Anda di halaman 1dari 25

Laporan Kasus

PNEUMOTHORAX SINISTRA

Dwi Puspita Sari, S.Ked.


712019017

Pembimbing:
dr. H. Gunawan Tohir Sp.B., MM.

DEPARTEMEN ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2022
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus berjudul
PNEUMOTHORAX SINISTRA

Dipersiapkan dan disusun oleh


Dwi Puspita Sari, S.Ked.
7120190

Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang di Departemen Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.

Palembang, April 2022


Dosen Pembimbing

dr. H. Gunawan Tohir, Sp.B.,MM

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah swt, Yang Maha Esa dengan segala keindahan-Nya,
zat Yang Maha Pengasih dengan segala kasih sayang-Nya, yang terlepas dari segala
sifat lemah semua makhluk. 

Alhamdulillah berkat kekuatan dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan


laporan kasus yang berjudul “Pneumothorax Sinistra” sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang di Departemen Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI.
Dalam penyelesaian laporan kasus ini, penulis mendapat bantuan, bimbingan dan
arahan maka dari itu kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada dr.
Gunawan Tohir selaku dosen pembimbing.
Semoga Allah swt membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Penulis
menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna, karena kesempurnaan itu
hanya milik Allah. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa mendatang.

Palembang, April 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMANPENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I. LAPORAN KASUS................................................................................. 4
1.1 Identifikasi .............................................................................................. 1
1.2. Anamnesis .............................................................................................. 1
1.3. Pemeriksaan Fisik .................................................................................. 2
1.4. Pemeriksaan Penunjang ......................................................................... 6
1.5. Diagnosis Banding ..................................................................................8
1.6. Pemeriksaan Tambahan ..........................................................................8
1.7. Diagnosis Kerja ..................................................................................... 8
1.8. Penatalaksanaan ..................................................................................... 8
1.9. Komplikasi ............................................................................................. 9
1.10. Prognosis .............................................................................................. 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 20

iv
BAB I
LAPORAN KASUS

1.1. Identifikasi
Nama : Rian Andreas Simamora bin Rayan Simamora
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Palembang, 20 April 1967
Alamat : Jl. KH Balqi, Talang banten
Agama : Islam
MRS : 13 April 2022
No. RM : 68.35.56
Pembiayaan : BPJS

1.2 Anamnesis
Dilakukan alloanamnesis pada hari Selasa, 13 April 2022

Keluhan Utama:
Sesak napas semakin memberat

Riwayat Perjalanan Penyakit:


Pasien datang dibawa keluarganya ke IGD RSUD Palembang Bari
dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari yang lalu. Sesak dirasakan timbul
mendadak disertai nyeri dada kiri. Nyeri dada dirasakan terutama saat menarik
napas dan batuk. Pasien juga mengeluh batuk. Batuk terkadang berdahak
berwarna putih. Pasien memiliki riwayat konsumsi OAT tahun 2014. Os
menyangkal keluhan sesak napas seperti ini sebelumnya. Sesak napas yang
berbunyi mengi dan dipengaruhi perubahan cuaca disangkal. Sesak napas tidak
dipengaruhi oleh aktivitas dan perubahan posisi. Riwayat trauma daerah dada
disangkal.

1
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Pasien
memiliki riwayat TB paru dg pengobatan tuntas. Pasien tidak memiliki riwayat
alergi makanan, alergi obat, maupun penyakit jantung, kencing manis, darah
tinggi, dan asma. Pasien juga tidak memiliki riwayat trauma dan operasi
sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat hipertensi, diabetes
mellitus, penyakit ginjal, penyakit paru-paru, atau alergi. Riwayat kanker
payudara pada keluarga tidak ada.

Riwayat Kebiasaan
 Riwayat sosial dan ekonomi: cukup, ekonomi menengah kebawah
 Riwayat tempat tinggal: di daerah komplek perumahan
 Riwayat olahraga rutin (-)
 Riwayat merokok (+) sebanyak 2 bungkus/hari, sudah berhenti semenjak 4
bulan yang lalu.
 Riwayat minum alkohol (-)
 Riwayat menggunakan narkoba (-)

1.3 Pemeriksaan Fisik (13 April 2022)


Status Generalis:
- Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
- Kesadaran : Compos mentis (GCS: E4 V5 M6)
- Tekanan darah : 90/60 mmHg
- Nadi : 112x/ menit, reguler, isi dan tegangan cukup
- Pernafasan : 24x/ menit, tipe abdominal thorakal
- Temperature : 36,5oC
- Berat Badan : 40 kg

