DISUSUN OLEH:
NIM : 010116A022
FAKULTAS KEPERAWATAN
Demam dengue (dengue fever/DF) adalah demam akut sebagai respon tubuh
terhadap salah satu serotipe virus dengue yang masuk kedalam aliran darah bersama
air liur nyamuk. Dengue adalah infeksi virus yang ditularkan oleh nyamuk bergenus
Aedes.
Respon tubuh terhadap virus dengue bermacam ragam mulai dari asimptomatik,
demam yang sembuh dengan sendirinya, infeksi dengue yang parah seperti pada
demam berdarah dengue (dengue haemorrhagic fever/DHF), ataupun berlanjut
sebagai dengue shock syndrome (DSS).
A. Etiologi
Etiologi demam dengue (dengue fever/DF) adalah virus dengue dengan nyamuk
Aedes aegypti sebagai vektor penularnya.
Kata dengue berasal dari bahasa Spanyol. Kemungkinan kata ini diturunkan dari
bahasa Swahili, Afrika Timur, dinga, atau sebagai frasa Ka-dinga pepo, yang
melukiskan penyakit ini sebagai akibat dari roh jahat. Jaman dahulu kala, para budak
di Hindia barat, daerah Atlantik utara samudera Karibia yang mengidap dengue
dikatakan memiliki postur dan cara berjalan seperti dandy sehingga kemudian
penyakit ini dikenal dengan istilah “dandy fever”. Seiring dengan perkembangan
dunia kedokteran istilah penyakit ini berubah dari waktu ke waktu. Istilah dengue
fever secara umum mulai digunakan.
1. Agen
2. Vektor
Nyamuk Aedes aegypti adalah spesies yang paling utama sebagai vektor penular
dengue. Spesies nyamuk lain yang dapat menularkan penyakit ini adalah Aedes
albopictus, Aedes polynesiensis dan Aedes scutellaris. Serangga penyebar penyakit ini
masuk ke dalam klasifikasi ilmiah dalam filum Arthropoda, sehingga virus dengue ini
juga dinamakan sebagai Arbovirus.
B. Patofisiologi
Patofisiologi demam dengue (dengue fever/ DF) dimulai dari gigitan nyamuk
Aedes sp. Manusia adalah inang (host) utama terhadap virus dengue. Nyamuk Aedes
sp akan terinfeksi virus dengue apabila menggigit seseorang yang sedang mengalami
viremia virus tersebut, kemudian dalam kelenjar liur nyamuk virus dengue akan
bereplikasi yang berlangsung selama 8─12 hari. Namun, proses replikasi ini tidak
memengaruhi keberlangsungan hidup nyamuk. Kemudian, serangga ini akan
mentransmisikan virus dengue jika dengan segera menggigit manusia lainnya.
Orang yang digigit oleh nyamuk Aedes sp yang membawa virus dengue, akan
berstatus infeksius selama 6─7 hari. Virus dengue akan masuk ke dalam peredaran
darah orang yang digigitnya bersama saliva nyamuk, lalu virus akan menginvasi
leukosit dan bereplikasi. Leukosit akan merespon adanya viremia dengan
mengeluarkan protein cytokines dan interferon, yang bertanggung jawab terhadap
timbulnya gejala-gejala seperti demam, flu-like symptoms, dan nyeri otot.
Masa inkubasi biasanya 4─7 hari, dengan kisaran 3─14 hari. Bila replikasi virus
bertambah banyak, virus dapat masuk ke dalam organ hati dan sum-sum tulang. Sel-
sel stroma pada sum-sum tulang yang terkena infeksi virus akan rusak sehingga
mengakibatkan menurunnya jumlah trombosit yang diproduksi. Kekurangan
trombosit ini akan mengganggu proses pembekuan darah dan meningkatkan risiko
perdarahan, sehingga DF berlanjut menjadi DHF. Gejala perdarahan mulai tampak
pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekie, purpura, ekimosis, hematemesis dan melena.
