PNEUMOTHORAX SINISTRA
Pembimbing:
dr. H. Gunawan Tohir Sp.B., MM.
Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang di Departemen Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah swt, Yang Maha Esa dengan segala keindahan-Nya,
zat Yang Maha Pengasih dengan segala kasih sayang-Nya, yang terlepas dari segala
sifat lemah semua makhluk.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMANPENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I. LAPORAN KASUS................................................................................. 4
1.1 Identifikasi .............................................................................................. 1
1.2. Anamnesis .............................................................................................. 1
1.3. Pemeriksaan Fisik .................................................................................. 2
1.4. Pemeriksaan Penunjang ......................................................................... 6
1.5. Diagnosis Banding ..................................................................................8
1.6. Pemeriksaan Tambahan ..........................................................................8
1.7. Diagnosis Kerja ..................................................................................... 8
1.8. Penatalaksanaan ..................................................................................... 8
1.9. Komplikasi ............................................................................................. 9
1.10. Prognosis .............................................................................................. 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 20
iv
BAB I
LAPORAN KASUS
1.1. Identifikasi
Nama : Rian Andreas Simamora bin Rayan Simamora
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Palembang, 20 April 1967
Alamat : Jl. KH Balqi, Talang banten
Agama : Islam
MRS : 13 April 2022
No. RM : 68.35.56
Pembiayaan : BPJS
1.2 Anamnesis
Dilakukan alloanamnesis pada hari Selasa, 13 April 2022
Keluhan Utama:
Sesak napas semakin memberat
1
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Pasien
memiliki riwayat TB paru dg pengobatan tuntas. Pasien tidak memiliki riwayat
alergi makanan, alergi obat, maupun penyakit jantung, kencing manis, darah
tinggi, dan asma. Pasien juga tidak memiliki riwayat trauma dan operasi
sebelumnya.
Riwayat Kebiasaan
Riwayat sosial dan ekonomi: cukup, ekonomi menengah kebawah
Riwayat tempat tinggal: di daerah komplek perumahan
Riwayat olahraga rutin (-)
Riwayat merokok (+) sebanyak 2 bungkus/hari, sudah berhenti semenjak 4
bulan yang lalu.
Riwayat minum alkohol (-)
Riwayat menggunakan narkoba (-)
2
- Tinggi Badan : 155 cm
- Kesan Status Gizi : Underweight (IMT 16,7)
- Skala nyeri :6
Secondary Survey:
1. Pemeriksaan Kepala:
- Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera kuning (-/-), refleks cahaya
(+/+), pupil isokor kanan kiri, oedem palpebral (-/-), eksoftalmus
(-/-)
- Hidung :Napas cuping hidung (-), epistaksis (-), tidak ada deviasi
- Telinga :Tidak ada kelainan
- Mulut :Bibir kering (-), sianosis (-)
- Leher :Tidak terlihat benjolan, vena jugularis datar (tidak distansi),
trakea di tengah, pembesaran KGB (-/-), massa(-), JVP 5-2
cmH20
3
2. Pemeriksaan Thorax:
- Bentuk : datar, barrel chest (-), asimetris saat statis dan dinamis,
- Kulit : pucat (-), ikterik (-), dan spider nevi (-), sianosis (-)
Paru – Paru
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak.
4
- Palpasi : Ictus kordis teraba di ICS V, 2 cm di medial linea midclavicula
sinistra, trill (-), ventricular heaving (-), tapping (-)
- Perkusi :
Batas kanan : ICS IV, linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V, midklavikularis sinistra
Batas atas : ICS II, línea parasternalis sinistra Auskultasi
Suara dasar : S1-S2 murni, regular, irama teratur, frekuensi 84x/menit
Suara tambahan : murmur (-), gallop (-)
3. Pemeriksaan Abdomen :
- Inspeksi : datar, lemas,massa (-), hemtoma (-), venektasi (-), scar (-),
distensi (+)
- Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), benjolan/massa (-)
- Perkusi : timpani, nyeri ketok (-)
- Auskultasi : peristaltik (+) lemah
5. Pemeriksaan Ekstremitas : Eritema (-), nyeri otot dan sendi (-), gerakan ke
segala arah, atrofi (-), edema pada kedua lengan
dan tangan (-), hiperpigmentasi (-), pitting
edema pretibia (-), akral sianosis (+).
Status Lokalis
Regio Thoracalis
Pemeriksaan ANTERIOR POSTERIOR
Inspeksi Kiri Asimetris saat statis dan Asimetris saat statis dan
dinamis, Jejas (-), Retraksi dinamis
iga: Suprasternal (+/+),
Intercostae (+/+),
5
Kanan Asimetris saat statis dan Asimetris saat statis dan
dinamis, Retraksi iga: Supra dinamis
sternal (+/+), Intercostae
(+/+)
Palpasi Kiri - Tidak ada benjolan - Tidak ada benjolan
- Stem fremitus ↓ - Stem fremitus ↓
6
Eosinofil 1 % 1-6
Batang 0 % 3-5
Segmen 63 % 40-70
Limfosit 35 % 30-45
Monosit 5 % 2-10
7
1.5 Diagnosis Banding
1. Pneumonia sinistra
2. Asthma bronchial
3. Congestive heart disease
1.8 Penatalaksanaan
A. Non Farmakologi
- Bedrest total
- Observasi tanda vital
- Informed consent untuk dilakukannya rencana tindakan
B. Farmakologis
- O2 2-4 l/menit
- IVFD NS 14 ml/jam/ IV
- Inj. Cefotaxime 1 g/ 24 jam/IV
- Ambroxol tablet 3x30 mg
C. Operatif
- Chest tube
- Needle decompression dg WSD
8
1.9 Komplikasi
- Tension pneumotoraks
- Pneumothorax simultan bilateral
- Distres pernafasan
- Kematian
- Pio-pneumothorax, hidro-pneumothorax/hemo-pneumothorax
1.10 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Pneumothoraks adalah keadaan di mana terdapat udara atau gas dalam
rongga pleura. Pada kondisi normal, rongga pleura tidak terisi udara
sehingga paru-paru dapat leluasa mengembang dalam rongga dada. Rongga
pleura adalah rongga yang terletak antara selaput yang melapisi paru-paru
dan rongga dada. Pneumothoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara
atau gas di dalam pleura yang mengakibatkan kolapsnya paru yang terkena.
Tersering disebabkan oleh ruptur spontan pleura visceralis yang
menimbulkan kebocoran udara ke rongga thoraks.
10
b) Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat
hubungan antara kavum pleura dengan dunia luar. Apabila lubang yang
terjadi lebih besar 2/3 diameter trakea. Maka udara cenderung lebih
melewati lubang tersebut dibandingkan traktus respiratorius yang
seharusnya. Pada saat ispirasi, tekanan dalam rongga dada menurun
sehingga udara dari luar masuk ke kavum pleura lewat lubang tadi dan
menyebabkan kolaps pada paru dari kavum pleura keluar melalui
lubang tersebut. Kondisi ini disebut sebagai open pneumothorax.1
2.2. Klasifikasi
Klasifikasi pneumothoraks berdasarkan penyebab sebagai berikut:
1. Pneumothoraks spontan:
- Pneumotoraks spontan primer terjadi jika pada penderita tidak
ditemukan penyakit paru-paru. Pneumotoraks ini diduga
disebabkan oleh pecahnya kantung kecil berisi udara di dalam
paru-paru yang disebut bleb atau bulla. Penyakit ini paling
sering menyerang pria berpostur tinggi-kurus. Faktor
predisposisi adalah merokok dan riwayat keluarga dengan
penyakit yang sama.
- Pneumotoraks spontan sekunder merupakan komplikasi dari
penyakit paru-paru (misalnya penyakit paru obstruktif
menahun, asma, fibrosis kistik, tuberkulosis, emphysema). (3)
2. Pneumotoraks traumatik:
Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa
berupa trauma benda tajam yang menembus (luka tusuk, peluru)
atau tumpul (benturan pada kecelakaan kendaraan bermotor).
Pneumotoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis
tertentu (misalnya central line placement).2
11
dengan dunia luar. Apabila lubang yang terjadi lebih besar dari
2/3 diameter trakea, maka udara cenderung lebih melewati
lubang tersebut dibanding traktus respiratorius yang
seharusnya. Pada saat inspirasi, tekanan dalam rongga dada
menurun sehingga udara dari luar masuk ke kavum pleura
lewat lubang tadi dan menyebabkan kolaps pada paru
ipsilateral. Saat ekspirasi, tekanan rongga dada meningkat,
akibatnya udara dari kavum pleura keluar melalui lubang
tersebut.
2. Closed Pneumothorax
Udara dalam kavum pleura ini dapat ditimbulkan oleh karena
adanya kerobekan pleura visceralis sehingga saat inspirasi
udara yang berasal dari alveolus akan memasuki kavum
pleura.
3. Tension Pneumothorax
Apabila kebocoran pleura visceralis berfungsi sebagai katup,
maka udara yang masuk saat inspirasi tak akan dapat keluar
dari kavum pleura pada saat ekspirasi. Akibatnya, udara
semakin lama semakin banyak sehingga mendorong
mediastinum kearah kontralateral dan menyebabkan terjadinya
tension pneumothorax.
12
Pneumotoraks dapat diklasifikasi sebagai pneumothoraks spontan
dan traumatik. Hanya pneumothoraks spontan khususnya tipe
13
sekunder yang akan dibahas di sini karena pasien tidak memiliki
riwayat trauma tetapi memiliki riwayat penyakit tuberkulosis.
