Anda di halaman 1dari 9

Pancasila Sebagai Etika Politik

Handy Agustiar Imansyah (23207076)

Revalina Nilta Manzila (23207065)

Lutfia Luluk Masrurin (23207075)

A. PENDAHULUAN

Pancasila adalah dasar filosofis dan ideologis negara Indonesia. Secara harfiah, "Pancasila"
berarti "lima prinsip" dalam bahasa Sanskerta. Pancasila memiliki peran yang sangat penting
dalam politik Indonesia, dan dapat dilihat sebagai sebuah bentuk etika politik yang mendasari
sistem politik dan pemerintahan negara ini. Pancasila telah menjadi prinsip sentral dalam politik
Indonesia, mendorong kebijakan yang mempromosikan persatuan, keadilan, dan demokrasi dalam
upaya mencapai kesejahteraan bersama bagi semua warga negara Indonesia.

Sebagai etika politik, Pancasila mengarahkan tindakan pemerintah, partai politik, dan
warga negara dalam mengembangkan kebijakan, menjalankan pemerintahan, dan berpartisipasi
dalam kehidupan politik. Pancasila juga menjadi dasar bagi konstitusi Indonesia, yang menjamin
perlindungan hak asasi manusia dan prinsip-prinsip demokrasi dalam sistem politik Indonesia.

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Nilai, Norma, dan Moral

Nilai pada hakikatnya suatu sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, namun
bukan objek itu sendiri. Nilai merupakan kualitas dari sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia, yang kemudian nilai dijadikan landasan, alasan, dan motivasi dalam bersikap dan
berperilaku baik disadari maupun tidak disadari. Nilai merupakan harga manusia sebagai pribadi
utuh, misalnya kejujuran manusia (Kamus Bahasa Indonesia, 2000).

Norma adalah aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat warga masyarakat


atau kelompok tertentu dan menjadi panduan, tatanan, padanan, dan pengendali sikap dan tingkah
laku manusia. Pengertian norma lainnya adalah tatanan dan pedoman perilaku yang diciptakan
manusia sebagai masyarakat sosial untuk melangsungkan kehidupan bersama-sama dalam suatu
kelompok masyarakat. Norma yang berlaku dimasyarakat Indonesia ada lima antara lain:

1) Norma agama
Norma agama adalah aturan-aturan hidup yang berupa perintah-perintah dan
larangan-larangan, yang oleh pemeluknya diyakini bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa.
2) Norma kesusilaan
Norma kesusilaan adalah aturan-aturan hidup tentang tingkah laku yang baik dan
buruk, yang berupa “bisikan-bisikan” atau suara batin yang berasal dari hati nurani
manusia.
3) Norma kesopanan
Norma kesopanan adalah aturan hidup bermasyarakat tentang tingkah laku yang
baik dan tidak baik baik, patut dan tidak patut dilakukan, yang berlaku dalam suatu
lingkungan masyarakat atau komunitas tertentu.
4) Norma kebiasaan
Norma kebiasaan adalah aturan mengikat yang terbentuk dari suatu perilaku yang
dilakukan terus-menerus dan telah ada dan disetujui disuatu warga kelompok masyarakat.
5) Norma hukum
Norma hukum adalah aturan-aturan yang dibuat oleh lembaga negara yang
berwenang, yang mengikat dan bersifat memaksa, demi terwujudnya ketertiban
masyarakat.

Kata moral berasal dari kata latin “mos” yang berarti kebiasaan. Moral berasal dari
bahasa latin yaitu moralitas adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya
dalam tindakkan yang mempunyai nilai positif. Moral merupakan patokan-patokan, kumpulan
peraturan lisan maupun tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar
menjadi manusia yang lebih baik. Berikut ini pengertian moral menurut para ahli:

(1) Maria Assumpta


Menurut Maria Assumpta, pengertian moral adalah aturan-aturan (rule) mengenai
sikap (attitude) dan perilaku manusia (human behavior) sebagai manusia.
(2) Russel Swaburg
Menurut Russel Swabung, arti moral adalah suatu pernyataan dari pemikiran yang
berhubungan dengan keantusiasan seseorang dalam berkerja dimana hal itu dapat
merangsang perilaku seseorang tersebut.
(3) Elizabeth B. Hurlock
Menurut Elizabeth B. Hurlock, pengertian moral adalah suatu kebiasaan, tata cara,
dan adat dari suatu peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu
budaya dalam masyarakat.
(4) Maria J. Wantah
Menurut Maria J. Wantah, pengertian moral adalah sesuatu yang berhubungan
dengan kemampuan dalam menentukan benar atau salah serta baik atau buruknya suatu
perilaku pada diri seseorang.
(5) Imam Sukardi
Menurut Imam Sukardi, pengertian moral adalah karakter yang dicirikan sebagai
sesuatu yang baik dalam masyarakat melalui nilai-nilai yang diterapkan bersama.

2. Etika Politik dan Dimensi Politik


Etika politik adalah filsafat moral tentang nilai politis dalam kehidupan manusia.
Etika moral menjadi standar nilai kemanusiaan dalam menjalankan kehidupan berpolitik.
Secara etimologis,Etika politik berasal dari dua kata,yaitu Etika dan politik,Etika
merupakan kata dari bahasa Yunani yaitu ethos yan bersifat watak,adat,kebiasaan dan cara
berfikir.sedangkan Etikhos berasal Susilo, adab atau kelakuan,dan perbuatan
Ada tiga Tujuan dari etika politik :
1. Dapat mengatur kehidupan berpolitik agar dapat berjalan dengan baik dan lancar
2. Etika politik diharapkan dapat menghasilkan individu individu serta institusi institusi
politik yang berkualitas
3. Etika politik menjadi sebuah tolak ukur kepribadian seorang politik,mulai dari sifat
hingga bagaimana kinerjanya
Urgensi etika politik dalam kehidupan sosial politik :
1. Dari segi otoritas,politik selalu membutuhkan legalitas meskipun betapa kasarnya politik
yang dijalankan suatu organisasi
2. Dari segi korban,politik yang tidak adil dapat mengakibatkan jatuhnya korban
3. Dari segi kekuatan politik, pertarungan kekuasaan dan konflik kepentingan yang terjadi
terus menerus memunculkan kesadaran untuk menyelesaikan masalah secara adil
Dimensi etika politik
Ada tiga dimensi yang berkaitan dengan etika politik yaitu
1. Dimensi tujuan Dimensi pertama adalah melihat etika politik untuk kesejahteraan
masyarakat,perdamaian kebebasan dan keadilan
2. Dimensi sarana,dimensi kedua yaitu dilihat dari sisi sarana untuk mencapai tujuan
3. Dimensi aksi politik
Dimensi ketiga dapat dilihat dari aksi politik dari para pelakunya. Aksi ini berperan dalam
menentukan rasionalitas politik.

3. Hubungan antara Nilai, Norma, dan Moral


Nilai adalah kualitas dari sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik lahir
maupun batin. Dalam kehidupan manusia, nilai dijadikan sebagai sebuah landasan, alasan, atau
motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku baik didasari maupun tidak. Nilai berkaitan dengan
harapan, cita-cita, keinginan, dan segala sesuatu pertimbangan internal manusia. Agar nilai
tersebut menjadi lebih berguna dalam menuntun sikap dan tingkah laku manusia maka perlu lebih
dikonkretkan lagi serta diformulasikan menjadi lebih objektif sehingga memudahkan manusia.
Untuk menjabarkannya dalam tingkah laku secara konkret. Wujud konkret dari nilai tersebut
merupakan suatu norma. Terdapat berbagai norma, dari berbagai norma tersebut, norma hukumlah
yang paling kuat berlakunya karena dapat dipaksakan oleh suatu kekuasaan eksternal seperti
penguasa atau penegak hukum. Nilai dan norma senantiasa berkaitan dengan moral dan etika.
Istilah moral mengandung intregritas dan martabat pribadi manusia. Derajat kepribadian seseorang
sangat ditentukan oleh moralitas yang dimilikinya. Makna moral yang terkandung dalam
kepribadian seseorang tercermin dari sikap dan tingkah lakunya. Dalam pengertian inilah, maka
manusia memasuki wilayah norma sebagai penuntun sikap dan tingkah laku. Menurut Kaelan, agar
suatu nilai lebih berguna dalam menuntun sikap dan tingkah laku, maka perlu lebih dikongkritkan
serta diformulasikan menjadi lebih obyektif, sehingga memudahkan manusia untuk
menjabarkannya dalam tingkah laku kongkrit. Wujud yang lebih kongkrit dari nilai adalah
merupakan suatu norma (Kaelan, 2000: 179). Dengan demikian, hubungan antara nilai, norma,
dan moral dapat dinyatakan bahwa norma pada dasarnya merupakan nilai yang dibakukan,
dijadikan standar atau ukuran bagi kualitas suatu tingkah laku.

