Kelompok 6
Disusun oleh:
1. Anur Hikmah
2. Biyan
3. Eka Heryani
4. Alfian Widiyanto
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya, Pancasila sebagai suatu sistem filsafat merupakan suatu nilai
yang bersumber dari segala penjabaran norma, baik norma hukum, norma sosial,
maupun norma kenegaraan lainnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
memberikan dasar-dasar yang bersifat fundamental dan universal bagi manusia, baik
dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai tersebut sifatnya
praksis atau nyata dalam masyarakat, bangsa maupun negara, yang kemudian
dijabarkan dalam suatu norma-norma yang jelas hingga menjadi suatu pedoman. Jadi
sila-sila Pancasila merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber
norma yang pada gilirannya harus dijabarkan lebih lanjut dalam norma-norma etika,
moral, maupun norma hukum dalam kehidupan kenegaraan maupun kebangsaan.
Politik secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk
mencapai cita-cita yang berhubungan dengan kekuasaan. Pancasila sebagai dasar
negara, menjadi pedoman tolak ukur kehidupan berbangsa dan bernegara harus
dipahami, dihayati dandiamalkan dalam tata kehidupan berpolitik. Oleh karena itu,
setiap warga Negara dan penyelenggara Negara harus mempelajari, memahami,
menghayati dan mengamalkan Pancasila Dalam segala bidang kehidupan berbangsa
bernegara dan bermasyarakat, karena Pancasila Merupakan suatu landasan moral
etik dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Etika berkaitan
dengan berbagai masalah nilai, karenaetika pada pokoknya membicarakan masalah-
masalah yang berkaitan dengan predikat nilai “susila” dan “tidak susila”, “baik” dan
“buruk”, sifat seseorang dikatakan susila ataubijak apabila ia melakukan kebaikan,
sebaliknya seseorang dikatakan tidak susila apabilaia melakukan kejahatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan nilai, norma, etika dan moral?
3. Apa yang dimaksud dengan politik?
4. Apa yang dimaksud dengan etika politik?
5. Bagaimana Pancasila sebagai sumber etika politik di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
2. Norma
Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan dalam
kehidupan sehari-hari berdasarkan motivasi tertentu. Norma sesungguhnya
perwujudan martabat manusia sebagai makhluk budaya, sosial, moral dan religi.
Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata
nilai untuk dipatuhi. Oleh sebab itu, norma dalam perwujudannya dapat berupa
norma agama, norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum, dan norma sosial.
Norma memiliki kekuatan untuk dapat dipatuhi, yang dikenal dengan sanksi,
misalnya:
Norma agama, dengan sanksinya dari Tuhan
Norma kesusilaan, dengan sanksinya rasa malu dan penyesalan terhadap diri
sendiri.
Norma kesopanan, dengan sanksinya berupa dikucilkan dalam pergaulan
masyarakat.
Norma hukum, dengan sanksinya berupa penjara atau kurungan atau denda
yang dipaksakan oleh alat Negara.
3. Moral
Moral berasal dari kata mos (mores) yang artinya kesusilaan, tabiat,
kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut
tingkah laku dan perbuatan manusia. Seorang yang taat kepada aturan-aturan,
kaidah-kaidah dan norma yang berlaku dalam masyarakatnya, dianggap sesuai dan
bertindak benar secara moral. Jika sebaliknya terjadi, pribadi itu dianggap tidak
bermoral. Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan, prinsip-prinsip
yang benar, baik, terpuji, dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan
terhadap nilai dan norma, moral pun dapat dibedakan seperti moral ketuhanan atau
agama, moral, filsafat, moral etika, moral hukum, moral ilmu, dan sebagainya.
Nilai, norma dan moral secara bersama mengatur kehidupan masyarakat
dalam berbagai aspeknya. Keterkaitan nilai, norma dan moral merupakan suatu
kenyataan yang seharusnya tetap terpelihara di setiap waktu pada hidup dan
kehidupan manusia. Keterkaitan itu mutlak digaris bawahi bila seorang individu,
masyarakat, bangsa dan negara menghendaki fondasi yang kuat tumbuh dan
berkembang.
4. Etika
Secara bahasa kata ‘etika’ lahir dari bahasa Yunani ethos yang artinya
tampak dari suatu kebiasaan. Dalam hal ini yang menjadi perspektif objeknya
adalah perbuatan, sikap, atau tindakan manusia. Pengertian etika secara khusus
adalah ilmu tentang sikap dan kesusilaan suatu individu dalam lingkungan
pergaulannya yang kental akan aturan dan prinsip terkait tingkah laku yang
dianggap benar. Sedangkan pengertian etika secara umum adalah aturan, norma,
kaidah, ataupun tata cara yang biasa digunakan sebagai pedoman atau asas suatu
individu dalam melakukan perbuatan dan tingkah laku. Penerapan norma ini
sangat erat kaitannya dengan sifat baik dan buruknya individu di dalam
bermasyarakat.
Menurut K. Bertens, 3 pengertian etika, yaitu yang pertama, etika adalah
nilai moral dan norma yang menjadi pedoman, baik bagi suatu individu maupun
suatu kelompok, dalam mengatur tindakan atau perilaku. Dengan kata lain,
pengertian ini disebut juga sebagai sistem nilai di dalam hidup manusia, baik
perorangan maupun bermasyarakat. Kedua, etika berarti ilmu mengenai baik dan
buruknya manusia (moral). Ketiga, etika juga diartikan sebagai kumpulan nilai
moral dan asas (kode etik). Wilfridus. J. S Poerwadarminta, salah satu tokoh sastra
Indonesia, mengemukakan bahwa etika adalah ilmu pengetahuan terkait perbuatan
dan perilaku manusia dilihat dari sisi baik dan sisi buruknya yang ditentukan oleh
manusia pula.
Istilah etika sendiri berasal dari bahasa Perancis yakni "etiquete; yang
mempunyai arti tata pergaulan yang baik antara manusia atau peraturan/ketentuan
yang menetapkan tingkah laku yang baik dalam hubungan dengan orang lain.
Istilah yang sepadan dengan etika seperti tata krama, tata sopan santun, norma
sopan santun, tata cara bertingkah laku yang baik, perilaku yang baik dan
menyenangkan. Kata tata krama berasal dari kata tata yang berarti adat aturan atau
norma, sedangkan kata krama berarti sopan santun, kelakuan, tindakan dan
perbuatan, sedangkan kata pergaulan menunjukkan hubungan manusia dengan
manusia lain. Dengan demikian pengertian etika dan tatakrama pergaulan berarti
sopan santun atau, tata sopan santun antar sesama manusia. Dalam kajian etika
dikenal tiga teori/aliran besar, yaitu:
a) Etika Keutamaan
Etika Keutamaan atau etika kebajikan yang mempelajari tentang
keutamaan yang berarti perbuatan baik, atau buruknya seorang manusia. Etika
ini akan mengarahkan bagaimana seseorang harus berperilaku semestinya.
b) Etika Teleologi
Etika teleologi berasal dari bahasa kata Yunani telos, yang berarti
akhir, tujuan, maksud, dan logos berarti perkataan. Teleologi adalah ajaran
yang menerangkan segala sesuatu dan segala kejadian menuju pada tujuan
tertentu. Etika teleologi mengukur baik dan buruknya suatu tindakan
berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dengan tindakan itu atau berdasarkan
akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Artinya, teleologi bisa diartikan
sebagai pertimbangan moral akan baik buruknya suatu tindakan yang
dilakukan.
c) Etika Deontologis
Etika deontologi adalah sebuah istilah yang berasal dari kata Yunani
‘deon’ yang berarti kewajiban dan ‘logos’ berarti ilmu atau teori. Mengapa
perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai keburukan,
deontologi menjawab, ‘karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan
karena perbuatan kedua dilarang.
A. Kesimpulan
Etika adalah sebuah ilmu yaitu sebagai salah satu cabang Ilmu Filsafat. Politik
berasal dari kata politics yang memiliki makna bermacam-macam kegiatan dalam
suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan dari
sistem itu dan diikuti dengan pelaksanaan tujuan-tujuan itu. Jadi, etika politik adalah
suatu tata kelakuan atau hal yang sewajarnya dilakukan dalam bermacam-macam
kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses penentuan
tujuan-tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan pelaksanaan tujuan-tujuan
kenegaraan. Sedangkan etika politik berdasarkan Pancasila adalah etika berpolitik
sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Etika politik termasuk lingkup etika sosial yang berkaitan dengan bidang
kehidupan politik, politik juga memiliki makna dan bermacam-macam kegiatan,
dalam sistem politik negara dan politik lainnya harus berpedoman dan mengacu pada
butir- butir yang terdapat dalam Pancasila, dengan tujuan demi kepentingan Negara
dan kepentingan masyarakat (publik) dan bukan semata-mata untuk kepentingan
pribadi atau individu. Dalam hubungan dengan etika politik bahwa pengertian politik
harus dipahami secara lebih luas yaitu yang menyangkut seluruh unsur yang
membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut Negara dan Masyarakat. Dalam
kapasitas berhubungan dengan moral, maka kebebasan manusia dalam menentukan
tindakan harus bisa dipertanggung jawabkan, sesuai aturan yang telah ditetapkan dan
disesuaikan dengan keadaan masyarakat sekelilingnya. Sifat serta ciri khas
kebangsaan dan kenegaraan Indonesia bukanlah totalitas individualitas ataupun
sosialistis melainkan segala keputusan kegiatan dan kebijakan serta arah dari tujuan
politik harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral.
DAFTAR PUSTAKA
http://martilahpuvi.blogspot.com/2016/03/pengertian-etika-norma-nilai-dan-moral.html
https://www.studocu.com/id/document/universitas-hasanuddin/pancasila/makalah-pancasila-
sebagai-etika-politik/31122854
https://adoc.pub/etika-politik-berdasarkan-pancasila.html
Pureklolon, T. (2020). PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK DAN HUKUM
NEGARA INDONESIA [Pancasila as Political Ethics and Indonesian State Law]. Law
Review, 20, 71. https://doi.org/10.19166/lr.v20i1.2549