Anda di halaman 1dari 10

Nama: David Hariady Silalahi

Npm: 20600086

Mata Kuliah: Hukum Ketenagakerjaan

1. Jelaskan sejarah hukum ketenagakerjaan di indonesia sebelum dan sesudah kemerdekaan!


2. Jelaskan kedudukan hukum ketenagakerjaan di bidang hukum:
a. Hukum Perdata
b. Hukum Administrasi dan
c. Hukum Pidana

3. Jelaskan Pengertian subjek dan objek hukum dalam hubungan kerja!

4. Jelaskan syarat-syarat perjanjian kerja dan jenis perjanjian kerja!

5. jelaskan pengertian sistem hubungan industrial

6. jelaskan latar belakang dan sejarah perkembangan serikat pekerja/buruh di indonesia!

Jawaban

1. 1.Masa sebelum proklamasi 17 agustus 1945, meliputi masa perbudakan, masa


penjajahan Hindia belanda, masa pendudukan jepang
2. masa pasca proklamasi 17 agustus 1945 masa pemerintahan soekarno dan soeharto
3. Masa pasca reformasi meliputi masa pemerintahan BJ Habibie, Abdul Rahman
Wahid, megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono

a.Masa Sebelum Proklamasi 17 Agustus 1945.


Pada prinsipnya di bagi tiga priode yaitu:
•Masa Perbudakan,
Pada masa perbudakan keadaan Indonesia dapat di katakan lebih baik dari Negara lain
karena telah hidup hukum adat. Pada masa itu budak adalah milik majikan. Pengertian
milik berarti menyangkut perekonomian, serta hidup matinya seseorang.
Politik hukum yang berlaku pada masa itu tergantung pada tingkat kewibawaan
penguasa (raja). Contohnya pada tahun 1877 saat matinya raja Sumba, 100 orang budak
di bunuh, agar raja itu di alam baka nanti akan mempunyai pengiring dan pelayan.
Contoh lainya budak yang di miliki suku Baree Toraja Sulawesi Tengah nasibnya lebih
baik dengan perkerjaan membantu mengerjakan sawah dan ladang. Selain itu di kenal
lembaga perhambaan (pandelingschap) dan peruluran (horigheid, perkhorigheid). Iman
Soepomo mengambarkan lembaga perhambaan dan peruluran lembaga ini terjadi apabila
ada hubungan pinjam-meminjam uang atau apabila terjadi hutang piutang. Orang yang
berhutang sampai saat jatuh tempo pelunasan belum bisa membayar hutangnya pada saat
itu pula orang yang berhutang (debitur) menyerahkan dirinya atau menyerahkan orang
lain kepada si kreditur, sebagai jaminan dan dianggap sebatas bunga dari hutang. Orang
yang diserahkan diharuskan untuk berkerja kepada orang yang memberi utang sampai
batas waktu si debitur dapat melunasi utangnya. Lembaga peruluran terjadi setelah Jan
Pieterszoon Coen pada tahun 1621 menguasai pulau banda. Semua orang yang ada di
Pulau itu di bunuh atau diangkut keluar Negeri sebagai budak. Yang sempat melarikan
diri ada yang menjadi bajak laut. Selanjutnya tanah-tanah yang masi kosong itu di
berikan atau di bagi-bagikan kepada bekas pegawai Kompeni. Orang yang di beri kebun
itu dinamakan Perk (ulur). Kepemilikan hanya sebatas pada saat orang itu tingal di
kebun itu dan wajib tanam. Hasil wajib tanam itu harus di jual kepada Kompeni dengan
harga yang di tentukan oleh kompeni. Apabila mereka pergi atau keluar dari kebun itu ia
akan kehilangan hak atas kebun itu. Wajib tanam ini kemudian menjadi bagian dari
cultuurstelsel dan berlangsung hinga tahun 1963.

•Masa Penjajahan Hindia Belanda


Pada masa itu, sebenarnya tidak untuk seluruh wilayah Indonesia karena pada saat itu
masi ada kekuasaan raja di daerah yang mempunyai kedaulatan penuh atas daerahnya.
Pada masa itu meliputi masa pendudukan Inggris, masa kerja rodi, dan masa poenale
sanctie. Tahun 1811- 1816 saat pendudukan Inggris di bawah Thomas Stamford Raffles
ia mendirikan The Java Benevolent Institution yang bertujuan menghapus perbudakan.
Cita-cita itu belum terlaksana karena kemudia Inggris di tarik mundur. Perkerjaan rodi
atau kerja paksa yang dilakukan oleh Hindia Belanda untuk melancarkan usahanya
dalam mengeruk keuntungan dari rempah-rempah untuk kepentingan politik
imperialismenya. Pembanguna sarana dan prasarana dilakukan dengan rodi.
Contohnya Hendrik Willem Daendels 1807-1811 menerpkan kerja paksa dari Anyer
Penarukan (Banyuwangi).
Rodi dibagi tiga, yaitu rodi gubernemen untuk kepentingan Gubenur dan pegawai, rodi
perorangan untuk kepentingan Kepala atau Pembesar Indonesia, rodi desa untuk
kepentingan desa.

•Masa kedudukan jepang


Pada masa Jepang mulai tanggal 12 Maret 1942 pemerintah militer membagi 3 daerah
pendudukan , yaitu Madura, Jawa, dan Sumatera yang dikontrol dari Singapura dan
Indonesia timur. Politik Hukum pada masa itu diterapkan rumusya dan kinrohosyi.
Romusa adalah tenaga kerja suka rela, kenyataannya adalah kerja paksa yang dikerahkan
dari pulau jawa dan penduduk setempat yang didatangkan dari Riau. Romusya lokal
adalah mereka yang dipekerjakan untuk jangka waktu yang pendek disebut Kinrohosyi .
b.Masa Pasca Proklamasi 17 Agustus 1945
Sejarah perkembangan hukum ketenagakerjaan Indonesia pada masa pasca Proklamasi
17 Agustus 1945, pada prinsipnya dapat dibagi dalam dua periode, yaitu masa
pemerintahan Soeharto dan masa pemerintahan Soekarno.

1. Pemerintahan Soekarno Pasca Proklamasi (1945-1958)


Peraturan ketenagakerjaan yang ada pada masa ini cenderung memberi jaminan sosial
dan perlindungan kepada buruh. Ini dapat dilihat dari beberapa peraturan di bidang
perburuhan yang diundangkan pada masa ini. Tabel Beberapa Peraturan Perundangan
Ketenagakerjaan di masa pemerintahan Soekarno dari tahun 1945 sampai dengan tahun
1958. Antara lain peraturan yang keluar adalah: 1) Undang-Undang Nomor 12 tahun
1948 Tentang Kerja Buruh, 2) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1947 Tentang
Kecelakaan Kerja, 3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1948 Tentang Pengawasan
Perburuhan, 4) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1954 Tentang Perjanjian Perburuhan
antara Serikat Buruh dan Majikan, 5) UndangUndang Nomor 22 Tahun 1957 Tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, 6) Undang-Undang Nomor 18 Tahun
1956 Tentang Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) No. 98
mengenai Dasar-dasar dari Hak Untuk Berorganisasi dan Berunding Bersama, dan 7)
Permenaker Nomor 90 Tahun 1955 Tentang Pendaftaran Serikat.

2. Pemerintahan Soekarno Masa Orde Lama (1959-1966)


Pada masa ini kondisi perburuhan dapat dikatakan kurang diuntungkan dengan sistem
yang ada. Buruh dikendalikan oleh tentara antara lain dengan dibentuknya Dewan
Perusahaan berbagai perusahaan yang diambil alih dari Belanda dalam rangka program
nasionalisasi, untuk mencegah meningkatnya pengambilalihan perusahaan Belanda oleh
buruh. Gerak politis dan ekonomis buruh juga ditandai dengan dikeluarkannya Peraturan
Penguasa Perang Tertinggi No. 4 tahun 1960 tentang Pencegahan Pemogokan dan/atau
Penutupan (lock out) di berbagai perusahaan, jawatan, dan badan vital.
Perbaikan nasib buruh terjadi karena ada gerakan buruh yang gencar melalui serikat
buruh, seperti PERBUM, SBSSK,SPSO,SBRI,SARBUFIS,SBIMM,SBIRBA.

