Kelompok 7
“Nilai-Nilai Pancasila Dan Penerapannya”
Dosen
Disusun Oleh
Adi Putra Hamonangan (1333.001.041 / A)
Reinaldy (1333.001.063 / B)
Tommi (1333.001.032 / B)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KRISNADWIPAYA
1
BAB VII
NILAI-NILAI PANCASILA
DAN PENERAPANNYA
A. PENGERTIAN NILAI
Nilai (value) termasuk dalam pokok bahasan penting dalam filsafat. Nilai
biasanya digunakan untuk menunjuk kata benda yang abstrak, yang dapat diartikan
sebagai keberhargaan (worth) dan kebaikan (goodness).
Louis O. Kattsoff (1987: 328-329) antara lain membedakan nilai dalam dua
macam, yaitu: (1) nilai intrinsik dan (2) nilai instrumental. Nilai intrinsik adalah nilai
dari sesuatu yang sejak semula sudah bernilai, sedangkan nilai instrumental adalah
nilai dari sesuatu karena dapat dipakai sebagai sarana untuk mencapai tujuan sesuatu.
Untuk menjelaskan hal ini Kattsoff memberikan contoh sebuah pisau. Suatu pisau
dikatakan bernilai intrinsik baik apabila pisau itu mengandung kualitas-kualitas
pengirisan didalam dirinya. Disisi lain,ai dikatakan bernilai instrumental baik apabila
pisau itu dapat saya gunakan untuk mengiris.
Yang mempunyai nilai tidak hanya sesuatu yang berwujud (benda material)
saja, tetapi juga sesuatu yang tidak berwujud (imaterial). Bahkan sesuatu yang
imaterial seringkali mempunyai nilai yang sangat tinggi dan mutlak bagi manusia,
seperti nilai religius. Nilai material relatif dapat diukur dengan mudah, yaitu dengan
menggunakan alat-alat pengukur, misalnya dengan timbangan, meteran, dan
sebagainya. Adapun nilai imaterial, tidak dapt diukur dengan alat-alat pengukur
demikian, tetapi diukur dengan budi nurani manusia.
2
Dalam hubungannya dengan filsafat, nilai merupakan salah satu hasil
pemikiran filsafat yang oleh pemiliknya dianggap sebagai hasil maksimal yang paling
benar, paling bijaksana, dan paling baik. Bagi manusia, nilai dijadikan landasan,
alasan, atau motivasi dalam segala perbuatannya. Hal ini terlepas dari kenyataan
bahwa ada orang-orang yang dengan sadar berbuat lain dari kesadaran nilai dengan
alasan yang lain pula. Dalam bidang pelaksanaannya (operasional), nilai-nilai ini
dijabarkan dalam ukuran yang normatif, yang lazim disebut norma atau kaidah.
B. NILAI-NILAI PANCASILA
Jika kita ingin memahami Sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila pertama ini
mencerminkan adanya keimanan dan ketakwaan bangsa Indonesia kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Selanjutnya, Sila Kemanusian Yang Adil dan Beradab. Kemanusiaan
yang adil dan beradab adalah kesadaran sikap dan tingkah laku manusia yang
didasarkan pada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma
dan kebudayaan pada umumnya, baik terhadap diri pribadi, sesama manusia, maupun
alam sekitarnya. Sila Persatuan Indonesia, mengandung makna bahwa persatuan
bangsa Indonesia adalah persatuan bangsa berdasarkan suatu dorongan yang kuat
untuk mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang
merdeka dan berdaulat. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksaan,
3
Dalam Permusyawaratan/Perwakilan, mengandung makna bahwa rakyat dalam
menjalankan kekuasaannya memakai sistem perwakilan, sedangkan keputusan yang
dibuat berdasarkan kepentingan rakyat keseluruhannya, yang diambil melalui
musyawarah dan dijalankan dengan penuh rasa tanggung jawab, baik kepada Tuhan
Yang Maha Esa, maupun kepada rakyat yang diwakilinya. Sila Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia, mengandung makna bahwa setiap orang Indonesia
mendapat perlakuan yang adil dalam segala bidang, seperti hukum, politik, sosial,
ekonomi, dan kebudayaan.
Nilai-nilai Pancasila bagi bangsa Indonesia menjadi landasan atau dasar serta
motivasi segala perbuatannya, baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam
kehidupan kenegaraan. Dengan perkataan lain, nilai-nilai Pancasila yang menjadi das
sollen diwujudkan menjadi kenyataan (das sein).
4
C. PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA
5
5. Pengamalan Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, yang antara lain
mencakup upaya untuk mengembangkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
yang dikaitkan dengan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju
terciptanya kemakmuran yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam
sistem ekonomi yang disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
Rumusan yang panjang lebar tersebut memuat banyak unsur, yang apabila
dirinci akan nampak sebagai berikut:
1. Perlu dibentuk sistem hukum nasional yang dapat berfungsi mantap;
2. Pembentukkan dan fungsi sistem hukum nasional harus bersumber pada Pancasila
dan UUD 1945;
3. Pembentukkan dan fungsi sistem hukum nasional harus memperhatikan
kemajemukkan tatanan hukum yang berlaku;
4. Tujuannya adalah untuk menjamin kepastian, ketertiban, penegakkan, dan
perlindungan hukum, yanng berintinkan keadilan, kebenaran, serta mampu
mengamankan dan mendukung pembangunan nasional;
5. Pembangunan bidang hukum tersebut hanya mungkin terlaksana apabila didukung
oleh faktor aparatur hukum, sarana dan prasarana, dan kesadaran hukum
masyarakat.
6
Sistem hukum adalah tatanan yag terdiri dari bagian-bagian (subsistem)
hukum yang membentuk satu kesatuan yang lengkap. Bagian-bagian itu dapat
dipilah menurut banyak kriteria. Salah satu kriteria, sistem hukum dapat dibagi ke
dalam bagian:
1. Hukum publik (seperti hukum pidana, hukum tata negara, hukum administrasi
negara, hukum internasional)
2. Hukum privat (seperti hukum perdata, hukum dagang)
Dibidang materi hukum, antara lain diamanatkan agar materi hukum, baik
berupa aturan tertulis maupun tidak tertulis dapat dijadikan dasar untuk menjamin
agar masyarakat dapat menikmati kepastian hukum, ketertiban hukum, dan
perlindungan hukum yang berintikan keadilan dan kebenaran, menumbuhkan dan
mengembangkan disiplin nasional, kepatuhan hukum serta tanggung jawab sosial
pada setiap warga negara termasuk penyelenggara negara, memberi rasa aman
dan tentram, mendorong kreativitas dan peran aktif masyarakat dalam
pembangunan, serta mendorong stabilitas nasional yang mantap dan dimanis.
7
dengan sikap yang menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran, keadilan, bersih,
berwibawa, bertanggung jawab dalam perilaku keteladanan. Disadari pula bahwa
upaya meningkatan kualitas aparatur hukum menuju aparatur yang profesional
perlu ditunjang oleh sistem pendidikan dan pelatihan, termasuk kurikulum dan
manajemen pendidikan tinggi hukum, serta pembinaan profesi hukum yang
didukung oleh kelengkapan perpustakaan, khususnya dibidang hukum. Tentu
saja, termasuk dalam rangka pembinaan profesi hukum yang dimaksud, termasuk
pembinaan etika profesi hukum.
8
penelitian terhadap hukum-hukum yang ada untuk tujuan penyempurnaan
dan/atau pembaruan sesuai dengan kebutuhan bangsa Indonesia yang sedang
membangun.