Anda di halaman 1dari 15

YAYASAN TRI BHAKTI LANGLANGBUANA

UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
FAKULTAS HUKUM
Jl. Karapitan No. 116 Telp. 022-4218085, Fax. 4237144 Bandung 40261

Ujian Tengah Semester (UTS)


Nama : Vianka Meisya Azzahra
NPM : 41151010200002
Mata Kuliah : Hukum Ketenagakerjaan
Semester/Kelas : 3/A1
Waktu : Selasa, 16 November 2021
Pukul : 08.00—selesai
Dosen Pengampu : 1. Dr. Hj. Yeti Kurniati, S.H., M.H.
2. Dr. Hj. Iemas Masithoh M. Noor, S.H., M.H.
Program Studi : Ilmu Hukum
Universitas : Langlangbuana
SOAL:
1. Jelaskan secara lengkap dengan landasan yuridis tentang sejarah hukum
ketenagakerjaan:
a. Pra Kemerdekaan
b. Pasca Kemerdekaan, pada zaman;
1) Pemerintahan Presiden Soekarno 1945—1958, 1959—1966
2) Pemerintah Presiden Soeharto 1967—1998
3) Pemerintahan Presiden BJ. Habibie (1998—1999)
4) Presiden Abdurrahman Wahid (1999—2001)
5) Presiden Megawati Soekarnoputri (2001—2004)
6) Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004—2009, 2009—2014)
7) Presiden Joko Widodo (2014—2019, 2019—sekarang)
Jawaban :
a. Pra Kemerdekaan:
A. Perbudakan
Legalisasi: sebuah aturan yang dikenal sebagai Black Code dari Jean-Baptiste Colbert
(1619-1683), dengan instrument hukum memasukkan perbudakan ke dalam system legal.
Di Prancis legalisasi terhadap perbudakan terlihat secara implicit melalui “Dekrit tahun
1685, di mana dalam Dekrit ini diatur hukuman yang diterapkan oleh tuan para budak
pada mereka (budak),
 Di Nusantara pada tahun 1811-1816 masa pendudukan  Inggris dengan tokohnya Thomas
Stanford Raffles  dikenal sebagai anti perbudakan, di tahun 1816  mendirikan “The Java
benevolent institution” semacam  lembaga dengan tujuan penghapusan perbudakan.
 Masa pendudukan Nederland pada 1817 dengan adanya peraturan  tentang larangan
memasukkan budak ke Pulau Jawa  (Stb. 1817 No. 42).
 Selanjutnya dikeluarkanlah peraturan-peraturan  lainnya guna mendukung
Regeringsreglement tersebut  di antaranya:
 Pendaftaran Budak Stb 1819 No. 58, Stb 1820 No. 22 a  dan 34, Stb. 1822 No. 8, Stb
1824 No. 11, Stb. 1827 No.  20, Stb 1834 No. 47, Stb. 1841 No. 15.
 Pajak atas pemilikan budak: Stb. 1820 No. 39 a, stb.  1822 No. 12 a, stb. 1827 No.
81, Stb. 1828 No. 52,  Stb.1829 No. 53, Stb. 1830 No. 16, Stb. 1835 No. 20  dan 53,
Stb. 1836 No. 40.
 Larangan Pengangkutan Budak Kanak-kanak di bawah  umur 10 tahun: Stb. 1829 No. 29,
Stb. 1851 No 37.
 Pendaftaran anak budak: Stb. 1833 No. 67.
 Pembebasan dari perbudakan bagi pelaut yang  dijadikan budak : Stb 1848
No. 49.
 Penghapusan perbudakan di Indonesia terjadi secara  berangsur, ditandai dengan
beralihnya hubungan ini  dan diganti dengan sistem “perhambaan”.
- Peraturan Menghapus Perbudakan
Perlawanan fisik atas perbudakan. Perlawanan  yang terjadi pada 1791 di Santo
Domingo  (sekarang Haiti dan Republik Dominika)  memainkan peran krusial dalam
penghapusan  perdagangan budak trans-Atlantik, dan  momen itu oleh PBB diperingati
sebagai titik  awal penghapusan perbudakan di dunia.