3.Pemerintahan Soeharto di Masa Orde Baru


pada masa ini kebijakan industrialisasi yang dijalankan pemerintah Orde Baru juga
mengimbangi kebijakan yang menempatkan stabilitas nasional sebagai tujuan dengan
menjalankan industrial peace khususnya sejak awal Pelita III (1979-1983), menggunakan
sarana yang diistilahkan dengan HPP (Hubungan Perburuhan Pancasila). Serikat Pekerja
di tunggalkan dalam SPSI. Merujuk pada UndangUndang Nomor 18 Tahun 1956 tentang
ratifikasi Konvensi ILO Nomor 98 Tahun 1949 mengenai Berlakunya Dasar daripada
Hak Untuk Berorganisasi dan Berunding Bersama, serta Peraturan Menakertranskop
Nomor 8/EDRN/1974 dan Nomor 1/MEN/1975 perihal Pembentukan Serikat
Pekerja/Buruh di Perusahaan Swasta dan Pendaftaran Organisasi Buruh, terlihat bahwa
pada masa ini kebebasan berserikat tidak sepenuhnya dilaksanakan oleh pemerintah.
Peran Militer dalam prakteknya sangat besar20 misal dalam penyelesaian perselisihan
perburuhan.
c.Masa Pasca Reformasi meliputi masa pemerintahan BJ Habibie, Abdul Rahman
Wahid, Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono.
1. Pemerintahan B.J. Habibie (1998-1999)
a. Pada 5 Juni dikeluarkan Keputusan Presiden No. 83 tahun 1998 yang mengesahkan
Konvensi ILO NO. 87 tahun 1948 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak
untuk Berorganisasi ( Concerning Freedom of Association and Protection of the Right to
Organise) berlaku di Indonesia.

b. Meratifikasi K.ILO tentang Usia Minimum untuk diperbolehkan Bekerja/Concerning


Minimum Age for Admission to Employment ( Konvensi No .138 tahun 1973) yang
memberi perlindungan terhadap hak asasi anak dengan membuat batasan usia untuk
diperbolehkan bekerja melalui UU No. 20 tahun 1999.

c. Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (HAM) Indonesia tahun 1998-2003 yang
salah satunya diwujudkan dengan pengundangan UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia, dan Peraturan Pemerintah Pengganti UU (Perppu) No. 1 tahun 1999
tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

2. Pemerintahan Abdurrahman Wahid (1999-2001)


Dilihat dari peraturan ketenagakerjaan yang dihasilkan, pemerintahan Abdurrahman
Wahid ini dinilai sangat melindungi kaum pekerja/buruh dan memperbaiki iklim
demokrasi dengan UU serikat pekerja/ serikat buruh yang dikeluarkannya UU No 21
tahun 2000

3. Pemerintahan Megawati Soekarno Putri (2001-2004)


Peraturan perundangan ketenagakerjaan yang dihasilkan di antaranya yang sangat
fundamental adalah Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang
menggantikan sebanyak 15 peraturan ketenagakerjaan, sehingga Undang-Undang ini
merupakan payung bagi peraturan lainnya. Undang-Undang yang juga sangat
fundamental lainnya adalah UU No.2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial yang disahkan pada 14 Januari 2004 dan UU No. 39 tentang
Perlindungan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri

4.Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2009)


Pada masa pemerintahan ini, beberapa usaha dilakukan untuk memperbaiki iklim
invetasi, menuntaskan masalah pengangguran, meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Kebijakan di bidang ketenagakerjaan sehubungan dengan hal di atas, kurang mendapat
dukungan kalangan pekerja/buruh.

2. a. Kedudukan hukum perdata dalam hukum ketenagakerjaan ialah mengatur perorangan


misalnya pembuatan perjanjian kerja
b. Kedudukan hukum pidana dalam hukum ketenagakerjaan ialah pemerintah ikut
campur tangan dalam masalah-masalah perburuhan serta adanya sanksi pidana dalam
hukum perburuhan, buruh perlu dilindungi oleh negara melalui campur tangan
pemerintah. Bentuk perlindungan yang diberikan pemerintah adalah membuat peraturan-
peraturan yang mengikat buruh dan majikan,membina dan mengawasi proses hubungan
industrial.
c. Kedudukan Hukum administrasi dalam hukum ketengakerjaan ialah terdapat dua hal
yang diperhatikan ketika melihat hukum administrasi yaitu subjek hukum dalam
penyelenggaran negara dan bagaimana perannya. Subjek hukum dalam penyelenggaran
negara menyangkut tiga hal yaitu pejabat, lembaga dan warga negara. Dalam hal ini
pejabat adalah pejabat negara yang tunduk pada ketentuan hukum administrasi. Perannya
berkaitan dengan menjalankan fungsi negara dalam pembuatan peraturan atau pemberian
izin(bestuur), bagaimana negara melakukan pencegahan terhadap sesuatu hal yang dapat
terjadi dan bagaiamana hukumnya. Pemerintah sebagai penyelenggara negara dibidang
ketenagakerjaan harus dapat melaksanakan ketiga fungsi dengan baik.

