhatikan antara lain :

Tipe dan radiodensitas dari bahan restorasi, seperti :


- Amalgam
- Logam cor
- Bahan yang memiliki warna seperti gigi, contohnya komposit dan
glass ionomer
Kontur yang berlebih (overcontouring)
Sangkutan overhang (overhanging ledges)

36
Kontur yang kurang (undercontouring)
Sangkutan yg negatif atau terbalik
Titik kontak
Adaptasi dari bahan restorasi terhadap alas kavitas
Adaptasi marginal yang baik pada restorasi cor
Adanya kehilangan bahan pelapis
Radiodensitas dari bahan pelapis

2. Penilaian berdasarkan gigi

Hal-hal penting yang harus diperhatikan antara lain :

Karies sekunder
Sisa karies
Bayangan radiopak dari pembebasan ion timah dan zinc
Ukuran kamar pulpa
Resorpsi internal
Adanya bahan pengisi saluran akar pada kamar pulpa
Adanya serta posisi pin atau pasak

37
Gambar 19.11. Radiografi Bitewing menunjukan contoh tambalan besar pada
gigi. Area utama yang diperhatikan sangkutan overhang. Kontur yang kurang,
titik kontak yang kurang baik dan karies sekunder tanda panah

3. Keterbatasan gambar radiograf


Gambar radiograf memberikan informasi yang terbatas saat menilai suatu
restorasi. Masalah utamanya adalah :
Variasi teknik pada posisi tube sinar X dapat menyebabkan lesi karies
rekuren tidak terlihat jelas
Bayangan cervical burn-out cenderung terlihat jelas saat batas atasnya
terpisah oleh restorasi putih yang tebal karena peningkatan perbedaan
kontras
Superimposition dan gambar dua dimensi dapat diartikan sebagai :
- Hanya daerah restorasi yang dapat dinilai secara radiograph
- Ketebalan radiopak restorasi dapat menyembunyikan lesi karies di
daerah lain pada gigi
- Karies sekunder pada dasar boks interproksimal dapat tak
terdeteksi

38
Gambar 19.12 Gambar 19.13

4. Pedoman untuk Menginterpretasi radiograf bitewing


i. Penilaian kritis secara keseluruhan
Teknik
- Apakah gigi yang diperlukan terlihat?
- Apakah mahkota pada gigi atas dan bawah terlihat?
- Apakah oklusal plane horizontal?
- Apakah area kontaknya bertumpuk?
- Apakah terdapat coning off atau cone cutting?
- Apakah mahkota daerah bukal dan lingual bertumpuk?
- Apakah secara geometris sama dengan film sebelumnya?
Faktor Penyinaran
- Apakah gambar terlalu gelap dan sangat mungkin penyinaran
berlebih?
- Apakah gambar terlalu terang dan sangat mungkin penyinaran
kurang?

39
- Apakah penyinaran memungkinkan enamel-dentine junction
terlihat?
- Apa efek melakukan faktor penyinaran pada struktur yang
terlihat?
- Bagaimana cervikal burn-out terlihat?
Pengolahan
- Apakah proses pengolahan radiograf sudah benar?
- Apakah terlalu banyak developer?
- Apakah kurang developer?
- Apakah proses fiksasi sudah benar?
- Apakah sudah di cuci dengan bersih?

Melihat dengan sistematis


Pendekatan sismatis untuk melihat radiograf bitewing diperlihatkan pada gambar 19.14
dan 19.15

MULAI

19.14 urutan memeriksa radiograf bitewing

G. JARINGAN PERIODONTAL DAN PENYAKIT PERIODONTAL

a. Pendahuluan

40
Penilaian secara keseluruhan tentang jaringan periodontal berdasarkan
pada pemeriksaan klinis dan radiologi. Keduanya saling berhubungan dalam
melengkapi dan menunjang hasil pemeriksaan. Pemeriksaan secara radiologis
memberikan fakta-fakta yang berhubungan dengan proses penjalaran penyakit
sebelum penyakit tersebut terjadi. Kedua pemeriksaan ini dapat digunakan untuk
mengetahui morfologi gigi dan konsistensinya, juga untuk mengetahui kapan
tulang alveolar menghilang atau menurun. Kehilangan tulang dapat didefinisikan
sebagai perbedaan antara tulang septal sekarang dengan tinggi asumsi normal,
yang ditujukan sebagai perbandingan atau keterangan untuk pasien diambil dari
umur pasien. Faktanya, radiografi juga dapat digunakan untuk memperlihatkan
kuantitas sisa dari tulang alveolar yang dihubungkan dengan panjang akar dengan
tulang alveolar tersebut. Informasi ini masih penting untuk menentukan tingkat
keparahan penyakit, prognosis dan rencana perawatan dari gigi secara
keseluruhan.
Fungsi dari radiografi sampai saat ini digunakan untuk :
Melakukan pemeriksaan besar hilangnya jaringan tulang dan
keterlibatan furkasi.
Menentukan ada atau tidak adanya faktor lokal lainnya yang menjadi
penyebab.
Membantu dalam rencana perawatan.
Mengevaluasi tindakan perawatan, terutama untuk mengetahui
perkembangan GTR (guided tissue regeneration) (Lihat halaman 251).
Proyeksi radiografi yang utama digunakan untuk memperlihatkan jaringan
periodontal:
Periapikal teknik paralel.
Bite wings.
Tomografi gigi panoramik,.
Radiografi digital.
Sebelum kita mengintrepetasi foto secara detail, kita harus mengetahui hubungan
kualitas foto, dengan :
Teknik.

41
Faktor pemaparan, perlu untuk diingat bahwa kecukupan pemaparan
sinar sebaiknya dikurangi untuk menghindarkan burn-out di interdental
tulang krista yang diperlihatkan pada gambar 21.1.
Processing.
Dalam mengintrepetasi jaringan periodontal, penggunaan film dengan kualitas
baik sangat penting bisa jadi lebih penting daripada mengintrepetasi jaringan
gigi lainnya karena detail yang baik pada foto merupakan hal yang penting.

Gambar 21.1 Dua gambaran radiografi foto periapikal pada pasien yang sama
diambil dengan teknik yang sama, namun dengan faktor penyinaran yang berbeda.
A. Penyinaran yang rendah. B. Penyinaran yang lebih dikurangi. Note : untuk
gambaran variasi terlihat pada tulang interdental, menjadi burn-out.

b. Gambaran Radiografi Pada Jaringan Periodontal yang Sehat

Jaringan periodontium yang sehat dapat dilihat sebagai jaringan


periodontal yang tidak menunjukkan tanda-tanda jaringan tersebut sakit atau
memburuk. Jaringan periodontium yang sehat tidak dapat diketahui dari foto
radiografi saja, namun informasi secara klinis juga penting untuk diketahui.

42
Untuk dapat mengintrepetasi foto radiografi dengan baik, para ahli harus
dapat mengetahui dahulu apa saja gambaran normal pada jaringan periodontal
yang sehat, yaitu tidak adanya jaringan yang hilang. Gambaran atau ciri-ciri
radiografi yang dapat diandalkan yaitu adanya hubungan antara tulang krista
dengan CEJ (cemento enamel junction). Apabila ada jarak antara tulang krista dan
CEJ dalam batas normal (2-3mm) dan tidak adanya gejala klinis lain yang
menyertai dalam perlekatan hilangnya jaringan periodontal, dapat dikatakan tidak
ada kelainan atau periodontitis.
Gambaran radiografik yang biasa ada pada tulang alveolar yang sehat
dapat dilihat pada gambar 21.2 dan 21.3, meliputi :
Tipis, halus, tulang keras rata pada margin gusi sampai interdental tulang krista
di regio posterior.
Tipis, rata, margin yang tirus sampai interdental tulang krista di regio anterior.
Tulang keras di atas krista alveolar tidak selalu terang atau jelas, sebagian besar
tidak terlihat dalam jumlah kecil di dalam tulang antara gigi-gigi anterior.
Interdental krista tulang alveolar merupakan lanjutan dari lamina dura yang
berdekatan dengan gigi. Pertemuan dari interdental tulang krista dan
laminadura membentk sudut yang tajam.
Pelebaran yang tipis, rata dari mesial dan distal ligamen perodontal membentuk
celah.

Gambar 21.2 Diagram ilusi pada gambaran radiografi dalam periodontium yang
sehat. A. Regio atas gigi insisif. B. Regio bawah gigi molar. Jarak normal 2-3mm
dari batas krista sampai cemento enamel junction.

43
Gambar 21.3 Periapikal teknik paralel radiografi pada gigi regio 24,25,26,27,
(dengan reduksi eksposure yang ringan) dapat terlihat gambaran radiografi pada
priodontium yang sehat (tanda panah) sebelum adanya periodontitis.

Hal-hal penting yang perlu dicatat :


Meskipun gambaran ini merupakan gambaran yang biasa pada periodontium
sehat, tapi tidak selalu jelas atau nyata.
Banyak kemungkinan dari gambaran radiografi yang tidak jelas, hal ini berarti
adanya penyakit periodontal.
Kegagalan dalam melihat gambar bergantung pada :
- Teknik yang salah
- Overexposure
- Variasi normal dalam anatomi tulang alveolar dan densitas
Untuk mendapatkan perawatan yang baik, jaringan periodontal harus terlihat
sehat secara klinis, namun gambaran radiografi harus dapat memberikan
keterangan yang cepat sebelum kehilangan tulang yang dapat menyebabkan
penyakit menjadi aktif. Kehilangan tulang dapat diamati dalam radiografi,
sampai saat ini gambaran radiografi bukan merupakan indikasi keberadaan
adanya inflamasi.

