Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN KASUS

ASMA BRONCHIALE

Disusun:
FIQRI NURUL FIRDAUS / 1102019240

Pembimbing:
dr. Sa’adah, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BEKASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 22 MEI 2023 – 15 JULI 2023
BAB 1
PENDAHULUAN
Asma mempengaruhi lebih dari 300 juta orang dari semua
kelompok etnis di semua usia.

Asma mempengaruhi lebih dari 300 juta orang dari semua


kelompok etnis di semua usia.

PENDAHULUAN Gejala mengi, sesak napas, sesak dada dan/atau batuk yang
berhubungan dengan keterbatasan aliran udara ekspirasi

Prevalensi global, morbiditas dan mortalitas terkait asma anak di


antara anak-anak telah meningkat secara signifikan selama 40
tahun terakhir.

Hampir 250.000 orang meninggal karena asma, dan sebagian


besar dari semua kematian ini dapat dicegah.
BAB 2
STATUS PASIEN
STATUS

Identitas Orang Tua Pasien


Nama Ibu: Ny. N
Identitas Pasien Usia : 31 Tahun
Agama : Islam
Nama : An. NS Pendidikan : SMA
Usia : 14 Juni 2011 / 11 tahun 11 bulan Suku : Betawi
Alamat : Jl. Kp Tengah Jatinegara
Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan: Karyawan Swasta
Agama : Islam
Suku : Betawi Nama Ayah : Ny. R
Usia : 34 Tahun
Alamat : Jl. Kp Tengah Jatinegara Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 02 Juni 2023 Pendidikan : S1
Berat Badan : 38 Kg Suku : Betawi
Alamat : Jl. Kp Tengah Jatinegara
Tinggi Badan : 144 Cm Pekerjaan: Karyawan Swasta
Keluhan Utama : Sesak napas

Keluhan Tambahan: batuk pilek, Nyeri dada


Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang diantar ibunya dengan keluhan sesak sejak 3 hari yang lalu memberat
1 hari yang lalu sebelumnya pasien sudah sudah sering merasakan sesak sejak kelas 4 SD,
dalam satu harinya sesak timbul lebih dari dua kali, saat sesak terasa ia berbicara kata per
kata, memberat sesudah beraktivitas dan jika mengalami batuk pilek, terasa ringan jika
beristirahat atau mendapatkan terapi uap.
Keluhan Sesak disertai dengan batuk pilek sudah dirasakan sejak 4 hari yang lalu,
batuk pilek sering muncul ketika pagi hari, terdapat sekret cair yang keluar dari hidung
berwarna bening, memberat jika pasien berada di lingkungan dengan suhu yang dingin.
Selain itu saat sesak ia juga mengeluhkan nyeri dada yang muncul mendadak berbarengan
dengan keluhan sesak, nyeri terasa di dada bagian tengah tidak menjalar, terasa seperti
tertekan, skala nyeri dada berskala 2, memberat ketika sesak berlangsung lama dan
menghilang ketika sudah tidak sesak. Keluhan demam, berkeringat malam hari, penurunan
berat badan, nyeri kepala, mual muntah disangkal pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Imunisasi
o Riwayat asma :
mempuyai riwayat asma persisten
Pasien mendapatkan imunisasi yang
sedang
o Riwayat alergi : lengkap sesuai usia
mempunyai riwayat alergi dingin,
rhinitis alergi Riwayat Nutrisi

Riwayat Penyakit Keluarga Pasien mendapatkan ASI eksklusif


o Tidak ada riwayat penyakit keluarga selama 6 bulan. MPASI mulai
diberikan saat usia pasien 6 bulan.
Pasien tidak memiliki riwayat alergi
makanan.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Prenatal Neonatal

G1P1A0, Ibu pasien rutin melakukan Pasien lahir cukup bulan,


pemeriksaan kehamilan (ANC) di Persalinan dilakukan secara
Bidan. Riwayat hipertensi (-), trauma spontan di klinik dan dibantu oleh
(-), perdarahan (-), anemia (-), tidak bidan, BBL 2700 gram. Lahir
ada keluhan selama hamil. langsung menangis, sianosis(-),
hiperbilirubinemia patologis (-).
Status Generalis Status Gizi
Pemeriksaan
Fisik a. Keadaan Umum : Tampak Antropometri
sakit sedang ▪ Berat Badan : 38 Kg
b. Kesadaran : Komposmentis ▪ Tinggi Badan : 144 cm
c. Tanda Vital ▪ Interpretasi status gizi
▪ Tekanan Darah: 100/60 ▪ BB/U = 38/41 x 100% = 95%
mmHg
▪ Nadi : (Gizi Baik)
104x/menit ▪ TB/U = 144/150 x 100% = 96%
▪ Pernapasan : (Gizi Baik)
26x/menit
▪ SpO2 : 98% ▪ IMT/U = 17,8/17,8 x 100%=
▪ Suhu : 100% (Gizi Baik)
36.5℃ ▪ BB/TB = 38/38 x 100% = 100%
(Gizi Baik)
a) Kepala : Normocephaly
∙ Rambut : warna hitam, Distribusi merata, Tidak rontok
∙ Mata : Konjungtiva anemis (-/-) , Mata cekung (-/-) Sklera ikterik, Edema
periorbital (-/-)
∙ Telinga : Deformitas (-/-), Hiperemis (-/-), Sekret (-/-), Perforasi (-/-)
∙ Hidung : Deviasi septum nasi (-), Sekret (-/-), Pernapasan cuping hidung minimal.
∙ Mulut : Mukosa bibir kering (-), Bibir pucat (-), Tonsil di tengah, T1-T1, Status
hiperemis (-), Faring: hiperemis (-)
∙ Leher : Trachea di tengah, Pembesaran KGB (-) Lokalis
b) Paru
Paru-paru depan :
∙ Inspeksi : Normochest, pergerakan dinding dada simetris, retraksi dinding dada
minimal
∙ Palpasi : Fremitus taktil dan fremitus vokal simetris, krepitasi (-)
∙ Perkusi : Sonor pada seluruh lapang dada
∙ Auskultasi : Bunyi napas vesikuler (-/-), ronkhi (-/-), wheezing (+/+)
Paru- paru belakang :
∙ Inspeksi : Normochest, pergerakan dinding dada simetris
∙ Palpasi : Fremitus taktil dan fremitus vokal simetris, krepitasi (-)
∙ Perkusi : Sonor pada seluruh lapang dada
∙ Auskultasi : Bunyi napas vesikuler (-/-), ronkhi (-/-), wheezing (+/+)
c) Jantung
∙ Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat e) Kulit :
∙ Palpasi : Iktus cordis tidak teraba Turgor elastis, CRT < 2 detik, Warna
∙ Perkusi : Tidak dilakukan kulit normal, Ikterik (-), Sianosis (-),
∙ Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, Ptechiae (-)
murmur (-), gallop (-)

d) Abdomen f) Ekstremitas
∙ Inspeksi : Perut tampak datar ∙ Atas : Akral hangat (-/-),
∙ Auskultasi : Bising usus (+) normal CRT <2 detik (+/+), edema (-/-)
∙ Perkusi : Timpani pada 4 kuadran ∙ Bawah : Akral hangat (-/-),
abdomen, shifting dullness (-) CRT <2 detik (+/+), edema (-/-)
∙ Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium
(-),teraba massa(-)
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 31 Mei 2023

Darah Lengkap
Pemeriksaan 31/05/2023 Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 12.8 g/dL 12.0 – 16.0
Hematokrit 39 % 38.0 - 47.0
Eritrosit 4.59 106/μL 4.20 - 5.40
MCV 84 fL 80 - 96
MCH 28 pg/mL 28 - 33
MCHC 33 g/dL 33 - 36
Trombosit 255 103/μL 150 - 450
Leukosit 6.2 103/μL 4.0 – 10.5
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 31 Mei 2023