Pneumothoraks spontan sekunder didapati pada orang-orang
dengan gangguan paru yang mendasari seperti penyakit kronik
obstruksi paru dengan emphysema, fibrosis kistik, tuberkulosis,
kanker paru dan pneumocystis carinii pneumonia. Mekanisme
terjadinya pneumotoraks spontan sekunder yang pertama adalah
akibat peningkatan tekanan alveolar melebihi tekanan interstisial paru
dan menyebabkan udara dari alveolus berpindah ke rongga interstisial
kemudian menuju hilus dan menyebabkan pneumomediastinum.
Kemudian udara akan berpindah melalui pleura parietalis pars
mediastinal ke rongga pleura sehingga menimbulkan pneumotoraks.
Mekanisme kedua adalah udara yang terlepas dari alveoli yang ruptur
yang disebabkan oleh nekrosis paru terus berpindah ke rongga pleura
mengakibatnya pneumothoraks spontan. 4
2.4. Diagnosa
Dari anamnesis dapat berupa keluhan sulit bernafas yang timbul
mendadak disertai nyeri dada yang terkadang dirasakan menjalar ke
bahu. Dapat disertai batuk dan terkadang terjadi hemoptisis. Perlu
ditanyakan adanya penyakit paru atau pleura lain yang mendasari
pneumotorak, dan menyingkirkan adanya penyakit jantung.
Gejala-gejalanya sangat bervariasi, tergantung kepada jumlah
udara yang masuk ke dalam rongga pleura dan luasnya paru-paru
yang mengalami kolaps (mengempis). Gejalanya bisa berupa:
• Nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba, dan semakinn
yeri jika penderita menarik nafas dalam atau terbatuk.
• Sesak nafas
• Dada terasa sempit
• Mudah lelah
• Denyut jantung yang cepat
14
• Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen. Gejala-
gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat atau tidur. 1
15
Gambar 2.2. Hiperlusen avaskular (8)
Visceral pleural white line terlihat yaitu garis lurus atau konveks
yang mengarah ke dinding dada yang terpisah dari pleura parietalis
oleh suatu kumpulan udara yang hiperlusen avaskuler 6,7
16
space melebar pada tension pneumothorax 6
17
Gambar 2.5. CT Scan Pneumothorax paru 8
18
2.5 Tatalaksana
Tujuan utama penatalaksanaan pneumotoraks adalah untuk
mengeluarkan udara dari rongga pleura dan menurunkan
kecenderungan untuk kambuh lagi. Pengobatan tergantung pada
ukuran pneumotoraks. Jika kecil, observasi sudah cukup; Jika besar,
maka dapat di lakukan drainase tertutup dengan tabung dan tindakan
ini sangat diperlukan.4
Prinsip tatalaksana :
1. Menjaga saluran napas
2. Menjaga ventilasi yang adekuat.
3. Terapi oksigen.
4. Pengobatan dari penyebabnya, yaitu mengeluarkan udara dari
rongga pleura.
5. Penggunaanventilasi terkontrol: Jika diperlukan, dapat
dilakukan endotrakeal atau trakeostomi.
Tindakan Dekompresi3
Hal ini sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada kasus
pneumothorax yang luasnya >15%. Pada intinya, tindakan ini
bertujuan untuk mengurangi tekanan intrapleura dengan membuat
hubungan antara cavum pleura dengan udara luar dengan cara :
19
pleura, jarum dicabut dan kanula tetap ditinggal. Kanula ini
kemudian dihubungkan dengan pipa plastic infuse set. Pipa
infuse ini selanjutnya dimasukkan ke botol yang berisi air .
3) Pipa water sealed drainage (WSD) pipa khusus (thorax
kateter) steril, dimasukkan ke rongga pleura dengan
perantaraan troakar atau dengan bantuan klem penjempit.
Setelah troakar masuk, maka thorax kateter segera
dimasukkan ke rongga pleura dan kemudian troakar
dicabut, sehingga hanya kateter thorax yang masih
tertinggal di rongga pleura. Selanjutnya ujung kateter thorax
yang ada di dada dan di pipa kaca WSD dihubungkan
melalui pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastic
lainnya. Penghisapan dilakukan terus-menerus apabila
tekanan intrapleural tetap positif. Penghisapan ini dilakukan
dengan memberi tekanan negatif sebesar 10-20 cm H2
20
DAFTAR PUSTAKA
3. Butler KH, Swencki SA. Chest Pain: A Clinical Assessment. In: Mirvis SE,
Shanmuganathan K, editors. Emergency Chest Imaging. USA: Elsevier Inc.;
2006. P. 165-7
5. Patel PR. Lecture Notes Radiologi, Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga; 2007. 44-5 p.
10. Freixnet JL, Caminero JA, Marchena J, Casimiro JA, Hussein M. Spontaneous
Pneumothorax and Tuberculosis (Long Term Follow-Up). ERJ. 2010. 126-7 p.
21