2
- Tinggi Badan : 155 cm
- Kesan Status Gizi : Underweight (IMT 16,7)
- Skala nyeri :6

Nyeri berdasarkan SOCRATES


Site (Lokasi) : Nyeri pada dada kiri
Onset (Mulai timbul) : 1 hari sebelum masuk rumah sakit
Character (Sifat) : Nyeri tajam
Radiation (Penjalaran) : Tidak ada
Association (Hubungan) : Pada saat menari napas dan batuk
Timing (Saat terjadinya) : Timbul secara mendadak
Exacerbating and relieving factor : Nyeri bertambah berat
Severity (Tingkat keparahan) :6

Secondary Survey:
1. Pemeriksaan Kepala:
- Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera kuning (-/-), refleks cahaya
(+/+), pupil isokor kanan kiri, oedem palpebral (-/-), eksoftalmus
(-/-)
- Hidung :Napas cuping hidung (-), epistaksis (-), tidak ada deviasi
- Telinga :Tidak ada kelainan
- Mulut :Bibir kering (-), sianosis (-)
- Leher :Tidak terlihat benjolan, vena jugularis datar (tidak distansi),
trakea di tengah, pembesaran KGB (-/-), massa(-), JVP 5-2
cmH20

3
2. Pemeriksaan Thorax:
- Bentuk : datar, barrel chest (-), asimetris saat statis dan dinamis,
- Kulit : pucat (-), ikterik (-), dan spider nevi (-), sianosis (-)

Paru – Paru

Pemeriksaan ANTERIOR POSTERIOR


Inspeksi Kiri Asimetris saat statis dan Asimetris saat statis dan
dinamis, Jejas (-), Retraksi dinamis
iga: Suprasternal (+/+),
Intercostae (+/+),
Kanan Asimetris saat statis dan Asimetris saat statis dan
dinamis, Retraksi iga: Supra dinamis
sternal (+/+), Intercostae
(+/+)
Palpasi Kiri - Tidak ada benjolan - Tidak ada benjolan
- Stem fremitus ↓ - Stem fremitus ↓

Kanan - Tidak ada benjolan - Tidak ada benjolan


- Stem fremitus normal - Stem fremitus normal

Perkusi Kiri Hipersonor hemithorax Hipersonor hemithorax


sinistra sinistra
Kanan Sonor pada seluruh lapang Sonor pada seluruh lapang
Paru Paru
Auskultasi Kiri Suara Nafas vesikular Suara Nafas vesikular
menurun menurun
Ronkhi (-/-), wheezing (-/-) Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Kanan Suara Nafas vesikular Suara Nafas vesikular
normal normal
Ronkhi (-/-),wheezing (-/-) Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak.
4
- Palpasi : Ictus kordis teraba di ICS V, 2 cm di medial linea midclavicula
sinistra, trill (-), ventricular heaving (-), tapping (-)

- Perkusi :
 Batas kanan : ICS IV, linea sternalis dextra
 Batas kiri : ICS V, midklavikularis sinistra
 Batas atas : ICS II, línea parasternalis sinistra Auskultasi
 Suara dasar : S1-S2 murni, regular, irama teratur, frekuensi 84x/menit
 Suara tambahan : murmur (-), gallop (-)

3. Pemeriksaan Abdomen :
- Inspeksi : datar, lemas,massa (-), hemtoma (-), venektasi (-), scar (-),
distensi (+)
- Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), benjolan/massa (-)
- Perkusi : timpani, nyeri ketok (-)
- Auskultasi : peristaltik (+) lemah

4. Pemeriksaan Genitalia Eksterna :


- Laki-laki, kedua testis sudah turun, dalam batas normal

5. Pemeriksaan Ekstremitas : Eritema (-), nyeri otot dan sendi (-), gerakan ke
segala arah, atrofi (-), edema pada kedua lengan
dan tangan (-), hiperpigmentasi (-), pitting
edema pretibia (-), akral sianosis (+).