Hitung Jenis
31/05/2023 Satuan Nilai Normal
Basofil 0 % 0.0 - 1.0
Eosinofil 7 (H) % 1.0 – 6.0
Neutrofil 56 % 50 – 70
Limfosit 31 % 20 – 40
NLR 1.81 ≤ 5.80
Monosit 7 % 2–9
LED 29 (H) mm/jam < 15
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 31 Mei 2023

Kimia Klinis

31/05/2023 Satuan Nilai Normal


Glukosa Sewaktu 85 mg/dL 80 – 170

Paket Elektrolit

31/05/2023 Satuan Nilai Normal


Natrium 144 mmol/L 136 – 146
Kalium 3.2 (L) mmol/L 3.5 – 5.0
Klorida (Cl) 100 mmol/L 98 – 106
Pemeriksaan Radiologi
Cor kesan tidak membesar
Corakan bronkovaskuler kedua paru normal
Kedua hemidiafragma licin, sinus costofrenicus lancip
Tulang dan jaringan lunak dinding dada baik
Kesan: Cor dan pulmo dalam batas normal

Perencanaan Pemeriksaan
Radiologi Foto Thorax AP
spirometri
RESUME

Pasien datang diantar ibu dengan keluhan sesak sejak 3 hari yang lalu memberat
1 hari yang lalu sebelumnya pasien sudah sudah sering merasakan sesak sejak
kelas 4 SD, dalam satu harinya sesak timbul lebih dari dua kali, saat sesak terasa
ia berbicara kata per kata, memberat sesudah beraktivitas dan saat mengalami
batuk pilek, keluhan sesak terasa ringan jika beristirahat atau mendapatkan terapi
uap. Sesak disertai dengan batuk pilek, dan nyeri dada.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pernafasan cuping hidung minimal, retraksi


dinding dada minimal, auskultasi kedua lapang paru terdengar bunyi wheezing.
Pada pemeriksaan penunjang hematologi didapatkan penurunan kadar kalium
Penatalaksanaan
∙ O2 Nasal Canule 2 lpm
∙ IVFD Asering 500 cc /24 jam
Diagnosis Kerja ∙ Ceftriaxone 1 x 1g IV
∙ Asma Bronchiale ∙ Aminophilin 3 x 60 mg IV
∙ Dexamethasone 3 x 3 mg IV
Diagnosis Banding
∙ Ambroxol 3 x 30 mg PO
∙ Hipokalemi ∙ Nebu Combivent + Pulmicort 3
∙ Rhinitis alergi x1 Resp
Edukasi
menjelaskan tentang penyakit, menghindari alergen,
menjelaskan cara pengobatan dirumah

Prognosis
∙ Ad Vitam : Bonam

∙ Ad Sanactionam: Bonam

∙ Ad Functionam : Bonam
Follow UP
Tanggal 1/6/23

S Sesak

Kesadaran Composmentis, HR : 135 x/menit, RR: 30, Spo2:


O
98%

A Asma perbaikan

P Pulang bila klinis baik


BAB 3
TINJAUAN
PUSTAKA
DEFINISI
Asma merupakan penyakit saluran
respiratori dengan dasar inflamasi kronik
yang mengakibatkan obstruksi dan
hiperaktivitas yang secara klinis ditandai
dengan adanya wheezing, batuk dan sesak
napas berulang, cenderung memberat pada
malam atau dini hari dan biasanya muncul
jika ada pencetus (UKK, 2016).
Epidemiologi

Berdasarkan
Ditemukan pada anak WHO tahun 2020 Lebih dari 80%
Riskesdas tahun
usia 5-14 tahun dengan mengemukakan kematian akibat asma
2018 menunjukkan persentase sebesar terjadi di negara
bahwa saat ini
prevalensi asma di 1,9%, usia 1-4 tahun berpenghasilan rendah
sekitar 235 juta
Indonesia sebesar 1,6%, dan usia dan menengah ke
kurang dari 1 tahun jumlah pasien bawah (Kemenkes RI,
mencapai nilai
sebesar 0,4%. asma. 2018).
2,4%.
Lanjutan…

Proporsi kekambuhan asma


dalam 12 bulan terakhir
asma adalah penyakit kronis
pada umur kurang dari satu
Secara global, angka yang paling umum,
tahun adalah 66,8% ; umur
peringkat di antara 20
1-4 tahun adalah 68,2% ; kematian akibat asma
kondisi teratas di seluruh
umur 5-14 tahun adalah pada anak berkisar antara dunia untuk tahun kehidupan
53,9%. Proporsi 0 hingga 0,7 per 100.000 yang disesuaikan dengan
kekambuhan asma dalam 12 orang. kecacatan pada anak-anak
bulan terakhir lebih tinggi
(Kemenkes RI, 2018).
terjadi pada perempuan
dibandingkan laki-laki.
Etiologi

Paparan
Lingkungan

Kerentanan
Biologis
Genetik
Klasifikasi
Berdasarkan kekerapan timbulnya gejala

Asma Asma persisten


intermiten ringan

Asma persisten Asma persisten


sedang berat
Berdasarkan derajat beratnya serangan

Tabel 1. Derajat keparahan serangan asma


(UKK Respirologi PP IDAI, 2016)
Berdasarkan derajat beratnya serangan

Tabel 2. Kriteria penentuan derajat asma


(UKK Respirologi PP IDAI, 2016)
Patofisiologi dan Patogenesis

Gambar 1. Patogenesis
Patofisiologi dan Patogenesis

Gambar 2.
Patofisiologi
Obstruksi Saluran Respiratori
• Obstruksi saluran respiratori menyebabkan keterbatasan aliran udara yang
dapat Kembali baik secara spontan maupun setelah pengobatan.
• Perubahan fungsional yang terjadi dihubungkan dengan gejala khas pada
asma, yaitu batuk, sesak, wheezing, dan hiperreaktivitas saluran respiratori
terhadap berbagai rangsangan.
• Penyebab utama penyempitan saluran respiratori adalah kontraksi otot polos
bronkus yang diprovokasi oleh pelepasan agonis dari sel-sel inflamasi

Hiperreaktivitas Saluran Respiratori


• kemungkinan berhubungan dengan perubahan otot polos saluran respiratori
(hiperplasi dan hipertrofi) yang terjadi secara sekunder, yang menyebabkan
perubahan kontraktilitas.
• Selain itu, inflamasi dinding saluran respiratori terutama daerah peribronkial
dapat memperberat penyempitan saluran respiratori selama kontraksi otot
polos.
Manifestasi Klinis

Gejala
Gejala klasik
klasik asma
asma termasuk
termasuk batuk,
batuk, mengi,
mengi, sesak
sesak dada,
dada, dan
dan
sesak
sesak napas.
napas.

Gejala
Gejala sering
sering bersifat
bersifat episodik
episodik dan
dan dapat
dapat dipicu
dipicu oleh
oleh banyak
banyak faktor,
faktor, termasuk
termasuk
infeksi
infeksi saluran
saluran pernapasan
pernapasan atas,
atas, olahraga,
olahraga, paparan
paparan alergen,
alergen, dan
dan iritasi
iritasi saluran
saluran
napas
napas seperti
seperti asap
asap tembakau.
tembakau. Mereka
Mereka mungkin
mungkin juga
juga lebih
lebih buruk
buruk di
di malam
malam hari.
hari.

