TINJAUAN PUSTAKA
12 UniversitasSyiah Kuala
13
12. Perangkat gigi atau gigi tiruan, stomatitis karena gigi tiruan, dan penyakit
yang menyebabkan candidiasis, seperti mulut kering (xerostomia) dan
merokok tembakau
13. Keadaan defisiensi, seperti defisiensi vitamin B12, defisiensi zat besi,
hypovitaminoses (khususnya B), keadaan malabsorpsi (penyakit Crohn)
atau eating disorder, defisiensi zinc (jarang), defek imun, seperti Down
sindrom, infeksi HIV, diabetes, kanker, pasien immunosuppressed, eating
disorder
14. Atopi
UniversitasSyiah Kuala
14
UniversitasSyiah Kuala
15
2.1.4. Diagnosis
Diagnosis candidiasis biasanya didapatkan dengan gambaran klinis dalam
konjugasi dengan pemeriksaan sitologi eksfoliatif. Temuan sitologi harus
menunjukkan fase hyphae organisme, dan terapi antifungal dapat ditentukan. Jika
candidiasis tidak merespon terhadap terapi antifungal, kemudian biopsi harus
dilakukan untuk menentukan kemungkinan C. albican superimposed dengan
dysplasia epitel, squamous cell carcinoma, atau lichen planus.
Identifikasi definitif organime dapat dilakukan dengan kultur. Spesimen
untuk kultur didapatkan dengan menyeka cotton swab steril pada lesi dan seka
pada permukaan Sabouraud agar slant. C. albican akan tumbuh dengan koloni
permukaan halus dan creamy setelah 2-3 hari inkubasi pada temperatur ruang. 1
UniversitasSyiah Kuala
16
3. Gambaran Klinis
Terdapat predominansi pada perempuan pada kasus factitious, dengan
kebanyakan kasus mengenai anak muda kurang dari 30 tahun. Gambaran kasus
yang ringan berupa kering yang kronis, scaling, atau cracking pada vermilion
border bibir. Seiring dengan berkembangnya lesi, vermilion dapat menebal, krusta
hiperkeratotik yang kekuningan yang dapat berdarah atau dapat menunjukkan
fissure yang ekstentive. Kulit perioral dapat terlibat dan adanya area krusta
eritema. Walaupun pola ini dapat membingungkan dengan perioral dermatitis,
nama yang paling tepat pada proses ini adalah circumoral dermatitis. Baik kedua
bibir, atau hanya bibir bawah dapat terkena. Pada beberapa kasus, perubahan
dapat muncul pada pola siklus yang dapat menghilang, dan kemudian muncul
kembali pada periode waktu yang konsisten.
Pada pasien cheilitis kronis, perkembangan fissure pada vermilion border
dapat terjadi. Pada penelitian prevalensi pada lebih dari 20.000 pasien, fissure ini
UniversitasSyiah Kuala
17
melibatkan bibir, dan paling sering dilihan pada bibir atas. Fissure ini lebih sering
dilihat pada laki-laki. Mayoritas muncul pada dewasa muda, dan jarang terjadi
pada anak-anak dan lanjut usia.
Walaupun penyebabnya tidak diketahui, faktor predisposisi termasuk terpapar
matahari, udara, dan udara dingin; bernapas melalui mulut; infeksi bakteri dan
fungal; dan merokok. Peningkatan prevalensi fissure bibir terjadi pada pasien
Down Syndrome dan dapat terjadi karena frekuensi bernapas melalui mulut.
Adanya fissure juga dapat berhubungan dengan kekuatan fisiologis jaringan yang
lemah. Fissure yang mengenai bibir bawah biasanya mengenai midline, sedangkan
yang mengenai bibir atas seringkali pada posisi lateral.1
UniversitasSyiah Kuala
18
B. Herpes Labialis
a. Definisi
Herpes labialis (“cold sore” atau “fever blister”) merupakan infeksi herpes
simplex berulang (herpes sekunder, herpes recrudescent) yang dapat muncul baik
pada sisi inokulasi primer atau pada area sekitar permukaan epitel yang disuplai
oleh ganglion yang berkaitan. Sisi yang paling banyak terjadi pada HSV 1 rekuren
adalah vermilion border dan kulit sekitar bibir, sehingga disbut sebagai herpes
labialis. 1
UniversitasSyiah Kuala
19
menjadi tempat laten HSV 1 adalah ganglion trigeminal, tapi sisi lainnya juga
dapat terjadi termasuk ganglion noduse pada nervus vagus, ganglia dorsal root,
dan otak. Virus menggunakan akson dari neuron sensori untuk kembali ke kulit
atau mukosa.
Infeksi rekuren (sekunder atau recrudescent) muncul karena aktivasi kembali
dari virus. Usia lanjut, cahaya ultraviolet, stres fisik atau emosional, lelah, panas,
dingin, hamil, alergi, trauma, perawatan gigi, penyakit pernapasan, demam,
menstruasi, penyakit sistemik, dan malignansi dapat berhubungan dengan aktivasi
kembali HSV. 1,4
c. Gambaran Klinis
Gejala dan tanda prodromal (sakit, terbakar, gatal, menyengat, panas
terlokalisir, dan eritema pada epitel yang terlibat) muncul 6 hingga 24 jam
sebelum lesi berkembang. Papula eritema kecil, multiple, dan membentuk cluster
vesikel berisi cairan. Vesikel rupture dan menjadi krusta dalam 2 hari.
Penyembuhan biasanya muncul dalam 7-10 hari. Simptom paling parah terjadi
dalam 8 jam pertama, dan replikasi viral aktif sempurna dalam 48 jam. Ruptur
vesikel dan pelepasan cairan yang berisi virus dapat menghasilkan penyebaran lesi
pada bibir yang sebelumnya telah terpecah-pecah akibat paparan matahari.
