Anda di halaman 1dari 5

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS )

UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS HUKUM PROGRAM STUDI (S1) ILMU HUKUM
PROGRAM REGULER SORE

NAMA : A.A. INDIRA PALOMA PRAMSWARI


NIM : 1604552124
KELAS :X
MATA KULIAH : PERATURAN PERANCANGAN PERUNDANG UNDANGAN
TANGGAL : 31 MARET 2020
NAMA / NIM : A.A. INDIRA PALOMA / 1604552124

JAWABAN

9. Apa Kegunaan Penyusunan Naskah Akademik ?

Naskah Akademik menjadi bahan masukan bahan pembanding dan bahan acuan dalam
proses perencanaan pembentukan Perda Kabupaten/Kota (RanPerda Kabupaten/Kota), karena
sebagai hasil penelitian ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan, Naskah Akademik berfungsi
penting dalam rangka menciptakan suatu Perda Kabupaten/Kota

Penelitian ini bertujuan untuk memahami politik hukum pembentukan undang-undang,


mengetahui pengaturan naskah akademik dalam pembentukan undang-undang, serta mengetahui
urgensitas naskah akademik dalam pembentukan undang-undang. Penelitian ini merupakan
penelitian hukum yang bersifat yuridis normatif yang menggunakan metode analisis prespektif.
Sebagian besar data diperoleh melalui studi kepustakaan yang dilakukan dengan cara meneliti
bahan pustaka berupa buku, jurnal, laporan hasil penelitian dan/atau data sekunder lain yang
kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian ini, Pertama, politik hukum sebagai
kerangka umum yang akan membentuk hukum sebagai upaya mewujudkan ius constituendum,
politik hukum perundang-undangan sebelum amandemen UUD 1945 sangat tergantung pada
Presiden dimana Presiden mempunyai kekuasaan membentuk undang-undang sedangkan DPR
hanya sebagai tempat untuk dimintakan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan dalam
pembahasan rancangan undang-undang, akan tetapi hal itu berubah setelah UUD 1945 diubah
terjadi pergeseran kekuasaan pembentuk undang-undang yang semula berada di tangan Presiden
bergeser menjadi kekuasaan DPR.

Kedua, adanya naskah akademik dalam tiap rancangan undang-undang dapat


memberikan gambaran mengenai hasil penelitian ilmiah yang mendasari usul rancangan setiap
undang-undang yang kelak akan diajukan dan dibahas di DPR, dengan naskah akademik, maka
masyarakat bebas memberikan aspirasi serta melakukan apresiasi terhadap substansi rancangan
undang-undang yang akan dan sedang diatur. Ketiga, urgensi naskah akademik merupakan salah
satu bentuk dari perwujudan asas - asas pembentukan undang-undangan yang baik, sebagai
upaya untuk menjelaskan secara lebih terbuka kepada seluruh pemangku kepentingan tentang
signifikasi kehadiran sebuah undang-undang.

6. Bagaimana Membedakan Landasan Filososfis, Sosiologis, dan Yuridis dalam


Penyususnan Naskah Akademik ?

Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa


peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang
meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa


peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek. 
Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan masalah
dan kebutuhan masyarakat dan negara.

Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa


peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum
dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan dicabut
guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat. Landasan yuridis menyangkut
persoalan hukum yang berkaitan dengan substansi atau materi yang diatur sehingga perlu
dibentuk Peraturan Perundang-Undangan yang baru. Beberapa persoalan hukum itu, antara lain,
peraturan yang sudah ketinggalan, peraturan yang tidak harmonis atau tumpang tindih, jenis
peraturan yang lebih rendah dari Undang-Undang sehingga daya berlakunya lemah, peraturannya
sudah ada tetapi tidak memadai, atau peraturannya memang sama sekali belum ada.

2. Apa yang dimuat dalam evaluasi dan analisis peraturan perundang – undangan terkait
dalam penyusunan naskah akademik ?

memuat hasil kajian terhadap:

 Peraturan Perundang-undangan terkait yang memuat kondisi hukum yang ada


 keterkaitan Undang-Undang dan Peraturan Daerah baru dengan Peraturan Perundang-
undangan lain
 harmonisasi secara vertikal dan horizontal
 status dari Peraturan Perundang-undangan yang ada, termasuk Peraturan Perundang-undangan
yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku serta Peraturan Perundang-undangan yang masih tetap
berlaku karena tidak bertentangan dengan Undang-Undang atau Peraturan Daerah yang baru.
Kajian terhadap Peraturan Perundang-undangan ini dimaksudkan untuk mengetahui
kondisi hukum atau peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai substansi atau
materi yang akan diatur. posisi dari dari UU atau PERDA yang baru ,tingkat sinkronisasi,
harmonisasi Peraturan Perundang-undangan yang ada serta posisi dari UU atau PERDA untuk
menghindari terjadinya tumpang tindih pengaturan. Hasil dari penjelasan atau uraian ini menjadi
bahan bagi penyusunan landasan filosofis dan yuridis dari pembentukan dari UU atau PERDA
yang akan dibentuk.

4. Mengapa Dalam Penyusunan Naskah Akademik Digunakan Metode Penelitian Hukum


Atau Penelitian Lain?

Lampiran I UU 12/2011 menentukan, bahwa penyusunan Naskah Akademik pada


dasarnya merupakan suatu kegiatan penelitian sehingga digunakan metode penyusunan Naskah
Akademik yang berbasiskan metode penelitian hukum atau penelitian lain. Selanjutnya
ditentukan:
1. Penelitian hukum dapat dilakukan melalui metode yuridis normatif dan metode yuridis
empiris.

2. Metode yuridis empiris dikenal juga dengan penelitian sosiolegal.

3. Metode yuridis normatif dilakukan melalui studi pustaka yang menelaah (terutama) data
sekunder yang berupa Peraturan Perundang-undangan, putusan pengadilan, perjanjian, kontrak,
atau dokumen hukum lainnya, serta hasil penelitian, hasil pengkajian, dan referensi lainnya.

4. Metode yuridis normatif dapat dilengkapi dengan wawancara, diskusi (focus group
discussion), dan rapat dengar pendapat.

5. Metode yuridis empiris atau sosiolegal adalah penelitian yang diawali dengan penelitian
normatif atau penelaahan terhadap Peraturan Perundang-undangan (normatif) yang dilanjutkan
dengan observasi yang mendalam serta penyebarluasan kuesioner untuk mendapatkan data faktor
nonhukum yang terkait dan yang berpengaruh terhadap Peraturan Perundang-undangan yang
diteliti. Berdasarkan uraian tersebut, data yang dapat digunakan dalam penelitian hukum adalah:

1. data hukum, baik data hukum perundang-undangan, putusan pengadilan, perjanjian, kontrak,
atau dokumen hukum lainnya; dan/atau

2. data non-hukum yang terkait dan yang berpengaruh terhadap Peraturan Perundang-undangan
yang diteliti.

3. Apa kegunaan kajian teroritis dalam penyusunan naskah akademik ?

Sebagai suatu pedoman atau suatu rambu-rambu dalam pembentukan Peraturan


Perundang-undangan yang baik. pembentukan peraturan itu menyangkut:

1. isi peraturan (Inhalt der Regelung)

2. bentuk dan susunan peraturan (Form der Regelung)

3. metoda pembentukan peraturan (Methode der Ausarbeitung der Regelung)

4. prosedur dan proses pembentukan peraturan (Verfahren der Ausarbeitung der


Regelung).
Dengan demikian asas bagi pembentukan Peraturan Perundangundangan negara akan
meliputi asas-asas hukum yang berkaitan dengan itu. Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan perlu memperhatikan batasan-batasan tertentu agar dapat mencapai tujuan
pembentukan Peraturan Perundang- undangan.

Batasan-batasan itu menurut Imer B. Flores berupa 8 (delapan) prinsip yaitu:

1.Umum: Peraturan Perundang-undangan harus bersifat umum tidak hanya dengan menciptakan
kasus umum dan abstrak, tetapi juga dengan mempromosikan kebaikan atau kepentingan
bersama

2. Publisitas: Peraturan Perundang-undangan harus diumumkan agar diketahui oleh subjek

3. Non-retroaktif: Peraturan Perundang-undangan tidak boleh diterapkan terhadap kondisi yang


lampau

4. Kejelasan: Peraturan Perundang-undangan harus jelas dan tepat untuk diikuti

5. Tidak saling bertentangan: Peraturan Perundang-undangan harus koheren dan tanpa (logis)
kontradiksi atau inkonsistensi

6. Kemungkinan: Peraturan Perundang-undangan tidak boleh memerintahkan sesuatu yang


mustahil dan karenanya tidak harus diberi efek (hanya) simbolis

7. Kepatuhan: Peraturan Perundang-undangan harus bersifat umum tidak hanya dalam


pembentukannya, tetapi juga dalam aplikasi mereka, dan karenanya Peraturan
Perundangundangan tidak harus terlalu sering diubah atau diberlakukan dalam waktu singkat,
dan 8. Kesesuaian: Peraturan Perundang-undangan harus diterapkan sesuai dengan tujuan
pembentukannya, harus dicegah perbedaan antara bunyi Peraturan Perundang-undangan dan
penegakannya).

Anda mungkin juga menyukai