B. Perhambaan
Sistem ini dapat dikatakan pelunakan dari perbudakan (pandelingschap) dengan
menetapkan sejumlah uang sebagai utang (pinjaman) dari si-hamba (bekas budak)
kepada si bekas pemilik (disebut juga pemegang gadai karena diibaratkan adanya
peristiwa pinjam meminjam uang dengan jaminan pembayarannya adalah diri si
peminjam/berutang).
- Aturan Melarang Perhambaan
Larangan terhadap praktek Perhambaan justru telah ada sebelum digencarkannya
larangan perbudakan, tercatat di Tahun 1616 sudah ada larangan praktek perhambaan.
Salah satu aturan terhadap larangan ini adalah Regelingreglement 1818 dan Stb. 1822
No. 10.
C. Kerja Rodi
Rodi yang berlangsung di Indonesia digolongkan dalam tiga golongan:
1. Rodi-gubernemen, yaitu rodi untuk kepentingan gubernemen dan para
pegawaianya (herendienst);
2. Rodi perorangan, yaitu rodi untuk kepentingan kepala-kepala dan pembesar-
pembesar Indonesia (persoonlijke diensten);
3. Rodi-desa, yaitu rodi untuk kepentingan desa (desa diensten).
D. Poenale Sanctie
 "Agrarische Wet" (Undang-Undang Agraria) tahun 1870 yang mendorong
timbulnya perusahaan perkebunan swasta besar, soal perburuhan menjadi
sangat penting.
 Hubungan antara majikan dan buruh pada mulanya diatur oleh “Politie Straaf
Reglement” (Peraturan Pidana Polisi) yang lebih melindungi kepentingan
majikan peraturan ini dihapuskan pada tahun 1879.
 Hubungan antara majikan dan buruh pada mulanya diatur oleh “Politie Straaf
Reglement” (Peraturan Pidana Polisi) yang lebih melindungi kepentingan
majikan peraturan ini dihapuskan pada tahun 1879.
b. Pasca Kemerdekaan, pada zaman;
1) - Pemerintahan Presiden Soekarno Pasca Proklamasi (1945—1958)
Peraturan ketenagakerjaan yang ada pada masa ini cenderung memberi jaminan
sosial dan perlindungan kepada buruh, dapat dilihat dari beberapa peraturan di
bidang perburuhan yang diundangkan pada masa ini.

Tabel Beberapa Peraturan Perundangan Ketenagakerjaan di Masa Pemerintahan


Soekarno – 1945 s/d 1958

No Peraturan Ketenagakerjaan

1 UU No. 12 tahun 1948 Tentang Kerja

2 UU No. 33 Tahun 1947 Tentang Kecelakaan Kerja

3 UU No. 23 Tahun 1948 Tentang Pengawasan Perburuhan

4 UUNo. 21 Tahun 1954 Tentang Perjanjian Perburuhan


antara Serikat  Buruh dan Majikan

5 UUNo. 22 Tahun 1957 Tentang Penyelesaian Perselisihan


Hubungan  Industrial

6 UU No. 18 Tahun 1956 Tentang Persetujuan Konvensi Organisasi 


Perburuhan Internasional (ILO) No. 98 mengenai Dasar-dasar dari Hak  Untuk
Berorganisasi dan Berunding Bersama

7 Permenaker No. 90 Tahun 1955 Tentang Pendaftaran Serikat Buruh

- Pemerintahan Soekarno Masa Orde Lama (1959-1966)


