Oleh :
Aristya Maulida Safuranti
17360292
Pembimbing
dr. Sri Alemina Br Ginting, Sp.A
A. IDENTITAS
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
TTL :
Alamat :
Agama :
Nama Ayah :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :
Nama Ibu :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :
Tanggal Masuk :
Diagnosa Masuk :
Ruang Perawatan :
B. ANAMNESA
1. Keluhan Utama
2. Keluhan Tambahan
6. Riwayat Alergi
Riwayat Persalinan
F. RIWAYAT IMUNISASI
I. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
- Keadaan Umum :
- Kesadaran :
Vital Sign
BB : kg
TB : cm
IMT :
Nadi : kali/menit
Respirasi : kali/menit
0
Suhu : C
2. STATUS GENERALIS
1. Kepala :
Bentuk :
Rambut :
Mata : Sklera ikterik ( / ), Konjungtiva anemis ( / ), pupil isokor ( / )
Telinga : Nyeri tekan auricular ( )
Hidung : Pernafasan cuping hidung ( )
Mulut : Lidah kotor ( ), sianosis ( ), pembesaran tonsil ( )
2. Leher
3. Thorax
Inspeksi : sianosis ( )
Palpasi :
Perkusi :
Aukultasi: Suara napas vesikuler ( / ), wheezing ( / ), ronkhi ( / )
4. Jantung
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi: murmur ( ), gallop ( )
5. Abdomen
Inspeksi :
Auskultasi :
Perkusi : Timpani ( )
Palpasi : Massa ( ), Nyeri tekan abdomen ( )
6. Genitalia
7. Ekstremitas
akral hangat ( ), kaku sendi ( ), sianosis ( ), edema ( )
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
K. DIAGNOSA BANDING
Demam Dengue
Demam Berdarah Dengue
L. DIAGNOSA KERJA
Demam Berdarah Dengue
M. PENATALAKSANAAN
N. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
BAB II
ANALISA KASUS
Pada pemeriksaan fisik pasien tampak sakit sedang, Pernafasan 20 x/m, Nadi 88
x/menit, Suhu 38,60C.
Pemeriksaan laboratorium
Leukosit ul
Trombosit ul
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
C. PATOFISIOLOGI
DBD terjadi pada sebagian kecil dari pasien dengue. Walaupun DBD
dapat terjadi pada pasien yang baru pertama kali mengalami infeksi virus
dengue, kebanyakan kasus DBD terjadi pada pasien dengan infeksi sekunder.
Hubungan antara kejadian DBD/DSS dan infeksi sekunder dengue
melibatkan sistem imun dalam patogenesis dari DBD. Imunitas bawaan
seperti sistem komplemen dan sel NK dan juga imunitas adaptif termasuk
imunitas humoral dan cell-mediated terlibat dalam proses ini. Peningkatan
aktivasi sistem imun, terutama selama infeksi sekunder, menyebabkan respon
sitokin yang berlebihan menghasilkan perubahan pada permeabilitas vaskuler.
Sebagai tambahan, produk-produk viral seperti NS1 dapat memainkan peran
dalam meregulasi aktivasi komplemen dan permeabilitas vaskuler.
D. PERJALANAN PENYAKIT
Fase Febril
Pasien biasanya mengalami demam tinggi tiba-tiba. Fase
demam akut ini biasanya berlangsung 2-7 hari dan sering disertai
dengan kemerahan pada wajah, eritema kulit, badan sakit-sakit,
mialgia, artralgia, nyeri retro-orbital, fotofobia, rubeliform eksantema
dan sakit kepala. Beberapa pasien mungkin mengalami sakit
tenggorokan, injected faring, dan konjungtiva injeksi. Anoreksia, mual
dan muntah umum ditemukan.
Sulit untuk membedakan DBD secara klinis dari penyakit
demam non-dengue diawal fase demam. Tes tourniquet positif dalam
fase ini menunjukkan peningkatan probabilitas dengue (3, 4). Namun,
fitur klinis ini tidak memprediksi tingkat keparahan penyakit. Oleh
karena itu sangat penting untuk memantau tanda-tanda peringatan
(warning sign) dan parameter klinis lain untuk mengenali
perkembangan ke tahap kritis. Manifestasi perdarahan ringan seperti
petechiae dan perdarahan membran mukosa (misalnya dari hidung
dan gusi). Mudah memar dan pendarahan di area venepuncture hadir
dalam beberapa kasus. Perdarahan hebat dari vagina (pada wanita usia
subur) dan perdarahan gastrointestinal dapat terjadi selama fase ini
meskipun hal ini tidak umum. Hati dapat membesar dan nyeri setelah
beberapa hari demam. Kelainan paling awal dalam hitung darah
lengkap adalah penurunan progresif pada angka leukosit, yang harus
dokter waspadai dokter sebagai probabilitas tinggi dengue. Sebagai
tambahan selain gejala somatik diatas, dengan onset demam pasien
mungkin hilangnya progresif dalam kemampuan mereka untuk
melakukan fungsi sehari-hari.
