Zaman Perbudakan: Situasi di mana seseorang, disebut bidak, bekerja di bawah perintah pemilik
budak tanpa hak atas kehidupannya.
Zaman Kerja Paksa/Rodi: Sistem kerja awalnya gotong royong, namun berubah menjadi kerja
paksa tanpa upah, bahkan lebih kejam dari zaman perbudakan.
Zaman Punale Sanksi (Poenale Sanctie): Periode di mana pekerja yang menolak pekerjaan
dihukum dengan denda atau kerja paksa.
Sistem Perhambaan & Peruluhan: Praktik di mana seseorang meminjam uang dengan
menggadaikan dirinya atau orang lain untuk melakukan pekerjaan hingga hutang lunas.
Dalam era orde lama merupakan era kebebasan berserikat, hal ini sejalan dengan kebebasan
berpolitik dibawah presiden Sukarno dan Kondisi buruh dan tenaga kerja di Indonesia mengalami
perbaikan, Pemerintah Orde Lama mengeluarkan beberapa peraturan perundang-undangan yang
memberi perlindungan kepada tenaga kerja yaitu :
Hukum ketenagakerjaan pada era Orde Lama memberikan jaminan HAM kepada kaum buruh
dengan melindungi mereka dalam berbagai konflik dengan perusahaan. Serikat buruh memiliki
peran penting dalam menyelesaikan kasus-kasus buruh dan pengusaha. Negara berkewajiban
mengawasi pelaksanaan aturan perburuhan di perusahaan sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan. Sebagai bentuk komitmen terhadap HAM, beberapa konvensi ILO telah diratifikasi pada
masa tersebut.
Namun Sistem perburuhan saat itu merugikan buruh karena mereka dikuasai dan dikendalikan oleh
tentara melalui Dewan Perusahaan di perusahaan-perusahaan yang dinasionalisasi dari Belanda,
sebagai langkah untuk menghentikan buruh mengambil alih perusahaan Belanda.
Selama Orde Lama, serikat buruh berperan dalam politik dan dituduh oleh rezim Orde Baru sebagai
basis gerakan komunis di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah mengawasi, mengubah, dan
mengganti organisasi buruh. Pada awal Orde Baru, Majelis Permusyawaratan Buruh Indonesia
(MPBI) dibentuk untuk menyatukan semua organisasi buruh. MPBI kemudian menjadi Federasi
Buruh Seluruh Indonesia (FBSI) pada tahun 1973, yang kemudian berubah menjadi Konfederasi
Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) pada tahun 1985. Semua serikat buruh di Indonesia harus
bergabung dengan KSPSI. Pemerintah merumuskan sistem Hubungan Industrial Pancasila (HIP) untuk
mengendalikan KSPSI, yang melarang serikat lain dan mogok karena dianggap bertentangan dengan
Pancasila.
Peraturan dan UU Ketenagakerjaan yang disusun dan diundangkan pada masa ORBA, yaitu:
Era reformasi membawa perubahan signifikan dalam perlakuan pemerintah terhadap buruh. Mereka
kini memiliki kebebasan berserikat yang dilindungi oleh undang-undang, serta kebebasan
berekspresi. Regulasi perburuhan juga berubah drastis, seperti dengan dikeluarkannya UU No. 21
tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Buruh yang mengatur kebebasan berserikat, UU No. 13 tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan, dan UU No. 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial (PPHI). PPHI ini mencakup penyelesaian bipartit, mediasi, konsiliasi, arbitrase,
dan pengadilan hubungan industrial di PN, menggantikan kewenangan P4D/P4P. Pengadilan
Hubungan Industrial menjadi puncak penyelesaian konflik buruh, serikat buruh, dan majikan.
Keputusan Presiden No. 83 Tahun 1998 yang mensahkan Konvensi ILO No.87 Tahun 1948
tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi (Concerning Freedom
of Association and Protection of the Right to Organise) berlaku di Indonesia.
Ratifikasi keputusan ILO tentang Usia Minimum untuk diperbolehkan Bekerja/Concerning
Minimum Age for Admission to Employment (Konvensi No. 138 tahun 1973) yang memberi
perlindungan terhadap hak asasi anak dengan membuat batasan usia untuk diperbolehkan
bekerja melalui UU No. 20 Tahun 1999.
Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (HAM) Indonesia Tahun 1998-2003 yang salah satunya
diwujudkan dengan pengundangan UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, dan
Peraturan Pemerintah Pengganti UU (Perppu) No. 1 tahun 1999 Tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia (diundangkan dengan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Peradilan HAM.
UU No 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh
UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Undang-Undang yang juga sangat fundamental lainnya adalah UU No. 2 Tahun 2004 Tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial yang disahkan pada 14 Januari 2004 dan
Undang-Undang No. 39 tahun 2004 Tentang Perlindungan dan Penempatan Tenaga Kerja
Indonesia di Luar Negeri.
Undang-undang No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN
UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
UU No. 1 Tahun 2008 tentang Pengesahan Konvensi ILO No. 185 mengenai Dokumen Identitas
Pelaut Tahun 1958
UU No. 29 Tahun 2009 tentang Perubahan UU No. 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian
PP No. 23 Tahun 2004 tentang BNSP
Kepres No. 107 Tahun 2004 tentang Dewan Pengupahan
Perpres No. 50 Tahun 2005 tentang Lembaga Produktifitas Nasional
PP No. 8 tahun 2005 tentang Tata Kerja dan dan Susunan Lembaga Kerja Sama Tripartit
PP No. 46 Tahun 2008 tentang Perubahan PP No. 8 tahun 2005 tentang Tata Kerja dan dan
Susunan Lembaga Kerja Sama Tripartit
PP No. 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional
PP No. 15 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan
Penyusunan serta Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja
Alasan hubungan dan kedudukan antara pemerintah dengan pekerja/buruh terus berkembang dari
era ke era adalah karena dinamika sosial, politik, dan ekonomi yang terus berubah. Perkembangan
hukum ketenagakerjaan mencerminkan upaya untuk menyesuaikan aturan dan regulasi dengan
tuntutan dan kebutuhan zaman, serta untuk meningkatkan perlindungan hak dan kesejahteraan
buruh secara keseluruhan.
Sumber Referensi:
BMP ADBI4336 : Hukum Ketenagakerjaan, Tangerang Selatan: Universitas terbuka, 2022. Hal: 1.4-
1.23
Materi Inisiasi 1 : Hukum Ketenagakerjaan, Sejarah Hukum Ketenagakerjaan dan Ratifikasi Konvensi
ILO, Slide 1-9.