Anda di halaman 1dari 3

A.

Definisi dan Pengertian


Disartria adalah gangguan bicara yang diakibatkan oleh gangguan
neuromuscular, yang mempengaruhi kinerja otot-otot yang diperlukan untuk berbicara
(Dharmaperwira-Prins, 1996). Disartria merupakan kelompok gangguan bicara
neurogenik ditandai dengan kelainan pada kekuatan, kecepatan, jangkauan, nada, atau
akurasi gerakan yang diperlukan untuk pernafasan, fonatori, resonatori, artikulatori,
dan prosodi produksi bicara (Duffy, 2013) dikutip dalam (ASHA, 2016). Disartria
sangat mempengaruhi kejelasan bicara. Pada beberapa pasien, kejelasan bicara dapat
kembali normal. Disartria juga dapat terjadi bersama dengan gangguan bahasa
neurogenik, gangguan kognitif, dan gangguan menelan (ASHA, 2016).
B. Panyebab Gangguan
Disartria disebabkan oleh satu atau lebih masalah sensorimotor yaitu kelemahan
atau kelumpuhan, inkoordinasi, gerakan tidak sadar, atau berlebihan, gerakan yang
kurang maksimal, atau variabel otot (Duffy, 2013) dikutip dalam (ASHA, 2016).
Banyak penyakit neurologis serta gangguan yang bersifat dapatan dan bawaan yang
dapat menyebabkan disartria. Berikut adalah contoh etiologi disartria, yang
dikelompokkan ke dalam kategori (Duffy, 2013) dikutip dalam (ASHA, 2016).
- Kongenital-Cerebral Palsy : chiari malformasi, bawaan suprabulbar palsy,
syringomyelia, syringobulbia.
- Penyakit degeneratif : Amyotrophic Lateral Sclerosis, penyakit parkinson,
progresif supranuclear palsy, cerebellar degenerasi, kortikobasal degenerasi,
beberapa sistem atrofi, friedreich's atakataxia, penyakit huntington,
olivopontocerebellar atrofi, spinocerebellar ataksia, ataksia telangiectasia.
- Demyelinating dan penyakit inflamasi : multiple sclerosis, ensefalitis,
guillain-Barré dan sindrom autoimun terkait, meningitis, leukoensefalopati
multifocal.
- Penyakit menular : AIDS, penyakit creutzfeldt-jakob, herpes zoster,
ensefalopati menular, tuberkulosis sistem saraf pusat, polio.
- Penyakit neoplastik : tumor sistem saraf pusat; otak, cerebellar, atau tumor
batang otak; paraneoplastic cerebellar degenerasi.
- Kondisi neurologis lainnya : hidrosefalus, sindrom meige, epilepsi
mioklonik, neuroacanthocytosis, nekrosis radiasi, sarkoidosis, gangguan
kejang, sindrom tourette, chorea gravidarum.
- Penyakit beracun/metabolik-botulisme : keracunan karbon monoksida,
myelinolysis pusat pontine, heavy metal atau toksisitas kimia, hepatocerebral
degeneration, hipotiroidisme, ensefalopati hipoktoksik, toksisitas lithium,
penyakit wilson.
- Trauma : cedera otak traumatis, ensefalopati traumatis kronis, trauma leher,
trauma bedah saraf/pasca operasi, patah tulang tengkorak
- Penyakit vaskular : stroke (hemoragik atau nonhemoragik), penyakit
MoyaMoya, ensefalopati anoxic atau hipoktoksik, malformasi arteriovenosa.
C. Karakteristik Gangguan
Disartria memiliki gejala dengan karakteristik bicara serta fisik yang bervariasi,
tergantung pada jenisnya. Disartria dapat mengganggu satu atau lebih lima komponen
bicara yaitu : respirasi, fonasi, artikulasi, resonansi, dan prosodi. Pada aspek bicara,
sulit untuk mengasosiasikan beberapa karakteristik dengan komponen tertentu.
Misalnya, penurunan loudness pada beberapa individu dikarenakan masalah pada