Fase Kritis
Selama transisi dari demam ke fase afebril, pasien tanpa
peningkatan permeabilitas kapiler akan membaik tanpa melalui fase
kritis. Dibandingkan membaik dengan penurunan demam tinggi;
pasien dengan peningkatan permeabilitas kapiler dapat bermanifestasi
dengan warning sign, sebagian besar sebagai akibat dari kebocoran
plasma. Warning sign menandai awal dari fase kritis. Pasien-pasien ini
menjadi lebih buruk sekitar waktu penurunan suhu badan sampai ke
normal, ketika suhu turun ke 37,5-38 ° C atau kurang dan tetap di
bawah tingkat ini, biasanya pada hari ke 3-8. Progresif leukopenia
diikuti dengan penurunan angka trombosit yang cepat biasanya
mendahului kebocoran plasma. Peningkatan hematokrit dibanding
awal mungkin salah satu tanda-tanda tambahan yang paling awal.
Periode kebocoran plasma klinis yang signifikan biasanya
berlangsung 24-48 jam. Tingkat kebocoran plasma bervariasi.
Peningkatan hematokrit mendahului perubahan tekanan darah (BP)
dan volume denyut.
Tingkat hemokonsentrasi diatas hematokrit awal
mencerminkan keparahan kebocoran plasma; Namun, hal ini dapat
dikurangi dengan terapi cairan intravena awal. Oleh karena itu,
penentuan hematokrit adalah penting karena mereka merupakan sinyal
perlunya penyesuaian terapi cairan intravena. Efusi pleura dan ascites
biasanya hanya secara klinis terdeteksi setelah terapi cairan intravena,
kecuali kebocoran plasma signifikan. Rontgen dada posisi right
lateral decubitus (RLD), USG untuk deteksi cairan bebas dalam dada
atau perut, atau edem dinding kandung empedu bisa mendahului
deteksi klinis. Sebagai tambahan dari kebocoran plasma, manifestasi
perdarahan seperti mudah memar dan perdarahan di area
venepuncture sering terjadi.
Jika terjadi syok ketika volume plasma hilang melalui
kebocoran, sering didahului dengan warning sign. Suhu tubuh
mungkin subnormal saat syok terjadi. Dengan syok dalam dan/atau
berkepanjangan, hipoperfusi mengakibatkan asidosis metabolik,
gangguan organ progresif, dan DIC. Hal ini pada saatnya dapat
menyebabkan perdarahan parah menyebabkan hematokrit menurun
pada shock berat. Sebagai gantinya dari leukopenia biasanya terlihat
selama fase demam, total jumlah sel putih mungkin
meningkatkan sebagai respon stres pada pasien dengan perdarahan
hebat. Selain itu, keterlibatan organ yang parah dapat berkembang
menjadi hepatitis berat, ensefalitis, miokarditis, dan/atau perdarahan
berat, tanpa kebocoran plasma yang jelas atau syok.
Beberapa pasien masuk ke fase kritis dari kebocoran plasma
dan syok sebelum terjadi penurunan suhu badan sampai yg normal;
pada pasien ini hematokrit meningkat dan onset trombositopenia yang
cepat atau adanya warning sign, menunjukkan terjadinya kebocoran
plasma. Kasus demam berdarah dengan warning sign biasanya akan
sembuh dengan rehidrasi intravena. Beberapa kasus akan memburuk
ke dengue yang parah.
Fase Penyembuhan
Saat pasien bertahan melewati fase kritis 24-48 jam, reabsorpsi
bertahap cairan kompartemen ekstravaskuler berlangsung di 48-72
jam berikutnya. Keadaan umum meningkat, nafsu makan kembali,
gejala gastrointestinal mereda, status hemodinamik stabil, dan
kemudian diuresis terjadi. Beberapa pasien memiliki eritematosa
konfluen atau ruam petekie dengan daerah kecil kulit normal,
digambarkan sebagai "pulau putih di laut merah". Beberapa mungkin
mengalami pruritus. Perubahan bradikardia dan elektrokardiografi
adalah umum selama tahap ini. Hematokrit stabil atau mungkin lebih
rendah karena efek dilusi dari reabsorpsi cairan. Jumlah sel darah
putih biasanya mulai naik segera setelah penurunan suhu badan
sampai yg normal tapi pemulihan jumlah trombosit biasanya
kemudian dibandingkan dengan jumlah sel darah putih. Gangguan
pernapasan dari efusi pleura masif dan ascites, edema paru atau gagal
jantung kongestif akan terjadi selama fase kritis dan/atau fase
pemulihan jika pemberian cairan intravena yang berlebihan.