4. Pancasila Sebagai Sumber Etika Politik

Pancasila sebagai falsafah bangsa dan negara merupakan nilai satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan antara sila-silanya. Makna yang terkandung dalam sila-sila Pancasila merupakan
satu-kesatuan yang saling berkaitan dan tidak dapat diputarbalikkan letak dan susunannya. Nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila memiliki kaitan penting dalam politik di Indonesia. Di
dalam politik, Pancasila menjadi sebuah dasar yang membatasi proses politik di Indonesia, yang
disebut dengan etika berpolitik. Untuk memahami nilai Pancasila dalam etika berpolitik, dapat
dilihat pada nilai yang terkandung dalam kelima silanya.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


Sila Ketuhanan menekankan prinsip bahwa moralitas dan spiritual keagamaan
berperan penting sebagai bantalan vital bagi keutuhan dan keberlangsungan suatu negara.
Di bawah panduan nilai-nilai Ketuhanan, Pancasila bisa memberikan landasan moral dan
filsofis bagi sistem demokrasi yang hendak dikembangkan. Nilai-nilai Ketuhanan yang
dikehendaki Pancasila adalah nilai Ketuhanan yang positif yang digali dari nilai-nilai
profetis agama-agama yang bersifat inklusif, membebaskan, memuliakan keadilan, dan
persaudaraan. Etika politik yang dilandasi dengan Ketuhanan Yang Maha Esa akan
menempatkan fungsi kontrol bagi para penyelenggara negara dan politisi bahwa ada Tuhan
yang selalu menjadi spirit nilai-nilai spiritual dalam bertindak dan berperilaku. Atas
keyakinan demikianlah, negara Indonesia berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa,
dan negara memberikan jaminan sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya untuk
beribadat dan beragama. Bagi semua warga tanpa kecuali tidak boleh ada sikap dan
perbuatan yang anti-Ketuhanan Yang Maha Esa dan antikeagamaan.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu
makhluk yang berbudaya dan memiliki potensi pikir, rasa, karsa, dan cipta. Dengan akal-
nuraninya manusia menyadari nilai-nilai dan norma-norma. Adil berarti wajar, yaitu
sepadan dan sesuai dengan hak dan kewajiban seseorang. Beradab, kata pokoknya adalah
adab, sinonim dengan sopan, berbudi luhur dan susila. Beradab artinya berbudi luhur,
berkesopanan, dan bersusila.

3. Persatuan Indonesia
Persatuan berarti utuh dan tidak terpecah-pecah. Persatuan mengandung pengertian
bersatunya aneka macam corak yang menjadi satu kebulatan. Sila ketiga ini mencakup
persatuan dalam arti ideologis, politik, ekonomi, sosial-budaya, dan hankam. Indonesia
sebagai negara plural yang memiliki beraneka ragam corak tidak terbantahkan lagi
merupakan negara yang rawan konflik. Oleh karenanya diperlukan semangat persatuan
sehingga tidak muncul jurang pemisah antara satu golongan dengan golongan yang lain.
Dibutuhkan sikap saling menghargai dan menjunjung semangat persatuan demi keutuhan
negara dan kebaikan bersama. Hakikat persatuan kebangsaan adalah untuk menyatukan
semua unsur kemajemukan bangsa ini, maka secara otomatis akan terjadi harmonisasi
dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian hal yang dapat dilakukan adalah
membangun jiwa dan etika politik keanekaragaman yang cocok dengan karakter
kebangsaan untuk mengatasi segala bentuk paham politik golongan dan perseorangan yang
menjadi faktor pemecah bangsa.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/


Perwakilan
Negara berasal dari rakyat dan segala kebijaksanaan dan kekuasaan yang dilakukan
senantiasa untuk rakyat. Kata kuncinya adalah demokrasi. Oleh karena itu rakyat
merupakan asal-muasal kekuasaan negara. Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan
negara, segala kebijaksanaan, kekuasaan, serta kewenangan harus dikembalikan kepada
rakyat sebagai pendukung pokok negara. Maka dalam pelaksanaan politik praktis, hal-hal
yang menyangkut kekuasaan legislatif, eksekutif, serta yudikatif, konsep pengambilan
keputusan, pengawasanserta partisipasi, harus berdasarkan legitimasi dari rakyat, atau
dengan kata lain harus memiliki “legitimasi demokratis”. Segala kekuatan dalam
masyarakat tanpa pandang bulu harus diberi akses ke dalam proses pengambilan
keputusan. Dengan dimuliakannya aspirasi rakyat dalam proses demokrasi politik di
lembaga perwakilan, rakyat juga dituntut untuk menjadi warga negara yang bijaksana, yang
memahami hak dan kewajibannya, serta bertanggung jawab dalam menjalankan partisipasi
politiknya.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Dalam penyelenggaraan negara harus berdasarkan legitimasi hukum, yaitu prinsip
“legalitas”. Negara Indonesia adalah negara hukum, oleh karena itu keadilan dalam hidup
bersama (keadilan sosial) merupakan tujuan dalam kehidupan negara. Dalam
penyelenggaraan negara, segala kebijakan, kekuasaan, kewenangan, serta pembagian
senantiasa harus berdasarkan hukum yang berlaku. Pelanggaran atas prinsip-prinsip
keadilan dalam kehidupan kenegaraan akan menimbulkan ketidakseimbangan dalam
kehidupan negara. Perwujudan negara kesejahteraan ditentukan oleh integritas dan mutu
para penyelenggara negara, disertai dukungan rasa tanggung jawab dan rasa kemanusiaan
yang terpancar pada setiap warga. Dengan etika politik dan imperatif moral sila keadilan
sosial diharapkan mampu untuk mencapai tujuan nasional kebangsaan Indonesia dalam
mewujudkan masyarakat yang adil makmur, adil, dan sejahtera dalam bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

