PENGOLAHAN FILM
yang diperlukan untuk mengubah gambar tetap yang tak kelihatan, yang termasuk
pada emulsi sensitif film, menjadi gambar radiografi permanen yang terlihat.
Yang paling penting adalah tahap ini dilakukan terkontrol, dengan
memberikan perhatian khusus pada detail. Sayangnya terlalu sering pengolahan
yang buruk menyebabkan hasil radiografi menjadi diagnosa yang tidak
berkualitas, terlepas dari bagaimana dapat diandalkan dan mahalnya peralatan
peralatan X ray atau bagaimana akuratnya teknik operator radiografi.
A. LARUTAN PROCESSING
1
Tipe unsur dari cairan pengembang & fungsinya
2
Fungsi utama dari fiksasi untuk menghancurkan dan menghilangkan
kristal perak halida dari emulsi. Adanya kristal yang tidak terlihat menyebabkan
film menjadi opak. jika Krista tidak dihilangkan, gambar radiograf yang
dihasilkan gelap dan tidak terdiagnosis. gbr 6-4 merupakan fotomikrograf emulsi
film mengambarkan butir-butir padat berwarna silver yang telah dihilangkan dari
kristal silver bromida yang tidak terekspose. fungsi kedua dari fiksasi ini untuk
mengeraskan dan menyusutkan emulsi film.
2. Acidifier
3
Larutan fiksasi terdiri dari buffer sistem asam asetik (pH 4 - 4,5)
untuk menjaga pH konstan fixer. pH acidis merupakan syarat untuk
memulai difusi thiosulfat kedalam dan kompleks perak thiosulfat
keluar emulsi. larutan fiksasi asam juga menonaktifkan carryover zat
pembangun pada film emulsi, memblok kelanjutan perkembangan dari
kristal putih yang tidak terekspose pada tempat fiksasi.
3. Preservative (pengawet)
4. Hardener
B. WASHING (Pencucian)
4
Setelah memfiksasi, proses film selanjutnya adalah pencucian dengan air
mengalir yang cukup dengan waktu yang sesuai untuk memastikan hilangnya
semua ion thiosulfat dan kompleks perak thiosulfat. efisiensi pencucian dapat
menurun dengan cepat ketika temperatur air dibawah 600 F. berbagai campuran
perak atau thiosulfat yang tersisa karena pencucian yang tidakk sempurna maka
akan meninggalkan noda, yang sangat jelas pada daerah radiopak. Noda yang
dihasilkan dari reaksi thiosulfat dengan perak yang membentuk brown silver
sulfide yang menghalangi informasi diagnosis.
Ruang gelap harus sesuai dengan mesin X-Ray dan alat-alat kedokteran
gigi dan paling tidak 1,2 meter X 1.5 meter. satu hal yang paling penting adalah
tahan cahaya. maka dari itu, light-tight door atau doorless maze. pintunya harus
tertutup untuk mencegahnya terjadinya kecelakaan, yaitu masuknya cahaya yang
menyebabakan film rusak. ruangannya harus memiliki ventilasi yang baik agar
pekerja yg didalam ruangan nyaman dan tidak kepanasan karena alat pengering
dan uap lembab dr pengeringan film. temperatur ruangan yang nyaman membantu
mengoptimalkan kondisi perkembangan,fiksasi dan pencucian. jika persedian
(termasuk film x-ray yang tidak tereksposes ) disimpan pada ruang gelap maka
ventilasi menjadi sangat penting karena temperatur 900 F atau lebih bisa
meningkatnya kepadatan film(film fog).
a. Safelighting
5
untuk meminimalisir efek kabut berkepanjangan, safelighting harus lampu 15 watt
dan dipasang paling tidak 4 kaki diatas permukaan dimana film yang terbuka
sedang diproses.
Film X-ray sangat sensitive pada spektrum biru-hijau dan kurang sensitive
pada spectrum kuning dan merah. filter GBX-2 merah direkomendasikan sebagai
safelight pada ruang gelap dan bisa untuk ekstra dan intra oral, karena filter ini
mentrasmisikan cahaya hanya pada warna merah pada ujung sperktrum.
penanganan film dibawah safelight harus dibatasi sampai 5 menit karena emulsi
film menperlihatkan banyak hal sensitive dari safelight ke cahaya dengan
pemaparan yang panjang. filter ML-2 tidak sesuai untuk dental film intraoral atau
extraoral atau cephalometrik.
c. Termometer
6
Temperatur larutan developer, fiksasi, dan pencucian harus sangat
diperhatikan. termometer dapat ditinggal pada sirkulasi air melalui tanki utama
pada layar. yang terutama diperlukan termometer yang dijepit disamping tanki.
kandungan termometer berupa alcohol atau logam, tapi tidak boleh mengandung
merkuri karena akan mengkontaminasi processor atau larutan.
d. Timer (waktu)
Film X-ray harus diekspose dengan processing kimia untuk interval yang
spesifik. waktu intervalnya adalah w.aktu yang diperlukan untuk mengawasi
perubahan dan waktu fiksasi.
7
film. Jepit film pada film hanger, satu film pada satu klip. Untuk
mencegah kebingungan yang mungkin terjadi, beri label rak film dengan
nama pasien dan tanggal.
4. Set Timer : Periksan temperature developer dan set interval timer to the
time indicated by manufacturer for the solution temperature. Untuk
prosesing film intraoral dalam larutan konvensional, gunakan development
times dibawah ini :
TEMPERATUR DEVELOPMENT
TIME
68F 5 menit
70F 4 menit
72F 4 menit
76F 3 meniy
80F 2 menit Prosesing
film, pada temperatue lebih tinggi atau lebih rendah dan untuk waktu yang
lebih panjang atau pendekdalam pembuatan dapat mengurangi contrast
dari prosesing film. Selain itu, prosesing yang terlalu panjang pada
temperature yang lebih tinggi dapat menghasilkan film fog ( kabut ),yang
dapat mengurangi contrast film dan informasi diagnosa
5. Develop :mulai mekanisme timer dan segera celupkan hanger serta film
dalam developer. Goyangkan hanger sedikit selama 5 detik untuk
menghilangkan gelembung udara pada film. Tinggalkan film dalam
developer dengan waktu yang telah ditetapkan tanpa penggoyangan lebij
jauh. Ketika mengangkat film, keringkan sisa developer di wastafel.