Undifferentiated fever
Bayi, anak-anak, dan orang dewasa yang telah terinfeksi oleh virus
dengue, terutama untuk yang pertama kalinya, dapat mengaalami demam
sederhana yang tidak dapat dibedakan dengan infeksi virus yang lain. Ruam
makulopapular dapat mengikuti demam atau dapat muncul selama penurunan
suhu tubuh sampai normal. Gejala saluran nafas atas dan gastrointestinal
adalah umum.
Dengue fever
Dengue fever (DF) atau demam dengue sering terjadi pada anak-anak,
remaja, dan orang dewasa. Secara umum demam dengue adalah sebuah
demam akut, dan terkadang demam bifasik dengan sakit kepala hebat,
myalgia, asthralgia, ruam, leukopenia, dan trombositopenia juga dapat
ditemukan. Walaupun demam dengue mungkin ringan, tetapi dapat menjadi
sebuah penyakit yang mengganggu dengan sakit kepala hebat, nyeri otot,
sendi, dan tulang, terutama pada dewasa
Kadang-kadang perdarahan yang tidak biasa seperti perdarahan
gastrointestinal, hipermenorhea dan epistaksis yang masif bisa terjadi. Di
daerah endemik, wabah demam dengue jarang terjadi diantara orang-orang
lokal.
Demam dengue
Setelah rata-rata masa inkubasi intrinsik 4-6 hari (range 3-14 hari),
bermacam-macam gejala non-spesifik, konstitusional dan sakit kepala, nyeri
punggung dan malaise dapat terjadi. Secara khusus, onset dari demam dengue
adalah tiba-tiba dengan kenaikan temperatur yang tajam dan seringkali
berhubungan dengan wajah memerah dan sakit kepala.
Demam : suhu tubuh biasanya antara 390C dan 400C dan demam dapat
bifasik, berlangsung selama 5-7 hari pada mayoritas kasus.
Ruam : Kemerahan yang difus dapat diamati pada wajah, leher dan dada
selama dua sampai tiga hari pertama, dan ruam mencolok yang mungkin
makulopapular atau rubelliform muncul pada sekitar hari ketiga atau
keempat. Menjelang akhir periode demam atau segera setelah penurunan suhu
badan sampai yg normal, ruam di seluruh tubuh mulai memudar dan petekie
yang berkelompok mungkin muncul pada dorsum kaki, pada kaki, dan di
tangan dan lengan. Kulit gatal dapat diamati.
Penemuan Laboratorium
Pada kasus DBD ringan, semua tanda dan gejala berkurang setelah demam
turun. Lisis demam mungkin diikuti dengan berkeringat dan sedikit perubahan
pada denyut nadi dan tekanan darah. Perubahan tersebut menunjukkan gangguang
sirkulasi ringan dan sementara sebagai hasil dari kebocoran plasma derajat ringan.
Pasien biasanya membaik baik secara spontan atau setelah terapi cairan dan
elektrolit.
Pada kasus sedang hingga berat, kondisi pasien memburuk beberapa hari
setelah onset demam. Terdapat tanda-tanda bahaya seperti muntah persisten, nyeri
perut, menolak intake oral, letargi atau kelelahan, hipotensi postural, dan oliguria.
Mendekati akhir dari fase febril, segera setelah suhu tubuh turun atau
sekitar 3-7 hari setelah demam muncul, terdapat tanda-tanda kegagalan sirkulasi,
yaitu kulit menjadi dingin, denyut menjadi cepat dan lemah.
Walaupun beberapa pasien menunjukkan letargi, biasanya mereka menjadi
kelelahan dan secara cepat masuk menjadi tahap kritis dari syok. Nyeri abdomen
akut sering menjadi keluhan sebelum syok terjadi.
