Anda di halaman 1dari 20

TINDAK PIDANA MELAWAN KONSTITUSI DAN

KEAMANAN NEGARA
Pada umumnya setiap negara memiliki KUHP . KUHP itu memuat pembagian atas BAGIAN UMUM
dan BAGIAN KHUSUS.
BAGIAN UMUM: memuat dasar-dasar/prinsip-prinsip yang mempunyai kesamaan pada semua
perbuatan yang dapat dihukum atau pada semua golongan perbuatan yang
dapat dihukum.
BAGIAN KHUSUS: memuat perincian dan perumusan atas perbuatan-perbuatan yang dapat
dihukum serta ancaman hukumannya terhadap setiap perbuatan tersebut.

Dalam perkembangannya Bagian Khusus timbul terlebih dahulu daripada Bagian Umum. Pada
permulaan dibentuk lebih dahulu ketentuan-ketentuan larangan. Ketentuan-ketentuan ini
ternyata kemudian telah memiliki beberapa segi yang sama yang dapat diletakan dalam aturan-
aturan umum. Dalam perkembangannya timbul juga pengertian-pengertian dari berbagai istilah
yang berhubungan dengan hukum pidaqna. Hal inhi kemudian berkembang sebagai bagian
umum disamping ketentuan-ketentuan larangan tersebut. Akhirnya Bagian Umum menempati
bagian tersendiri, terpisah dari ketentuan-ketentuan pidana.
Bagian Umum ini mempunyai tempat tersendiri memuat dasar-dasar hukum pidana dan
pengertian istilah-istilah yang berthubungan dengan berbagai tindak pidana
• KUHP yang berlaku di Indonesia terbagi atas 3
Buku yaitu:
BUKU I : Ketentuan-ketentuan Umum
BUKU II : Kejahatan
BUKU III : Pelanggaran
PENGGOLONGAN TINDAK PIDANA
• KUHP membuat perbedaan atas semua jenis
tindak pidana dalam kejahatan dan
pelanggaran. Buku II memuat segala jenis
kejahatan, sedangkan Buku III segala jenis
pelanggaran.
Penggolongan dalam kejahatan dan
pelanggaran ini didasarkan atas perbedaan
antara “Rechtsdelicten” dan “Wetsdelicten”.
• Rechtsdelicten: perbuatan-perbuatan yang
dirasakan telah memiliki sifat tidak adil, wajar
untuk dapat dihukum, meskipun belum
terdapat UU yang melarang dan mengancam
dengan hukuman
• Wetsdelicten: perbuatan-perbuatan dapat
dihukum, karena perbuatan-perbuatan tersebut
secara tegas dinyatakan dalam UU sebagai
terlarang dan diancam dengan hukuman
Memang terhadap sandaran ini terdapat berbagai
pendapat. Di satu pihak menyatakan bahwa pada
hakekatnya rechtsdelictenpun baru dapat dilarang dan
diancam dengan hukuman apabila sudah secara tegas
diletakkan di dalam UU.
Di pihak lain berpendapat bahwa apabila ditemukan
sifat berat ringannya sesuatu tindak pidana, bentuk
yang ringan adalah pelanggaran, sedangkan yang lebih
berat dinyatakan sebagai kejahatan. Kedua-duanya
adalah merupakan rechts & wetsdelicten.
• Perbedaan tsb berlaku juga dalam tindak pidana
yang terdapat diluar KUHP yaitu dalam peraturan-
peraturan pidana khusus, misalnya tentang
narkotika, tindak pidana ekonomi, dsb. (Pasal 103
KUHP): “ketentuan-ketentuan dari delapan bab
pertama dalam Buku I ini berlaku juga bagi
perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum menurut
peraturan perundang-undangan lain, kecuali apabila
UU, peraturan umum pemerintah dan ordonansi
menentukan sebaliknya.”
• Dengan demikian Pasal 103 KUHP ini
merupakan juga suatu pengakuan adanya
peraturan-peraturan hukum pidana diluar
KUHP yang ternyata banyak jumlahnya yang
tersebar, dan bahkan akan bertambah lagi
berhubungan KUHP tidak dapat menampung
setiap perbuatan yang timbul karena
perkembangan masyarakat.
• Walaupun sudah diperkirakan oleh
pembentuk KUHP bhw KUHP hanya memuat
kejahatan dan pelanggaran yang penting saja
dan diperlakukan untuk setiap orang untuk
sepanjang masa dan untuk seluruh wilayah
negara, sedangkan peraturan-peraturan
pidana khusus akan mengisi KUHP sepanjang
diperlukan.
• Sebagaimana diketahui bhw Buku II dan Buku III
KUHP memuat perincian berbagai jenis tindak
pidana yang dikelompokkan dalam Bab-Bab
menurut sifatnya, dimana setiap Bab terdiri atas
sejumlah tindak pidana yang mempunyai sifat yang
sama atau hampir sama.
• Dalam pembagian Bab-Bab tsb. didasarkan atas
“kepentingan hukum” yang dilanggar atau yang
dibahayakan, meskipun di dalam hukum pidana
kepentingan hukum itu harus dilindungi.
• Kepentingan hukum yang harus dilindungi adalah
setiap kepentingan yang dapat mempertahankan