6. Rinse : setelah development, angkat hanger film dari developer dan
tempatkan dalam air yang yang mengalir selama 30 detik. Gerakkan film
terus menerus dalam air pembilas untuk menghilangkan sisa developer
7. Fix : tempatkan hanger dan film dalam larutan fixer selama 10 menit dan
goyangkan setiap 30 detik untuk menghilangkan gelembung udara.
Kelebihan fixasi ( beberapa jam ) menghilangkan pearnaan silver metalik,
mengurangi densitas film. Ketika film dipindahkan, keringkan kelebihan
fixer dalam wash bath.
8
8. Wash and dry : setelah fiksasi film selesai, tempaatka hanger dalam air
mengalir selama paling sedikit 10 menit untuk menghilangkan sisa larutan
prosesing. Setelah film dicuci, hilangkan kelembapan permukaan dengan
mengocok kelebihan air secara hati-hati dari film dan hanger. Keringkan
film pada sirkulsi, cukup dengan air hangat. Jika film cepat kering dengan
titik-titik kecil bekas air pada permukaannya, area dibawah titi-titik
tersebut dikeringkan secara pelan-pelan dibandingkan area sekelilingnya.
Pengeringan seperti ini disebabkan karean adanya distorsi gelatin,
meninggalkan artifak kering pada beberapa kasus. Hasilnya adalah spot
yang sering terlihat dan mengurangi kegunaan dari hsil akhir radiograf.
Setelah pengeringan, film siap untuk dipakai.
9
F. CHANGING SOLUTION
10
melepas bungkus film dan memasukkan dalam mesin tanpa bekerja di ruang
gelap. Bagaimanapun, keamanan khusus harus dilakukan untuk mempertahankan
infection control ketika menggunakan daylight-loading compartement ini.
a. MEKANISME
11
manual. Fixer memiliki pengeras tambahan yang membantu emulsi menahan
kekakuan dari system transport.
b. REPLENISHMENT ( pengisian )
12
Beberapa cara tersedia untuk membuang perak dan timah dengan baik.
Perak dapat dihilangkan dari fixer dengan menggunakan pengganti metalik atau
dengan metode menyepuh dengan listrik (electroplating). Penggantian metalik
dengan menggunakan cartridges di mana limbah larutannya mengalir. Pada proses
ini, besi menjadi larutan dan perak mengendap menjadi endapan kotoran. Pada
metode menyepuh dengan listrik, larutan limbah berkontak dengan dua elektroda,
melalui arus yang lewat. Katoda menangkap perak. Pada situasi yang sama, sisa
perak dapat dijual kepada penyuling dan pembeli perak.
Kertas timah dipisahkan dari paket film dan dikumpulkan sampai cukup
dan kemudian diakumulasikan dan dijual ke pedagang potongan logam. Kantor
kedokteran gigi seharusnya juga mempertimbangkan untuk bekerja sama dengan
perusahaan terkait untuk mengambil limbah dari bahannya. Nama-nama dari
beberapa perusahaan tersebut dapat ditemukan di buku telepon atau terdapat di
agensi yang menanggulangi limbah beracun.
13
Miliamperage yang tidak cukup
Kilovoltage tinggi yang tidak cukup
Waktu yang tidak cukup
Jarak film dengan sumber cahaya terlalu jauh
Paket film terbalik di dalam mulut
14
Larutan yang terkontaminasi
Film yang memburuk (disimpan pada temperatur yang tinggi,
kelembaban tinggi, terkena radiasi, atau outdated)
e. Bintik atau garis hitam
Kontaminasi sidik jari
Kertas pembungkus hitam yang menempel pada permukaan film
Film berkontak dengan tank atau film lain selama fiksasi
Film terkontaminasi dengan developer sebelum proses dimulai
Tekukan yang parah pada film
Pelepasan static pada film sebelum proses dimulai
Tekanan roller yang berlebihan saat proses film yang otomatis
Roller yang kotor dalam proses otomatis
f. Bintik terang
Film terkontaminasi dengan fixer sebelum proses dimulai
Film berkontak dengan tank atau film lainnya selama development
Tekukan yang berlebihan pada film
J. MOUNTING RADIOGRAPHS
K. IDENTIFICATION DOT
16
Bentuk bundar pada ujung setiap film, disebut dot, menunjukkan orientasi
film secara cepat dan tepat. Pabrik mengorientasikan film dalam paket sehingga
bagian konveks dari dot berada di depan paket film dan berhadapan dengan
sumber radiasi. Dengan begitu, mount dengan gambar-gambar gigi pada posisi
anatomik seperti yang telah dijelaskan di atas, setiap film pertama kali
diorientasikan dengan bagian konveks dot di depan berhadapan dengan yang
melihatnya. Kemudian, dasar gigi dan petunjuk anatomis tulang alveolar, film
diatur dalam hubungan normalnya pada mount.
L. MEMPERBANYAK RADIOGRAF
17
BAB III
PRINSIP DASAR INTERPRETASI RADIOLOGI
A. INTRODUKSI
18
Bab ini menyediakan pendekatan tentang pengenalan pada bagaimana
radiografi harus diinterpretasi, kondisi penglihatan yang spesifik dibutuhkan dan
petunjuk sistematis yang disarankan.
19
Gunakan kaca pembesar untuk melihat detail agar lebih jelas dalam film
intraoral.
Film harus kering
Kondisi penglihatan yang ideal ini memberikan pengamat kesempatan yang baik
untuk melakukan persepsi semua detail yang terdapat pada gambaran radiografi.
Dengan banyaknya rangsangan eksternal yang bersamaan, seperti cahaya yang
kurang baik dan kondisi penglihatan yang tidak adekuat, jumlah informasi yang
terdapat pada gambar radiografi berkurang (lihat gambar 18.2). Film harus dilihat
saat sudah kering, bila masih basah saat pemrosesan akan memperlihatkan
beberapa distorsi dari gambar.