 Pada masa ini kondisi perburuhan dapat dikatakan kurang diuntungkan
dengan sistem yang ada. Buruh dikendalikan oleh tentara antara lain dengan
dibentuknya Dewan Perusahaan diperusahaan- perusahaan yang diambil
alih dari Belanda dalam rangka program nasionalisasi, untuk mencegah
meningkatnya pengambil alihan perusahaan Belanda oleh buruh.
 Gerak politis dan ekonomis buruh juga ditandai dengan dikeluarkannya
Peraturan Penguasa Perang Tertinggi No. 4 Tahun 1960 Tentang
Pencegahan Pemogokan dan/atau Penutupan (lock out) di perusahaan-
perusahaan, jawatan-jawatan dan badan-badan vital.
 Perbaikan nasib buruh terjadi karena ada gerakan buruh yang gencar
melalui Serikat-serikat Buruh seperti PERBUM, SBSKK, SBPI, SBRI,
SARBUFIS, SBIMM, SBIRBA.
2) Pemerintah Presiden Soeharto 1967—1998 di Masa Orde Baru
 Kebijakan industrialisasi yang dijalankan pemerintah Orde Baru juga
mengimbangi kebijakan yang menempatkan stabilitas nasional sebagai tujuan
dengan menjalankan industrial peace khususnya sejak awal Pelita III (1979-
1983), menggunakan sarana yang diistilahkan dengan HPP (Hubungan
Perburuhan Pancasila).
 Serikat Pekerja di tunggalkan dalam SPSI. Merujuk pada UU No. 18
Tahun 1956 tentang ratifikasi Konvensi ILO No. 98 Tahun 1949
mengenai Berlakunya Dasar daripada Hak Untuk Berorganisasi dan
Berunding Bersama, serta Peraturan Menakertranskop No.
8/EDRN/1974 dan No. 1/MEN/1975 perihal Pembentukan Serikat
Pekerja/Buruh Di Perusahaan Swasta Dan Pendaftaran Organisasi Buruh
terlihat bahwa pada masa ini kebebasan berserikat tidak sepenuhnya
dilaksanakan oleh pemerintah.
 Peran Militer dalam prakteknya sangat besar misal dalam penyelesaian
perselisihan perburuhan.

3) Pemerintahan Presiden BJ. Habibie (1998—1999)


a. Pada 5 Juni dikeluarkan Keputusan Presiden No. 83 Tahun 1998 yang
mensahkan Konvensi ILO No.87 Tahun 1948 tentang Kebebasan
Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi (Concerning
Freedom of Association and Protection of the Right to Organise) berlaku
di Indonesia.
b. Meratifikasi K.ILO tentang Usia Minimum untuk diperbolehkan
Bekerja/Concerning Minimum Age for Admission to Employment
(Konvensi No. 138 tahun 1973) yang memberi perlindungan terhadap hak
asasi anak dengan membuat batasan usia untuk diperbolehkan bekerja
melalui UU No. 20 Tahun 1999.
c. Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (HAM) Indonesia Tahun
1998-2003 yang salah satunya diwujudkan dengan pengundangan UU No.
39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, dan Peraturan Pemerintah
Pengganti UU (Perppu) No. 1 tahun 1999 Tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia.

4) Presiden Abdurrahman Wahid (1999—2001)


Dilihat dari peraturan ketenagakerjaan yang dihasilkan, pemerintahan
Abdurrahman Wahid ini dinilai sangat melindungi kaum pekerja/buruh dan
memperbaiki iklim demokrasi dengan UU serikat pekerja/serikat buruh yang
dikeluarkannya yaitu UU No 21 Tahun 2000.
5) Presiden Megawati Soekarnoputri (2001—2004)
peraturan perundangan ketenagakerjaan dihasilkan, di antaranya yang sangat
fundamental adalah UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
yang menggantikan sebanyak 15 (limabelas) peraturan ketenagakerjaan,
sehingga Undang-Undang ini merupakan payung bagi peraturan lainnya.
- Undang-Undang yang juga sangat fundamental lainnya adalah UU No. 2 Tahun
2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial yang disahkan pada
14 Januari 2004 dan UU No. 39 Tentang Perlindungan dan Penempatan Tenaga
Kerja Indonesia di Luar Negeri.

6) Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004—2009, 2009—2014)


Di masa pemerintahan ini beberapa usaha dilakukan untuk memperbaiki iklim
investasi, menuntaskan masalah pengangguran, meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
Kebijakan di bidang ketenagakerjaan
sehubungan dengan hal di atas, kurang mendapat dukungan kalangan
pekerja/buruh
- Beberapa aturan :
a. Inpres No. 3 Tahun 2006 Tentang Perbaikan iklim Investasi, salah
satunya adalah agenda untuk merevisi UU No. 13 Tahun 2003, mendapat
tentangan pekerja/buruh.
b. Pengalihan jam kerja ke hari sabtu dan minggu demi efisiensi pasokan
listrik di Jabodetabek.
c. Penetapan kenaikan upah harus memperhatikan tingkat pertumbuhan
ekonomi dan laju inflasi.

7) Presiden Joko Widodo (2014—2019, 2019—sekarang)


a. Kebijakan Upah Minimum Propinsi dalam PP No. 78 Tahun 2015 tentang
pengupahan.
b. Perpres No. 20 Tahun 2018, tentang Tenaga Kerja Asing, dibuat dengan
pertimbangan mendukung perekonomian nasional dan perluasan kesempatan
kerja melalui peningkatan investasi.
c. Perpres No. 82 Tahun 2018 tentang jaminan kesehatan.
d. UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020).

2. Jelaskan Pengertian tentang Hukum Ketenagakerjaan!


a. Menurut UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
b. Menurut para pakar
c. Jelaskan unsur-unsur hukum ketenagakerjaan, landasan pembangunan hukum
ketenagakerjaan
1) Landasan Ideal
2) Landasan Konstitusional
d. Jelaskan asas, tujuan dan sifat pembangunan hukum ketenagakerjaan
e. Jelaskan (1) perbedaan buruh dan pegawai negeri, (2) Landasan hukumnya
Jawaban :
a.Pengertian Hukum Ketenagakerjaan Menurut UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
- Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakejaan memberikan
definisi mengenai ketenagakerjaan sebagai segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja
pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.
- Istilah ketenagakerjaan berasal dari kata kerja “tenaga kerja”, yang mempunyai pengertian
sebagai setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa
baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. (Pasal 1 angka 2).
b. Pengertian Hukum Ketenagakerjaan menurut para pakar :
 Menurut A.N. MOLENAAR : Bagian dari hukum yang berlaku, yang pada pokoknya
mengatur hubungan antara buruh dengan buruh, buruh dengan majikan, buruh dengan
penguasa, dan antara pengasa dengan pengusaha.
 Menurut NEH VAN ASVELD : Bagian hukum positif yang tidak hanya meliputi
hubungan kerja yang dilakukan di bawah pipinan, tetapi termasuk pula pekerjaan yang
dilakukan atas tanggung jawab sendiri.
 Menurut M.G. LEVENBACH : Hukum yang berkenaan dengan hubungan kerja, di mana
pekerjaan itu dilakukan di bawah suatu pimpinan, dan dengan keadaan penghidupan yang
langsung bersangkut-paut dengan hubungan kerja itu.

c. - Unsur-unsur Hukum Ketenagakerjaan:


1. Serangkaian peraturan yang berbentuk tertulis dan tidak tertulis;

2. Mengatur tentang kejadian hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha atau
majikan;

3. Adanya orang bekerja pada dan di bawah orang lain dengan mendapat upah
sebagai balas jasa;

4. Mengatur perlindungan pekerja/buruh, meliputi masalah keadaan sakit, haid,


hamil, melahirkan, keberadaan organisasi pekerja/buruh dan sebagainya.
Menurut Abdul Khakim hukum ketenagakerjaan tidak mencakup :

1. Swapekerja;

2. Kerja yang dilakukan untuk orang lain atas dasar kesukarelaan;dan

3. Kerja seorang pengurus atau wakil suatu organisasi atau perkumpulan

- Landasan pembangunan hukum ketenagakerjaan :


1) Landasan Idil : Pancasila
2) Landasan Konstitusional : UUD 1945, yang terdiri dari Pasal 27, 28D (2),H (1-4), (2).
d. – Asas :
 Asas pembangunan ketenagakerjaan pada dasarnya sama dengan asas
pembangunan nasional, khususnya asas demokrasi,adil dan merata.
 Hal ini dilakukan karena pembangunan menyangkut multi dimensi dan terkait
dengan berbagai phak, yaitu antara pemerintah, pengusaha dan buruh/pekerja.
- Tujuan :
 Tujuannya untuk mencapai atau melaksanakan keadilan social dalam bidang
ketenagakerjaan
 Dan untuk melindungi tenaga kerja terhadap kekuasaan yang tidak terbatas dari
pengusaha.
- Sifat pembangunan hukum ketenagakerjaan :
1. Privat
2. Publik
Menurut Budiono sifat hukum ketenagakerjaan bersifat :
1. Imperatif (hukum yang memaksa) yaitu, hukum yang harus ditaati
2. Fakultatif (hukum yag mengatur/melengkapi) yaitu, hukum yang dapat dikesampingkan
pelaksanaannya.
e. (1) perbedaan buruh dan pegawai negeri,
NAMA SUMBER HUBUNGAN KEDUDUKAN
ISTILAH HUKUM HUKUM HUKUM
BURUH Otonom & Bersifat Keperdataan Koordinatif
Heteronom
PEGAWAI NEGERI Heteronom Bersifat Publik Sub Koordinatif