Status Lokalis
Regio Thoracalis
Pemeriksaan ANTERIOR POSTERIOR
Inspeksi Kiri Asimetris saat statis dan Asimetris saat statis dan
dinamis, Jejas (-), Retraksi dinamis
iga: Suprasternal (+/+),
Intercostae (+/+),

5
Kanan Asimetris saat statis dan Asimetris saat statis dan
dinamis, Retraksi iga: Supra dinamis
sternal (+/+), Intercostae
(+/+)
Palpasi Kiri - Tidak ada benjolan - Tidak ada benjolan
- Stem fremitus ↓ - Stem fremitus ↓

Kanan - Tidak ada benjolan - Tidak ada benjolan


- Stem fremitus normal - Stem fremitus normal

Perkusi Kiri Hipersonor hemithorax Hipersonor hemithorax


sinistra sinistra
Kanan Sonor pada seluruh lapang Sonor pada seluruh lapang
Paru Paru
Auskultasi Kiri Suara Nafas vesikular Suara Nafas vesikular
menurun menurun
Ronkhi (-/-), wheezing (-/-) Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Kanan Suara Nafas vesikular Suara Nafas vesikular
normal normal
Ronkhi (-/-),wheezing (-/-) Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

1.4 Pemeriksaan Penunjang


 Pemeriksaan Darah Rutin

Hematologi Lengkap Hasil Nilai normal

Hemoglobin 8.0 g/dL 12.0-14.0


Leukosit 7.8 /mm3 5.000 – 10.000
Eritrosit 5.2 juta/uL 3.6-5.8
Trombosit 300 ribu/mm3 150-450
Hematokrit 44 % 35-47
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 0 % 0.1-1

6
Eosinofil 1 % 1-6
Batang 0 % 3-5
Segmen 63 % 40-70
Limfosit 35 % 30-45
Monosit 5 % 2-10

 Pemeriksaan Foto Polos Thorax (13 April 2022)

Pada pemeriksaan foto Rontgen Thorax didapatkan :


 Tampak gambaran lusen avaskuler pada hemithoraks kiri disertai kolaps
paru kiri
 Tampak peningkatan corakan bronkovaskular
 CTR < 50%, cor ukuran normal
 Diafragma kanan dan kiri licin
 Sinus kostrofrenikus kanan dan kiri lancip
 Tulang-tulang intak
Kesan :
 Pneumothoraks sinistra

7
1.5 Diagnosis Banding
1. Pneumonia sinistra
2. Asthma bronchial
3. Congestive heart disease

1.6 Pemeriksaan Tambahan


Pada pasien dapat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan tambahan berupa:
- CT- Scan thorax
- USG thorax
- Pemeriksaan BTA ulang

1.7 Diagnosis Kerja


Pneumonia sinistra

1.8 Penatalaksanaan
A. Non Farmakologi
- Bedrest total
- Observasi tanda vital
- Informed consent untuk dilakukannya rencana tindakan

B. Farmakologis
- O2 2-4 l/menit
- IVFD NS 14 ml/jam/ IV
- Inj. Cefotaxime 1 g/ 24 jam/IV
- Ambroxol tablet 3x30 mg

C. Operatif
- Chest tube
- Needle decompression dg WSD

8
1.9 Komplikasi
- Tension pneumotoraks
- Pneumothorax simultan bilateral
- Distres pernafasan
- Kematian
- Pio-pneumothorax, hidro-pneumothorax/hemo-pneumothorax

1.10 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Pneumothoraks adalah keadaan di mana terdapat udara atau gas dalam
rongga pleura. Pada kondisi normal, rongga pleura tidak terisi udara
sehingga paru-paru dapat leluasa mengembang dalam rongga dada. Rongga
pleura adalah rongga yang terletak antara selaput yang melapisi paru-paru
dan rongga dada. Pneumothoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara
atau gas di dalam pleura yang mengakibatkan kolapsnya paru yang terkena.
Tersering disebabkan oleh ruptur spontan pleura visceralis yang
menimbulkan kebocoran udara ke rongga thoraks.

Gambar 2.1 Pneumothoraks

Udara dalam kavum pleura ini dapat ditimbulkan oleh :


a) Robeknya pleura visceralis sehingga saat inspirasi udara yang berasal
dari alveolus akan memasuki kavum pleura. Pneumotorax seperti ini
disebut closed pneumotorax.

10
b) Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat
hubungan antara kavum pleura dengan dunia luar. Apabila lubang yang
terjadi lebih besar 2/3 diameter trakea. Maka udara cenderung lebih
melewati lubang tersebut dibandingkan traktus respiratorius yang
seharusnya. Pada saat ispirasi, tekanan dalam rongga dada menurun
sehingga udara dari luar masuk ke kavum pleura lewat lubang tadi dan
menyebabkan kolaps pada paru dari kavum pleura keluar melalui
lubang tersebut. Kondisi ini disebut sebagai open pneumothorax.1

2.2. Klasifikasi
Klasifikasi pneumothoraks berdasarkan penyebab sebagai berikut:
1. Pneumothoraks spontan:
- Pneumotoraks spontan primer terjadi jika pada penderita tidak
ditemukan penyakit paru-paru. Pneumotoraks ini diduga
disebabkan oleh pecahnya kantung kecil berisi udara di dalam
paru-paru yang disebut bleb atau bulla. Penyakit ini paling
sering menyerang pria berpostur tinggi-kurus. Faktor
predisposisi adalah merokok dan riwayat keluarga dengan
penyakit yang sama.
- Pneumotoraks spontan sekunder merupakan komplikasi dari
penyakit paru-paru (misalnya penyakit paru obstruktif
menahun, asma, fibrosis kistik, tuberkulosis, emphysema). (3)
2. Pneumotoraks traumatik:
Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa
berupa trauma benda tajam yang menembus (luka tusuk, peluru)
atau tumpul (benturan pada kecelakaan kendaraan bermotor).
Pneumotoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis
tertentu (misalnya central line placement).2

Klasifikasi pneumothoraks berdasarkan mekanisme :


1. Open Pneumothorax
Disebabkan karena robeknya dinding dada dan pleura
parietalis sehingga terdapat hubungan antara kavum pleura

11
dengan dunia luar. Apabila lubang yang terjadi lebih besar dari
2/3 diameter trakea, maka udara cenderung lebih melewati
lubang tersebut dibanding traktus respiratorius yang
seharusnya. Pada saat inspirasi, tekanan dalam rongga dada
menurun sehingga udara dari luar masuk ke kavum pleura
lewat lubang tadi dan menyebabkan kolaps pada paru
ipsilateral. Saat ekspirasi, tekanan rongga dada meningkat,
akibatnya udara dari kavum pleura keluar melalui lubang
tersebut.
2. Closed Pneumothorax
Udara dalam kavum pleura ini dapat ditimbulkan oleh karena
adanya kerobekan pleura visceralis sehingga saat inspirasi
udara yang berasal dari alveolus akan memasuki kavum
pleura.
3. Tension Pneumothorax
Apabila kebocoran pleura visceralis berfungsi sebagai katup,
maka udara yang masuk saat inspirasi tak akan dapat keluar
dari kavum pleura pada saat ekspirasi. Akibatnya, udara
semakin lama semakin banyak sehingga mendorong
mediastinum kearah kontralateral dan menyebabkan terjadinya
tension pneumothorax.

2.3. Patomekanisme Pneumothoraks Spontan


Paru-paru dibungkus oleh pleura parietalis dan pleura visceralis.
Di antara pleura parietalis dan visceralis terdapat cavum pleura.
Tekanan intrapleura selalu berupa tekanan negatif yang membantu
dalam proses respirasi. Adanya udara pada cavum pleura yang
dikenali sebagai pneumothoraks, menyebabkan tekanan negatif pada
intrapleura tidak terbentuk sehingga akan mengganggu pada proses
respirasi dimana paru- paru tidak dapat berkembang pada saat
inspirasi. Hal Ini mengakibatkan paru-paru kolaps. 3

12
Pneumotoraks dapat diklasifikasi sebagai pneumothoraks spontan
dan traumatik. Hanya pneumothoraks spontan khususnya tipe

13
sekunder yang akan dibahas di sini karena pasien tidak memiliki
riwayat trauma tetapi memiliki riwayat penyakit tuberkulosis.
Pneumothoraks spontan sekunder didapati pada orang-orang
dengan gangguan paru yang mendasari seperti penyakit kronik
obstruksi paru dengan emphysema, fibrosis kistik, tuberkulosis,
kanker paru dan pneumocystis carinii pneumonia. Mekanisme
terjadinya pneumotoraks spontan sekunder yang pertama adalah
akibat peningkatan tekanan alveolar melebihi tekanan interstisial paru
dan menyebabkan udara dari alveolus berpindah ke rongga interstisial
kemudian menuju hilus dan menyebabkan pneumomediastinum.
Kemudian udara akan berpindah melalui pleura parietalis pars
mediastinal ke rongga pleura sehingga menimbulkan pneumotoraks.
Mekanisme kedua adalah udara yang terlepas dari alveoli yang ruptur
yang disebabkan oleh nekrosis paru terus berpindah ke rongga pleura
mengakibatnya pneumothoraks spontan. 4