3. a. Subjek Hukum Ketenagakerjaan


1) Pekerja
Pekerja adalah tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja pada pengusaha
dengan menerima upah.” (Pasal 1 Angka 3 UU Nomor 25 Tahun 1997 Tentang
Ketenagakerjaan). “Pekerja (2) adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima
gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain.” (Pasal 1 Angka 11 UU Nomor 40 Tahun
2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional). “Pekerja (3) adalah setiap orang
yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain.” (Pasal 1
Angka 8 UU Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial).
“Pekerja (4) adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan
dalam bentuk lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.” (Pasal 1
Angka 4 Undang Undang Nomor 4 Tahun 2016 tentang Tabungan Perumahan
Rakyat). Pekerja atau buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah
atau imbalan dalam bentuk apapun. Pengertian mengenai pekerja tersebut diatur
dalam pasal 1 angka (4) Undang Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan. Pengertain yang dimaksud dalam UU diatas merupakan pengertian
yang umum dan maknanya luas, itu berarti pekerja adalah semua orang yang bekerja
kepada siapa saja, baik itu kepada perorangan, kepada badan hukum atau badan
lainnya dengan menerima imbalan atau upah dalam berbagai bentuk apapun. Upah
atau imbalan dalam berbagai bentuk apapun dalam pengertian tersebut perlu
ditegaskan, karena selama ini upah slalu diidentikkan dengan uang, padahal
penerimaan upah atau imbalan yang diterima pekerja ada juga yang berbentuk
barang, itu artinya penerimaan upah atau imbalan yang diterima pekerja tidak selalu
dalam bentuk uang.
2). Pengusaha
Pengusaha adalah setiap orang yang menjalankan perusahaan, dengan memberikan
pekerjaan kepada orang lain dan pemberian imbalan dalam bentuk upah atas
pekerjaan yang telah dilakukan oleh si pekerja.
3). Organisasi Buruh atau Serikat Pekerja
Organisasi buruh atau serikat pekerja merupakan alat utama bagi buruh atau pekerja
yang berfungsi sebagai pelindung dan untuk memperjuangkan kedudukan pekerja
dalam memperbaiki nasib.

b. Objek Hukum Ketenagakerjaan, Objek Hukum Ketenagakerjaan yaitu segala sesuatu


yang menjadi tujuan diberlakukannya Hukum Ketenagakerjaan. Yang menjadi objek
Hukum Perburuhan:
1).Sanksi hukum yang terlaksana dengan baik yang bersifat administratif maupun
sanksi pidana akibat dari pelanggaran ketentuan yang diatur dalam Undang-undang.
2).Ganti rugi yang terpenuhi bagi pihak yang dirugikan, akibat dari adanya
wanprestrasi atau ingkar janji yang dilakukan oleh pihak lain, dalam perjanjian yang
telah disepakati sebelumnya.

4. Syarat-syarat perjanjian kerja

Di dalam dokumen perjanjian kerja, ada syarat sah yang perlu dipenuhi. Berikut syarat
perjanjian kerja bersumber dari Kementerian Ketenagakerjaan

a. Kesepakatan kedua belah pihak

b. Kemampuan/kecakapan melakukan perbuatan hukum

c. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan

d. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan ketertiban umum, kesusilaan, dan


peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e. Pekerjaan tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Perusahaan (PP) dan


Perjanjian Kerja Bersama (PKB)

Jenis perjanjian kerja

Di Indonesia ada dua jenis perjanjian kerja yaitu: PKWT dan PKWTT. Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu (PKWT) merupakan hubungan kerja dalam waktu tertentu. Hal ini
didasarkan pada durasi suatu pekerjaan tertentu. PKWT dibuat secara tertulis dengan
menggunakan bahasa Indonesia dan huruf latin.

Pekerjaan yang masuk dalam PKWT bersifat tidak tetap. Ini berarti, pekerjaan uang
bersifat tetap tidak bisa masuk dalam PWKT.