(2) Landasan hukumnya :


1. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan“.
2. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2), Pasal 28, dan Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 juga
menjadi payung hukum.

3. Jelaskan:
a. Pengertian tentang peraturan perusahaan dan perjanjian kerja bersama (PKB)
b. Tulis landasan hukumnya
c. Bagaimana ketentuan pembuatan peraturan perusahaan dan perjanjian kerja
bersama (PKB) secara yuridis
d. Bagaimana pembuatan PKB secara teknis?
e. Bagaimana isinya?
Jawaban :
a. - Pengertian Peraturan Perusahaan :
Peraturan perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang
memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan (Pasal 1 angka 20 UU No. 13/2003).
- Pengertian Perjanjian Kerja Bersama (PKB) :
PKB adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara Serikat Pekerja atau
beberapa Serikat Pekerja yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan dengan pengusaha atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha
yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak (Pasal 1 angka 21 UU
No. 13/2003).

b. Landasan Hukum :
- Landasan Hukum Peraturan Perusahaan adalah pasal 1 angka 20 UU No. 13/2003
- Landasan Hukum Perjanjian Kerja Bersama adalah pasal 21 UU No. 13/2003

c. Ketentuan pembuatan Peraturan Perusahaan (PP) dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
- Pembuatan Peraturan Perusahaan
1. Sesuai ketentuan Pasal 108 UU No. 13/2003, pengusaha wajib membuat peraturan
perusahaan, bila di perusahaan dipekerjakan sekurang kurangnya 10 orang.
2. Ketentuan membuat peraturan perusahaan tersebut tidak berlaku bagi perusahaan yang
telah memiliki Perjanjian Kerja Bersama (PKB)

d. Pembuatan PKB secara teknis :


1. Dibuat secara musyawarah.
2. Dibuat secara tertulis dengan huruf latin dan menggunakan bahasa Indonesia.
3. Jika dibuat dengan bahasa asing, maka PKB tersebut harus diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia oleh penterjemah tersumpah
- Masa Berlakunya PKB (Pasal 123)
1. Maximal selama 2 tahun, dapat diperpanjang maximal 1 tahun berdasarkan kesepakatan.
2. Perundingan pembuatan PKB berikutnya paling cepat 3 bulan sebelum PKB yang ada
berakhir.
3. Jika perundingan tidak tercapai, PKB yang ada tetap berlaku untuk waktu maximal 1 tahun.
e) -Isi Peraturan Perusahaan (Pasal 111 UU No. 13/2003) Peraturan perusahaan sekurang-
kurangnya memuat :
1. hak dan kewajiban pengusaha
2. hak dan kewajiban pekerja
3. syarat kerja
4. tata tertib perusahaan
5. jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan.
Isi dari peraturan perusahaan tersebut tidak boleh bertentangan dengan peraturan
Perundangundangan yang berlaku. Masa berlaku peraturan perusahaan paling lama 2 tahun dan
wajib diperbaharui setelah habis masa berlakunya.

- Isi PKB (Pasal 124 UU No. 13/2003) PKB sekurang-kurangnya memuat :