c. Klasifikasi Penyakit Periodontal


Banyak klasifikasi dari penyakit periodontal yang telah dikemukakan
dalam beberapa tahun ini. Klasifikasi ini memberikan kemudahan bagi penulis

44
berdasarkan Proceddings the 1st European Workshop in Periodontology (edisi N.
Lang dan T. Korning) :
Inflamasi penyakit periodontal

Gingivitis
Akut
- Disebabkan oleh trauma
- Gingivitis ulseratif akut
- Gingivostomatitis herpetis akut
- Non-spesifik akut
Kronis
- Hiperplastik
- Desquamatif
Periodontitis
Akut
- Abses periodontal akut
Periodontitis Kronis
- Ringan
- Sedang
- Berat
Periodontitis tahap awal
- Pre-pubertal
- Juvenile
- Rapidly progressive

Penyakit periodontal menurut American Academy of Periodontology :


Gingivitis:
Gingivitis yang berhubungan dengan plak
- Gingivitis Kronis
- Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis
Gingivitis berhubungan dengan kondisi atau pengobatan sistemik
- Inflamasi gingiva karena pemberian hormon
- Gingivitis karena pengobatan
- Linear Gingival Erythema (LGE)
Manifestasi sistemik pada gingiva
- Bacterial, virus, atau jamur
- Kelainan darayh (contoh : Acute Monocytic Leukemia)
- Lichen Planus, Cicatricial Pemphigoid
Periodontitis :
Periodontitis yang berhubungan dengan plak
Early-Onset Periodontitis
o Prepubertal

45
o Juvenile Periodontitis
o Rapidly Progressive
Periodontitis berhubungan dengan penyakit sistemik
Necrotizing Ulcerative Periodontitis
Peri-implantitis

Kondisi sistemik atau generalisata yang dapat mempengaruhi periodontium


Termasuk diantaranya :
Kehamilan
Diabetes yang tidak terkontrol
Gangguan obat, contohnya Epanutin, nifedipine
HIV
Leukaemia
Downs syndrome
Langerhans cell disease (histiocytosis X)
Papillon-Lefevre syndrome
Secondary metastases
Gambaran radiografik atau penyakit periodontal dan hubungannya dengan tulang
yang hilang atau keterlibatan furkasi

Gingivitis akut dan kronis


Gambaran radiografi tidak memberikan bukti-bukti secara langsung pada
keterlibatan jaringan lunak pada gingivitis. Namun dalam kasus yang hebat seperti
Acute Ulcerative Gingivitis (AUG) terdapat penurunan papila interdental yang
luas, inflamasi yang mendasari terjadinya destruksi puncak tulang alveolar harus
diobservasi.

Periodontitis
Periodontitis adalah penyakit periodontal pada suatu keadaan inflamasi
jaringan gingival yang meluas hingga dasar tulang alveolar dan terdapat loss of
attachment. Kerusakan tulang dapat terlokalisasi, terdapat pada beberapa area
dalam mulut, atau menyeluruh pada semua area. Kerusakan tulang tersebut
umumnya terjadi secara lambat dan berlanjut perlahan-lahan selama beberapa
tahun atau dapat juga terjadi secara cepat.

46
Terminologi

Istilah-istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan variasi kerusakan


tulang meliputi :
1. Kehilangan tulang horizontal
2. Kehilangan tulang vertikal
3. Keterlibatan furkasi
Istilah horizontal dan vertical biasanya digunakan untuk menggambarkan
arah atau pola tulang yang hilang pada garis yang menghubungkan dua gigi yang
berdampingan dengan CEJ sebagai garis acuan. Kerusakan tulang secara kuantitas
ditentukan sebagai ringan, sedang, atau berat; seperti terlihat pada gambar 21.4.
kerusakan tulang vertikal berat, mengalami perluasan dari puncak tulang alveolar
hingga apeks gigi, dimana nekrosis jaringan pulpa menjadi salah satu faktor
penyebab, digambarkan sebagai lesi periodontik-endodontik (lihat gambar
21.4E dan 21.6).

Gambar 21.4 diagram ilustrasi variasi gambaran radiografik periodontitis. A.


Awalnya terdapat penurunan puncak tulang alveolar, pelebaran ligamen
periodontal dan kehilangan bentuk normal antara puncak tulang alveolar dan

47
lamina dura. B. Kehilangan tulang horisontal sedang. C. Kehilangan tulang
horisontal yang meluas dengan keterlibatan furkasi. D. Kehilangan tulang
vertikal terlokalisasi pada gigi 3.7. E. Kehilangan tulang meluas hingga apeks
36-yang disebut lesi periodontik-endodontik.

Gambar 21.6 gambaran radiografi perluasan kehilangan tulang pada gigi-14


disebut periodontik-endodontik. Pasien secara klinis terlihat abses periodontal.

Istilah keterlibatan furkasi dapat terlihat secara radiografis sebagai


kerusakan tulang pada daerah furkasi akar yang menunjukkan tingkat keparahan
penyakit, seperti terlihat pada gambar 21.5. Walaupun keterlibatan furkasi lebih
mudah terlihat pada gigi molar rahang bawah, keterlibatan furkasi juga dapat
terlihat pada molar rahang atas, meskipun terlihat bayangan superimpose akar
palatal. Sebagai tambahan, keterlibatan furkasi awal gigi molar rahang atas antara
akar mesiobukal dan distobukal dengan akar palatal menghasilkan gambaran
radiolusen berbentuk segitiga pada tepi gigi (gambar 21.8C dan 21.10A).

48
Gambar 21.5 Diagram radiografi macam-macam keterlibatan furkasi. A. Awal
keterlibatan furkasi, pelebaran ligamen periodontal pada furkasi B. keterlibatan
sedang C. keterlibatan berat.

49
Gambar 21.8 Radiografi menunjukan ciri khas radiografi utama dari kehilangan
tulang horizontal pada periodontitis kronis yang mempengaruhi gigi posterior. A
(i) awal atau ringan (ii)kehilangan tulang yang ringan(tanda panah)
mempengaruhi molar mandibula. B (i) sedang dan (ii) kehilangan tulang yang
berat (panah terbuka) mempengaruhi molar maksila. Panah hitan
mengindikasikan adanya deposit kalkulus C (i) dan (ii). Bitewing vertical
menunjukan kehilangan tulang generalisata yang berat (panah terbuka). Panah
hitam menunjukan lagi deposit kalkulus.

50
Gambar 21.10 Gambaran radiografi periapikal A. Keterlibatan furkasi pada
tahap sedang (panah hitam) pada molar rahang atas. Note: karakteristik
bayangan radiolusen mesial dan distal triangular servikal sebagai indikasi
keterlibatan antara mesio-bukal dan akar palatal dan distobukal dan akar
palatal. B. Derajat keras dari kehilangan tulang furkasi. C. derajat sedang dan
keras dari kehilangan tulang furkasi (panah) pada molar mandibula.

Gambaran radiografis tiga tipe periodontitis tersebut dinamakan :


1. Periodontitis akut.
2. Periodontitis kronis.
3. Periodontitis juvenile early onset.

Periodontitis akut abses periodontal akut


Terkadang, pada seorang pasien ditemukan penyakit periodontal akut yang
terlokalisasi, umumnya terbentuk di poket jaringan lunak yang dalam. Diagnosis
abses periodontal akut ditegakkan apabila secara klinis terlihat tanda-tanda

51
inflamasi dan infeksi akut, tetapi tanda-tanda tersebut tidak dapat terlihat secara
radiografis.

Periodontitis kronis
Periodontitis kronis adalah jenis periodontitis yang paling umum dari
penyakit periodontal, mempengaruhi populasi gigi secara sebagian dan
keseluruhan. Hal tersebut adalah penyebab utama kehilangan gigi pada masa yang
akan datang. Gambaran patologis utama dari periodontitis kronis adalah :
a. Inflamasi (umumnya kelanjutan dari gingivitis kronis).
b. Pengrusakan serat ligamen periodontal.
c. Resorpsi tulang alveolar.
d. Loss of epithelial attachment.
e. Pembentukan poket di sekeliling gigi.
f. Resesi gusi.
Resorpsi tulang alveolar merupakan gambaran radiografis utama dari periodontitis
kronis. Berikut ini merupakan ilustrasi pada gambar 21.7 21.10, meliputi :
1. Kerusakan/kehilangan margin puncak interdental corticated, tepi tulang
menjadi tidak beraturan atau kasar.
2. Pelebaran ligamen periodontal pada puncak margin.
3. Kehilangan bentuk normal antara puncak tulang dan lamina dura, bentuk
tulang menjadi membulat/ tidak beraturan.
4. Kehilangan tulang alveolar terlokalisasi atau menyeluruh.
5. Pola kerusakan tulang horisontal dan atau vertikal menghasilkan
kerusakan tulang/kerusakan formasi complex intra-bony.
6. Kerusakan tulang pada daerah furkasi gigi berakar jamak dapat
bervariasi dari pelebaran ligamen periodontal furkasi hingga destruksi
tulang alveolar yang luas.
7. Pelebaran ligamen periodontal pada interdental.
8. Berhubungan dengan faktor lokal sekunder yang rumit walaupun
penyebab utama penyakit periodontal adalah bakteri pada plak, banyak
faktor-faktor lain yang mempengaruhi.

52
Gambar 21.7 Radiografi periapikal menunjikan kehilangan tulang horizontal
(panah) pada insisivus rahang atas A. Sedang B. Berat.

Gambar 21.9 Contoh gambaran radiografi periapikal dari kehilangan tulang


vertikal pada periodontitis kronik A ringan atau sedang. B. Sedang. Efek keras
terlokalisasi (panah).

53
Beberapa faktor tersebut dapat terlihat pada gambaran radiografi (gambar 21.11)
dan meliputi :
Deposit kalkulus.
Besarnya karies.
Tambalan yang berlebih.
Tambalan yang kurang.
Tidak ada titik kontak pada tambalan.
Kontur restorasi yang kurang baik, termasuk desain pontik.
Perforasi by pins/posts.
Status endodontik yang berhubungan dengan lesi periodontik-
endodontik.
Gigi antagonis yang ekstrusi.
Gigi yang miring.
Akar bagian proksimal.
Gingiva yang berkontak dengan gigi palsu parsial

54
Gambar 21.11. Contoh gambaran radiografi periapikal dan bitewing dari faktor
penyebab sekunder meliputi kerusakan periodontal. A. deposit kalkulus kecil B.
deposit kalkulus besar C. kerusakan titik kontak dan karies. D. kelebihan atau
overhang bahan tambal yang besar E. kerusakan titik kontak dan karies dan
kelebihan atau overhang bahan tambal yang besar F. Perforasi pin ke dalam
jaringan periodontal. G. Gigi tilting.

Gambar 21.12. Periodontitis juvenille early onset A. Bagian tomografi


panoramik yang memperlihatkan kerusakan tulang sekitar molar pertama (tanda
panah). B. Gambaran periapikal yang menunjukkan kerusakan tulang lainnya (i)
molar rahang bawah dan (ii) insisif sentral rahang bawah.

H. DIAGNOSIS PEMBANDING RADIOLOGIS MENGGAMBARKAN


SUATU LESI

a. Pendahuluan

55
Meskipun banyak perbedaan kondisi yang dapat mempengaruhi rahang,
yang dapat memberikan gambaran radiografis hanya pada daerah yang relatif
radiolusen atau radioopak dibandingkan dengan gambaran tulang disekitarnya.
Meskipun dengan dasar ini radiodensitasnya tidak begitu jelas, sebagian lesi
termasuk kedalam dua kategori tersebut, tetapi pada tingkatan yang berbeda
dalam perkembangannya.
Jadi, banyak kondisi patologis ini memberikan gambaran yang serupa satu
sama lain. Hal ini sering menyebabkan kebingungan. Untungnya, daerah
tempat lesi tersebut berkembang, cara mereka tumbuh dan pengaruhnya
terhadap struktur sekitarnya cenderung mengikuti suatu pola yang mudah
untuk dikenali. Seperti yang telah dijelaskan pada Bab 18, pemahaman
terhadap pola ini dapat memberikan kunci untuk intepretasi dan penentuan
suatu diagnosis pembanding radiologis.
Deskripsi yang lengkap dapat membantu untuk mengidentifikasi pola dan
memutuskan karakteristik dasar dari lesi tersebut. Sebagai contoh, lesi dapat
berupa suatu kista atau suatu tumor, meskipun lesi tersebut tersusun atas
jaringan keras atau lunak, ataupun bila lesi tersebut tumor jinak atau ganas.
Hasil dari daftar diagnosis pembanding (DD) yang mungkin, pada akhirnya
menentukan penanganan pada pasien dan bentuk perawatannya dan menjadi
dasar pada pemeriksaan histologis.

b. Gambaran Rinci Suatu Lesi


Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui umur pasien dan
latar belakangnya, diikuti oleh deskripsi lesi secara sistematis, yaitu berupa :
Area atau Posisi secara Anatomis
Ukuran
Bentuk
Outline / Tepi atau Batas Pinggir
Relatif radiodensitas dan struktur internal
Efek pada struktur yang berbatasan disekelilingnya

56
Waktu muncul, jika diketahui

1. Area atau Posisi Anatomis


Hal ini harus diterangkan dengan tepat, sebagai contoh lesinya dapat
berupa :
Terlokalisir pada Mandibula, berpengaruh pada:
- Regio anterior
- Badan diatas atau dibawah canalis dental inferior, atau
berhubungan dengan gigi
- Angulus
- Ramus
- Procecus Kondilus
- Procecus Koronoideus
- Kedua sisi (bilateral)
- Beberapa area
Terlokalisir pada Maksila, berpengaruh pada:
- Regio anterior
- Regio posterior
- Kedua sisi (bilateral)
- Beberapa area
Secara Umum, berpengaruh pada:
o Kedua rahang
- Cranial vault
- Long bones
- Cervical spine
o Bagian tulang lain lesi multiple dapat juga merusak keaslian
dari titik central/relative yang mengelilingi struktur sekitarnya,
seperti:
- pada tulang atau jaringan lunak
- diatas atau dibawah canalis dental inferior
- didalam atau diluar canalis dental inferior

57
- didalam atau diluar antrum maksilaris
- didalam atau diluar folikel gigi
- pada apeks akar gigi
Pada mandibula, yang dikenal sebagai lesi odontogenic berkembang diatas
canalis dental inferior, sedangkan lesi non-odontogenik berkembang diatas,
didalam atau dibawah canalis. Sehingga beberapa kondisi mempunyai predileksi
untuk area-area tertentu sedangkan yang lainnya berkembang hanya pada satu
area. Sebagai contoh, kista dental radikular berkembang pada apeks gigi non-vital,
sedangkan kista tulang fisural berkembang hanya pada midline. Oleh karena itu,
area atau posisi anatomis suatu lesi dapat memberikan suatu petunjuk awal dalam
mengidentifikasi lesi tersebut.

