Utara
2.1.5. Patofisiologi
Apendisi
tis kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen yang
disebabkan oleh feses yang terlibat atau fekalit. Penjelasan ini sesuai dengan
pengamatan epidemiologi bahwa apendisitis berhubungan dengan asupan serat
dalam makanan yang rendah (Burkitt, Quick, Reed,
2007).
Pada stadium awal dari apendisitis, terlebih dahulu terjadi inflamasi
mukosa. Inflamasi ini kemudian berlanjut ke submukosa dan melibatkan lapisan
muskular dan serosa (peritoneal). Cairan eksudat fibrinopurulenta terbentuk pada
permukaan serosa dan
berlanjut ke beberapa permukaan peritoneal yang
bersebelahan, seperti usus atau dinding abdomen, menyebabkan peritonitis lokal
(Burkitt, Quick, Reed, 2007).
Dalam stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas ke dalam
lumen, yang menjadi distensi
dengan pus. Akhirnya, arteri yang menyuplai
apendiks menjadi bertrombosit dan apendiks yang kurang suplai darah menjadi
nekrosis atau gangren. Perforasi akan segera terjadi dan menyebar ke rongga
peritoneal. Jika perforasi yang terjadi dibungkus oleh omentum, abses lokal akan
terjadi (Burkitt, Quick, Reed, 2007).
2.1.6. Gambaran Klinis
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh
radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai
maupun tidak disertai rangsang pe
ritoneum lokal. Gejala klasik apendisitis ialah
nyeri samar
samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral di daerah
epigastrium di sekitar umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual dan kadang ada
muntah. Umumnya nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam ny
eri akan
berpindah ke kanan bawah ke titik Mc. Burney. Disini nyeri dirasakan lebih tajam
dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat. Kadang
tidak ada nyeri epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa
memerluka
n obat pencahar. Tindakan itu dianggap berbahaya karena bisa
mempermudah terjadinya perforasi (
Sjamsuhidajat, De Jong, 2004)
.
Universitas
Sumatera
Utara
Universitas
Sumatera
Utara
Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, karena letaknya terlindung
oleh sekum, tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu
jelas dan tidak tanda
rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih ke arah perut sisi kanan atau nyeri timbul
pada saat berjalan karena kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari dorsal
(
Sjamsuhidajat, De Jong, 2004)
.
Apendiks yang terletak di rongga pelvis, bi
la meradang, dapat
menimbulkan gejala dan tanda rangsangan sigmoid atau rektum sehingga
peristaltis meningkat, pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan
berulang
ulang. Jika apendiks tadi menempel ke kandung kemih, dapat terjadi
peningkatan frekuensi
kencing karena rangsangan dindingnya (
Sjamsuhidajat, De
Jong, 2004).
2.1.7. Diagnosis
Pada anamnesis pe
n
derita akan mengeluhkan nyeri atau sakit perut. Ini
terjadi karena hiperperistaltik untuk mengatasi obstruksi dan terjadi pada seluruh
saluran cerna,
sehingga nyeri viseral dirasakan pada seluruh perut. Muntah atau
rangsangan viseral akibat aktivasi n.vagus. Obstipasi karena penderita takut untuk
mengejan. Panas akibat infeksi akut jika timbul komplikasi. Gejala lain adalah
de mam yang tidak terlalu tin
ggi, antara 37,5
38,5
C. Tetapi jika suhu lebih
tinggi, diduga sudah terjadi perforasi
(
Departemen Bedah UGM, 2010)
.
Pada pemeriksaan fisik yaitu pada inspeksi, penderita berjalan
membungkuk sambil memegangi perutnya yang sakit, kembung bila terjadi
perf
orasi, dan penonjolan perut bagian kanan bawah terlihat pada apendikuler
abses
(
Departemen Bedah UGM, 2010)
.
Nyeri tekan (+) Mc. Burney. Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan
kuadran kanan bawah atau titik Mc. Burney dan ini merupakan tanda
kunci diagnosis.
Nyeri lepas (+
) karena rangsangan peritoneum.
Rebound tenderness
(nyeri lepas tekan) adalah nyeri yang hebat di abdomen kanan bawah
saat tekanan secara tiba
tiba dilepaskan setelah sebelumnya dilakukan
penekanan perlahan dan dalam di titik Mc. Burney.
9
/L
2
Neutrofilia dari
75%
1
Tot al
10
Pasien dengan skor awal
4 sangat tidak mungkin menderita apendisitis dan tidak
memerlukan perawatan di rumah sakit kecuali gejalanya memburuk.
(Burkitt, Quick, Reed, 2007)
2.1.8. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium darah, biasanya
didapati peningkatan
jumlah leukosit (sel darah putih). Urinalisa diperlukan untuk menyingkirkan
penyakit lainnya berupa peradangan saluran kemih. Pada pasien wanita,
pemeriksaan dokter kebidanan dan kandungan diperlukan untuk menyingkirkan
diagnosis kelai
nan peradangan saluran telur/kista indung telur kanan atau KET
(kehamilan diluar kandungan) (
Sanyoto, 2007)
.
Pemeriksaan radiologi berupa foto barium usus buntu (
Appendicogram
)
dapat membantu melihat terjadinya sumbatan atau adanya kotoran (skibala)
dida la
m lumen usus buntu. Pemeriksaan USG (Ultrasonografi) dan CT scan bisa
membantu dakam menegakkan adanya peradangan akut usus buntu atau penyakit
lainnya di daerah rongga panggul (Sanyoto, 2007)
.
Universitas
Sumatera
Utara
Universitas
Sumatera
Utara
Namun dari semua pemeriksaan pembantu ini, yang menentukan dia
gnosis
apendisitis akut adalah pemeriksaan secara klinis. Pemeriksaan CT scan hanya
dipakai bila didapat keraguan dalam menegakkan diagnosis. Pada
anak
anak dan
orang tua penega
Gastroenteritis
Pada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare mendahului rasa sakit.
Sakit perut l
ebih ringan dan tidak berbatas tegas. Hiperperistaltis sering
ditemukan. Panas dan leukositosis kurang menonjol dibandingkan
dengan apendisitis akut.
Demam Dengue
Dapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis. Di sini didapatkan
hasil tes positif untu
k Rumpel Leede, trombositopenia, dan hematokrit
meningkat.
Kelainan ovulasi
Folikel ovarium yang pecah (ovulasi) mungkin memberikan nyeri perut
kanan bawah pada pertengahan siklus menstruasi.
Infeksi panggul
Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Suhu
biasanya lebih tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut bagian bawah
perut lebih difus.
rektal.
Urolitiasi
s pielum/ ureter kanan
Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut menjalar ke inguinal
kanan merupakan gambaran yang khas. Eritrosituria sering ditemukan.
Utara
Alasan adanya kemungkinan ancaman jiwa dikarenakan peritonitis di
dalam rongga perut ini menyebabkan operasi usus buntu akut/emergensi perlu
dilakukan secepatnya
. Kematian pasien dan komplikasi hebat jarang terjadi karena
usus buntu akut. Namun hal ini bisa terjadi bila peritonitis dibiarkan dan tidak
diobati secara benar (Sanyoto, 2007).
Riwanto. Apendiks. Dalam : De Jong W., Sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah,Edisi 3, di terbitkan EGC,
Jakarta, 2007 ; hal 755-622.
Townsend C M, Beauchamp R D,Evers B M, Mattox K L. Sabiston Textbook Of Surgery, 18
th
Edition, Elsevier, India, 2008; pg 1333-473.
Anand
N
, Kent T S, First Aid For the Surgery. McGraw-Hill, 2003; pg 251-574.
Medchrome : Medical And Health Articles, Anatomy Of Appendix AndAppendicitis, July 9,
2011:http://medchrome.com/basic-science/anatomy/anatomy-appendix-appendicitis/ 5.
Emergency Diagnostic Radiology, Alvarado Score for Acute Appendicitis,
2009 :http://emergencyradiology.wordpress.com/2009/02/05/alvarado-score-for-acuteappendicitis/