2.4. Diagnosa
Dari anamnesis dapat berupa keluhan sulit bernafas yang timbul
mendadak disertai nyeri dada yang terkadang dirasakan menjalar ke
bahu. Dapat disertai batuk dan terkadang terjadi hemoptisis. Perlu
ditanyakan adanya penyakit paru atau pleura lain yang mendasari
pneumotorak, dan menyingkirkan adanya penyakit jantung.
Gejala-gejalanya sangat bervariasi, tergantung kepada jumlah
udara yang masuk ke dalam rongga pleura dan luasnya paru-paru
yang mengalami kolaps (mengempis). Gejalanya bisa berupa:
• Nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba, dan semakinn
yeri jika penderita menarik nafas dalam atau terbatuk.
• Sesak nafas
• Dada terasa sempit
• Mudah lelah
• Denyut jantung yang cepat

14
• Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen. Gejala-
gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat atau tidur. 1

Pemeriksaan fisik dapat didapatkan sesak nafas dan takikardi


yang dapat disertai sianosis pada pneumotorak ventil atau ada
penyakit dasar paru.
• Inspeksi: Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit
(hiperekspansi dinding dada), Pada waktu respirasi, bagian yang
sakit gerakannya tertinggal, trakea dan jantung terdorong ke sisi
yang sehat , deviasi trakhea, ruang interkostal melebar,
• Palpasi: Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau
melebar, iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat, vocal
fremitus melemah atau menghilang pada sisi yang sakit.
• Perkusi: Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani
dan tidak menggetar, Batas jantung terdorong ke arah toraks
yang sehat, apabila tekanan intrapleura tinggi, Pada tingkat yang
berat terdapat gangguan respirasi/sianosis, gangguan
vaskuler/syok.
• Auskultasi: Pada bagian yang sakit, suara napas melemah
sampai menghilang, Suara vokal melemah dan tidak menggetar
serta bronkofoni negatif. 1

Pneumothorax non-trauma terjadi saat udara masuk ke dalam


kavum pleura setelah adanya robekan pada pleura parietal/visceral.
Paru kemudian mengalami relaksasi dan retraksi yang luasnya
bervariasi ke arah hilus. Foto toraks dengan inspirasi cukup
merupakan investigasi awal pada pasien curiga pneumothorax.3
Pneumothorax paling baik digambarkan dengan film ketajaman
rendah.5 Pada pasien posisi supine, sekitar 500ml udara pleura
diperlukan untuk menegakkan diagnosis pneumothorax.3

Hal-hal yang dapat terlihat pada rontgen thorax pneumothorax:


 Area radiolusen (udara) dalam kavum pleura sehingga vascular
marking menghilang (hiperlusen avaskuler) 6,7

15
Gambar 2.2. Hiperlusen avaskular (8)

 Visceral pleural white line terlihat yaitu garis lurus atau konveks
yang mengarah ke dinding dada yang terpisah dari pleura parietalis
oleh suatu kumpulan udara yang hiperlusen avaskuler 6,7

Gambar 2.3. Visceral Pleural White Line (9)

 Shift mediastinum dan trachea, depresi diafragma dan intercostal

16
space melebar pada tension pneumothorax 6

Gambar 2.4. Shift trakea dan mediastinum 8

CT-Scan lebih sensitif dibandingkan foto thorax konvensional


dalam mengevaluasi pneumothorax dan pnuemomediastinum yang
sedikit, walaupun perbedaan klinis yang signifikan pada kedua
pneumothorax yang tersembunyi tersebut tidak dapat dibedakan.8,9
Pneumothorax yang tersembunyi tersebut sering didiagnosa
sebagai bentuk dari metode untuk mengevaluasi dan mengdiagnosa
pasien trauma menjadi lebih sentitif pasa saat ini. Saat ini, CT-Scan
merupakan standart emas untuk mendeteksi pneumothorax
tersembunyi akibat trauma yang tidak dapat terlihat pada foto
radiografi thorax posisi supinasi. 8,9

17
Gambar 2.5. CT Scan Pneumothorax paru 8

Penggunaan ultrasonography pada diagnosis pneumothorax relatif


baru dikembangkan. Pada beberapa pusat trauma, deteksi pneumothorax
dimasukkan sebagai bagian dari pemeriksaan Focused Abdominal
Sonography for Trauma (FAST). Gambaran ultrasonography pada
diagnosis pneumothorax antara lain hilangnya tanda lung sliding (sentifitas
dan spesifitas tinggi), hilangnya tanda comet-tail artifact (Sentifitas tinggi,
spesifitas rendah), dan terdapat tanda dari lung point (tinggi spesifitas,
sensivitas rendah). Pada sebuah studi, ultrasonography yang dilakukan
pada pasien trauma tumpul pada thorax memiliki sensitifitas 94% dan
100% spesifitas untuk mendetekasi pneumothorax dibandingkan
menggunakan CT Scan.9,1

