Status Pasien
Identitas
Nama : By.G
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : Maret 2022 (1 bulan)
Alamat : Kusu-kusu
Nomor RM : 9572**
Tanggal masuk: 27 April 2022
Agama : Kristen
Suku bangsa : Ambon
Anamnesis
Riwayat Imunisasi
Tanda Vital
Laju nadi : 143x/menit, reguler, isi cukup
Laju napas : 50x/menit
Suhu : 36,5 oC
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5), compos mentis
Status Mental
Rewel
Pernapasan
Suara napas vesikuler, terdengar sedikit ronkhi pada kedua paru, tampak retraksi minimal pada sela iga.
Gizi
Menurut kurva status gizi untuk anak laki-laki
BB/U : 2<x<0 (Normal)
PB/U : 0<x<-2 (Normal)
BB/PB : 2<x<1 (Resiko Gizi Lebih)
Telinga
Bentuk : Normotia
Septum : Tidak ada deviasi
Sekret : Ada
Epistaksis : Tidak ada
Mulut
Bibir basah, tidak ada sianosis, tidak ada luka pada ujung bibir
Leher
KGB : Tidak teraba pembesaran
Thorax
Paru
Inspeksi : Gerak dada simetris, retraksi +/+
Palpasi : Vokal fremitus simetris sama kuat pada kedua lapang paru
Perkusi : Sulit dinilai
Auskltasi : Rokhi +/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba, kuat angkat
Perkusi : Sulit dinilai
Auskltasi : BJ I-II murni reguler, tidak ada murmur dan gallop
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus + normoperistaltik
Palpasi : Supel, turgor baik, tidak teraba pembesaran hepar dan lien
Perkusi : Timpani
Ekstremitas
Akral hangat, tidak ada deformitas maupun oedem. Capillary Refill Time <2detik
Pemeriksaan Penunjang
Resume
Pasien laki-laki, By. G berusia 1 bulan datang ke IGD RS Al-Fatah dengan keluhan batuk-batuk sejak 1 minggu SMRS. Batuk-
batuk hilang timbul dan berlendir. Jika pasien tidur akan terdengar bunyi ‘grok-grok’. Ibu pasien mengatakan kakak pasien
ada mengeluhkan keluhan serupa. 1 hari SMRS, ada keluar cairan dari telinga sebelah kanan pasien, warna bening hingga
kecoklatan. Sebelumnya sudah pernah seperti ini saat pasien keluar dari RS. Hari ini, pasien muntah sebanyak 2x berisikan
susu, demam (-) sesak (-) pilek (-). Ayah pasien merokok (+)
Pasien lahir cukup bulan di Rumah Sakit dengan spontan, langsung menangis dan tidak ada kelainan bawaan. Pasien
merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, imunisasi dasar yang sudah didapat adalah Hepatitis B, Polio dan BCG. Pada
status gizi pasien didapatkan pasien normal, perawakan normal.
Dari hasil pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum baik, kesadaran kompos mentis, ada napas cuping hidung, mulut
basah tetapi tidak sianosis, pada toraks tampak retraksi sela iga minimal, pada auskultasi paru didapatkan Ronkhi pada
kedua lapang paru, tidak ada Wheezing, pada abdomen berbentuk datar dan supel dengan ekstremitas hangat pada akral
serta Capillary Refill Test <2 detik.
Diagnosis Banding
Pneumonia
+Obs. Vomitus tanpa dehidrasi
+Otorrhea ec. Susp. OMA
+Anemia Akut ec. Susp. Hemolitik DD/ Defisiensi besi
Diagnosis Kerja
Pneumonia
+ Otitis Media Akut
+ Anemia Akut Normositik Normokrom
Tinjauan Pustaka
Faktor Sos-Eko/Lingkungan
Pneumonia
inflamasi parenkim paru yang Sos-Eko rendah
Malnutrisi
Etiologi Mikro-organisme
Newborns 1-6 bulan 6-12 bulan 1-5 tahun 1-5 tahun
Anak yang MRS <48jam Anak yang MRS >48jam dimana saat MRS tidak ada gejala
respirasi
Manifestasi Klinis
Gejala umum
• Irritable
• Nafsu makan/minum menurun
• Malaise
• Keluhan saluran cerna
• Bila berat: dehidrasi, kejang, kesadaran menurun
Gejala Respirasi
• Batuk disertai demam dan distress napas
• Distress napas:
• Takipne batasan normal laju napas:
• <60x/m = <2 bulan
• <50x/m = 2-12 bulan
• <40x/m = 1-5 tahun
• Retraksi dindin dada
• Napas cuping hidung
• Auskultasi: rhales basah halus dapat disertai wheezing
Klasifikasi Derajat Pneumonia WHO
Pneumonia Berat
Gejala Pneumonia disertai salah
satu dari
- Retraksi dinding dada
Pneumonia
- Dehidrasi
Bukan Pneumonia Batuk, demam, takipne - Napas cuping hidung
Rawat jalan - Letargi
- Sianosis
- Kejang
Rawat inap
Pemeriksaan Penunjang
Saturasi oksigen
Darah lengkap
Rontgen dada
- Konsolidasi lobaris
- Bercak infiltrat tersebar pada lapangan paru (bronkopneumonia)
Biakan sputum dan/atau darah
- Proteksi Balita
Proteksi ditujukan untuk menyediakan lingkungan hidup yang sehat bagi balita,
yaitu nutrisi yang cukup, ASI eksklusif sampai bayi usia 6 bulan, dan udara
pernafasan yang terbebas dari polusi (asap rokok, asap kendaraan, asap pabrik).
