Anda di halaman 1dari 3

UTS KEPAILITAN

NAMA : A.A. INDIRA PALOMA PRAMESWARI


NIM : 1604552124
KELAS : X

1. Mengapa perusahaan yang solven dapat terancam untuk dipailitkan ?

Dalam dunia bisnis tidak selamanya perusahaan atau suatu usaha berjalan lancer selamanya, hal
tersebut disebabkan oleh beberapa factor yang bisa mengancam perusahaan yang solven untuk
dipailitkan. Factor tersebut yaitu :

1. Tidak mampu menangkap kebutuhan konsumen, sehingga perusahaan dapat memberikan


layanan atau produk yang diterima pasar
2. Terlalu fokus pada pengembangan produk, sehingga perusahaan dapat melupakan kebutuhan
konsumen. Perusahaan yang terlalu fokus pada pengembangan produk akan kehilangan
kepekaan terhadap apa yang terjadi di dalam perusahaan, situasi di luar, dan lain sebagainya.
3. Mengalami ketakutan yang berlebihan, seperti takut bangkrut, takut rugi, takut tidak dapat
melayani konsumen, takut pada ketidakmampuan mengatasi masalah, dan lainnya. sebenarnya
ketakutan tersebut wajar. Namun, apabila ketakutan tersebut telah melebihi batas normal,
maka kondisi tersebut harus diwaspadai karena akan menghambat kinerja perusahaan dan
membawa kehancuran.
4. Berhenti untuk melakukan inovasi dalam berbisnis. Inovasi penting untuk dilakukan oleh setiap
pengusaha atau pebisnis. Karena tanpa melakukan inovasi, produk-produk yang dijual lama
kelamaan akan membosankan bagi masyarakat yang menjadi target pasar.
5. Kurang mengamati pergerakan kompetitor atau pesaing, sehingga akan menyebabkan sebuah
perusahaan kalah bersaing dan tertinggal jauh di belakang. Sebuah perusahaan harus selalu
memperhatikan langkah-langkah yang dilakukan oleh kompetitor.
6. Menetapkan harga yang terlalu mahal. Memang ada beberapa orang percaya bahwa harga
mahal akan membuat produk sebuah perusahaan tampak lebih bagus dan lebih mewah dari
aslinya. Namun, bagaimana jadinya jika ada perusahaan baru yang mengeluarkan produk mirip
dengan barang perusahaan Anda dan menjualnya jauh lebih murah. Maka kemungkinan
perusahaan Anda akan ditinggal konsumen.
7. Penyebab lainnya seperti terlilit utang, ekspansi yang berlebihan, penipuan yang dilakukan CEO,
kesalahan manajemen perusahaan, pengeluaran tidak terkendali, dan masih banyak lagi.
Tetapi Asas putusan peryataan pailit tidak dapat dijatuhkan terhadap debitor yang masih solven.
Hal ini karena perusahaan yang masih solven terlindungi oleh Undang-Undang kepailitan yang
seyogianya memuat syarat bukan hanya debitor tidak membayar utang kepada salah satu kreditornya,
tetapijuga tidak membayar sebagian besar atau lebih dari 50% utangnya. Apabila debitor tidak
membayar hanya kepada satu kreditornya yang tidak menguasai sebagian besar utang debitor
sedangkan kepada para kreditor yang lain masih tetap melaksanakan kewajibannya dengan baik, maka
kejadian itu bukan kasus yang harus diperiksa oleh pengadilan niaga, tetapi kasus pengadilan perdata
biasa.

2. Bagaimana Cara Agar Perusahaan Solven Dapat Terhindar Dari Penyalahgunaan


Kepailitan ?

Cara yang paling umum adalah mengerti dan memahami mengenai hukum kepailitan
agar bagaimana caranya dapat melakukan hal – hal yang menjauhkan perusahaan dari
penyalahgunaan kepailitan dan hal ini juga dapa didukung dengan memiliki ahli hukum dan
analisi keuangan yang baik sehingga perusahaan yang solven tidak terancam oleh kepailitan.
Fakta menunjukan bahwa permohonan pailit yang diajukan terhadap perusahaan solven kerap
terjadi sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 1 Tahun 1998 tentang Undang-Undang
Kepailitan. Namun demikian, tercatat bahwa putusan pailit yang dijatuhkan oleh Pengadilan
Niaga,

Hal ini ditentukan dalam pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 1998, yaitu Undang-
Undang No. 37 Tahun 2004, tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Pasal 2 ayat (5) UU No.37/2004 menyatakan permohonan pernyataan pailit terhadap perusahaan
asuransi, perusahaan re-asuransi, dana pensiun atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di
bidang kepentingan publik hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan. Untuk selanjutnya
penggunaan kata perlindungan dimaksudkan untuk mengungkapkan keadaan tersebut di atas.

Sebagaimana diatur di dalam UUK-PKPU, hukum kepailitan Indonesia berdasarkan pada


asas yang adil, cepat, terbuka, dan efektif. Namun ironisnya, di dalam implementasinya, justru
UU ini dianggap rentan terhadap penyalahgunaan. Ada beberapa kasus dimana perusahaan yang
sehat dan mempunyai kemampuan untuk membayar dan menyelesaikan utang-utangnya, bahkan
mempunyai aset atau kekayaan yang jauh melampaui jumlah utang-utangnya (masih solvent)
menjadi pailit atau dipailitkan dikarenakan terdapat beberapa norma yang multi tafsir dan tidak
sesuai dengan standar kepailitan yang berlaku secara internasional.

Hal ini terutama disebabkan oleh ketentuan Pasal 2 ayat (1) UU KPKPU. Pasal 2 ayat (1)
merupakan salah satu kelemahan yang paling mendasar dari UUKPKPU adalah ketentuan Pasal
2 ayat (1) yang mensyaratkan pengajuan kepailitan hanya dengan dua Kreditur dan satu utang
yang telah jatuh tempo serta tidak adanya pengaturan batas minimum jumlah utang. Pernyataan
ini diperkuat dengan Putusan MK dalam uji materil UU KPKPU dalam Putusan Nomor
071/PUU-II/2004 dan Nomor 001-002/PUU-III/2005 yang menyatakan longgarnya syarat
mengajukan permohonan pailit merupakan kelalaian pembuat undang-undang dalam
merumuskan Pasal 2 ayat (1), dengan tidak adanya persyaratan “tidak mampu membayar”, maka
Kreditur dapat dengan mudah mengajukan permohonan pernyataan pailit tanpa harus
membuktikan bahwa perusahaan dalam keadaan tidak mampu atau insolven (insolvent).

Anda mungkin juga menyukai