Selama
Selama eksaserbasi
eksaserbasi akut,
akut, anak-anak
anak-anak mungkin
mungkin juga
juga mengalami
mengalami
peningkatan
peningkatan kerja
kerja pernapasan
pernapasan atau
atau wheezing
wheezing yang
yang terdengar
terdengar secara
secara
signifikan
signifikan
Diagnosis dan Diagnosis Banding
Anamnesis
Karakteristik yang mengarah ke asma adalah:
● Gejala timbul secara episodik atau berulang.
● Timbul bila ada faktor pencetus.
o Iritan: asap rokok, asap bakaran sampah, asap obat nyamuk, suhu
dingin, udara kering, makanan minuman dingin, penyedap rasa,
pengawet makanan, pewarna makanan.
o Alergen: debu, tungau debu rumah, rontokan hewan, serbuk sari.
o Infeksi respiratori akut karena virus, selesma, common cold,
rinofaringitis
o Aktivitas fisik: berlarian, berteriak, menangis, atau tertawa
berlebihan.
● Adanya riwayat alergi pada pasien atau keluarganya.
● Variabilitas, yaitu intensitas gejala bervariasi dari waktu ke waktu. bahkan
dalam 24 jam. Biasanya gejala lebih berat pada malam hari (nokturnal).
● Reversibilitas, yaitu gejala dapat membaik secara spontan atau dengan
pemberian obat pereda asma.
Pemeriksaan Fisik

Dalam keadaan stabil tanpa gejala, pada pemeriksaan fisis pasien biasanya tidak
ditemukan kelainan.

Dalam keadaan sedang bergejala batuk atau sesak, dapat terdengar wheezing, baik yang
terdengar langsung (audible wheeze) atau yang terdengar dengan stetoskop.

perlu dicari gejala alergi lain pada pasien seperti dermatitis atopik atau rinitis alergi, dan
dapat pula dijumpai tanda alergi seperti allergic shiners atau geographic tongue.
Pemeriksaan Penunjang

Uji fungsi paru dengan spirometri sekaligus uji reversibilitas dan


untuk menilai variabilitas. Pada fasilitas terbatas dapat dilakukan
pemeriksaan dengan peak flow meter.

Uji cukit kulit (skin prick test), eosinofil total darah,


pemeriksaan IgE spesifik.

Uji inflamasi saluran respiratori: FeNO (fractional


exhaled nitric oxide), eosinofil sputum.

Uji provokasi bronkus dengan exercise, metakolin, atau


larutan salin hipertonik.
Gambar 3. Alur diagnosis asma pada anak
(UKK Respirologi PP IDAI, 2016)
Penegakkan diagnosis asma pada anak < 5 tahun agak sulit untuk menetapkan diagnosis yang
pasti karena gejala respiratori seperti batuk dan wheezing sangat umum pada anak terutama di
umur 0-2 tahun. Diagnosis dan kriteria asma anak < 5 tahun (asma balita):

Gambar 4. Kriteria
Asma Balita (GINA,
2022)
Diagnosis Banding

Aspirasi
Bronkiolitis Tracheomalasia
gastroesofagus

Cystic fibrosis Bronkiolitis


Tatalaksana

Tabel 3. Jenis alat inhalasi sesuai usia (PNAA, 2016)


Tatalaksana di rumah
Jika diberikan via nebulizer

Berikan agonis B2 kerja pendek, lihat responnya. Bila


gejala sesak napas dan wheezing menghilang, cukup
diberikan satu kali.

Jika gejala belum membaik dalam 30 menit, ulangi


pemberian sekali lagi

Jika dengan 2 kali pemberian agonis B2 kerja pendek


via nebulizer belum membaik, segera bawa ke
fasyankes.
Jika diberikan via MDI + spacer

Berikan agonis B2 kerja pendek serial via spacer dengan sosis 2-


4 x semprot. Berikan satu semprot obat ke dalam spacer diikuti
6-8 tarikan napas melalui antar muka spacer berupa masker atau
mouthpiece. Bila belum ada respons berikan semprot berikutnya
dengan siklus yang sama.

Jika membaik dengan dosis kurang dari 4 semprot, inhalasi


dihentikan.