2. Ukuran
Ukuran suatu lesi tidak terlalu membantu dalam membedakan sifatnya
karena baik lesi ganas maupun jinak mungkin muncul dalam ukuran yang
kecil ataupun besar. Terkadang, beberapa kondisi mempunyai sedikit
bahkan tidak ada pertumbuhan, sehingga gambarannya selalu kecil (mis.
2-3cm), seperti kavitas tulang pada idiopatik Stafne (Stafnes idiophatic
bone cavity), sedangkan tumor, seperti ameloblastoma dapat tumbuh, jika
tidak diobati, menjadi ukuran yang besar sekali (10cm atau lebih). Jadi,
ukuran suatu lesi, walau tidak spesifik, tetap dapat memberikan gambaran
mengenai tipe kondisi yang ada.

58
Gambar.24.1 Diagram menunjukkan gambaran radiografi dari suatu lesi yang
radiolusen pada sudut mandibula, menggambarkan cara pengukuran suatu lesi,
contohnya garis ditarik dari bagian mesial gigi 7 ke sigmoid notch dan dari
batas ramus anterior ke ID canal, atau diperkirakan 6cmx2cm.

3. BENTUK
Secara konvensional, bentuk lesi digambarkan menggunakan satu atau
beberapa istilah berikut (lihat gambar 24.2):
Monolokuler atau Unilokuler
Multilokuler
Pseudolokuler
Bulat
Oval
Berbentuk seperti kerang atau begelombang
Ireguler atau tidak beraturan
Bentuk lesi merupakan salah satu karakteristik yang lebih berguna dan
spesifik yang dapat membantu diagnosis secara radiologis. Sebagai
contoh, kista radikular pada gigi berbentuk bulat dan monolokuler
sementara lesi-lesi giant sel yang cenderung multilokuler. Bentuk yang
tidak beraturan memberikan kesan pertumbuhan yang tidak beraturan pula,

59
seperti pada kista tulang tunggal yang secara khas meluas ke atas diantara
akar-akar gigi, dan pengrusakan juga mengindikasikan suatu inflamasi
atau lesi keganasan.

Gambar 24.2 : Gambar menunjukan gambaran radiografik berbagai bentuk lesi.

A. Monolokuler
B. Pseudolokuler
C. Multilokuler

4. GARIS BENTUK/PINGGIRAN/KELILING
Garis bentuk atau keliling lesi secara konvensional digambarkan
menjadi discrete dan tegas atau non discrete dan tidak tegas dan seperti
memiliki karakteristik tambahan yang bermacam-macam.
Garis-garis bentuk discrete atau tegas, yang mana dapat juga
berupa:
Halus
Berlubang-lubang, menunjukan tidak ada reaksi dari tulang bagian
luar
Kortikasi, mempunyai gambaran yang tebal atau tipis disekeliling
cortex yng radioopak (putih)
Sklerotik, mempunyai batas radioopak yang tidak sama.
60
Enkapsulasi, dikelilingi oleh garis radiolusen (hitam) yang
mungkin lengkap atau sebagian.
Garis-garis bentuk non discrete atau tidak tegas, yang mungkin:
Bercampur dengan anatomi normal dan menunjukan perubahan
secara bertahap diantara pola-pola trabekular.
Menunjukan tanda-tanda invasi dan terlihat tidak rata atau usang.
Garis bentuk atau keliling lesi memberikan informasi mengenai sifat
dasar lesi, sebagai contoh, apakah lesi tersebut jinak atau ganas dan
seberapa cepat pertumbuhan dan perkembangan lesi itu terlihat. Lesi yang
lebih jinak dan pertumbuhannya lambat, lebih memungkinkan mempunyai
garis bentuk kortikal yang tegas. Keganasan merupakan lesi yang
pertumbuhannya cepat dan cenderung mempunyai garis bentuk yang tidak
tegas karena kecepatan proses pengrusakan tulangnya melebihi proses
perbaikannya.
Sayang, ketika sebuah lesi seperti kista berubah menjadi infeksi yang
akut, garis bentuk yang normal seringkali menjadi hilang dan
gambarannya memberikan kesan yang berbeda yaitu kondisi yang lebih
buruk.

Gambar 24.3 : Gambar menunjukan gambaran radiografik garis bentuk atau


pinggiran lesi yang tidak sama.

61
A. Tegas dengan garis pinggir terkortikasi yang putih (radioopak)
B. Tegas tanpa garis pinggir terkortikasi
C. Tidak tegas

I. Diagnosa Perbandingan Lesi-Lesi Berdasarkan Berbagai Gambaran


Radiopak pada Rahang

Berbagai kondisi dapat mempengaruhi rahang,salah satunya gambaran


yang relatif radiopak disekitar tulang, meskipun derajat keopakan dapat bervariasi.
Petunjuk langkah demi langkah, ditegaskan pentingnya pendekatan metodical,
untuk menghasilkan diagnosa perbandingan. Pendekatan ini diringkas pada
gambar 26.1.

STRUKTUR ANATOMI NORMAL

RADIOPAK ARTEFACTUAL

PATOLOGIS

Kemungkinan penyebab meliputi:

Anomali gigi
Lesi tulang
Klasifikasi jaringan lunak
Benda asing

Gambar 26.1 Penuntun langkah demi langkah untuk membandingkan diagnosa


gambaran radiopak.

Langkah 1

62
Menggambarkan tingkat keradiopakan khususnya :
a) Lokasi atau posisi secara anatomis, apakah gambaran radiopak terletak
pada tulang atau mengelilingi jaringan lunak dan apakah superimpose
dengan tulang? Untuk menentukan lokasi radiopak , dua gambaran
radiografi idealnya dibutuhkan pada sudut kanan dan kiri.
b) Ukuran
c) Bentuk
d) OutlineDigunakan khususnya untuk membedakan ciri2, karena jika
radiopak dikelilingi garis radiolusen yang tipis berarti tanpa kecuali
berasal dari jaringan gigi
e) Relatif radiodensity
f) Efek terhadap struktur sekitarnya yang berdekatan
g) Lama keberadaannya, jika diketahui.

Langkah 2
Menentukan radiopak tersebut adalah :
1. Gambaran anatomi normal
a) Pada mandibula:
Area tulang padat, merujuk pulau tulang padat
Penonjolan tulang seperti tepi obliqua eksterna, garis mylohyoid, atau
tuberkel genial
Tulang lain diatasnya seperti tulang hyoid
b) Pada maksila :
Tulang lain seperti zygoma/spina nasalis anterior
Struktur lain diatasnya seperti kartilago nasal atau palatum lunak

2. Artefaktual
Ini tergantung dari tipe radiografi, contohnya meliputi :
Bayangan nyata atau ghost earring shadowdapat terlihat pada dental
panoramik tomografi (lihat bab 15)
Cipratan cairan fixer
Objek atau goresan pada intensifying screen

3. Patologis

Langkah 3
Jika gambaran radiopak bersifat patologis, tentukan kategori utama di
bawah ini yang harus diambil:
Abnormalitas dari gigi
Kondisi yang mempengaruhi tulang

63
Superimpose kalsifikasi jaringan lunak
Benda asing

Langkah 4
Mempertimbangkan subdivisi dari kategori patologis secara khusus dapat
ditunjukan pada tabel 26.1

Langkah 5
Membandingkan gambaran radiografi yang tidak diketahui dengan
gambaran radiografi yang memungkinkan. Kemudian didata, kondisi mana yang
memungkinkan seperti yang disebutkan pada bab 25.Daftar ini membentuk
diagnosa perbandingan radiografi.
Gambaran radiografi yang khas dari gambaran radiopak yang penting
dijelaskan seperti pada bab 25. Hal ini harus ditekankan bahwa pendekatan ini
mempermudah dan kebanyakan lesi dapat menghasilkan penampakan yang
bervariasi.

Tabel 26.1 Klasifikasi Gambaran Lesi Umum yang Dapat Memberikan Gambaran
Radiopak yang Bervariasi
Gigi yang abnormal
Gigi yang belum erupsi dan impaksi termasuk supernumerary
- Odontoma: Compound
Complex (lihat tumor odontogenik)
Sisa akar
Hipersementosis

Kondisi dari berbagai radiopak yang mempengaruhi tulang


Pertumbuhan: Exostosis meliputi torusmandibula atau palatal
Inflamasi: -Infeksi kronis tingkat rendah
-Osteomyelitissequestra; bentuk involucrum
Tumor: Calcifying ephitelial odontogenic tumour (CEOT)
Odontogenik (tahap akhir): -Ameloblastic fibro-odontoma
-Adenomatoid odontogenic tumour
-Calcifying odontogenic cyst
-Odontoma: compound dan complex
Non odontogenik: -Jinakosteoma; chondroma
-Ganasosteosarcoma; osteogenic secondary metastase
Lesi fibro-cemento-osseous (tahap akhir):
-Fibrous dysplasia
-Periapical cemento-osseous dysplasia
-Focal cemento-osseous osseous dysplasia

