Anda di halaman 1dari 2

Nama : Isa Dwika Ramadhani

NIM : 175060700111039
Mata Kuliah : B-Pendidikan Pancasila

Alkinemokiye
Film dokumenter yang berjudul Alkinemokiye berisi beberapa peristiwa dibalik
eksploitasi emas terbesar di dunia yang mengandung kesan yang sangat memilukan.
Adanya permasalahan serius antara PT Freeport Indonesia dengan rakyat papua
khususnya para karyawannya yang nantinya menimbulkan gejolak bentrokan, isu-isu
politik, dan gerakan separatis. 8.000 dari 22.000 pekerja Freeport Indonesia mogok,
menuntut kenaikan upah dari US $ 3,5 menjadi US $ 7,5 per jam. Ini adalah pemogokan
pekerja yang paling lama dan paling banyak berpartisipasi sejak mulai beroperasi di
Indonesia pada tahun 1967 dalam prosesnya terdapat korban nyawa dari pemogokan
pekerja akibat tindak kekersan aparat hingga tembakan tembakan senjata api yang
diluncurkan oleh aparat. Juli 2009 - November 2011, setidaknya 11 karyawan Freeport
dan sub-kontraktornya ditembak mati oleh orang-orang bersenjata yang tidak dikenal.
Dalam 10 tahun terakhir, Freeport menyalurkan US $ 79 juta dalam 'dana jaminan'
kepada pejabat Indonesia. Peristiwa ini hanyalah catatan kaki dalam sejarah raksasa
penambangan emas dunia. Mereka menuntut upah yang sesuai dan sebanding dengan
pekerjaan yang mereka lakukan. Dimana diketahui bahwa tiap tahun sejak abad 20
hingga tahun 2011 harga emas dunia terus mengalami kenaikan dan pendapatan
perusahaan terus bertambah. Namun kenyataannya gaji karyawan tetaplah sama dan
masih kurang dari yang selayaknya mereka dapatkan. Beberapa pekerja pensiunan
yang tidak mendapatkan uang pension dari PT Freeport dan hanya mendapatkan uang
privatisasi, bahkan sebagian mantan pekerja mengaku bahwa sudah bekerja bertahun
tahun namun belum mendapatkan bayaran penuh. Para pensiunan juga dirugikan
dengan pembagian saham yang katanya dapat diambil setelah pensiunan yang ternyata
pensiunan tersebut tidak bisa mengklaim saham tersebut. Disini terlihat adanya
ketimpangan ekonomi yang sangat besar. Para kaum kapitalis semakin kaya dan
berkuasa, sedang mereka para pekerja dipaksa tidak berkutik dengan masalah ekonomi
yang mereka derita.

Kembali mengingat sejarah berdirinya PT Freeport di Indonesia. Sejarah


mencatat bahwa saat itu papua resmi menjadi bagian dari Indonesia pada tahun 1963
di bawah pemerintahan Soekarno. Tiga tahun setelah itu di tahun 1966 Rezim Soekarno
diganti dengan Rezim Soeharto yang tengah didukung oleh bangsa Barat. Seketika
setahun kemudian pada tahun 1967 rezim yang baru itu menandatangani kontrak
selama 30 tahun dengan Freeport. Dibalik kontrak tersebut, terdapat fakta yang sangat
memprihatinkan bahwa di tahun 1969 saat referendum digelar, mereka tidak
melibatkan mayoritaas rakyat papua. Padahal disana terdapat 7 suku asli papua. Dari
sejarah berdirinya PT Freeport saja kita sudah bisa menilai, didukung dengan fakta
yang terjadi saat ini bahwa rakyat papua memang seperti sedang mengalami penjajahan
dalam bentuk baru atau yang biasa disebut dengan neo kolonialisme.

Kita tahu bahwa papua merupakan tempat ekploitasi tambang emas terbesar
didunia, namun sangat memprihatinkan karena para penduduk khususnya para pekerja
lokal tidak mendapatkan keadilan dan masih jauh dari kata sejahtera. Film ini
menggambarkan kepada kita bagaimana keberpihakan petinggi negara terhadap kaum
kapitalis, dimana negara seperti hanya dijadikan sebagai alat eksploitasi terhadap tanah
papua, rakyat papua, dan para pekerjanya. Dimulai dari tidak sebandingnya upah
mereka dengan pendapatan perusahaan khususnya pendapatan dari pihak luar negeri,
kemudian kebijakan atau janji-janji perusaahan mengenai uang pensiunan yang tidak
kunjung diberikan. Hal ini tentu sangat mengecewakan dan menyakiti hati mereka.
Dari banyaknya emas yang telah dieksploitasi di tanah papua, rakyat papua hanya
mendapatkan segelintir dari kekayaan alam tersebut yang sejatinya adalah milik
mereka.

Anda mungkin juga menyukai