Pemberian ASI eksklusif dapat menurunkan kejadian pneumonia pada balita
sebesar 20 persen.
- Pencegahan Pneumonia
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah merekomendasikan pemberian
imunisasi PCV untuk anak berumur 2 bulan hingga 5 tahun.
- Tatalaksana Pneumonia yang tepat
Tata laksana yang tepat dimulai dari deteksi dini gejala pneumonia dan
dengan memberikan pengobatan yang cepat dan tepat pada balita
yang mengalami pneumonia. Akses terhadap layanan kesehatan dan
ketersediaan obat serta oksigen merupakan hal yang sangat penting.
Penatalaksanaan
Oksigenasi LAJU ALIRAN MAKSIMUM
Hidrasi MELALUI NASAL KANUL
Antibiotika - ½ L/mnt : 0-2 bln
Bila wheezing: inhalasi salbutamol
Terapi supportif: antipiretika, mukolitik - 1 L/mnt : 2-12 bln
- 2 L /mnt : 1 – 5 tahun
Indikasi Oksigenasi:
Semua gejala pneumonia berat - max 4 L/mnt
Saturasi oksigen <90%
Konjungtiva pucat (anemia
berat)
CARA PEMBERIAN:
Nasal kanul, masker, CPAP,
ventilator
– Rawat jalan : Antibiotika selama 3-5 hari
• Amoksisilin 80-100 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis
atau
• Eritromisin 40-60 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis
– Rawat inap :
• Lini pertama: ampisilin 50 mg/kgBB @6 jam dan
gentamisin 7.5 mg/kgBB @ 24 jam selama 5 hari
• Lini kedua: ceftriaxone 25-50 mg/kgBB @ 12 jam selama 5
hari
• Bila ada kecurigaan infeksi oleh S. aureus : Kloksasilin 50
mg/kgBB/6 jam
Anemia
Berdasarkan WHO 1993-2005
-anemia pada balita 47.4%
-anemia pada anak berusia 5 -15 tahun 25.4%
Berdasarkan Depkes 2008 prevalensi anemia pada anak di Indonesia adalah 14.8%
Organ Tanda dan Gejala Kemungkinan Anemia
Kulit Pucat Anemia berat
Hiperpigmentasi Anemia aplastik Fanconi
Jaundice Anemia hemolitik akut atau kronis,
hepatitis, anemia aplastik
Petekie, purpura Anemia hemolitik autoimun dengan
trombositopenia, haemolytic uremic
syndrome, aplasia atau infiltrasi sumsum
tulang
Hemangioma
Kavernosus Anemia hemolitik Mikroangiopati
• Ptekiae dan Purpura
• Hemangioma Kavernosus
Organ Tanda dan Gejala Kemungkinan Anemia
Kepala dan Leher Tulang frontal yang Hematopoiesis ekstramedular (thalasemia
menonjol,tulang maksila mayor,anemia sickle cell, anemia hemolitik kongenital
dan malar yang menonjol lainnya)
• Glositis
• Stomatitis Angularis
Dada Ronkhi, gallop, takikardia, Gagal jantung kongesti, anemia akut atau berat
murmur
Displasia alat gerak radius
Ekstremitas Anemia aplastik Fanconi
Spoon nails Defisiensi besi
Triphalangeal thumbs Aplasia eritrosit
Anemia hemolitik kongenital, infeksi, keganasan
Limpa Splenomegali Hematologis, hipertensi portal
• Triphalangeal thumbs
• Spoon nails
Klasifikasi Anemia
E. Gangguan karena mekanisme lain:
Berdasarkan patofisiologi: Anemia karena penyakit kronis,
I. Kegagalan produksi sel darah merah: anemia sideroblastik
A. Gangguan sel induk hematopoesis Anemia karena infiltrasi sumsum
tulang
Anemia Aplastik
B. Gangguan sintesis DNA
II. Peningkatan destruksi sel darah merah:
Anemia Megaloblastik
Anemia Hemolitik
C. Gangguan sintesis Hemoglobin (Hb)
III. Kehilangan darah (Blood Loss)
Anemia Defisiensi Besi, Thalasemia
Anemia karena perdarahan akut