Tanpa treatment, pasien dapat meninggal dalam waktu 12-24 jam. Pasien
dengan syok berkepanjngan atau tidak terkoreksi dapat menimbulkan hal yang
lebih rumit dengan asidosis metabolik dan imbalans elektrolit, kegagalan
multiorgan dan pendarahan berat dari berbagai organ. Kegagalan hepatik dan
ginjal secara umum terlihat pada syok yang berkepanjangan. Ensefalopati dapat
terjadi dalam kaitannya dengan kegagalan multiorgan, gangguan metabolik dan
elektrolit. Pendarahan intrakranial jarang terjadi. Pasien dengan syok
berkepanjangan atau tidak terkoreksi memiliki prognosis yang buruk dan tingkat
kematian tinggi.
Diuresis dan kembalinya nafsu makan adalah tanda dari perbaikan dan
indikasi untuk menghentikan penggantian cairan. Penemuan yang umum pada
penyembuhan termasuk sinus bradikardi atau aritmia dan karakteristik dari ruam
petekie konfluen seperti yang dideskripsikan untuk demam dengue. Penyembuhan
pada pasien dengan atau tanpa syok biaasanya cepat. Bahkan pada kasus syok
dalam, setelah syok tertangani dengan treatment yang sesuai pasien yang bertahan
membaik dalam 2-3 hari. Namun, pasien dengan syok dalam dan kegagalan
multiorgan akan membutuhkan treatment yang spesifik dan penyembuhan yang
lama.
F. KRITERIA DIAGNOSIS DBD
Manifestasi Klinis
Demam : onset akut, tinggi dan terus menerus. Berlangsung 2-7 hari pada
kebanyakn kasus.
Salah satu manifestasi pendarahan berikut termasuk tes torniquet positif,
petekie, purpura (pada lokasi venipuncture), ekimosis, epistaksis, gusi
berdarah, dan hematemesis dan/atau melena.
Pembesaran hepar (hepatomegali) ditemukan pada beberapa tahap dari
penyakit pada 90-98% anak-anak. Frekuensinya bervariasi tergantung
waktu dan/ata pemeriksa.
Syok, dimanifestasikan dengan takikardi, perfusi jaringan yang buruk
dengan denyut yang lemah dan tekanan denyut nadi yang kecil atau
hipotensi, kulit lembab dan dingin dan/atau kelelahan.
Penemuan laboratorium
Pada kasus dengan syok, hematokrit tinggi dan trombositopenia yang jelas
mendukung diagnosis DSS.
G. KLASIFIKASI
H. DIAGNOSIS LABORATORIUM
Dibawah ini adalah uji laboratorium yang tersedia untuk mendiagnosis
demam dengue dan DBD menurut WHO (2011) :
Isolasi virus
Isolasi virus dengue dari spesimen klinis adalah mungkin pastikan
sampel diambil selama enam hari pertama dan diproses tanpa
penundaan. Spesimen yang cocok untuk isolasi virus meliputi: serum
fase akut, plasma, jaringan otopsi dari kasus yang fatal (terutama hati,
limpa, kelenjar getah bening dan timus), dan nyamuk yang
dikumpulkan dari daerah endemik. Isolasi virus ini digunakan untuk
menentukan karakteristik serotipik/genotipik dari virus dengue.
Deteksi asam nukleid virus
Genom virus dengue, yang terdiri dari asam ribonukleat (RNA), dapat
dideteksi dengan uji Reverse Transcriptase Polymerase Chain
Reaction (RT-PCR). RNA adalah heat-labil dan, karena itu, spesimen
untuk deteksi asam nukleat harus ditangani dan disimpan sesuai
dengan prosedur yang dijelaskan untuk isolasi virus.
Deteksi antigen virus
Produk gen NS1 adalah glikoprotein yang diproduksi oleh semua
flavivirus dan sangat penting untuk replikasi dan kelangsungan hidup
virus. Protein ini disekresikan oleh sel-sel mamalia tetapi tidak oleh sel
serangga. NS1 antigen muncul pada hari pertama setelah timbulnya
demam dan menurun ke tingkat yang tidak terdeteksi setelah 5-6 hari.
Oleh karena itu, tes berdasarkan antigen ini dapat digunakan untuk
diagnosis dini. ELISA dan tes blot dot ditujukan terhadap antigen
envelop/ membran (EM) dan nonstruktural protein 1 (NS1)
menunjukkan bahwa antigen ini hadir dalam konsentrasi tinggi dalam
serum pasien yang terinfeksi virus dengue selama fase klinis awal
penyakit dan dapat dideteksi pada pasien dengan infeksi dengue primer
dan sekunder sampai enam hari setelah onset penyakit.