C. Tanda dan Gejala
Adalah penyakit akut yang ditandai oleh panas 2-7 hari, disertai 2 atau lebih
gejala klinik berikut :
Sakit kepala
Myalgia / arthralgia
Ruam
Leukopenia
Pada penderita anak Dengue Fever biasanya tampil klinis ringan, sedang pada
orang dewasa dapat disertai nyeri berat pada tulang dan persendian serta otot, dan
pada saat confalescence melalui periode prolong fatique, bahkan kadang disertai
depresi.
D. KLASIFIKASI
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4
golongan, yaitu :
1. Derajat I.
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji tourniquet
positif.
2. Derajat II.
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti
petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
3. Derajat III.
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat
(>120x/mnt), tekanan nadi sempit ( ≤ 20 mmHg ), tekanan darah menurun,
(120/80 → 120/100 → 120/110 → 90/70 → 80/70 → 80/0 → 0/0 ).
4. Derajat IV.
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung ≥ 140x/mnt),
anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Deteksi virus, yang dapat dilakukan melalui metode pembiakan (kultur) dan
tes PCR ( Polymerase Chain Reaction)
Deteksi serologis, yaitu untuk mendeteksi adanya antibody terhadap infeksi
virus dengue ( antibodi antidengue)
4. Metode kultur
Deteksi virus dengue dengan pemeriksaan kultur adalah tes diagnostic pasti
(definitif), tetapi pertimbangan praktis membatasi penggunaannya. Yang harus
diperhatikan adalah singkatnya periode ketika virus dengue dapat dideteksi
dengan baik.
Saat ini ada lima metode deteksi serologis yang dapat dilakukan sebagai
pemeriksaaan penunjang penyakit DBD, yaitu :
7. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis (foto toraks PA tegak dan lateral dekubitus kanan)
dapat dilakukan untuk melihat ada tidaknya efusi pleura, terutama pada
hemitoraks kanan dan pada keadaan perembesan plasma hebat, efusi dapat
ditemukan pada kedua hemitoraks. Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi
dengan USG.
F. Penatalaksanaan
Pada awalnya demam dengue (dengue fever/DF) sukar dibedakan dengan infeksi
virus lainnya seperti flu umpamanya sehingga kebanyakan orang akan mengobatinya
sendiri di rumah, dengan membeli obat-obatan yang dijual bebas untuk menurunkan
demam dan gejala lain yang dirasakan. Pasien yang terinfeksi virus dengue, yang
datang ke ruang gawat darurat, atau ke klinik praktek dokter bisa jadi sudah dalam
keadaan fase lanjut dari sekedar demam.
G. PENCEGAHAN.
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya,
yaitu nyamuk Aedes Aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :
1. Lingkungan.
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain
dengan pemberantasan sarang nyamuk, pengelolaan sampah padat, modifikasi
tempat pengembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia.
2. Biologis.
Pengendalian biologis dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan cupang).
3. Kimiawi.
Pengendalian kimiawi antara lain :
a. Pengasapan/fogging berguna untyk mengurangi kemungkinan penularan
sampai batas waktu tertentu.
b. Memberikan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air seperti
gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
b. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk
rumah sakit) : kapan mulai panas?
Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh pasien)
Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetic atau
tidak)
Riwayat imunisasi
c. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi (berat badan, panjang
badan, usia)
System gastrointestinal :
Pola eliminasi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, Pedoman Tatalaksana Klinis Infeksi Dengue Pelayanan Kesehatan oleh anomin,
Departemen Kesehatan RI Jakarta, 2005
Surosa Thomas, Ali Imran Umar, 2004. Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit Demam
Berdarah Dengue. Jakarta : FKUI.
Sutaryo, 2004. Perkembangan Patogenesis Demam Berdarah Dengue. Jakarta : FKUI.
Tumbelaka Alan R, 2004. Diagnosis Demam Dengue /Demam Berdarah Dengue. Jakarta :
FKUI.
Tucker SM, dkk, 1998. Standar Perawatan Klien Edisi V, Volume 4. Jakarta, EGC.
Wartona Tarwoto, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika