Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia 0-28 hari. Neonatus adalah

sesuatu yang sangat berharga dan sangat memerlukan perhatian khusus baik dari

orang tua, tenaga kesehatan, maupun pemerintah terutama di negara berkembang

seperti Indonesia.1

Sekitar seperempat hingga separuh kematian bayi berumur kurang dari

satu tahun terjadi dalam minggu pertama.Setiap tahun sekitar 20 bayi per 1.000

kelahiran meninggal dalam rentang waktu 0-28 hari paska kelahiran.Angka

kematian neonatus ini tidak pernah mengalami penurunan sejak tahun 2002

hingga 2007. Penyebab kematian terbanyak pada bayi usia 0-28 hari dipicu oleh

sepsis (infeksi sistemik), lalu diikuti oleh kelainan bawaan dan infeksi saluran

pernafasan akut.2

Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 angka

kematian neonatus adalah 19 per 1.000 kelahiran hidup, itu berarti ada 9 neonatal

yang meninggal tiap jam. Berdasarkan data di tingkat Association South East of

Asian Nation (ASEAN) kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi, yaitu

7 kali lebih tinggi dari Singapura, 4,6 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 kali lebih

tinggi dari Filipina, 1,8 kali lebih dari Thailand. Menurut WHO di negara

berkembang, setiap tahunnya ada empat juta bayi meninggal pada periode

neonatal dan faktor utama yang menyebabkan kematian pada bayi adalah infeksi.3

1
Tali pusat merupakan jaringan yang sangat unik dan bisa menjadi sumber

infeksi pada bayi yang baru lahir jika tidak dirawat dengan baik dan benar, karena

tali pusat merupakan pintu masuk kuman selama post partum. Setelah bayi lahir

tali pusat akan dipotong dan akan mengalami membentuk luka dan

memungkinkan segala bakteri dan kuman berkoloni dan hidup di dalamnya.

Bakteri yang hidup di dalam tali pusat akan menyebabkan infeksi pada tali pusat

atau disebut omphalitis.3

Hasil penelitian yang dilakukan di rumah sakit berkembang didapatkan

47% bayi dirawat sepsis dan penyebab utamanya adalah infeksi tali pusat dan

21% bayi mengalami omphalitis. Di negara berkembang, infeksi pada tali pusat

biasanya disebabkan karena perawatan tali pusat yang kurang bersih, tindakan

persalinan yang kurang steril, dan cakupan tetanus toksoid pada ibu hamil yang

masih kurang.3

Penyakit penyebab kematian neonatal kelompok umur 8-28 hari tertinggi

adalah infeksi sebesar 57,1% (termasuk tetanus, sepsis, diare), feeding problem

(14,3%). Infeksi mendapatkan proporsi terbesar sebagai penyebab kematian bayi

di Indonesia, UNICEF 2000 dalam.Salah satunya adalah infeksi tali pusat.Infeksi

pada tali pusat bayi disebut dengan omphalitis, angka kejadian omphalitis pada

bayi sekitar 7-15% dan angka tersebut menjadi meningkat menjadi 38-87% jika

omphalitis berkembang menjadi mionekrosis.4

2
BAB II

KASUS

II.1. IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien :Zaki Hadyan

No. RekamMedik : 21-87-20

Umur : 11 hari

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat :Jl. Manunggal no 22

Tanggal lahir : 16/04/2016

Agama : Islam

Kebangsaan : Indonesia

Tanggal masuk : 27/04/2016

Perawatan/ kamar : Al-Fajar/ Vip F

Dokter Penanggung Jawab : dr. Yati Aisyah Arifin, Sp. A

II.2. ANAMNESIS

Keluhan Utama :Pusar berbau

Anamnesis Terpimpin :

Pusar berbau dialami sejak 4 hari yang lalu, pusar berbau setelah

tali pusar terlepas pada hari ke 7 dan dibersihkan dengan air hangat setelah

itu diberikan bedak. Pusar berwarna kuning, bengkak (+), nanah (+), dan

3
disekitar pusar berwarna kemerahan. Ibu pasien juga mengeluhkan seluruh

tubuh dan sklera pasien berwarna kuning sejak 4 hari yang lalu. ASI (+)

pasien kuat minum ASI. Demam (-), batuk (-), pilek (-), sesak (-), mual (-),

muntah (-), BAK lancar warna kuning muda kesan normal. BAB baik warna

kuning kesan normal.

Riwayat Penyakit Sebelumnya :

Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya dan

tidak pernah dirawat dengan penyakit kronik. Riwayat trauma atau

kecelakaan tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak terdapat anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama.

Riwayat Kehamilan dan Persalinan :

Ibu melakukan pemeriksaan ANC ke dokter secara rutin. Selama

hamil ibu pasien tidak pernah mengalami sakit berat/rawat inap di RS.

Riwayat muntah berlebih, tekanan darah tinggi, kejang, asma, kencing

manis, infeksi, perdarahan, dan trauma selama kehamilan disangkal.

Riwayat merokok dan mengkonsumsi alkohol tidak pernah.

Pasien merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara, lahir spontan di rumah

sakit bajiminasa, cukup bulan, BBL3900 gram, PB 47 cm, lahir

langsung menangis. Riwayat kejang, sianosis, dan ikterus setelah lahir

disangkal.

4
RiwayatMakanan dan Minuman :

ASI dari lahir sampai sekarang.

MPASI belum diberikan.

Makan menu keluarga belum diberikan.

Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita :

Morbili (-) Diare (-)


Pertusis (-) Kejang (-)
Varisela (-) Kecacingan (-)
Difteri (-) Disentribasiler (-)
Malaria (-) Disentriamuba (-)
Tetanus (-) Demamtifoid (-)
Operasi (-) Fraktur (-)
Pneumonia (-) Tuberkulosis (-)
Alergi
Bronkitis (-) (-)
obat/makanan
TBC (-) Hepatitis (-)
Batuk (-) Pilek (-)

Riwayat Imunisasi :

Riwayat Imunisasi belum pernah

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :

Pertumbuhan

Berat badan lahir 3900 gram, panjang badan lahir 47 cm, lingkar

kepalawaktu lahir tidak diketahui. Berat badan sekarang 3 kg.

Perkembangan

5
Ibu pasien mengatakan bahwa selama 11 hari perkembangan anaknya

baik, setelah dilahirkan anaknya tidak pernah sakit dan kuat minum

ASI. Belumtumbuh gigi, duduk, berdiri, dan mulai berjalan.

Riwayat Sosial Ekonomi :

Pasien berasal dari keluarga ekonomi menengah, ayah pasien bekerja

sebagai wiraswasta sedangkan ibu pasien seorang Ibu Rumah Tangga.

II.3. PEMERIKSAAN FISIS

Status Generalis : Sakit Sedang / Gizi Kurang / Compos Mentis

BB = 3 kg

PB = 50 cm

BB aktual
Status Gizi = x
BB baku untuk TB aktual

100%

3
= x 100% = 88,23 % => Gizi
3,4

kurang

Status Vitalis : T = 80/45 mmHg

N = 120 x/menit, kuat angkat dan teratur

P = 38 x/menit

S = 36,5oC (axilla)

Kepala : Normochepal. Muka : Simetris. Rambut : Warna

Hitam, Sulit dicabut. Konjungtiva : Anemis (-/-),

Sklera : Ikterus (+/+), Mata : Merah (-), Kotoran

6
mata berlebih (-), Cekung (-). Hidung : Rinorea

(-). Telinga : Otorea (-). Bibir : Pucat (-) Kering

(-), Sianosis (-).

Leher : Massa tumor tidak ada, nyeri tekan tidak ada,

deviasi trakea tidak ada, pembesaran kelenjar

tidak ada.

Thorax : I : Simetris kiri = kanan, retraksi dinding dada(-).

P : Sela iga kiri = kanan, massa tumor tidak ada,

nyeri tekan tidak ada, vocal fremitus tidak

dilakukan

P : Sonor kedua lapangan paru.

A : Bunyi pernafasan : Vesikuler.

Bunyi tambahan : Ronkhi -/- , Wheezing -/-.

Jantung : I : Ictus cordis tidak tampak.

P : Ictus cordis tidak teraba.

P : Pekak Relatif, Batas kanan atas ICS II.

Batas kanan bawah ICS V linea parastenalis.

Batas kiri ICS V linea midclavicularis.

A : BJ I/II murni regular, bising jantung (-).

Abdomen : I : Datar, ikut gerak nafas. Pusar berwarna

kuning, bengkak (+), nanah (+), dan disekitar

pusar berwarna kemerahan

A : Peristaltik (+), kesan normal.

7
P : Massa tumor tidak ada, nyeri tekan tidak ada,

hepar tidak teraba, lien tidak teraba.

P : Timpani (+).

Ekstremitas : Edema tidak ada, deformitas tidak ada, fraktur

tidak ada, krepitasi tidak ada.

Dan lain lain : Genital dan anus dalam batas normal.

II.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan sebab pengambilan darah pertama untuk

pemeriksaan darah rutin, bilirubin 1 dan bilirubin 2 gagal, selanjutnya orang

tua pasien menolak tindakan yang terkait penyuntikan.

II.5. RESUME

Seorang bayi laki-laki berumur 11 hari dibawah oleh orangtuanya

ke rumah sakit dengan keluhan pusar berbau dialami sejak 4 hari yang lalu,

pusar berbau setelah tali pusar terlepas pada hari ke 7 dan dibersihkan

dengan air hangat setelah itu diberikan bedak. Pusar berwarna kuning,

bengkak (+), nanah (+), dan disekitar pusar berwarna kemerahan. Ibu pasien

juga mengeluhkan seluruh tubuh dan sklera pasien berwarna kuning sejak 4

hari yang lalu. ASI (+) pasien kuat minum ASI. Demam (-), batuk (-), pilek

(-), sesak (-), mual (-), muntah (-), BAK lancar warna kuning muda kesan

normal. BAB baik warna kuning kesan normal.

8
Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya dan

tidak pernah dirawat dengan penyakit kronik.Riwayat trauma atau

kecelakaan tidak ada.Riwayat imunisasi dasar pasien lengkap.

Pemeriksaan fisis didapatkan status generalis, sakit sedang, gizi

kurang, dan compos mentis. Status vitalis didapatkan TD: 80/45 mmHg, P:

38 x/menit, N: 120x/menit kuat angkat dan teratur, suhu axilla 36,5oC. Pada

pemeriksaan fisis lain yaitu sklera dan seluruh tubuh berwana kuning

(ikterus).Thorax simetris kiri dan kanan, bunyi pernapasan vesikuler, ronchi

tidak ada, wheezing tidak ada.Jantung dalam batas normal. Abdomen datar,

ikut gerak nafas. Pusar berwarna kuning, bengkak (+), nanah (+), dan

disekitar pusar berwarna kemerahanPeristaltik usus ada, kesan normal, hepar

dan lien tidak teraba. Ekstremitas dalam batas normal. Genital dan anus

dalam batas normal.

Pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan sebab pengambilan

darah pertama untuk pemeriksaan darah rutin, bilirubin 1 dan bilirubin 2

gagal, selanjutnya orang tua pasien menolak tindakan yang terkait

penyuntikan.

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisis,hasil pemeriksaan

laboratorium yang dilakukan,maka pasien didiagnosis Infeksi Umbilikus

II.6. DIAGNOSIS

- Diagnosis utama : Infeksi Umbilikus.

- Diagnosis sekunder : Ikterus Neonatorum

9
II.7. DIAGNOSIS BANDING

- Sepsis general

II.8.PENATALAKSANAAN/TERAPI

a. Medikamentosa

IVFD KAEN-3B 12 tpm

Viccilin vial 3x50 mg/iv

Gentamicin amp 2x6 mg/iv (Skin T)

Sangestan cream

b. Rencana Pemeriksaan

Hematologi : Darah lengkap, bilirubin 1 dan bilirubin 2

II.9. FOLLOW UP

27/4/16
S: A:

KU Infeksi Umbilikus

Pusar berbau (+) 4 hari berwarna Ikterus neonatorum

kuning, bengkak (+), nanah

(+),kemerahan (+).

Seluruh tubuh dan sklera berwarnaP :

kuning (+) 4 hari. IVFD KAEN-3B 12 tpm

Viccilin vial 3x50 mg/iv


O : SS/GK/CM
Gentamicin amp 2x6 mg/iv (Skin T)
TD = 80/45 mmHg

10
N = 120 x/menit, kuat angkat dan Sangestan cream salep

teratur Kontrol Darah lengkap, bilirubin 1

P = 38 x/menit dan bilirubin 2.

S = 36,5oC (axilla)

Sklera ikterus (+/+)

Bunyi nafas vesikuler

BJ I/II murni regular

Rhonki -/-, Wheezing -/-

Abdomen: Peristaltik (+),

Kesannormal. Pusar berwarna kuning,

bengkak (+), nanah (+), dan disekitar

pusar berwarna kemerahan

Ekstremitas : udema (-), ikterus (+)

28/4/16
S: A:

KU Infeksi Umbilikus

Pusar berbau (+) 5 hari berwarna Ikterus neonatorum

kuning, bengkak (+), nanahP :

(+),kemerahan (+).
IVFD KAEN-3B 12 tpm
seluruh tubuh dan sklera berwarna
Viccilin vial 3x50 mg/iv
kuning (+) 5 hari.
Gentamicin amp 2x6 mg/iv (Skin T)

11
O : SS/GK/CM Sangestan cream salep

TD = 80/45 mmHg Kontrol Darah lengkap, bilirubin 1

N = 120 x/menit, kuat angkat dan dan bilirubin 2. (Gagal)

teratur

P = 30 x/menit Nb: Pasien phlebitis, ayah pasien

S = 36,6oC (axilla) menolak seluruh tindakan injeksi pada

jam 18.00
Sklera ikterus (+/+)

Bunyi nafas vesikuler

BJ I/II murni regular

Rhonki -/-, Wheezing -/-

Abdomen: Peristaltik (+), Kesan

normal. Pusar berwarna kuning,

bengkak (+), nanah (+), dan disekitar

pusar berwarna kemerahan

Ekstremitas : udema (-), icterus (+)

29/4/16
S: A:

KU Infeksi Umbilikus

Pusar berbau (+) 6 hari berwarna Ikterus neonatorum

kuning, bengkak , nanahP :

(+),kemerahan (+).
Sangestan cream salep
seluruh tubuh dan sklera berwarna

12
kuning (+) 6 hari. Nb: Pasien pulang paksa

O : SS/GK/CM

TD = 80/45 mmHg

N = 120 x/menit, kuat angkat dan

teratur

P = 32 x/menit

S = 36,7oC (axilla)

Sklera ikterus (+/+)

Bunyi nafas vesikuler

BJ I/II murni regular

Rhonki -/-, Wheezing -/-

Abdomen: Peristaltik (+), Kesan

normal. Pusar berwarna kuning,

bengkak , nanah (+), dan disekitar

pusar berwarna kemerahan

Ekstremitas : udema (-), icterus (+)

II.10. PROGNOSIS

Qua ad vitam : dubia etbonam

Qua ad sanationam : dubia etbonam

13
Qua ad functionam : dubia et bonam

DISKUSI

14
Berdasarkan hasil subjektif yang diperoleh dan pemeriksaan yang

dilakukan terhadap bayi Zaki Hadyan, diperoleh diagnosis neonatus aterm dan

tidak ditemukan kelainan lainnya. Pada pemeriksaan, ditemukan tali pusat bau.

Hal tersebut menunjukkan bahwa tali pusat tersebut terinfeksi, dimana penyebab

infeksi bukan karena ketuban berwarna hijau, tetapi kemungkinan besar

disebabkan oleh perawatan tali pusat yang kurang baik sebab setelah pembersihan

tali pusar ibu pasien membubuhi pusar dengan bedak. Menurut definisi omfalitis

adalah infeksi pada tali pusat bayi baru lahir yang ditandai dengan kulit

kemerahan disertai pus. Penyebab terjadinya omfalitis pada kasus ini adalah

akibat kurangnya aseptik antiseptik saat pengguntingan dan perawatan tali pusat

oleh bidan penolong persalinan.

Pemeriksaan fisis pada regio abdomen didapatkan: Abdomen datar, ikut

gerak nafas. Pusar berwarna kuning, bengkak (+), nanah (+), dan disekitar pusar

berwarna kemerahan dengan diameter < 1cm sehingga dapat diklasifikasikan

sebagai infeksi tali pusat lokal atau terbatas. Berdasarkan tinjauan pustaka infeksi

tali pusat lokal atau terbatas jika tali pusat bengkak, mengeluarkan nanah, atau

berbau busuk, dan di sekitar tali pusat berwarna kemerahan dan pembengkakan

terbatas pada daerah kurang dari 1 cm di sekitar pangkal tali pusat local atau

terbatas.

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

15
III.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI

a. Stuktur Tali Pusat

1. Amnion : Menutupi funiculus umbicalis dan merupakan lanjutan

amnion yang menutupi permukaan fetal plasenta. Pada ujung fetal

amnion melanjutkan diri dengan kulit yang menutupi abdomen.

Baik kulit maupun membran amnion berasal dari ektoderm.5

2. Tiga pembuluh darah : Setelah struktur lengkung usus, yolk sack

dan duktus vitellinus menghilang, tali pusat akhirnya hanya

mengandung pembuluh darah umbilikal yang menghubungkan

sirkulasi janin dengan plasenta. Ketiga pembuluh darah itu saling

berpilin di dalam funiculus umbilicalis dan melanjutkan sebagai

pembuluh darah kecil pada vili korion plasenta. Kekuatan aliran

darah (kurang lebih 400 ml/ menit) dalam tali pusat membantu

mempertahankan tali pusat dalam posisi relatif lurus dan mencegah

terbelitnya tali pusat tersebut ketika janin bergerak-gerak. Ketiga

pembuluh darah tersebut yaitu :5

2.1 Satu vena umbilicalis membawa oksigen dan memberi nutrien

ke sistem peredaran darah fetus dari darah maternal yang

terletak di dalam spatium choriodeciduale.

16
2.2 Dua arteri umbilicalis mengembalikan produk sisa (limbah)

dari fetus ke plasenta dimana produk sisa tersebut diasimilasi

ke dalam peredaran darah maternal untuk di ekskresikan.

3. Jeli Wharton : Merupakan zat yang berkonsistensi lengket yang

mengelilingi pembuluh darah pada funiculus umbilicalis. Jeli

Warthon merupakan subtansi seperti jeli, juga berasal dari

mesoderm seperti halnya pembuluh darah. Jeli ini melindungi

pembuluh darah tersebut terhadap kompresi, sehingga pemberian

makanan yang kontinyu untuk janin dapat di jamin. Selain itu juga

dapat membantu mencegah penekukan tali pusat. Jeli warthon ini

akan mengembang jika terkena udara. Jeli Warthon ini kadang-

kadang terkumpul sebagai gempalan kecil dan membentuk simpul

palsu di dalam funiculus umbilicalis. Jumlah jeli inilah yang

menyebabkan funiculus umbilicalis menjadi tebal atau tipis.5

b. Fungsi Tali Pusat

Fungsi tali pusat yaitu, sebagai saluran yang menghubungkan

antara plasenta dan bagian tubuh janin sehingga janin mendapat asupan

oksigen, makanan dan antibodi dari ibu yang sebelumnya diterima

terlebih dahulu oleh plasenta melalui vena umbilicalis. Saluran

pertukaran bahan-bahan kumuh seperti urea dan gas karbon dioksida

yang akan meresap keluar melalui arteri umbilicalis.5

17
c. Sirkulasi Tali Pusat

Fetus yang sedang membesar di dalam uterus ibu mempunyai

dua keperluan yang sangat penting dan harus dipenuhi, yaitu bekalan

oksigen dan nutrien serta penyingkiran bahan kumuh yang dihasilkan

oleh sel-selnya. Jika keperluan ini tidak dapat dipenuhi, fetus akan

menghadapi masalah dan mungkin maut. Struktur yang bertanggung

jawab untuk memenuhi keperluan fetus ialah plasenta. Plasenta yang

terdiri daripada tisu fetus dan tisu ibu terbentuk dengan lengkapnya

pada ujung minggu yang ke-16 kehamilan.5

Gambar 1: Anatomi tali pusat

III.2. DEFINISI

Omfalitis adalah infeksi pada tali pusat bayi baru lahir yang

ditandai dengan kulit kemerahan disertai pus.Penyebab terjadinya omfalitis

pada kasus ini adalah akibat kurangnya aseptik antiseptik saat

pengguntingan dan perawatan tali pusat oleh bidan penolong

18
persalinan.Hasil apus pus omfalitis adalah bakteri batang Gram negatif,

sesuai dengan pola kuman yang sering menginfeksi bayi baru lahir.5,6

Gambar 2: Proses lepasnya tali pusat

Tali pusat biasanya puput satu minggu setelah lahir dan luka

sembuh dalam 15 hari. Sebelum luka sembuh merupakan jalan masuk

untuk kuman dan infeksi yang dapat menyebabkan sepsis. Pengenalan

secara dini infeksi tali pusat sangat penting untuk mencegah sepsis. Tali

pusat merupakan bagian yang penting untuk diperhatikan pada bayi yang

baru lahir. Bayi yang baru lahir kurang lebih dua menit akan segera di

potong tali pusatnya kira-kira dua sampai tiga sentimeter yang hanya

tinggal pada pangkal pusat (umbilicus), dan sisa potongan inilah yang

sering terinfeksi Staphylococcus aereus. Pada ujung tali pusat

akan mengeluarkan nanah dan pada sekitar pangkal tali pusat akan

memerah dan disertai edema.5,6

19
Pada keadaan infeksi berat, infeksi dapat menjalar hingga ke

hati (hepar) melalui ligamentum (falsiforme) dan menyebabkan abses

yang berlipat ganda.5,6

III.3. PREVALENSI

Tetanus Neonatorum dan infeksi tali pusat telah menjadi penyebab

kesakitan dan kematian secara terus-menerus di berbagai negara. Setiap

tahunnya sekitar 500.000 bayi meninggal karena tetanus neonatorum dan

460.000 meninggal akibat infeksi bakteri Infeksi sebagai salah satu

penyebab kematian, sebenarnya dapat dengan mudah dihindari dengan

perawatan tali pusat yang baik, dan pengetahuan yang memadai tentang

cara merawat tali pusat.2,3

Berdasarkan perkiraan World Health Organitation( WHO) hampir

semua (98%) dari lima juta kematian neonatal terjadi di negara

berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode

neonatal dini dan 42% kematian neonatal disebabkan infeksi seperti: sepsis,

tetanus neonatorum, meningitis, pneumonia, dan diare.2,3

III.4. ETIOLOGI

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi tali pusat

pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut7 :

a. Faktor kuman

Staphylococcus aereus ada dimana-mana dan didapat pada

masa awal kehidupan hampir semua bayi, saat lahir atau selama masa

20
perawatan. BiasanyaStaphylococcus aereus sering dijumpai pada kulit,

saluran pernafasan, dan saluran cerna terkolonisasi. Untuk pencegahan

terjadinya infeksi tali pusat sebaiknya tali pusat tetap dijaga

kebersihannya, upayakan tali pusat agar tetap kering dan bersih, pada

saat memandikan di minggu pertama sebaiknya jangan merendam bayi

langsung ke dalam air mandinya karena akan menyebabkan basahnya

tali pusat dan memperlambat proses pengeringan tali pusat.

Penyebab lain yang dapat memperbesar peluang terjadinya

infeksi pada tali pusat seperti penolong persalinan yang kurang menjaga

kebersihan terutama pada alat-alat yang digunakan pada saat

menolong persalinan dan khususnya pada saat pemotongan tali pusat.

Biasakan mencuci tangan untuk pencegahan terjadinya infeksi.

b. Faktor Maternal

Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang.Mempengaruhi

kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui

sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya

buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam

lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.

Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur

ibu (kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun.

1. Kurangnya perawatan prenatal.

2. Ketuban pecah dini (KPD)

3. Prosedur selama persalinan.

21
c. Faktor Neonatatal

1 Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram).


merupakan faktor resiko terjadinya infeksi. Umumnya imunitas

bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor

imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir

trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus

menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga

melemahkan pertahanan kulit.


Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai

faktor, antara lain kulit dan selaput lendir yang tipis dan mudah rusak,

kemampuan fagositosis dan leukosit immunitas masih rendah.


2 Defisiensi imun.
Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya

terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak

melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat.

Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan

C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida.

Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan

spesifik, bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian

besar penurunan aktivitas opsonisasi.

3 Laki-laki dan kehamilan kembar.


Insidens infeksi pada bayi laki- laki empat kali lebih besar dari

pada bayi perempuan.

d. Faktor Lingkungan

22
1. memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di

rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun

kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi

mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi

akibat alat yang terkontaminasi.

2. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bisa

menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko

penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan

kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat

ganda.

3. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran

mikroorganisme yang berasal dari petugas (infeksi nosokomial),

paling sering akibat kontak tangan. Infeksi pada neonatus lebih

sering di temukan pada BBLR. Infeksi lebih sering ditemukan pada

bayi yang lahir di rumah sakit dibandingkan dengan bayi yang lahir

di luar rumah sakit. Dalam hal ini tidak termasuk bayi yang lahir di

luar rumah sakit dengan cara septik. Segala bentuk infeksi yang

terjadi pada bayi merupakan hal yang lebih berbahaya dibandingkan

dengan infeksi yang terjadi pada anak atau dewasa. Ini merupakan

alasan mengapa bayi harus dirawat dengan ketat bila dicurigai

mengalami infeksi.

23
4. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli

ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula

hanya didominasi oleh E.colli.

e. Proses persalinan

Persalinan yang tidak sehat atau yang dibantu oleh tenaga

non-medis, terjadi pada saat memotong tali pusat menggunakan alat yang

tidak steril dan tidak diberikan obat antiseptik. Untuk perawatan tali pusat

juga tidak lepas dari masih adanya tradisi yang berlaku di

masyarakat.

f. Faktor tradisi

Sebagian masyarakat misalnya dengan memberikan berbagai

ramuan-ramuan atau serbuk-serbuk yang dipercaya bisa membantu

mempercepat kering dan lepasnya potongan tali pusat. Ada yang

mengatakan tali pusat bayi itu harus diberi abu-abu pandangan seperti

inilah yang seharusnya tidak boleh dilakukan karena justru dengan

diberikannya berbagai ramuan tersebut kemungkinan terjangkitnya

tetanus lebih besar biasanya penyakit tetanus neonatorum ini cepat

menyerang bayi, pada keadaan infeksi berat hanya beberapa hari setelah

persalinan jika tidak ditangani biasa mengakibatkan meninggal dunia.

III.5 KLASIFIKASI

a Infeksi tali pusat lokal atau terbatas

24
Jika tali pusat bengkak, mengeluarkan nanah, atau berbau busuk,

dan di sekitar tali pusat berwarna kemerahan dan pembengkakan terbatas

pada daerah kurang dari 1 cm di sekitar pangkal tali pusat local atau

terbatas.1,5,8

b Infeksi tali pusat berat atau meluas


Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area

1 cm atau kulit di sekitar tali pusat bayi mengeras dan memerah serta bayi

mengalami pembengkakan perut, disebut sebagai infeksi tali pusat berat

atau meluas.1,5,8

Gambar 3. Infeksi Tali Pusat Berat

III.6. PATOFISIOLOGI

Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai

neonatus melalui beberapa cara, yaitu1,5,8,9 :

a Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal

kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk

dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab

infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta antara lain

virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza,

25
parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara lain malaria,

sipilis, dan toksoplasma.

b Pada masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan

terjadi karena yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai

korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amniotis dan korionitis,

selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk dalam tubuh bayi.

Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah

terinfeksi akan terinhalasi oleh bayi dan masuk dan masuk ke

traktus digestivus dan traktus respiratorius, kemudian

menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain cara tersebut di

atas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de

entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh

kuman. Beberapa kuman yang melalui jalan lahir ini adalah Herpes

genetalis, Candida albican dan N.gonorrea.

c Infeksi paska atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah

kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari

lingkungan di luar rahim (misal melalui alat- alat : penghisap

lendir, selang endotrakhea, infus, selang nasogastrik, botol

minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani

bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi juga

dapat terjadi melalui luka umbilikus.

III.7. GEJALA KLINIK

26
1. Anamnesis1,5,10:

Panas, Rewel, Tidak mau menyusu.


2. Pemeriksaan fisik1,5,10,:
a. Discharge yang purulen dan berbau busuk dari umbilicus atau tali

pusat.
b. Eritema, edema, dan nyeri tekan di daerah periumbilikal

3. Gejala sistemik1,5,10:
a. Takikardi (denyut jantung lebih dari 180 kali per menit)
b. Hipotensi dan capillary refill menurun
c. Takipneu (nafas lebih dari 60 kali per menit)
d. Tanda-tanda gagal nafas atau apneu
e. Distensi abdomen dengan penurunan bising usus.
f. Keterlibatan sistem saraf pusat:
Iritabilitas
Letargi
Penurunan refleks menghisap

g. Hipotonus atau hipertonus

III.8. DIAGNOSA

Diagnosis infeksi tidak mudah karna tanda khas seperti yang

didapat pada bayi sering kali tidak ditemukan, diagnosa dapat ditemukan

pada pengamatan yang cermat.Diagnosa dini dapat dibuat apabila terdapat

kelainan tingkah laku bayi dapat merupakan tanda-tanda permulaan infeksi

umum.1,3,5,10

Diagnosa infeksi perinatal sangat penting yaitu disamping untuk

kepentingan bayi itu sendiri tetapi lebih penting lagi untuk kamar bersalin

dan ruang perawatan bayinya.Diagnosis infeksi perinatal tidak

mudah.Tanda khas seperti yang didapat bayi yang lebih tua didapat tidak

ditemukan.Biasanya diagnosis dapat ditegakkan dengan observasi yang

teliti.Anamnesis kehamilan dan persalinan yang teliti dan akhirnya dengan

27
pemeriksaan fisis dan labolatorium sering kali diagnosis didahului oleh

persangkaan adanya infeksi, kemudian berdasarkan persangkaan itu

diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan selanjutnya.1,3,5,10,11

Infeksi pada neonatus cepat sekali menjalar menjadi infeksi umum,

sehingga gejala infeksi lokal tidak menonjol lagi walaupun demikian

diagnosis dini dapat ditegakkan kalau kita cukup waspada terhadap

kelainan tingkah laku neonatus yang sering kali merupakan tanda

permulaan infeksi umum. Neonatus terutama BBLR yang dapat hidup

selama 72 jam pertama dan bayi tersebut tidak menderita penyakit atau

kelainan kongenital tertentu, namun tiba tiba tingkah lakunya berubah,

hendaknya harus diingat bahwa kelainan tersebut mungkin sekali

disebabkan oleh infeksi. Beberapa gejala yang dapat disebabkan

diantarannya adalah malas minum, gelisah, tampak latergi, frekuensi

pernafasan meningkat, berat badan turun, pergerakan berkurang, muntah,

diare dan sebagainya kemungkinan besar ia menderita infeksi.1,3,5,10,11

III.9. DIAGNOSIS DIEFERENSIAL

1. Sepsis general
Sepsis dapat merupakan komplikasi dari suatu infeksi yang lokal

maupun dapat merupakan akibat dari invasi dan kolonisasi patogen yang

sangat virulen. Patogen yang dapat menyebabkan sepsis pada anak

bervariasi bergantung pada usia pasien serta status imun pasien. Pada

neonatus dan bayi kurang dari 2 bulan penyebab sepsis tersering

ialah streptokokus grup B, Escherichia coli, Listeria monocytogenes,

enterovirus, dan herpes impleks virus. infeksi bakteri generalisata dalam

28
darah yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan dengan tanda

dan gejala sistemik.10

III.10. TERAPI

Infeksi pada bayi dapat merupakan penyakit yang berat dan sangat

sulit diobati. Jika tali pusat bayi terinfeksi oleh Staphylococcus aereus,

sebagai pengobatan lokal dapat diberikan salep yang mengandung

neomisin dan basitrasin. Selain itu juga dapat diberikan salep

gentamisin. Jika terdapat granuloma, dapat pula dioleskan dengan

larutan nitras argenti 3% .1,3,5

Berikut adalah klasifikasi infeksi dan penanganannya, antara lain :

1. Infeksi tali pusat lokal atau terbatas

Cara penanganannya :

Biasakan untuk selalu mencuci tangan sebelum memegang

atau membersihkan tali pusat, untuk mencegah berpindahnya kuman dari

tangan. Bersihkan tali pusat menggunakan larutan antiseptik (misalnya

klorheksidin atau iodium povidon 2,5%) dengan kain kassa yang bersih.

Olesi tali pusat pada daerah sekitarnya dengan larutan antiseptik

(misalnya gentian violet 0,5% atau iodium povidon 2,5%) delapan kali

sehari sampai tidak ada nanah lagi pada tali pusat. Anjurkan Ibu

melakukan ini kapan saja bila memungkinkan. Jika kemerahan atau

bengkak pada tali pusat meluas melebihi area 1 cm, obati seperti infeksi tali

pusat berat atau meluas.

2. Infeksi tali pusat berat atau meluas

29
Cara penanganannya :

Rujuk bayi ke dokter dan tetap lakukan perawatan seperti infeksi

tali pusat lokal atau terbatas. Oleh dokter akan dilakukan pemeriksaan

tanda tanda sepsis pada bayi. Lakukan pemeriksaan laboratorium untuk

pemeriksaan kultur dan sensivitasi. Dapat diberikan pemberian antibiotik

sesuai indikasi seperti Kloksasilin oral selama lima hari. Jika terdapat

pustule / lepuh kulit dan selaput lendir. Cari tanda-tanda sepsis. Lakukan

perawatan umum seperti dijelaskan untuk infeksi tali pusat lokal atau

terbatas.

III.11. PENCEGAHAN

Insiden omfalitis rendah di negara-negara kaya sumber daya dan

untuk mereka yang lahir di rumah sakit. Di negara-negara berkembang, dan

terutama setelah melahirkan di rumah, bagaimanapun, kejadian cukup tinggi

dan dipertimbangkan profilaksis untuk mencegah morbiditas dan mortalitas

yang mungkin dapat terjadi. 1,4,8

Akses persalinan yang tepat membantu mengurangi kejadian

omfalitis. Kewaspadaan juga penting untuk mengidentifikasi komplikasi

utama dan merujuk pasien awal untuk cepat dilakukan intervensi. Dalam

pengaturan rumah sakit di Afrika, alkohol dan gentian violet biasanya

digunakan untuk perawatan tali pusat. Di negara lain, digunakan betadine,

bacitracin dan silver sulfadiazine direkomendasikan.1,4,8

Saat ini, sudah tidak digunakan pencucian tali pusat dengan bahan

medis, tetapi hanya menggunakan perawatan kering tali pusat sampai tali

30
pusat tersebut kering dan lepas dengan sendirinya. Merawat tali pusat

dengan prinsip bersih dan kering. Jadi, saat memandikan bayi, tali pusat

juga digosok dengan air dan sabun, lalu dikeringkan dengan handuk bersih

terutama daerah tali pusat yang masih berwarna putih di bagian pangkalnya

(tali pusat yang bermuara ke perut bayi). Bagian pangkal ini bisa

dibersihkan dengan cotton budpovidone yodine) dan biarkan terbuka

sehingga cepat mengering, atau dibungkus dengan kasa kering yang

steril.1,4,6,8

Proses kelahiran yang steril, yang dipelopori oleh United Nations

Population Fund (UNFPA), telah ditemukan untuk mengurangi infeksi tali

pusat. Bayi dari ibu yang tidak menggunakan prosedur tersebut, 13 kali

lebih mungkin untuk terjadi infeksi tali pusat dibandingkan bayi dari ibu

yang menggunakan prosedur tersebut. Laporan yang sama juga tercatat

bahwa bayi dari ibu yang tidak mandi sebelum persalinan adalah 3.9 kali

lebih mungkin untuk terjadi infeksi tali pusat dibandingkan bayi dari ibu

yang dimandikan sebelum persalinan.1,4,6,8

Hindari kontak langsung tali pusat dengan air kencing bayi karena

air kencing tersebut adalah salah satu penyebab timbulnya infeksi pada tali

pusat bayi. Menggunakan popok sekali pakai sebaiknya di bawah pusar.1,4,8

III.12. PROGNOSIS

Omfalitis uncomplicated yang diterapi dengan baik biasanya

sembuh tanpa morbiditas serius. Namun, jika lambat diketahui dan

31
pengobatan tertunda, angka kematian bisa tinggi mencapai 7 15%.

Morbiditas dan mortalitas yang serius dapat terjadi akibat komplikasi

seperti necrotizing fasciitis, peritonitis, dan eviserasi. Thrombosis vena

portal dapat berakibat fatal.6,10

Kematian dapat mencapai 38 87 % mengikuti necrotizing

fasciitis dan mionekrosis. Selain itu, faktor-faktor risiko tertentu seperti

prematuritas, kecil masa kehamilan, jenis kelamin (laki-laki), dan proses

kelahiran yang sepsis, terkait dengan prognosis yang buruk.6,10

DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman, Richard. Vaughan, Victor. 1992. Ilmu Kesehatan Anak jilid

3. Jakarta ; Penerbit buku kedokteran EGC.

2. Departemen Kesehatan RI, 2008, Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007,


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI,
diakses:15/06/2016
3. Ameh EA, Nmadu PT. 2002. Major Complications of Omphalitis in Neonates

and Infant.

32
4. Depkes RI, 2003. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan

Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta. Diakses:

15/06/2016

5. Permono,B. Ugrasena, IDG.2004. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Surabaya:

FKUnair.

6. Brook, Itzhak. 2002. Pediatric Anaerobic Infections. Diagnosis and

Management. Edisi ketiga. Washington DC: Georgetown University

7. Gary F Cunningham, etc. 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC.

8. HAMILTON, Persis Mary. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas.

EGC:Jakarta

9. Farrer Helen. 1999. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC.

10. Sawardekar KP. 2004. Changing Spectrum of Neonatal Omphalitis. Pediatric

Infectious Disease.

11. Saiffudin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan raktis Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal. Jakarta. YBPSP

33

Anda mungkin juga menyukai