20
Gambar 18.2 Efek dari kondisi penglihatan yang berbeda pada radiografi
periapikal yang sama. A. Dengan latar hitam. B.Dengan latar putih. Terdapat
penglihatan detail yang lebih baik sekitar gigi molar pada A.
21
Gambar 18.3 contoh dari bagaimana teknik radiografi yang bermacam-macam
dapat merubah hasil gambar pada objek yang sama. A. Proyeksi yang benar. B
sudut vertikal yang salah menghasilkan gambar yang berelongasi. C sudut
vertikal yang salah menghasilkan gambat yang memendek. D dan E. Sudut
horizontal yang salah menghasilkan gambar yang distorsi
Dengan pengetahuan praktis dari radiografi, para klinisi berperan untuk membuat
penilaian menyeluruh yang tepat dari film individual.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi kualitas gambar melingkupi:
Perlengkapan X-ray
Image receptor film atau kombinasi film/screen
Proses
Pasien
Operator dan teknik radiografi
Ketepatan dari radiografi dapat dibuat dengan mengkombinasikan faktor tersebut
dan dengan menanyakan beberapa pertanyaan mengenai gambar akhir. Pertanyaan
ini berhubungan dengan:
Teknik radiografi
Faktor paparan dan kepadatan film
Proses
1. Teknik (lihat gambar 18.3)
Teknik apa yang telah digunakan?
Bagaimana pasiennya, film, dan posisi tabung X-ray?
22
Apakah ini contoh yang baik pada proyeksi radiografi ini?
Berapa banyak distorsi yang ada?
Apakah gambarnya memendek atau memanjang?
Apakah ada rotasi atau asimetri?
Seberapa baik resolusi gambar dan ketajamannya?
Apakah filmnya berkabut?
Bayangan artefaktual mana yang muncul?
Bagaimana variabel teknik ini merubah gambar akhir radiografi?
Dengan pengalaman, penilaian kritis dari kualitas ini bukan prosedur yang
panjang, tetapi sesuatu yang yang tidak pernah dilihat berlebihan. Kualitas
radiografi yang buruk adalah petunjuk diagnostik yang buruk dan terkadang tidak
memiliki nilai diagnostik sama sekali.
23
Gambar 18.4. contoh dari bagaimana variasi dari faktor paparan dapat
membedakan kualitas gambar pada objek yang sama. A. Overexposed.B. Agak
overexposed C paparan yang benar. D. Underexposed
25
PANDANGAN UMUM DARI SELURUH FILM
1. Perhatikan kronologis dan perkembangan usia pasien
2. Telusuri gambaran dari semua bayangan anatomis normal dan bandingkan
bentuk dan radiodensitas mereka.
GIGI GELIGI
3. Perhatikan khususnya pada :
a. Jumlah gigi yang ada
b. Tahapan perkembangan
c. Posisi
d. Kondisi Mahkota
(i) Karies
(ii) Tambalan
e. Kondisi Akar
(i) Panjang
(ii) Pengisian
(iii) Resorpsi
(iv) Rasio mahkota-akar
JARINGAN APIKAL
4. Perhatikan khususnya pada :
a. Integritas lamina dura
b. Gambaran radiolusen dan radioopak yang berhubungan dengan apikal
JARINGAN PERIODONTAL
5. Perhatikan khususnya pada :
a. Lebar dari ligament periodontal
b. Level dan kualitas dari puncak tulang
c. Kehilangan tulang baik secara vertikal maupun horizontal
d. Keterlibatan furkasi
26
e. Penumpukan kalkulus
- Lesi spesifik
Deskripsi sistematis dari suatu lesi harus melingkupi:
Tempat atau posisi anatomi
Ukuran
Bentuk
Outline/pinggiran atau perifer
Radiodensitas struktur internal
Efek dari sekeliling struktur yang berbatasan
Waktu terjadinya, bila mengetahui.
Membuat diagnosis banding tergantung dari pendekatan sistematis ini.
27
- Teknik foto periapikal pada dewasa
Setengah bagian awal dari bab ini berkonsentrasi pada diagnosis karies di
gigi posterior dari teknik foto bitewing. Setengah bagian akhir bab merangkum
pentingnya untuk mengamati ketika melakukan pemeriksaan restorasi dan
membuat outline untuk meng-interpretasikan teknik foto bitewing.
Lesi yang parah dapat dideteksi oleh foto radiografi ketika lesi tersebut
telah mengalami demineralisasi agar dapat dibedakan dari email dan dentin yang
normal. Yang paling penting pada pemanfaatan pemeriksaan kondisi secara
optimal, seperti yang telah di uraikan pada bab 18, pembesaran partikel ditunjukan
pada gambar 19.1.
28
karakteristik dan berubah sesuai dengan tempat dan besarnya lesi. Ilustrasi
diagram ditunjukkan pada gambar 19.2 dan contohnya di tunjukkan pada gambar
19.3.
Poin-poin penting:
Radiografi adalah alat penunjang yang penting untuk mendiagnosis karies
dan pemeriksaan restorasi. Pemeriksaan klinis sendiri tidak dapat
mencukupi. Bagaimanapun, ketergantungan dalam penggunaan informasi
radiografi sebaiknya dihindari.
Radiografi, terutama bitewings dapat digunakan untuk memeriksa
kemajuan perkembangan lesi. Di UK pada 1998 selection criteria in dental
radiography booklet menyarankan bahwa bitewing yang dilakukan
berulang dapat melihat resiko terkena karies pada pasien. Pada pasien
dewasa dengan resiko karies tinggi dianjurkan rentan waktu untuk
melakukan foto 6 bulan, pada pasien dengan resiko karies sedang
dianjurkan dalam rentan waktu 12 bulan dan pada pasien dengan resiko
karies rendah rentan waktunya 2 taun. Rentan waktu yang sama dianjurkan
untuk anak-anak dengan pengecualian yang dipertimbangkan memiliki
resiko karies yang rendah, yang seharusnya dilakukan pemeriksaan
radiografi pada rentan waktu 12-18 bulan pada awal pertumbuhan gigi.
(lihat bab 6)
Teknik foto gigi tomografi panoramik tidak dianjurkan untuk mendiagnosa
karies. Bagaimanapun juga, teknik foto ini akan menunjukan karies pada
oklusal terutama di molar,lebih baik daripada bitewing. Hal ini mungkin
disebabkan oleh lesi karies yang terletak di tengah-tengah slice tomograpi
dan pada focus, sedangkan pada pemukaan bukal dan lingual gigi tidak
terlihat jelas.
29
Karies pada permukaan proksimal pada sebelum
perbatasan email
Karies sekunder
30
di email aproksimal, bagian atas email terlihat utuh F. karies pada akar (gigi M2
kanan RB) dan karies sekunder (gigi P2 kanan RB).
c. Bayangan penting pada gambaran radiografi
Sekarang ini, interpretasi radiografi tidak selalu dimengerti. Hal ini
biasanya diakibatkan oleh bayangan radiografi lainnya :
Radiolusen cervical burn out atau translusen
Radioopak dibawah daerah restorasi amalgam
A.
Gambar 19.4
A. Ilustrasi diagram radiografi yang menunjukan cervical burn out
B. Radiografi bitewing vertikal menunjukan cervical burn out yang luas,
terutama pada premolar (tanda panah)
Cervical burn out dapat dijelaskan oleh pertimbangan seluruh bagian yang
berbeda pada gigi dan didukung oleh tulang pada sinar X-ray yang sama telah di
penetrasi :
Pada mahkota bagian terluar email dan dentin
Pada leher dentin saja
Pada akar dentin, bukal dan palatal dari tulang alveolar (lihat gambar
19.5)
31
Gambar 19.5
A. Diagram representasi dari gigi P2 dan M1 kiri RB menunjukan struktur
formasi 3D yang rumit pada gambar radiografi. Pada cervical menunjukan
sedikit jaringan.
B. Skema yang memperlihatkan level dari leher gigi. Sampai di tengah gigi
terdapat massa yang besar dari dentin untuk di absorbs I oleh sinar X-ray,
walaupun dalam jumlah yang kecil. Pada pinggir leher gigi tidak dapat
menghentikan sinar X-ray oleh karena itu berwarna opak.
Pada tepi servikal gigi, terdapat sedikit jaringan yang dapat dilewati sinat
x-ray. Tipisnya daerah tersebut memperlihatkan gambaran tidak opak pada
radiografi. Oleh karena itu tampak radiolusen seakan-akan jaringan servikal gigi
tidak terlihat (burn out).
Berada pada leher gigi, bagian atas dibatasi lapisan email atau restorasi
dan bagian bawah oleh tulang alveolar.
Berbentuk segitiga, mengecil kearah bagian tengah gigi.
Umumnya mempengaruhi seluruh gigi dalam radiografi terutama pada gigi
premolar yang berukuran kecil.
32
Dapat dibedakan antara kelainan akar dan karies sekunder meskipun sering
mempengaruhi daerah servikal, tetapi pada kelainan ini tidak memperlihatkan
batas atas dan bawah yang jelas. Pada kelainan akar dan karies sekunder
memperlihatkan bentuk seperti mangkuk dan cenderung terlokalisir seperti
gambar 19.2. Jika terdapat keraguan dalam menegakkan diagnosa harus dipastikan
dalam pemeriksaan klinis dengan penglihatan langsung dan probing yang lembut
setelah area tersebut dibersihkan dan dikeringkan.
33
logam. Bubuk logam memiliki kandungan perak, timah, dan tembaga dengan
sedikit zinc. Sejalan dengan beriringnya waktu kandungan ini dapat dilihat dengan
ion-ion dari timah dan zinc dilepaskan menuju dentin yang mengalami
demineralisasi (tetapi tidak terlalu dalam) sehingga menghasilkan zona radioopak
dengan dentin yang berbentuk S-shape curve pada lapisan tubulus. Radioopacity
pada daerah ini membuat dentin yang normal pada sisi yang lain nampak
radiolusen. Radiolusen dari dentin normal agak membuat bayangan radiolusen
dari karies sehingga menyulitkan dalam penegakan diagnosa.
Selanjutnya, pulpa dapat merespons serangan karies dan rangkaian
perawatan penambalan dengan membentuk dentin reparative dengan mengurangi
ukuran dari kamar pulpa.
A.
34
menunjukan bayangan S-shape radioopak (tanda panah) pada tambalan besar
gigi bawah.
35
-
Gambar 19.10A. Diagram menunjukan perbedaan posisi lesi (i) bukal dan
(ii) lingual, menghasilkan bayangan radiografi yang sama. B. Diagram
menunjukan perbedaan ukuran lesi bukal (i) dangkal (ii) dalam, menghasilkan
bayangan radiografi yang sama. C. Diagram menunjukan (i) lesi besar pada
proksimal tetapi tidak meliputi pulpa dan (ii) lesi besar pada proksimal meliputi
pulpa, keduanya menghasilkan bayangan radiografi yang sama. D. Diagram
menunjukan seberapa kecil lesi mungkin dapat tidak jelas jika kepadatan
bayangan email superimpose
36
Kontur yang kurang (undercontouring)
Sangkutan yg negatif atau terbalik
Titik kontak
Adaptasi dari bahan restorasi terhadap alas kavitas
Adaptasi marginal yang baik pada restorasi cor
Adanya kehilangan bahan pelapis
Radiodensitas dari bahan pelapis
Karies sekunder
Sisa karies
Bayangan radiopak dari pembebasan ion timah dan zinc
Ukuran kamar pulpa
Resorpsi internal
Adanya bahan pengisi saluran akar pada kamar pulpa
Adanya serta posisi pin atau pasak
37
Gambar 19.11. Radiografi Bitewing menunjukan contoh tambalan besar pada
gigi. Area utama yang diperhatikan sangkutan overhang. Kontur yang kurang,
titik kontak yang kurang baik dan karies sekunder tanda panah
38
Gambar 19.12 Gambar 19.13
39
- Apakah penyinaran memungkinkan enamel-dentine junction
terlihat?