1. hak dan kewajiban pengusaha
2. hak dan kewajiban Serikat Pekerja
3. jangka waktu dan tanggal mulai berlakunya PKB;
4. tanda tangan para pihak.
Isi dari PKB tersebut tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Apabila PKB tersebut bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang
berlaku, maka akan batal demi hukum.
4. Jelaskan tentang;
a. Pengesahan Peraturan Perusahaan
b. Perubahan Peraturan Perusahaan
c. Perubahan dan Penggantian PKB
d. Kapan Masa Berlakunya
e. Bandingkan peraturan perusahaan dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
Jawaban :
a. Pengesahaan Peraturan Perusahaan :
1. Pengesahan peraturan perusahaan dilakukan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk,
dalam waktu maksimal 30 hari sejak naskah peraturan perusahaan tersebut diterima.
2. Apabila waktu 30 hari tersebut sudah terlampaui dan peraturan perusahaan belum
disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk, maka peraturan perusahaan tersebut
dianggap telah mendapat. pengesahan.
3. Apabila peraturan perusahaan belum memenuhi persyaratan, maka Menteri atau pejabat
yang ditunjuk harus memberitahukan secara tertulis pada pengusaha dan dalam waktu
14 hari sejak pemberitahuan diterima pengusaha wajib menyampaikan kembali
peraturan perusahaan yang telah diperbaiki.

b. Perubahan Peraturan Perusahaan :


Perubahan peraturan perusahaan sebelum berakhirnya jangka waktu berlakunya hanya
dapat dilakukan atas dasar kesepakatan pengusaha dan wakil pekerja. Hasil perubahan tersebut
harus mendapat pengesahan dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Setelah itu pengusaha
berkewajiban memberitahukan dan menjelaskan isi serta memberi naskah peraturan
perusahaan atau perubahannya kepada pekerja.

c. Perubahan dan Pergantian PKB :


Bila kedua belah pihak sepakat mengadakan perubahan PKB, maka perubahan tersebut
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari PKB yang ada. Pengusaha dilarang mengganti
PKB dengan peraturan perusahaan selama di perusahaan masih ada Serikat Pekerja. Bila di
perusahaan tidak ada lagi Serikat Pekerja dan PKB diganti dengan peraturan perusahaan, maka
ketentuan dalam peraturan perusahaan tidak boleh lebih rendah dari PKB.

d. Masa Berlakunya PKB (pasal 123) :


a) Maximal selama 2 tahun, dapat diperpanjang maximal 1 tahun berdasarkan kesepakatan.
b) Perundingan pembuatan PKB berikutnya paling cepat 3 bulan sebelum PKB yang ada
berakhir.
c) Jika perundingan tidak tercapai, PKB yang ada tetap berlaku untuk waktu maximal 1
tahun.

e. Perbandingan Peraturan Perusahaan (PP) dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB)

No Persamaan Peraturan Perusahaan (PP) Perjanjian Kerja


. Bersama (PKB)
1 Kewajiban Wajib bagi pengusaha yang Wajib bagi perusahaan
mempekerjakan minimal 10 (sepuluh) yang sudah ada serikat
orang (Pasal 108 huruf a UU No. pekerja/serikat buruh
13/2003 yang sudah tercatat
(Pasal 111 ayat (4) dan
Pasal 116 ayat (1) UU
No.13/2003)
2 Legalitas Disahkan oleh menteri atau pejabat Didaftarkan kepada
yang ditunjuk (Pasal 108 huruf a UU instansi yang
No. 13/2003) bertanggungjawab di
bidang ketenagakerjaan
(Pasal 132 ayat (2) UU
No. 13/2003)
3 Kekuatan Mengikat pekerja dan pengusaha Sama mengikat, setelah
mengikat setelah disahkan oleh kepala Instansi ditandatangai oleh
yang bertanggungjawab di bidang kedua pihak (Pasal 126
ketenagakerjaan (Pasal 7 ayat (1) dan Pasal 132
Permenkentrans No. 16/2011) ayat (1) UU No.
13/2003)
4 Jumlah Hanya 1 PP dalam 1 perusahaan Hanya 1 PKB dalam 1
(Pasal 3 Permenkentrans No. 16/2011) perusahaan (Pasal 118
UU No. 13/2003)
5 Masa Berlaku Paling lama 2 tahun (Pasal 111 ayat Paling lama 2 tahun
(3) UU No. 13/2003) (Pasal 123 ayat (1) UU
No. 13/2003)
6 Beban Biaya Tanggungjawab pengusaha karena Tanggungjawab
Pembuatan sebagai kewajiban (Pasal 109 UU pengusaha (Pasal 126
No.13/2003) ayat (3) UU
No.13/2003)