Gambar 2.6 Beberapa tanda pada Ultrasonografi Thorax


a. lung sliding; b. comet-tail artifact; c. lung point

18
2.5 Tatalaksana
Tujuan utama penatalaksanaan pneumotoraks adalah untuk
mengeluarkan udara dari rongga pleura dan menurunkan
kecenderungan untuk kambuh lagi. Pengobatan tergantung pada
ukuran pneumotoraks. Jika kecil, observasi sudah cukup; Jika besar,
maka dapat di lakukan drainase tertutup dengan tabung dan tindakan
ini sangat diperlukan.4
Prinsip tatalaksana :
1. Menjaga saluran napas
2. Menjaga ventilasi yang adekuat.
3. Terapi oksigen.
4. Pengobatan dari penyebabnya, yaitu mengeluarkan udara dari
rongga pleura.
5. Penggunaanventilasi terkontrol: Jika diperlukan, dapat
dilakukan endotrakeal atau trakeostomi.

Tindakan Dekompresi3
Hal ini sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada kasus
pneumothorax yang luasnya >15%. Pada intinya, tindakan ini
bertujuan untuk mengurangi tekanan intrapleura dengan membuat
hubungan antara cavum pleura dengan udara luar dengan cara :

a. Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk rongga


pleura akan berubah menjadi negative karena mengalir ke luar
melalui jarum tersebut.
b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil :
1) Dapat memakai infuse set jarum ditusukkan ke dinding
dada sampai kedalam rongga pleura, kemudian infuse set
yang telah dipotong pada pangkal saringan tetesan
dimasukkan ke botol yang berisi air.
2) Jarum abbocath merupakan alat yang terdiri dari gabungan
jarum dan kanula. Setelah jarum ditusukkan pada posisi
yang tetap di dinding thorax sampai menebus ke cavum

19
pleura, jarum dicabut dan kanula tetap ditinggal. Kanula ini
kemudian dihubungkan dengan pipa plastic infuse set. Pipa
infuse ini selanjutnya dimasukkan ke botol yang berisi air .
3) Pipa water sealed drainage (WSD) pipa khusus (thorax
kateter) steril, dimasukkan ke rongga pleura dengan
perantaraan troakar atau dengan bantuan klem penjempit.
Setelah troakar masuk, maka thorax kateter segera
dimasukkan ke rongga pleura dan kemudian troakar
dicabut, sehingga hanya kateter thorax yang masih
tertinggal di rongga pleura. Selanjutnya ujung kateter thorax
yang ada di dada dan di pipa kaca WSD dihubungkan
melalui pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastic
lainnya. Penghisapan dilakukan terus-menerus apabila
tekanan intrapleural tetap positif. Penghisapan ini dilakukan
dengan memberi tekanan negatif sebesar 10-20 cm H2

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Barmawi H, Budiono E. Penumothorax Spontan. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B,


Alwi I, et all, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. 2009. p. 2339.

2. MacDuff A, Arnold A, Harvey J. Management of Spontaneous. BTS Guide line.


2010;65:18-31.

3. Butler KH, Swencki SA. Chest Pain: A Clinical Assessment. In: Mirvis SE,
Shanmuganathan K, editors. Emergency Chest Imaging. USA: Elsevier Inc.;
2006. P. 165-7

4. Sahn SA, Heffner JE. Primary Care Spontaneous Pneumothorax. NEJM.


2000;342:868-74

5. Patel PR. Lecture Notes Radiologi, Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga; 2007. 44-5 p.

6. Murtala B. Radiologi Trauma dan Emergensi: IPB Press; 2012. 135-8 p.

7. O’Connor AR, Morgan WE. Clinical Review-Radiological Review of


Pneumothorax. BMJ.2005;330: 1494-5

8. Grainger RG, Allison DJ. Diagnostic Radiology, A Textbook of Medical Imaging.


4th ed

9. Idress MM, Ingleby AM, Wali SO. Evaluation and Management of


Pneumothorax. Saudi Med J. 2003;24(5):447-8

10. Freixnet JL, Caminero JA, Marchena J, Casimiro JA, Hussein M. Spontaneous
Pneumothorax and Tuberculosis (Long Term Follow-Up). ERJ. 2010. 126-7 p.

21

Anda mungkin juga menyukai