Tes berdasarkan respon imunologi
- Uji kadar antibodi IgM dan IgG
IgM terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat cepat sampai dengan
minggu ke-2, menghilang setelah 60-90 hari. Antibodi IgG
terdeteksi dalam jumlah yang kecil pada akhir minggu pertama
selanjutnya meningkat dan bertahan dalam waktu yang lama.
Pada infeksi sekunder, titer antibodi meningkat secara cepat.
Antibodi IgG terdeteksi pada level yang tinggi, walaupun pada fase
initial dan bertahan dalam beberapa bulan hingga seumur hidup.
Antibodi IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14 pada infeksi primer
dan pada hari ke-2 pada infeksi sekunder. Dibawah ini adalah
timeline infeksi primer dan sekunder virus dengue dan metode
diagnostik yang digunakan.
Sumber : WHO. Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control, New
edition, 2009. WHO Geneva
I. KOMPLIKASI
Komplikasi-komplikasi ini terjadi biasanya berkaitan dengan syok
dalam/berkepanjangan menyebabkan asidosis metabolik dan pendarahan
berat akibat DIC dan kegagalan multiorgan seperti disfungsi hati dan
ginjal. Lebih penting, penggantian cairan yang berlebihan selama periode
kebocoran plasma menyebabkan efusi masif menyebabkan gangguan
pernapasan, kongesti paru akut dan/atau gagal jantung. Terapi cairan yang
dilanjutkan setelah periode kebocoran plasma akan menyebabkan edema
paru akut atau gagal jantung, terutama ketika ada reabsorpsi cairan di
ekstravasasi. Selain itu, syok dalam/berkepanjangan dan terapi cairan yang
tidak tepat dapat menyebabkan gangguan metabolik / elektrolit. Kelainan
metabolik sering ditemukan sebagai hipoglikemia, hiponatremia,
hipokalsemia dan kadang-kadang, hiperglikemia. Gangguan-ganggan ini
dapat menyebabkan berbagai manifestasi yang tidak biasa, misalnya
encephalopathy.
J. PENATALAKSANAAN
Tidak ada terapi yang spesifik untuk DBD, prinsip utama adalah
terapi suportif, pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan
yang paling penting dalam penanganan kasus DBD.
Monitor pasien dengue/DBD selama periode kritis
(trombositopeni awkitar 100.000 sel/mm3)
Masa kritis DBD mengacu pada periode kebocoran plasma yang
dimulai sekitar waktu penurunan suhu badan sampai yg normal atau
transisi dari demam ke fase tidak demam. Trombositopenia merupakan
indikator yang sensitif dari kebocoran plasma tetapi juga dapat diamati
pada pasien dengan DF. Peningkatan hematokrit lebih dari 10% dari
normal merupakan indikator awal kebocoran plasma. Terapi cairan
intravena harus dimulai pada pasien dengan asupan oral yang buruk atau
peningkatan lebih lanjut dalam hematokrit dan mereka dengan tanda-tanda
bahaya (warning sign).
Parameter berikut harus dipantau:
Kondisi umum, nafsu makan, muntah, pendarahan dan tanda-tanda dan
gejala lainnya
Perfusi perifer dapat dilakukan sesering diindikasikan karena perfusi
merupakan indikator awal syok dan mudah dan cepat untuk dilakukan.
Tanda-tanda vital seperti suhu, denyut nadi, frekuensi pernapasan dan
tekanan darah harus diperiksa setidaknya setiap 2-4 jam pada pasien
non-syok dan 1-2 jam pada pasien syok.
Hematokrit serial harus dilakukan setidaknya setiap empat sampai
enam jam dalamkasus stabil dan harus lebih sering pada pasien yang
tidak stabil atau mereka yang dicurigai perdarahan. Perlu dicatat
bahwa hematokrit harus dilakukan sebelum resusitasi cairan. Jika hal
ini tidak mungkin, maka harus dilakukan setelah bolus cairan tetapi
tidak selama infus bolus.
Urine output (jumlah urine) harus dicatat setidaknya setiap 8 sampai
12 jamdalam kasus rumit dan pada setiap jam pada pasien dengan
syok dalam/ berkepanjangan atau mereka dengan kelebihan cairan.
Selama periode ini jumlah urine output harus sekitar 0,5 ml / kg / jam
(ini harus didasarkan pada berat badan ideal).
Ketika pasien tidak mendapat asupan cairan oral yang memadai atau
muntah.
Ketika hematokrit terus meningkat 10% -20% meskipun rehidrasi oral.
Syok Impending