No Perbedaan Peraturan Perjanjian Kerja


. Peruahaan (PP) Bersama (PKB)
1 Perumus/ Pembuat Hanya pihak Pengusaha dan serikat
pengusaha sendiri pekerja/serikat buruh
(Pasal 1 angka 20 (Pasal 1 angka 21 UU
UU No. 13/2003) No. 13/2003)
2 Tim perunding Tidak ada Paling banyak 9 orang
untuk masing-masing
pihak (Pasal 20 ayat (1)
Permenkentrans No.
16/2011)
3 Asas Kesepakatan Tidak ada, hanya Ada kesepakatan karena
pengusaha perlu melalui proses
memperhatikan perundingan, sehingga
saran dan kedua pihak
pertimbangan dari bertanggungjawab
wakil pekerja/buruh dalam pelaksanaannya
(Pasal 110 ayat (1) (Pasal 116 ayat (2) UU
UU No. 13/2003) No. 13/2003)
4 Bila berakhir masa berlakunya Wajib diperbaruhi a. Terus disempurnakan
atau ditingkatkan sesuai dengan
statusnya menjadi perkembangan situasi.
PKB (Pasal 111 b. Tidak boleh diganti
ayat (3) dan (4) UU menjadi PP.
No. 13/2003)
5 Perpanjangan/ pembaruan Tidak boleh Dapat diperpanjang 1
diperpanjang, harus tahun lagi, kemudian
diperbaruhi (Pasal diperbaruhi (Pasal 123
111 ayat (3) UU ayat (3) UU No.
No. 13/2003) 13/2003.

5. Undang-undang No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja


a. Apa isi dari undang-undang tersebut!
b. Mengapa terjadi pro dan kontra?
c. Apa manfaat dari undang-undang tersebut?
Jawaban :
a. Isi dari UU tensebut adalah upaya penciptaan kerja melalui usaha kemudahan.
perlindungan, dan pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah. peningkatan
ekosistem investasi dan kemudahan berusaha, dan investasi pemerintah pusat dan percepatan
proyek strategis nasional. UU ini mengatur mengenai upaya cipta kerja yang diharapkan
mampu menyerap tenaga kerja Indonesia yang seluas-luasnya ditengah persaingan yang
semakin kompetitif dan tuntutan globalisasi ekonomi.

b. Pro dan kontra terjadi karena beberapa alasan. Alasan terjadinya Pro yang disuarakan oleh
para pengusaha, mereka menyambut dengan baik pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja ini,
karena menurut mereka Undang-Undang Cipta Kerja ini menjawab berbagai permasalahan yang
terjadi di dalam dunia usaha, terutama terkait dengan aturan yang tumpah tindih di dalam
perizinan. Maka dengan demikian ini dapat meningkatkan investasi yang berujung dengan
penciptaan lapangan kerja. Pro pun terjadi karena undang-undang Cipta kerja ini ini dapat
menyederhanakan persyaratan yang berlapis dan bertentangan antara pemerintah pusat dan
daerah karena adanya pengambilan keputusan ekonomi yang lebih terpusat. Dengan adanya
Aturan ini ini maka mampu menghilangkan ketidakpastian investasi yang di mana akan
membantu untuk menarik investasi asing secara langsung.
Dan Mengapa bisa terjadi kontra, itu karena undang-undang Cipta Kerja ini ini memiliki
kekurangan serta kecacatan yang terjadi baik secara formil maupun secara material serta, kontra
terjadi karena banyaknya ketentuan di dalam undang-undang Cipta Kerja tersebut yang
melanggar prinsip non retrogesi sehingga membawa kemunduran dalam hal pemenuhan hak
masyarakat seperti perjanjian kerja, waktu kerja.

c. .Manfaat dari Undang-Undang tersebut yaitu :


1. Beri Kepastian Bonus Hingga Jam Lembur
2. Jaminan korban PHK
3. Hak cuti haid dan hamil tidak dihapus dan tetap ada
4. Dibukanya lapangan kerja
5. Pesangon pekerja tetap menjadi yang tertinggi di dunia
6. Sertifikasi halal gratis untuk UMKM
7. Kemudahan dalam izin bagi pelaku UMKM
8. Jaminan perlindungan hukum

Anda mungkin juga menyukai