D. Gangguan sintesis eritropoetin
Anemia karena GGK
Secara Morfologi Anemia diklasifikasikan
Mikrositik Normositik Makrositik
Defisiensi besi Anemia hemolitik Kongenital Sumsum tulang megaloblastik
Thalasemia -Hemoglobin Mutan -Defisiensi vitamin B 12
Keracunan timbal kronis -Defek Enzim Eritrosit -Defisiensi Asam Folat
Anemia Sideroblastik -Gangguan pada membrane
Inflamasi Kronis eritrosit Tanpa sumsum tulang
megaloblastik
Anemia hemolitik didapat -Anemia aplastic
-Autoimun -Hipotiroid
-Anemia hemolitik mikroangiopatik -Diamond-Blackfan Syndrome
-Sekunder oleh infeksi akut -Penyakit Hati
Kehilangan darah akut -Infiltrasi sumsum tulang
-Anemia diseritropoetik
Anemia berdasarkan morfologi
• Anemia sec. morfologi eritrosit, dilihat dari:
• ukuran dan warna di bawah mikroskop atau
• indeks eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC)
• Penurunan MCV – Mikrositik (ukuran kecil < 80 fL) - anemia kekurangan besi, anemia
pernisiosa dan talasemia
• Peningkatan MCV – Makrositik (ukuran kecil >100 fL) - pada penyakit hati,
alcoholism, terapi antimetabolik, kekurangan folat/vitamin B12, dan terapi valproat
Mean Corpuscular Hemoglobin(MCH)
(Hemoglobin Korpuskuler rata – rata)
• MCH nilai yang mengindikasikan berat Hb rata-rata di dalam sel darah
merah, dan oleh karenanya menentukan kuantitas warna (normokromik,
hipokromik, hiperkromik) sel darah merah.
• Indeks MCHC mengukur konsentrasi Hb rata-rata dalam sel darah merah; semakin
kecil sel, semakin tinggi konsentrasinya
• Anemia Hemolitik
Bayi: golongan darah ABO, Rhesus, Coombs test, piruvat kinase, elektroforesis Hb
Anak: Coombs test, G6PD, piruvat kinase, elektroforesis Hb
Pemeriksaan Khusus
• Anemia aplastik : Bone marrow puncture (BMP)
• Anemia pasca perdarahan : faktor koagulasi, waktu pembekuan,
waktu perdarahan
• Anemia akibat keganasan : BMP, USG
Anemia Defisiensi Besi
Etiologi
intake kurang , ggn absorbsi, sintesis kurang , kebutuhan
berlebih dan pengeluaran bertambah .
• <1 tahun: BBLR, gemeli, ASI eksklusif tanpa suplemen besi, susu
formula rendah besi, anemia selama masa kehamilan
• 1 – 2 tahun: Asupan kurang, infeksi berulang, obesitas, malabsorbsi
• 2 – 5 tahun: Asupan kurang, kebutuhan meningkat, perdarahan
• 5 tahun – remaja: Asupan kurang, perdarahan oleh karena infeksi
Anemia Defisiensi Besi
Anamnesis
• Pucat kronis, mudah lelah, berdebar-debar, sering pusing, sesak napas
• Keluhan keterlambatan pertumbuhan
• Pada bayi dan anak kecil dapat ditemukan keterlambatan perkembangan
psikomotor. Pada usia lebih lanjut dapat dijumpai gangguan kognitif
• Perubahan perilaku: pika (makan benda-benda seperti tanah, batu,
kertas, dll)
Anemia Defisiensi Besi
Pemeriksaan Fisik
• Pucat dan tidak ditemukan organomegali
• Atrofi papil lidah
• Perubahan pada epitel kuku (koilonikia/spoon nails)
• Gangguan jantung bila sudah terjadi komplikasi pada jantung
Anemia Defisiensi Besi
Pemeriksaan Penunjang
• Hemoglobin turun
• MCV dan MCHC dapat normal pada awalnya. Pada tahap lanjut dapat
ditemukan mikrositik hipokrom
• Status besi: Feritin (<12ug/mL) dan SI turun, TIBC naik (>350ug/dL),
Saturasi transferin