Biasanya jenis pekerjaan ini tidak ada masa percobaan atau probation. Jenis pekerjaan
dalam PKWT adalah pekerjaan yang sekali selesai atau sementara. Durasi penyelesaian
pekerjaan tersebut tidak terlalu lama.
Pekerjaan musiman juga masuk dalam PKWT. Pekerjaan yang berhubungan dengan
produk dan kegiatan baru masuk dalam PKWT. Selain itu, produk tambahan yang masih
dalam masa percobaan juga termasuk jenis ini.

Pekerjaan Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) merupakan hubungan kerja yang
bersifat tetap. Tidak ada batasan waktu dalam PWKTT sampai usia pensiun atau pekerja
meninggal dunia. PWKTT dibuat bisa tertulis maupun lisan. Masa percobaan boleh
diadakan untuk jenis perjanjian kerja ini.

5. Hubungan Industrial disebut juga dengan hubungan perburuhan. Istilah hubungan


perburuhan seolah-olah memberi kesan yang sempit, seakan-akan hanya menyangkut
hubungan antara pengusaha dan pekerja. Pada dasarnya masalah hubungan Industrial
mencakup aspek yang luas, yakni aspek sosial budaya , psikologi, ekonomi, politik,
hukum dan hankamnas, sehingga hubungan industrial tidak hanya mencakup pengusaha
dan pekerja, namun melibatkan pemerintah dan masyarakat dalam arti luas.
Dengan demikian penggunaan istilah hubungan industrial lebih tepat daripada hubungan
perburuhan. Dengan demikian penggunaan istilah hubungan industrial lebih tepat
daripada hubungan perburuhan. Pengertian hubungan industrial berdasarkan Pasal 1
angka 16 UU No 13 tahun 2003 adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara
pelaku dalam proses produksi barang dan/ atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha,
pekerja/buruh dan pemerintah berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

6. Gerakan serikat pekerja di Indonesia mempunyai sejarah panjang. Gerakan organisasi


buruh Indonesia dimulai sejak abad XIX (1879) yang ditandai dengan lahirnya NIOG
(Netherland Onder Werpen Genoottschaft) sebagai serikat pekerja pertama yang
mengorganisir guru-guru di sekolah Belanda. Setelah itu, lahir serikat pekerja lain
berdasarkan sektor dan profesinya. Pembentukan serikat pekerja di kalangan pekerja
Belanda ini telah mendorong terbentuknya serikat pekerja di kalangan pekerja Indonesia.

Tahun 1908, Vereneging Van Spoor en Trem Personeel (VSTP) –serikat pekerja dari
kalangan pekerja Indonesia– terbentuk. Setelah Indonesia merdeka, perkembangan
serikat pekerja di Indonesia berkembang dengan sangat cepat. Banyak partai politik
yang membentuk serikat pekerja, antara lain Nahdlatul Ulama (NU) membentuk Serikat
Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi), Partai Nasional Indonesia (PNI) membentuk
Kesatuan Buruh Marhaenis (KBM), Partai Komunis Indonesia (PKI) membentuk
Kesatuan Buruh Marhaenis (SOBSI). PNI juga berperan melahirkan serikat-serikat
buruh sperti Persatuan Sopir Motoris Indonesia, Sarekat Anak Kapal Indonesia (SAKI)
di Tanjung Priok, Persatuan Djongos Indonesia (PDI), dan Oost Java Spoor Bond
Indonesia di Surabaya.

SOBSI yang berafiliasi dengan PKI merupakan organisasi buruh pertama setelah perang
dunia kedua. Keberadaannya dinilai cukup penting dalam peta kondisi politik Indonesia
saat itu yang dipengaruhi sosialis dan komunis.

Pada era pemerintahan Soeharto , SOBSI dibubarkan karena dianggap sebagai kaki-
tangan PKI. Pemerintah Soeharto kemudian membentu organsasi Serikat Pekerja
Seluruh Indonesi (SPSI). Saat itu eranya organisasi tunggal. SPSI menjadi pusat
organisasi gerakan buruh seluruh Indonesia sebagai wadah tunggal pekerja Indonesia
selama masa orde baru.

Di era reformasi, muncul fenomena baru di dalam hubungan industrial di Indonesia,


yaitu munculnya serikat pekerja-serikat pekerja baru. SPSI pun tidak lagi menjadi
wadah tunggal dan berubah menjadi organisasi independen, sebagaimana serikat pekerja
lainnya sesuai dengan ketentuan UU Serikat Pekerja: “Serikat pekerja bersifat bebas,
terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab”

Anda mungkin juga menyukai