kepentingan dari masyarakat tanpa gangguan.
• Kepentingan hukum dapat diperinci dalam 3
jenis:
- kepentingan hukum perorangan
- kepentingan hukum masyarakat
- kepentingan hukum negara
• Sesuatu kepentingan hukum baru dapat dilindungi,
sebagai kepentingan hukum perorangan, apabila
kepentingan hukum tersebut juga merupakan
kepentingan masyarakat.
• Atas dasar kepentingan hukum tsb. maka Buku II dan
Buku III KUHP mengenal perincian atas:
- kejahatan terhadap kepentingan hukum perorangan
- kejahatan terhadap kepentingan hukum masyarakat
- kejahatan terhadap kepentingan hukum negara.
• Kejahatan terhadap kepentingan hukum
perorangan dapat dibedakan lagi sbb:
- kejahatan terhadap jiwa
- kejahatan terhadap badan dan tubuh
- kejahatan terhadap kemerdekaan pribadi
- kejahatan terhadap kehormatan
-kejahatan terhadap harta benda atau
kekayaan
BUKU II
• Memuat perincian ttg jenis-jenis kejahatan
dan terdiri atas Pasal 104 s/d Pasal 488 yang
terbagi dalam 30 Bab. Menurut anggapan bhw
pembagian dalam Bab-Bab tsb. didasarkan
setidak-tidaknya atas 3 jenis kepentingan
hukum yang dilanggar.
• Pembagian tsb dapat diperinci sbb:
a. Kejahatan terhadap kepentingan negara terdiri atas:
- Kejahatan terhadap kedudukan negara: BAB I, II, III dan IV
- Kejahatan yang berhubungan dengan kekuasaan umum: BAB VIII dan XXVIII
b. Kejahatan terhadap kepentingan masyarakat, meliputi:
- Kejahatan yang menimbulkan bahaya bagi keadaan: BAB V, VI dan XXIX
- Kejahatan pemalsuan: BAB X, XI dan XII
c. Kejahatan terhadap kepentingan perorangan terdiri atas:
- Kejahatan terhadap jiwa: BAB XIX
- Kejahatan terhadap badan: BAB XV,XX dsan XXI
- Kejahatan terhadap kemerdekaan: BAB XVIII
- Kejahatan terhadap kehormatan: BAB XIII, XVI dan XVII
- Kejahatan terhadap kekayaan orang: BAB XXII, XXIII, XXIV, XXV, XXVI,XXVII dan XXX
Ternyata BAB XXXi tdk dimasukkan dalam salah satu jenis kepentingan hukum berhubung BAB ini memuat
ketentuan tentang poemberatan hukuman atas perbuatan mengulangi melakukan kejahatan yang terdapat
dalam berbagai BAB tsb.
BUKU III
Memuat berbagai jenis pelanggaran (Pasal 489
s/d Pasal 570.
Adapun pembagian Bab-Bab tsb adalah sbb:
a. Pelanggaran terhadap kepentingan negara
meliputi:
- terhadap kedudukan negara: BAB X
- terhadap kekuasaan umum: BAB III dan VII
b.Pelanggaran terhdp kepentingan masyarakat :
BAB I, II dan III
c.Pelanggaran terhadap kepentingan perorangan
terdiri atas:
- terhadap badan orang : BAB V
- terhadap kehormatan: BAB IV
- terhadap kesopanan: BAB VI
- terhadap harta benda orang : BAB VII
Asas-Asas hukum pidana
• a. t.p. mempunyai 2 sifat:
- formil : dalam t.p. ini yang dilarang dan diancam
dengan hukuman oleh UU adalah
melakukan perbuatan. Dengan
selesainya perbuatan itu, t.p.terlaksana.
- materiil: jenis t.p. ini yg dilarang dan diancam
dengan hukuman oleh UU adalah
timbulnya suatu akibat, dg timbulnya
akibat, maka t.p.terlaksana.
• b. t.p.memiliki beberapa unsur:
- objektif : unsur ini pada umumnya dapat
terdiri atas suatu perbuatan
ataupun suatu akibat.
- subjektif: unsur ini terdiri atas suatu
kehendak atau tujuan, yang
terdapat dalam jiwa pelaku, unsur
dirumuskan dengan istilah
sengaja, niat, maksud.
• t.p. terdiri atas :
- t.p.dolus atau t.p.yang dilakukan dengan sengaja
- t.p.culpa atau t.p.yang dilakukan tanpa sengaja
• t.p. mempunyai bentuk:
- pokok dimana semua unsur dari t.p.dirumuskan
-gekwalifisir, dimana hanya disebut nama
kejahatannya disertai dengan unsur pemberatan
-geprivilegeerd, dimana juga hanya dicantumkan nama
kejahatannya yang disertai unsur peringanan
• Dalam hal ini terdapat rumusan kejahatan yang seakan-
akan merumuskan bentuk gekwalifiseerd dari bentuk
pokok, mis: pembunuhan yang direncanakan terlebih
dahulu (pasal 340) terhadap pembunuhan (Pasal 338)
• Untuk membedakan bentuk pokok dan bentuk
gekwalifiseer/geprivilegeerd, harus dilihat didalam
penyebutan unsur-unsur, yaitu dalam bentuk pokok selalu
unsur-unsur dirumujskan, sedangkan bentuk
gekwaqlifiseerd tidak menyebut kembali unsur-unsur dari
bentuk pokok.
bersambung ………….

Anda mungkin juga menyukai