- Apa efek melakukan faktor penyinaran pada struktur yang
terlihat?
- Bagaimana cervikal burn-out terlihat?
Pengolahan
- Apakah proses pengolahan radiograf sudah benar?
- Apakah terlalu banyak developer?
- Apakah kurang developer?
- Apakah proses fiksasi sudah benar?
- Apakah sudah di cuci dengan bersih?
MULAI
a. Pendahuluan
40
Penilaian secara keseluruhan tentang jaringan periodontal berdasarkan
pada pemeriksaan klinis dan radiologi. Keduanya saling berhubungan dalam
melengkapi dan menunjang hasil pemeriksaan. Pemeriksaan secara radiologis
memberikan fakta-fakta yang berhubungan dengan proses penjalaran penyakit
sebelum penyakit tersebut terjadi. Kedua pemeriksaan ini dapat digunakan untuk
mengetahui morfologi gigi dan konsistensinya, juga untuk mengetahui kapan
tulang alveolar menghilang atau menurun. Kehilangan tulang dapat didefinisikan
sebagai perbedaan antara tulang septal sekarang dengan tinggi asumsi normal,
yang ditujukan sebagai perbandingan atau keterangan untuk pasien diambil dari
umur pasien. Faktanya, radiografi juga dapat digunakan untuk memperlihatkan
kuantitas sisa dari tulang alveolar yang dihubungkan dengan panjang akar dengan
tulang alveolar tersebut. Informasi ini masih penting untuk menentukan tingkat
keparahan penyakit, prognosis dan rencana perawatan dari gigi secara
keseluruhan.
Fungsi dari radiografi sampai saat ini digunakan untuk :
Melakukan pemeriksaan besar hilangnya jaringan tulang dan
keterlibatan furkasi.
Menentukan ada atau tidak adanya faktor lokal lainnya yang menjadi
penyebab.
Membantu dalam rencana perawatan.
Mengevaluasi tindakan perawatan, terutama untuk mengetahui
perkembangan GTR (guided tissue regeneration) (Lihat halaman 251).
Proyeksi radiografi yang utama digunakan untuk memperlihatkan jaringan
periodontal:
Periapikal teknik paralel.
Bite wings.
Tomografi gigi panoramik,.
Radiografi digital.
Sebelum kita mengintrepetasi foto secara detail, kita harus mengetahui hubungan
kualitas foto, dengan :
Teknik.
41
Faktor pemaparan, perlu untuk diingat bahwa kecukupan pemaparan
sinar sebaiknya dikurangi untuk menghindarkan burn-out di interdental
tulang krista yang diperlihatkan pada gambar 21.1.
Processing.
Dalam mengintrepetasi jaringan periodontal, penggunaan film dengan kualitas
baik sangat penting bisa jadi lebih penting daripada mengintrepetasi jaringan
gigi lainnya karena detail yang baik pada foto merupakan hal yang penting.
Gambar 21.1 Dua gambaran radiografi foto periapikal pada pasien yang sama
diambil dengan teknik yang sama, namun dengan faktor penyinaran yang berbeda.
A. Penyinaran yang rendah. B. Penyinaran yang lebih dikurangi. Note : untuk
gambaran variasi terlihat pada tulang interdental, menjadi burn-out.
42
Untuk dapat mengintrepetasi foto radiografi dengan baik, para ahli harus
dapat mengetahui dahulu apa saja gambaran normal pada jaringan periodontal
yang sehat, yaitu tidak adanya jaringan yang hilang. Gambaran atau ciri-ciri
radiografi yang dapat diandalkan yaitu adanya hubungan antara tulang krista
dengan CEJ (cemento enamel junction). Apabila ada jarak antara tulang krista dan
CEJ dalam batas normal (2-3mm) dan tidak adanya gejala klinis lain yang
menyertai dalam perlekatan hilangnya jaringan periodontal, dapat dikatakan tidak
ada kelainan atau periodontitis.
Gambaran radiografik yang biasa ada pada tulang alveolar yang sehat
dapat dilihat pada gambar 21.2 dan 21.3, meliputi :
Tipis, halus, tulang keras rata pada margin gusi sampai interdental tulang krista
di regio posterior.
Tipis, rata, margin yang tirus sampai interdental tulang krista di regio anterior.
Tulang keras di atas krista alveolar tidak selalu terang atau jelas, sebagian besar
tidak terlihat dalam jumlah kecil di dalam tulang antara gigi-gigi anterior.
Interdental krista tulang alveolar merupakan lanjutan dari lamina dura yang
berdekatan dengan gigi. Pertemuan dari interdental tulang krista dan
laminadura membentk sudut yang tajam.
Pelebaran yang tipis, rata dari mesial dan distal ligamen perodontal membentuk
celah.
Gambar 21.2 Diagram ilusi pada gambaran radiografi dalam periodontium yang
sehat. A. Regio atas gigi insisif. B. Regio bawah gigi molar. Jarak normal 2-3mm
dari batas krista sampai cemento enamel junction.
43
Gambar 21.3 Periapikal teknik paralel radiografi pada gigi regio 24,25,26,27,
(dengan reduksi eksposure yang ringan) dapat terlihat gambaran radiografi pada
priodontium yang sehat (tanda panah) sebelum adanya periodontitis.
44
berdasarkan Proceddings the 1st European Workshop in Periodontology (edisi N.
Lang dan T. Korning) :
Inflamasi penyakit periodontal
Gingivitis
Akut
- Disebabkan oleh trauma
- Gingivitis ulseratif akut
- Gingivostomatitis herpetis akut
- Non-spesifik akut
Kronis
- Hiperplastik
- Desquamatif
Periodontitis
Akut
- Abses periodontal akut
Periodontitis Kronis
- Ringan
- Sedang
- Berat
Periodontitis tahap awal
- Pre-pubertal
- Juvenile
- Rapidly progressive
45
o Juvenile Periodontitis
o Rapidly Progressive
Periodontitis berhubungan dengan penyakit sistemik
Necrotizing Ulcerative Periodontitis
Peri-implantitis
Periodontitis
Periodontitis adalah penyakit periodontal pada suatu keadaan inflamasi
jaringan gingival yang meluas hingga dasar tulang alveolar dan terdapat loss of
attachment. Kerusakan tulang dapat terlokalisasi, terdapat pada beberapa area
dalam mulut, atau menyeluruh pada semua area. Kerusakan tulang tersebut
umumnya terjadi secara lambat dan berlanjut perlahan-lahan selama beberapa
tahun atau dapat juga terjadi secara cepat.
46
Terminologi
47
lamina dura. B. Kehilangan tulang horisontal sedang. C. Kehilangan tulang
horisontal yang meluas dengan keterlibatan furkasi. D. Kehilangan tulang
vertikal terlokalisasi pada gigi 3.7. E. Kehilangan tulang meluas hingga apeks
36-yang disebut lesi periodontik-endodontik.
48
Gambar 21.5 Diagram radiografi macam-macam keterlibatan furkasi. A. Awal
keterlibatan furkasi, pelebaran ligamen periodontal pada furkasi B. keterlibatan
sedang C. keterlibatan berat.
49
Gambar 21.8 Radiografi menunjukan ciri khas radiografi utama dari kehilangan
tulang horizontal pada periodontitis kronis yang mempengaruhi gigi posterior. A
(i) awal atau ringan (ii)kehilangan tulang yang ringan(tanda panah)
mempengaruhi molar mandibula. B (i) sedang dan (ii) kehilangan tulang yang
berat (panah terbuka) mempengaruhi molar maksila. Panah hitan
mengindikasikan adanya deposit kalkulus C (i) dan (ii). Bitewing vertical
menunjukan kehilangan tulang generalisata yang berat (panah terbuka). Panah
hitam menunjukan lagi deposit kalkulus.
50
Gambar 21.10 Gambaran radiografi periapikal A. Keterlibatan furkasi pada
tahap sedang (panah hitam) pada molar rahang atas. Note: karakteristik
bayangan radiolusen mesial dan distal triangular servikal sebagai indikasi
keterlibatan antara mesio-bukal dan akar palatal dan distobukal dan akar
palatal. B. Derajat keras dari kehilangan tulang furkasi. C. derajat sedang dan
keras dari kehilangan tulang furkasi (panah) pada molar mandibula.
51
inflamasi dan infeksi akut, tetapi tanda-tanda tersebut tidak dapat terlihat secara
radiografis.
Periodontitis kronis
Periodontitis kronis adalah jenis periodontitis yang paling umum dari
penyakit periodontal, mempengaruhi populasi gigi secara sebagian dan
keseluruhan. Hal tersebut adalah penyebab utama kehilangan gigi pada masa yang
akan datang. Gambaran patologis utama dari periodontitis kronis adalah :
a. Inflamasi (umumnya kelanjutan dari gingivitis kronis).
b. Pengrusakan serat ligamen periodontal.
c. Resorpsi tulang alveolar.
d. Loss of epithelial attachment.
e. Pembentukan poket di sekeliling gigi.
f. Resesi gusi.
Resorpsi tulang alveolar merupakan gambaran radiografis utama dari periodontitis
kronis. Berikut ini merupakan ilustrasi pada gambar 21.7 21.10, meliputi :
1. Kerusakan/kehilangan margin puncak interdental corticated, tepi tulang
menjadi tidak beraturan atau kasar.
2. Pelebaran ligamen periodontal pada puncak margin.
3. Kehilangan bentuk normal antara puncak tulang dan lamina dura, bentuk
tulang menjadi membulat/ tidak beraturan.
4. Kehilangan tulang alveolar terlokalisasi atau menyeluruh.
5. Pola kerusakan tulang horisontal dan atau vertikal menghasilkan
kerusakan tulang/kerusakan formasi complex intra-bony.
6. Kerusakan tulang pada daerah furkasi gigi berakar jamak dapat
bervariasi dari pelebaran ligamen periodontal furkasi hingga destruksi
tulang alveolar yang luas.
7. Pelebaran ligamen periodontal pada interdental.
8. Berhubungan dengan faktor lokal sekunder yang rumit walaupun
penyebab utama penyakit periodontal adalah bakteri pada plak, banyak
faktor-faktor lain yang mempengaruhi.
52
Gambar 21.7 Radiografi periapikal menunjikan kehilangan tulang horizontal
(panah) pada insisivus rahang atas A. Sedang B. Berat.
53
Beberapa faktor tersebut dapat terlihat pada gambaran radiografi (gambar 21.11)
dan meliputi :
Deposit kalkulus.
Besarnya karies.
Tambalan yang berlebih.
Tambalan yang kurang.
Tidak ada titik kontak pada tambalan.
Kontur restorasi yang kurang baik, termasuk desain pontik.
Perforasi by pins/posts.
Status endodontik yang berhubungan dengan lesi periodontik-
endodontik.
Gigi antagonis yang ekstrusi.
Gigi yang miring.
Akar bagian proksimal.
Gingiva yang berkontak dengan gigi palsu parsial
54
Gambar 21.11. Contoh gambaran radiografi periapikal dan bitewing dari faktor
penyebab sekunder meliputi kerusakan periodontal. A. deposit kalkulus kecil B.
deposit kalkulus besar C. kerusakan titik kontak dan karies. D. kelebihan atau
overhang bahan tambal yang besar E. kerusakan titik kontak dan karies dan
kelebihan atau overhang bahan tambal yang besar F. Perforasi pin ke dalam
jaringan periodontal. G. Gigi tilting.
a. Pendahuluan
55
Meskipun banyak perbedaan kondisi yang dapat mempengaruhi rahang,
yang dapat memberikan gambaran radiografis hanya pada daerah yang relatif
radiolusen atau radioopak dibandingkan dengan gambaran tulang disekitarnya.
Meskipun dengan dasar ini radiodensitasnya tidak begitu jelas, sebagian lesi
termasuk kedalam dua kategori tersebut, tetapi pada tingkatan yang berbeda
dalam perkembangannya.
Jadi, banyak kondisi patologis ini memberikan gambaran yang serupa satu
sama lain. Hal ini sering menyebabkan kebingungan. Untungnya, daerah
tempat lesi tersebut berkembang, cara mereka tumbuh dan pengaruhnya
terhadap struktur sekitarnya cenderung mengikuti suatu pola yang mudah
untuk dikenali. Seperti yang telah dijelaskan pada Bab 18, pemahaman
terhadap pola ini dapat memberikan kunci untuk intepretasi dan penentuan
suatu diagnosis pembanding radiologis.
Deskripsi yang lengkap dapat membantu untuk mengidentifikasi pola dan
memutuskan karakteristik dasar dari lesi tersebut. Sebagai contoh, lesi dapat
berupa suatu kista atau suatu tumor, meskipun lesi tersebut tersusun atas
jaringan keras atau lunak, ataupun bila lesi tersebut tumor jinak atau ganas.
Hasil dari daftar diagnosis pembanding (DD) yang mungkin, pada akhirnya
menentukan penanganan pada pasien dan bentuk perawatannya dan menjadi
dasar pada pemeriksaan histologis.
56
Waktu muncul, jika diketahui
57
- didalam atau diluar antrum maksilaris
- didalam atau diluar folikel gigi
- pada apeks akar gigi
Pada mandibula, yang dikenal sebagai lesi odontogenic berkembang diatas
canalis dental inferior, sedangkan lesi non-odontogenik berkembang diatas,
didalam atau dibawah canalis. Sehingga beberapa kondisi mempunyai predileksi
untuk area-area tertentu sedangkan yang lainnya berkembang hanya pada satu
area. Sebagai contoh, kista dental radikular berkembang pada apeks gigi non-vital,
sedangkan kista tulang fisural berkembang hanya pada midline. Oleh karena itu,
area atau posisi anatomis suatu lesi dapat memberikan suatu petunjuk awal dalam
mengidentifikasi lesi tersebut.
2. Ukuran
Ukuran suatu lesi tidak terlalu membantu dalam membedakan sifatnya
karena baik lesi ganas maupun jinak mungkin muncul dalam ukuran yang
kecil ataupun besar. Terkadang, beberapa kondisi mempunyai sedikit
bahkan tidak ada pertumbuhan, sehingga gambarannya selalu kecil (mis.
2-3cm), seperti kavitas tulang pada idiopatik Stafne (Stafnes idiophatic
bone cavity), sedangkan tumor, seperti ameloblastoma dapat tumbuh, jika
tidak diobati, menjadi ukuran yang besar sekali (10cm atau lebih). Jadi,
ukuran suatu lesi, walau tidak spesifik, tetap dapat memberikan gambaran
mengenai tipe kondisi yang ada.
58
Gambar.24.1 Diagram menunjukkan gambaran radiografi dari suatu lesi yang
radiolusen pada sudut mandibula, menggambarkan cara pengukuran suatu lesi,
contohnya garis ditarik dari bagian mesial gigi 7 ke sigmoid notch dan dari
batas ramus anterior ke ID canal, atau diperkirakan 6cmx2cm.
3. BENTUK
Secara konvensional, bentuk lesi digambarkan menggunakan satu atau
beberapa istilah berikut (lihat gambar 24.2):
Monolokuler atau Unilokuler
Multilokuler
Pseudolokuler
Bulat
Oval
Berbentuk seperti kerang atau begelombang
Ireguler atau tidak beraturan
Bentuk lesi merupakan salah satu karakteristik yang lebih berguna dan
spesifik yang dapat membantu diagnosis secara radiologis. Sebagai
contoh, kista radikular pada gigi berbentuk bulat dan monolokuler
sementara lesi-lesi giant sel yang cenderung multilokuler. Bentuk yang
tidak beraturan memberikan kesan pertumbuhan yang tidak beraturan pula,
59
seperti pada kista tulang tunggal yang secara khas meluas ke atas diantara
akar-akar gigi, dan pengrusakan juga mengindikasikan suatu inflamasi
atau lesi keganasan.
A. Monolokuler
B. Pseudolokuler
C. Multilokuler
4. GARIS BENTUK/PINGGIRAN/KELILING
Garis bentuk atau keliling lesi secara konvensional digambarkan
menjadi discrete dan tegas atau non discrete dan tidak tegas dan seperti
memiliki karakteristik tambahan yang bermacam-macam.
Garis-garis bentuk discrete atau tegas, yang mana dapat juga
berupa:
Halus
Berlubang-lubang, menunjukan tidak ada reaksi dari tulang bagian
luar
Kortikasi, mempunyai gambaran yang tebal atau tipis disekeliling
cortex yng radioopak (putih)
Sklerotik, mempunyai batas radioopak yang tidak sama.
60
Enkapsulasi, dikelilingi oleh garis radiolusen (hitam) yang
mungkin lengkap atau sebagian.
Garis-garis bentuk non discrete atau tidak tegas, yang mungkin:
Bercampur dengan anatomi normal dan menunjukan perubahan
secara bertahap diantara pola-pola trabekular.
Menunjukan tanda-tanda invasi dan terlihat tidak rata atau usang.
Garis bentuk atau keliling lesi memberikan informasi mengenai sifat
dasar lesi, sebagai contoh, apakah lesi tersebut jinak atau ganas dan
seberapa cepat pertumbuhan dan perkembangan lesi itu terlihat. Lesi yang
lebih jinak dan pertumbuhannya lambat, lebih memungkinkan mempunyai
garis bentuk kortikal yang tegas. Keganasan merupakan lesi yang
pertumbuhannya cepat dan cenderung mempunyai garis bentuk yang tidak
tegas karena kecepatan proses pengrusakan tulangnya melebihi proses
perbaikannya.
Sayang, ketika sebuah lesi seperti kista berubah menjadi infeksi yang
akut, garis bentuk yang normal seringkali menjadi hilang dan
gambarannya memberikan kesan yang berbeda yaitu kondisi yang lebih
buruk.