Rekuren diobservasi jarang terjadi pada kulit hidung, dagu, dan pipi. Mayoritas
pengalaman individu yang terkena tepatnya 2 kali rekuren setiap tahun, tapi
sedikit persentase yang mengalami rekuren per bulan atau lebih sering.
Beberapa lesi muncul hampir segera setelah adanya pemicu dan muncul tanpa
menunjukkan gejala prodromal. Rekuren juga dapat mengenai mukosa intraoral
pada pasien immunocompetent, keterlibatannya terbatas hanya pada mukosa
berkeratin yang melekat ke tulang (gingiva cekat dan palatum keras). Bagian ini
terkadang menunjukkan perubahan yang tidak tampak, dan gejala tidak terlalu
jelas. Lesi bermula sebagai vesikel berukuran 1-3 mm yang bergabung atau
membesar secara perlahan. Epitel yang rusak menghilang, dan terjadi ulser
dengan sentral yang kuning. Penyembuhan terjadi dalam 7-10 hari. 1,4
UniversitasSyiah Kuala
20
UniversitasSyiah Kuala
21
C. Actinic Cheilitis
a. Definisi
Actinic cheilitis merupakan suatu keadaan terjadinya perubahan premalignan
pada vermilion bibir bawah yang dihasilkan dari paparan cahaya ultraviolet yang
kronis. 1
c. Gambaran Klinis
Actinic cheilitis jarang muncul pada usia kurang dari 45 tahun. Sering terjadi
pada pria dibandingkan wanita (10:1), yang menunjukkan aktivitas ourdoor yang
lebih sering dilakukan pria dan kurangnya frekuensi pemakaian agen pelindung
pada bibir pada pria dibandingkan wanita.
Lesi berkembang dengan lambat pada pasien sehingga terkadang pasien
kurang memperhatikan lesi tersebut. Temuan klinis awal termasuk atropi
(dikarakteristikkan dengan lembut, blotchy, area pucat), kering, dan fissure pada
vermilion bibir bawah, dengan blurring margin antara vermilion dan kulit
sekitarnya. Sebagaimana lesi berkembang, area yang kasar dan scaly terjadi pada
bagian yang kering di vermilion. Area ini dapat menebal untuk membentuk lesi
leukoplakia, khusunya ketika menyebar ke dekat area bibir yang basah.
UniversitasSyiah Kuala
22
Ulser kronis dapat terjadi. Beberapa ulserasi dapat menetap sebulan dan
menunjukkan progresi SCC. 1
d. Histopatologi
Permukaan epitel menunjukkan variasi derajat displasia. Terkadang adanya
hiperkeratosis, dan epitel dapat atropi atau acantotik. Jaringan ikat dibawahnya
menunjukkan ikatan amorphous, acellular, perubahan basophilic yang dikenal
sebagai solar elastosis, suatu perubahan yang diakibatkan cahaya UV pada
kolagen dan serat elastik. Suatu sel inflamasi kronis infiltasi dan dilatasi
pembuluh darah juga dapat terjadi. 1
UniversitasSyiah Kuala
23
Jika kulit secara alami peka, mukosa dapat atau tidak dapat menunjukkan
gambaran klinis peka. Secara kontras, jika mukosa secara inisial peka, maka kulit
biasanya menunjukkan perubahan yang sama dengan paparan ke depannya.
Paparan oral jangka panjang dapat menginduksi toleransi dan menurunkan
prevalensi sensitivitas kulit pada beberapa kasus. Sebagai contoh, paparan
terhadap perangkat ortodonti yang mengandung nikel berhubungan dengan
UniversitasSyiah Kuala
24
b. Gambaran Klinis
Stomatitis kontak alergi dapat berupa akut atau kronis. Baik keduanya,
terdapat predominan terhadap wanita. Setelah mengeliminasi trauma fokal, tanda
dan gejala lokalisata menunjukkan mucositis dari suatu allergen yang terisolasi
(dental metal); sakit mulut yang menyebar menunjukkan keterlibatan dengan
pemicu yang lebih luas, seperti makanan, minuman, perasa makanan, atau
material oral hygiene.
Pada pasien dengan stomatitis kontak akut, gejala yang paling sering terjadi
adalah sensasi terbakar. Gambaran dari mukosa yang terkena bervariasi, dari
ringan dan kemerahan yang sedikit menjadi lesi eritema dengan atau tanpa edema.
Vesikel jarang dilihat dan ketika tedapat vesikel, maka akan dengan segera ruptur
dan membentuk area erosi. Ulserasi superfisial yang menyerupai aphthae juga
dapat terjadi. Gatal, menyengat, perih, dan edema dapat terjadi.
Pada kasus kronis, mukosa yang terkena secara khas berkontak dengan agen
penyebab dan dapat menunjukkan hiperkeratotik merah atau putih. Secara
periodik, erosi dapat terjadi pada zona yang terkena. Beberapa allergen,
khususnya pasta gigi, dapat menyebabkan eritema yang menyebar, dengan
deskuamasi lapisan superfisial epitel. Cheilitis kontak alergi menujukkan
gambaran klinis yang identik pada kasus yang terjadi akibat iritasi konis, dan
muncul seringkali sebagai kekeringan yang kronis, scaling, fissuring, atau
cracking pada vermilion border pada bibir. Secara jarang, gejala identik terhadap
orolingual paresthesia dapat muncul tanpa adanya bukti tanda klinis. 1
UniversitasSyiah Kuala
25
UniversitasSyiah Kuala
26
UniversitasSyiah Kuala