64
-Florid cement-osseous dysplasia (gigantiform cementoma)
-Familial gigantiform cementoma
-Benign cementoma (true cementoma)
-Cemento-ossifying fibroma
Lain-lain: -Penyakit Pagets pada tulang
-Osteopetrosis
Superimpose kalsifikasi jaringan lunak
Salivary calculi
Calcified lymph nodes
Calcified tonsils
Phleboliths
Calcified acne scars
Benda asing
Intra bony
Jaringan lunak
Di atas atau pada kulit

J. GAMBARAN RADIOPAK YANG ABNORMAL PADA GIGI

a. Gigi yang Tidak Erupsi atau Impaksi Termasuk Supernumerari


(Gambar 26.1)

Radiopak disebabkan tidak erupsinya/impaksi gigi dan supernumerari


telah dapat diidentifikasi dengan menggunakan radiografi sesuai dengan
karateristik bentuk dan kepadatan.

65
Gambar 26.2. Contoh gambaran radiopak yang disebabkan oleh gigi yang belum
erupsi. A.Dental panoramik tomograf menunujkan gambaran yang khas dari gigi
M3 yang belum erupsi dan impaksi(ditunjuk tanda panah)gigi 3.8 dan 4.8
posisinya melintang. B. Periapikal menunjukan gigi mesiodens yang konus
(ditunuk tanda panah ) diantara gigi 1.2, 1.1 dan 2.1.,Padat, bentuk dan outline
menegaskan gambaran radiopak dihasilkan dari jaringan gigi.

b. Odontoma

Meskipun baik complex dan compound odontoma lebih akurat


diklasifikasikan kedalam tumor epitelial odontogenik dengan odontogenic
ectomes- enchyme menunjukkan formasi jaringan keras gigi (klasifikasi WHO
1992), sering juga dijelaskan sebagai perkembangan anomali dari gigi (lihat
bab 23).
1. Compound odontoma
Odontoma ini dibentuk oleh beberapa gigi kecil seperti dentikel. Bentuk
miniatur gigi menunjukkan radiodensity dari jaringan gigi dikelilingi
garis radiolusen dan mudah untuk diidentifikasikan secara radiografi
(gambar 26.3).

Gambar 26.3 Periapikal regio 2.1 dan 2.2 menunjukkan gambaran radiopak
compound odontoma (ditunjuk tanda panah) terdiri dari gigi-gigi kecil.

2. Complex odontoma

66
Odontoma ini terbentuk oleh massa jaringan tidak menentu dari jaringan
gigi yang bentuknya tidak mirip dengan gigi. Kandungan enamel
mengahasilkan gambaran radiopak dan jaringan ini dikelilingi oleh garis
radiolusen (gambar 26.4).

Gambar 26.4 DPT menunjukkan massa radiopak padat, tidak tetap yang khas
dari complex odontoma pada gigi 4.7 (ditunjuk tanda panah) . Hal ini mencegah
erupsi gigi 4.6. Gambaran radiopak dikeliliingi gambaran radiolusen
menegaskan berasal dari jaringan gigi.

c. Sisa Akar (Gambar 26.5)

Sisa akar gigi sulung dan permanen dimana sisanya tersebut tertanam di
tulang aveolar, biasanya setelah dilakukan ekstraksi. Lokasi, bentuk dan
densitas membuat identifikasi radiogarafi menjadi lebih sederhana. Gambaran
tambahan diagnosa radiografi meliputi garis radiolusen dari bayangan ligamen
periodontal dan kadangkala menunjukkan gambaran saluran akar.

67
Gambar 26.5 Periapikal menujukkan gambaran radiopak (ditunjuk tanda panah)
di kedua sisi dari akar gigi 4.5 disebabkan sisa akar gigi sulung. Perhatikan
bahwa radiodensitasnya sama dengan akar sebelah dan garis radiolusen di
sekelilingnya
.
d. Hipersementosis (gambar 26.6)

Bentuk kelebihan dari jumlah sementum biasanya mengelilingi bagian


apikal akar. Penyebabnya tidak diketahui, tapi biasanya terlihat pada penyakit
Pagets dari tulang seperti gambaran batu terjal yang khas dan tidak tetap.
Secara diagnostik, hipersementosis bukanlah suatu masalah memberikan
gambaran radiopak yang menjadi bagian dari akar gigi dan menghasilkan
perubahan outline akar.

Gambar 26.6 A. Periapikal menunjukkan hipersementosis awal yang


mempengaruhi gigi 2.5 (ditunjuk tanda panah) B.Periapikal menunjukan ciri-ciri
hipersementosis (ditunjuk tanda panah) yang berhubungan dengan penyakit
Pagets pada tulang. Perhatikan gambaran abnormal Orange peel pada tulang.

68

Anda mungkin juga menyukai