61
A. Tegas dengan garis pinggir terkortikasi yang putih (radioopak)
B. Tegas tanpa garis pinggir terkortikasi
C. Tidak tegas
RADIOPAK ARTEFACTUAL
PATOLOGIS
Anomali gigi
Lesi tulang
Klasifikasi jaringan lunak
Benda asing
Langkah 1
62
Menggambarkan tingkat keradiopakan khususnya :
a) Lokasi atau posisi secara anatomis, apakah gambaran radiopak terletak
pada tulang atau mengelilingi jaringan lunak dan apakah superimpose
dengan tulang? Untuk menentukan lokasi radiopak , dua gambaran
radiografi idealnya dibutuhkan pada sudut kanan dan kiri.
b) Ukuran
c) Bentuk
d) OutlineDigunakan khususnya untuk membedakan ciri2, karena jika
radiopak dikelilingi garis radiolusen yang tipis berarti tanpa kecuali
berasal dari jaringan gigi
e) Relatif radiodensity
f) Efek terhadap struktur sekitarnya yang berdekatan
g) Lama keberadaannya, jika diketahui.
Langkah 2
Menentukan radiopak tersebut adalah :
1. Gambaran anatomi normal
a) Pada mandibula:
Area tulang padat, merujuk pulau tulang padat
Penonjolan tulang seperti tepi obliqua eksterna, garis mylohyoid, atau
tuberkel genial
Tulang lain diatasnya seperti tulang hyoid
b) Pada maksila :
Tulang lain seperti zygoma/spina nasalis anterior
Struktur lain diatasnya seperti kartilago nasal atau palatum lunak
2. Artefaktual
Ini tergantung dari tipe radiografi, contohnya meliputi :
Bayangan nyata atau ghost earring shadowdapat terlihat pada dental
panoramik tomografi (lihat bab 15)
Cipratan cairan fixer
Objek atau goresan pada intensifying screen
3. Patologis
Langkah 3
Jika gambaran radiopak bersifat patologis, tentukan kategori utama di
bawah ini yang harus diambil:
Abnormalitas dari gigi
Kondisi yang mempengaruhi tulang
63
Superimpose kalsifikasi jaringan lunak
Benda asing
Langkah 4
Mempertimbangkan subdivisi dari kategori patologis secara khusus dapat
ditunjukan pada tabel 26.1
Langkah 5
Membandingkan gambaran radiografi yang tidak diketahui dengan
gambaran radiografi yang memungkinkan. Kemudian didata, kondisi mana yang
memungkinkan seperti yang disebutkan pada bab 25.Daftar ini membentuk
diagnosa perbandingan radiografi.
Gambaran radiografi yang khas dari gambaran radiopak yang penting
dijelaskan seperti pada bab 25. Hal ini harus ditekankan bahwa pendekatan ini
mempermudah dan kebanyakan lesi dapat menghasilkan penampakan yang
bervariasi.
Tabel 26.1 Klasifikasi Gambaran Lesi Umum yang Dapat Memberikan Gambaran
Radiopak yang Bervariasi
Gigi yang abnormal
Gigi yang belum erupsi dan impaksi termasuk supernumerary
- Odontoma: Compound
Complex (lihat tumor odontogenik)
Sisa akar
Hipersementosis
64
-Florid cement-osseous dysplasia (gigantiform cementoma)
-Familial gigantiform cementoma
-Benign cementoma (true cementoma)
-Cemento-ossifying fibroma
Lain-lain: -Penyakit Pagets pada tulang
-Osteopetrosis
Superimpose kalsifikasi jaringan lunak
Salivary calculi
Calcified lymph nodes
Calcified tonsils
Phleboliths
Calcified acne scars
Benda asing
Intra bony
Jaringan lunak
Di atas atau pada kulit
65
Gambar 26.2. Contoh gambaran radiopak yang disebabkan oleh gigi yang belum
erupsi. A.Dental panoramik tomograf menunujkan gambaran yang khas dari gigi
M3 yang belum erupsi dan impaksi(ditunjuk tanda panah)gigi 3.8 dan 4.8
posisinya melintang. B. Periapikal menunjukan gigi mesiodens yang konus
(ditunuk tanda panah ) diantara gigi 1.2, 1.1 dan 2.1.,Padat, bentuk dan outline
menegaskan gambaran radiopak dihasilkan dari jaringan gigi.
b. Odontoma
Gambar 26.3 Periapikal regio 2.1 dan 2.2 menunjukkan gambaran radiopak
compound odontoma (ditunjuk tanda panah) terdiri dari gigi-gigi kecil.
2. Complex odontoma
66
Odontoma ini terbentuk oleh massa jaringan tidak menentu dari jaringan
gigi yang bentuknya tidak mirip dengan gigi. Kandungan enamel
mengahasilkan gambaran radiopak dan jaringan ini dikelilingi oleh garis
radiolusen (gambar 26.4).
Gambar 26.4 DPT menunjukkan massa radiopak padat, tidak tetap yang khas
dari complex odontoma pada gigi 4.7 (ditunjuk tanda panah) . Hal ini mencegah
erupsi gigi 4.6. Gambaran radiopak dikeliliingi gambaran radiolusen
menegaskan berasal dari jaringan gigi.
Sisa akar gigi sulung dan permanen dimana sisanya tersebut tertanam di
tulang aveolar, biasanya setelah dilakukan ekstraksi. Lokasi, bentuk dan
densitas membuat identifikasi radiogarafi menjadi lebih sederhana. Gambaran
tambahan diagnosa radiografi meliputi garis radiolusen dari bayangan ligamen
periodontal dan kadangkala menunjukkan gambaran saluran akar.
67
Gambar 26.5 Periapikal menujukkan gambaran radiopak (ditunjuk tanda panah)
di kedua sisi dari akar gigi 4.5 disebabkan sisa akar gigi sulung. Perhatikan
bahwa radiodensitasnya sama dengan akar sebelah dan garis radiolusen di
sekelilingnya
.
d. Hipersementosis (gambar 26.6)
68