laring, namun pada individu yang lain bisa disebabkan oleh masalah pernafasan. Selain
itu, karena sifat interaktif dari setiap komponen suara, gangguan dalam satu komponen
dapat berdampak pada komponen yang lain. Misalnya, gangguan respirasi, fonasi,
artikulasi, dan/atau resonansi mungkin akan mempengaruhi prosodi (ASHA, 2016).
Gejala yang tampak pada setiap komponen bicara, ASHA (2016) :
- Respirasi : frasa pendek, kurangnya loudness, monoloudness, variasi loudness
yang berlebihan, loudness decay, ekspirasi atau inspirasi yang dipaksakan.
- Fonasi (Laryngeal) : Tingkat nada (terlalu rendah/terlalu tinggi), monopitch, pitch
breaks, kualitas suara (roughness, breathiness, strain; atau harsh, hoarse),
diplophonia, suara tremor, penghentian suara, bunyi inhalasi/inhalatory stridor,
mendengus di ujung ucapan.
- Artikulasi : kesalahan produksi konsonan, vokal yang terdistorsi, artikulatori
yang tidak teratur, artikulasi yang tidak jelas,
- Resonansi (velopharyngeal) : hipernasalitas, denasalitas atau hiponasalitas, snort
hidung.
- Prosodi : rate (terlalu cepat/terlalu lambat/percepatan/variabel), bicara yang
singkat dan terburu-buru, kurangnya tekanan, tekanan yang berlebihan atau sama,
interval yang terlalu panjang, inappropriate silences.
1. Gejala fisik, ASHA (2016) :
- Muscle wasting
- Tone otot yang abnormal saat istirahat
- Fasciculasi
- Tremor (misalnya, kepala, rahang, bibir, lidah, velum)
- Kelemahan (misalnya, lidah, wajah lebih rendah, velum)
- Gerakan tidak terkendali (misalnya, kepala, rahang, wajah, lidah, velum)
- Refleks abnormal (misalnya, hypo-atau refleks muntah hiperaktif, rahang jerk,
mengisap atau moncong refleks)
2. Jenis disartria
Sebagaimana dijelaskan dalam (Duffy, 2013) yang dikutip dalam (ASHA,
2016), ada delapan jenis disartria, yaitu disartria flaccid, disartria Spastic, ataxic
(gangguan cerebellar control circuit), hipokinetik (gangguan basal ganglia control
circuit), hyperkinetic (gangguan basal ganglia control circuit), gangguan unilateral
upper motor neuron, disartria campuran (misalnya, spastik-ataxic; flaccid-spastik),
undetermined (disartria yang secara gejala tidak jelas masuk ke dalam disartria
mana).
Menurut Duffy (2013) dikutip dalam ASHA (2016), disartria flaccid, adalah
gangguan sistem lower motor neuron dan/atau otot (Duffy, 2013) dikutip dalam
(ASHA, 2016). Pada dasarnya LMN bekerja secara refleks, tetapi seluruh input dari
korteks, system pyramidal, ekstrapiramidal dan serebelum melewati MLN saat
menuju otot-otot, karena terjadi gangguan pada LMN, maka semua signal input tidak
sampai pada otot yang terkait (Dharmaperwira-Prins, 1996).
Ciri-ciri disartria flaccid adalah adanya hipernasalitas, produksi konsonan
yang tidak tepat, adanya angin liar, monotoni, nasalitas, inspiration stridor, suara
serak, frasa pendek, kata yang sedikit dalam satu kali pernafasan, kurang dinamis,
suara yang terlalu pelan. Kelainan bicara bagi individu yang mengalami disartria
tergantung pada saraf mana yang terkena dan derajad kelemahan yang dialami
(Dharmaperwira-Prins, 1996). Pasien dengan disartria flaccid sadar akan
masalahnya, sehingga lebih mudah dalam melakukan latihan-latihan yang diberikan
kepadanya (Dharmaperwira-Prins, 1996).

Anda mungkin juga menyukai