C. ANALISIS
Penerapan Pancasila sebagai etika politik di Indonesia memiliki dampak yang
signifikan pada sistem politik, pemerintahan, dan budaya politik negara ini. Berikut adalah
beberapa analisa tentang penerapan Pancasila sebagai etika politik di Indonesia:
1. Dasar Ideologis Negara:
 Pancasila adalah dasar ideologis negara Indonesia, dan ini tercermin dalam
konstitusi negara, terutama dalam Pembukaan UUD 1945. Hal ini
menggarisbawahi komitmen negara terhadap prinsip-prinsip dasar seperti keadilan
sosial, persatuan, dan keadilan yang merujuk pada Pancasila sebagai panduan
utama bagi kebijakan dan tindakan politik.
2. Pemeliharaan Kedamaian dan Persatuan:
 Salah satu aspek penting dalam etika politik Pancasila adalah upaya untuk
memelihara perdamaian dan persatuan di tengah beragamnya masyarakat
Indonesia. Pancasila memandang persatuan sebagai nilai yang sangat penting, dan
hal ini tercermin dalam berbagai upaya untuk menghindari konflik antarsuku,
agama, dan budaya.
3. Perlindungan Hak Asasi Manusia:
 Pancasila mendorong perlindungan hak asasi manusia, yang telah menjadi bagian
penting dalam etika politik Indonesia. Prinsip-prinsip Pancasila mendorong
pemerintah untuk menghormati hak-hak warga negara, termasuk kebebasan
beragama, ekspresi, dan berorganisasi.
4. Sistem Demokrasi Pancasila:
 Pancasila mengakui pentingnya sistem demokrasi, yang tercermin dalam etika
politiknya. Indonesia memiliki sistem demokrasi yang berdasarkan hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Hal ini menciptakan ruang
bagi partisipasi warga negara dalam proses pengambilan keputusan politik.
5. Keadilan Sosial:
 Salah satu prinsip Pancasila adalah "keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."
Ini menciptakan dasar etika politik yang mengarah pada kebijakan yang berfokus
pada distribusi yang lebih merata dari kekayaan dan kesempatan, serta pengentasan
kemiskinan dan ketidaksetaraan sosial.
6. Identitas Nasional:
 Pancasila memainkan peran penting dalam membentuk identitas nasional
Indonesia. Dalam konteks etika politik, hal ini menciptakan pandangan bersama
tentang apa yang berarti menjadi warga negara Indonesia, dengan nilai-nilai
Pancasila yang menjadi fondasi etika politik yang dipegang oleh semua warga
negara.
7. Penanganan Konflik Politik:
 Pancasila telah digunakan sebagai kerangka untuk menangani konflik politik di
Indonesia. Etika politik Pancasila mendorong dialog, negosiasi, dan penyelesaian
konflik dengan damai, serta menekankan pentingnya menjaga persatuan dan
stabilitas politik.
Namun, perlu diingat bahwa penerapan Pancasila sebagai etika politik tidak selalu
berjalan mulus. Terdapat tantangan dalam menginterpretasikan dan mengimplementasikan
prinsip-prinsip Pancasila, dan dalam beberapa kasus, konflik muncul dalam upaya untuk
mencapai kesepakatan tentang bagaimana prinsip-prinsip ini harus dijalankan. Meskipun
demikian, Pancasila tetap menjadi landasan etika politik yang kuat di Indonesia dan
memainkan peran penting dalam membentuk kebijakan dan praktek politik di negara ini.

D. PENUTUP
Kesimpulan
Pancasila, dengan lima prinsip utamanya, memiliki peran sentral dalam politik
Indonesia. Prinsip-prinsip ini mencakup kepercayaan kepada Tuhan, kemanusiaan yang
adil dan beradab, persatuan, demokrasi, dan keadilan sosial. Penerapan Pancasila sebagai
etika politik telah membentuk dasar ideologis negara, mempromosikan perdamaian dan
persatuan, perlindungan hak asasi manusia, sistem demokrasi, keadilan sosial, dan identitas
nasional. Meskipun tantangan terkait interpretasi dan implementasi prinsip-prinsip
Pancasila muncul, Pancasila tetap menjadi panduan utama dalam kebijakan dan tindakan
politik di Indonesia. Etika politik Pancasila juga telah digunakan untuk menangani konflik
politik dengan pendekatan damai dan dialog.

Anda mungkin juga menyukai