Jika gejala tidak membaik dengan dosis 4 semprot, segera Bawa


ke fasyankes.
Cara pemakaian MDI dengan spacer sebagai berikut:

1. MDI dikocok, lepas tutupnya


2. Pasangkan mouth piece MDI pada lubang spacer
3. Pasang mouthpiece spacer (atau mulut botol plastik) di mulut
pasien, atau letakkan masker spacer (atau mulut gelas plastik)
menutupi hidung dan mulut pasien
4. Tekan canister MDI, untuk memberi 1 semprotan ke dalam spacer
5. Minta anak untuk bernapas dalam melalui antar-muka hingga 6-10
kali, tergantung kemampuan kedalaman napas anak. Jika bisa
bernapas dalam cukup 6 kali.
Gambar 5. MDI+Spacer
6. Tunggu responsnya dalam 5-10 menit. Jika keluhan
sesak/wheezing masih ada, lakukan tindakan serupa hingga 2-4
kali dengan selang waktu 20 menit selama 1 jam sesuai respons
yang ada.
Obat pengendali asma
1. Steroid inhalasi
2. Agonis ß2 kerja panjang (Long acting ß2-agonist,
LABA)
3. Antileukotrien
4. Teofilin lepas lambat
5. Anti-imunoglobulin E (Anti-lgE)
Tatalaksana di fasilitas
pelayanan kesehatan
Tatalaksana Asma Jangka Panjang
Jenjang Satu
Pasien pada kondisi terkendali penuh dengan atau tanpa obat pengendali, hanya
mengalami gejala ringan kurang dari sama dengan 2 kali/minggu dan di antara serangan
pasien tidak mengalami gangguan tidur maupun aktivitas sehari hari.

Jenjang Dua
Pilihan utama obat pengendali pada jenjang ini adalah steroid inhalasi dosis rendah,
sedangkan sebagai pilihan lain dapat diberikan antileukotrien yang diberikan pada
pasien asma yang tidak memungkinkan menggunakan steroid inhalasi atau pada pasien
yang menderita asma disertaiinitis alergi.

Jenjang Tiga
Pilihan utama pada jenjang 3 untuk anak berusia diatas 5 tahun ialah kombinasi steroid
dosis rendah agonis B2 kerja Panjang. Pilihan lainnya ialah dengan menaikkan dosis
steroid inhalasi pada dosis menengah.
Jenjang Empat
Pada jenjang ini dapat dipertimbangkan penambahan anti imunoglobulin E
(omalizumab) yang dapat memperbaiki pengendalian asma yang disebabkan
karena alergi.

Jenjang Lima
Semua pasien yang mencapai jenjang ini harus dirujuk dokter spesialis
respirologi anak untuk pemeriksaan dan tata laksana lebih lanjut, Pada
jenjang ini mulai dipertimbangkan pemberian steroid oral, oleh karena itu
pasien harus dijelaskan tentang kemungkinan efek samping yang timbul
akibat pemberian steroid oral jangka panjang dan berbagai alternatif pilihan
pengobatan.
Pencegahan

Nutrisi pada ibu dan anak Dietary supplements untuk ibu dan anak
a. Makanan saat hamil a. Vitamin D
b. Obesitas dan peningkatan berat badan saat b. Probiotics
hamil c. Pollutan
c. Pemberian ASI d. Pengobatan
d. Waktu pemberian makanan ‘solid’ e. Obesitas
● Status asmatikus - eksaserbasi
akut asma yang tetap tidak
responsif pada pengobatan awal
dengan nebulisasi bronkodilator.
Komplikasi ● Gagal napas
● Lobus atau paru-paru yang kolaps
● Pneumothorax
● Pneumonia
Prognosis

Asma anak usia dini dan asma beberapa pasien memang mengalami
berat meningkatkan risiko gejala perbaikan atau penyelesaian gejala
obstruktif kronis. yang signifikan seiring
bertambahnya usia.

Prognosis asma dipengaruhi oleh Umumnya baik, hanya 15% yang


respon terapi, kepatuhan terapi, menjadi asma kronik pada usia 21
teknik penggunaan inhaler, derajat tahun (Voorhees, et al. 2021).
keparahan asma, dan frekuensi
eksaserbasi.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai