Anda di halaman 1dari 15

Pendahuluan

A. Sejarah Hukum Perburuhan


Lahirnya hukum perburuhan terkait erat dengan Revolusi Industri yang
terjadi di Eropa, khususnya di Inggris pada abad ke-19. Undang-undang
perburuhan pertama kali muncul di Inggris tahun 1802, substansi undang- undang
ini mengenai jaminan perlindungan terhadap kesehatan kerja dan keselamatan
kerja.
Sedangkan di Indonesia, riwayat hukum perburuhan diawali pada zaman
perbudakan, rodi dan poenale sanksi. Dalam hukum perburuhan dikenal adanya
Pancakrida Hukum Perburuhan yang harus dicapai sebagai berikut :
 Membebaskan manusia Indonesia dari perbudakan atau perhambaan.
 Pembebasan manusia indonesia dari rodi atau kerja paksa.
 Pembebasan buruh/pekerja dari poenale sanksi.
 Pembebasan buruh/pekerja dari ketakutan kehilangan pekerjaan.
 Memberikan posisi yang seimbang antara buruh/pekerja dan pengusaha.

B. Landasan Normatif Intervensi Pemerintah dalam Bidang Perburuhan/Ketenaga


Kerjaan.
 UUD 1945 yang menjamin hak setiap warga negara untuk memperoleh
pekerjaan. ( Pasal 27 ayat 2 )
 UUD 1945 ( amandemen kedua ) Bab XA tentang Hak Asasi Manusia. (
Pasal 28A-28J )
 “ setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja”. ( pasal 28D )
 UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia ( HAM ).
 “ Setiap orang berhak dengan bebas memilih pekerjaan yang disukainya
dan berhak pula atas syarat-syarat ketenagakerjaan yang adil. ( Pasal 38
ayat 2 ).

C. Landasan Teoretis Intervensi Pemerintah dalam Bidang Perburuhan atau


Ketenagakerjaan.
Pembukaan UUD 1945 alinea ke empat menetapkan tujuan republik indonesia
yaitu :
“ Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.

Dari ketentuan diatas setidaknya ada empat tujuan bernegara, yaitu :


 Protection function, negara melindungi seluruh tumpah darah indonesia.
 Welfare function, negara wajib mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh
rakyatnya.
 Educational function, negara memiliki kewajiban mencerdaskan
kehidupan bangsa
 Peacefulness function, wajib menciptakan perdamaian dalam kehidupan
bernegara dan bermasyrakat, baik kedalam maupun keluar

Sehubungan dengan tujuan bernegara bangsa Indonesia tersebut, para


pakar menyebutkan bahwa tujuan negara seperti itu mencerminkan tipe negara
hukum kesejahteraan ( welfare State ).

Teori negara hukum kesejahteraan merupakan perpaduan antara konsep negara


hukum dan negara kesejahteraan yaitu :
 Konsep negara hukum merupakan negara yang menempatkan hukum
sebagai dasar kekuasaannya dan penyelenggaraan kekuasaan tersebut
dalam segala bentuknya dilakukan di bawah kekuasaan hukum.
 Sedangkan konsep negara kesejahteraan adalah negara atau pemerintah
yang tidak semata-mata sebagai penjaga keamanan atau ketertiban
masyarakat tetapi pemikul utama tanggung jawab mewujudkan keadilan
sosial, kesejahteraan umum dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Ciri negara hukum kesejahteraan adalah sebagai berikut ( Abrar Saleng: 2004 ) :
 Mengutamakan terjaminnya hak-hak asasi sosial-ekonomi rakyat.
 Pertimbangan-pertimbangan efisiensi dan manajemen lebih diutamakan
dibanding pembagian kekuasaan yang berorientasi politis, sehingga
peranan eksekutif lebih besar dibandingkan legislatif.
 Hak milik tidak bersifat mutlak.
 Negara tidak hanya menjaga ketertiban dan keamanan atau sekedar
penjaga malam, melainkan negara turut serta dalam usaha usaha sosial
maupun ekonomi.
 Kaidah-kaidah hukum administrasi semakin banyak mengatur sosial
ekonomi dan membebankan kewajiban tertentu pada warga negara.
 Peranan hukum publik condong mendesak hukum privat, sebagai
konsekuensi semakin luasnya peranan negara.
 Lebih bersifat negara hukum materiil yang mengutamakan keadilan sosial
yang materiil pula.

Berdasarkan ciri-ciri diatas, peranan negara ada pada posisi yang kuat dan
besar dalam menciptakan kesejahteraan umum dan keadilan sosial. Konsepsi ini
dalam berbagai istilah disebut negara sebagai alat pelayanan.

D. Intervensi Pemerintah dan Sifat Hukum Perburuhan atau Ketenagakerjaan.


Tujuan intervensi pemerintah dalam bidang perburuhan ini adalah untuk
mewujudkan perburuhan yang adil, karena dalam peraturan perundang-undangan
perburuhan memberikan hak-hak bagi buruh/pekerja sebagai manusia yang utuh,
baik menyangkut keselamatannya, kesehatannya, upah yang layak dan
sebagainya.
Kehadiran undang-undang no. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan telah
memberikan nuansa baru dalam hukum perburuhan/ketenagakerjaan yakni :
 Mensejajarkan istilah buruh/pekerja, istilah majikan, pengusaha dan
pemberi kerja.
 Menggantikan istilah perjanjian perburuhan ( Kesepakatan Kerja
Bersama (KKB)) dengan istilah Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
 Memberikan kesetaraan antara pekerja pria dan wanita, khususnya untuk
bekerja pada malam hari.
 Memberikan sanksi yang memadai serta menggunakan batasan minimum
dan maksimum, sehingga lebih menjamin kepastian hukum dalam
penegakannya.
 Mengatur mengenai sanksi administratif mulai dari teguran, peringatan
tertulis, pembatasan kegiatan usaha dll, yang pada peraturan perundang-
undangan sebelumnya sanksi ini tidak diatur.

E. Tenaga Kerja dan Angkatan Kerja


Dalam pasal 1 angka 2 undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan disebutkan bahwa, “setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun masyarakat”.
Menurut Payaman J. Simanjuntak ( 1985: 2), pengertian tenaga kerja
adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang
mencari kerja dan yang melakukan pekerjaan lain seperti sekolah dan mengurus
rumah tangga.
Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
a) Kelompok bukan angkatan kerja :
 mereka yang dalam studi.
 Golongan yang mengurus rumah tangga.
 Golongan yang menerima pendapatan , yakni mereka yang tidak
melakukan aktifitas ekonomitapi memperoleh pendapatan.
Contoh : pensiunan, penerima bunga deposito, dll.
b) Angkatan kerja terdiri dari :
 Orang yang bekerja dan yang masih mencari pekerjaan. Yang
bekerja terdiri dari yang bekerja penuh dan setengah
menganggur.

Buruh atau Pekerja


Pasal 1 angka 3 undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan
menyebutkan bahwa pekerja atau buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain”. Dari pengertian pekerja tersebut
jelas bahwa tenaga kerja yang sudah bekerja yang dapat disebut pekerja/buruh.
F. Konsep Hukum pada Umumnya dan Hukum Ketenagakerjaan.
 Imam Soepomo memberikan pengertian hukum perburuhan sebagai
himpunan peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis yang berkenaan
dengan kejadian dimana seseorang bekerja pada orang lain dengan
menerima upah.
 Dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan menyebutkan bahwa ketenagakerjaan adalah hal yang
berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan
sesudah masa kerja.

G. Kaidah Hukum dan Asas Hukum.


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia makna kaidah adalah rumusan asas-
asas yang menjadi hukum, aturan yang sudah pasti, patokan, dalil ( KBBI, 1997:
430 ). Sedangkan hukum adalah suatu aturan yang dibuat oleh pejabat yang
memiliki otoritas, dalam rangka mengatur kehidupan bermasyarakat yang apabila
dilanggar akan dikenakan sanksi yang tegas.
Eikema Hommes & Noto amijoyo (1975:4 ) mengatakan bahwa asas
hukum tidak boleh dianggap sebagai norma hukum yang konkret akan tetapi
perlu dipandang sebagai suatu dasar –dasar hukum atau petunjuk bagi hukum
yang berlaku. Pembentukan asas hukum praktis perlu berorientasi pada asas –asas
hukum tersebut. Dengan kata lain, asas hukum ialah dasasr-dasar atau penunjuk
arah dalam pembentukan hukum positif.

Asas hukum menurut Klanderman yang terdapat pada buku tulisan sudikno
merto kusumo ( 1996:6) menyebutkan bahwa asas hukum berfungsi untuk
mengesahkan dan memiliki pengaruh yang normatif dan mengikat para pihak.

Para Pihak Dlam Hukum Ketenaga Kerjaan.

A. Buruh
Dalam Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan).
Buruh adalah tenaga kerja yang bekerja dalam ruang lingkup sektor swasta,buruh
Pada jaman belanda terbagi menjadi dua, yaitu :
 Buruh kasar, buruh kasar adalah pekerja yang melakukan pekerjaan kasar
seperti tukang, kuli bangunan, dan mandor bisa disebut juga “Blue
Collar”.
 Buruh halus adalah pekerja yang melakukan pekerjaan nya di kantor
pemerintah maupun swasta bisa disebut juga karyawan/pegawai “White
Collar”.

Perbedaan tersebut dimaksudkan untuk memecah belah orang-orang


pribumi. Setelah bangsa kita merdeka tidak ada lagi perbedaan buruh halus dan
buruh kasar. Semua orang yang bekerja disektor swasta baik pada orang maupun
badan hukum disebut buruh. Hal ini disebutkan dalam Undang-Undang No. 22
tahun 1957 tentang penyelesaian perselisihan perburuhan yakni buruh adalah “
barangsiapa yang bekerja pada majikan dengan menerima upah” (Pasal 1 ayat
1a).

B. Pengusaha.
Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 2003 menjelaskan pengertian
pengusaha adalah
 Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan
suatu perusaaan milik sendiri
 Orang perseorangan , persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri
sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya
 Orang perseorangan , persekutuan, atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b
yang berkedudukan diluar wilayah Indonesia.

C. Organisasi Pekerja atau Buruh.


Organisasi pekerja/buruh dibuat untuk memperjuangkan hak dan
kepentingan pekerja, sehingga tidak diperlakukan sewenang-wenang oleh
pengusaha. Organisasi pekerja/buruh ini lahir pada tanggal 19 september 1945.
Peraturan menteri tenaga kerja No. 05 tahun 1987 mengeluarkan peraturan
menteri tenaga kerja No.3 tahun 1993 tentang persyaratan pendaftaran organisasi
pekerja/buruh, yakni :
 Mempunyai unit organisasi di tingkat perusahaan minimal 100 (seratus)
anggota.
 Mempunyai pengurus 25 (dua puluh lima) di tingkat kabupaten dan
sekurang-kurangnya di 5 (lima) provinsi.

Undang-Undang No.21 tahun 2000 tentang serikat pekerja/buruh memuat


beberapa prinsip dasar, yakni :
 Jaminan bahwa setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi
anggota serikat pekerja/buruh. Dengan jumlah minimal 10 (sepuluh)
orang pekerja/buruh dapat membentuk organisasi atau serikat.
 Serikat buruh dibentuk atas kehendak bebas pekerja/buruh tanpa tekanan
atau campur tangan pengusaha, pemerintah, dan pihak manapun.
 Siapapun dilarang menghalang-halangi atau memaksa pekerja/buruh
untuk membentuk atau tidak membentuk, menjadi pengurus atau tidak
menjadi pengurus, menjadi anggota atau tidak menjadi anggota dan/
menjalankan atau tidak menjalankan kegiatan serikat pekerja/buruh.

D. Organisasi Pengusaha.
a) KADIN
Kamar dagang dan industri (KADIN) dibentuk melalui Undang-
Undang No. 49 tahun 1973. yang fungsinya adalah sebagai wadah bagi
pengusaha indonesia dan bergerak dalam bidang perekonomian.

Tujuan KADIN adalah :


 Membina dan mengembangkan kemampuan, kegiatan dan
kepentingan pengusaha Indonesia di bidang usaha Negara, usaha
koperasi dan usaha swasta dalam kedudukannya sebagai pelaku-
pelaku ekonomi Nasional Dalam rangka mewujudkan kehidupan
ekonomi dan dunia usaha nasional yang sehat dan tertib
berdasarkan pasal 33 UUD 1945.
 Menciptakan dan mengembangkan iklim dunia usaha yang
memungkinkan keikutsertaan yang seluas-luasnya bagi
pengusaha indonesia sehingga dapat berperan serta secara efektif
dalam pembangunan nasional.

b) APINDO
Asosiasi pengusaha Indonesia (APINDO) adalah organisasi
pengusaha yang khusus mengurus masalah yang berkaitan dengan
ketenagakerjaan, keadilan dan kemakmuran masyarakat dan mewujudkan
kesejahteraan sosial dalam dunia usaha melalui kerja sama yang terpadu
dan serasi antara pemerintah, pengusaha dan pekerja.

Tujuan APINDO menurut pasal 7 anggaran dasar adalah :


 Mempersatukan dan membina pengusaha serta memberikan
layanan kepentingannya di dalam bidang sosial ekonomi.
 Menciptakan dan memelihara keseimbangan, ketenangan dan
kegairahan kerja dalam lapangan hubungan industrial dan
ketenagakerjaan.

E. Pemerintah atau Penguasa.


Menurut imam soepomo (1983 : 38) memisahkan antara penguasa dan
pengawasan sebagai pihak yang berdiri sendiri dalam hukum perburuhan/
ketenagakerjaan.
Dalam Undang-Undang No. 23 tahun 1951 menerangkan bahwa pengawas
perburuhan yang merupakan penyidik pegawai negeri sipil memiliki wewenang:
 Mengawasi berlakunya Undang-Undang dan peraturan-peraturan
perburuhan.
 Mengumpulkan bahan-bahan keterangan tentang soal-soal hubungan
kerja dan keadaan perburuhan dalam arti yang seluas-luasnya guna
membuat Undang-Undang dan peraturan perburuhan.
 Menjalankan pekerjaan lainnya yang diserahkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
 Pengawasan disertai dengan penegakan hukum (law enforcement) di
bidang perburuhan/ ketenagakerjaan akan menjamin pelaksanaan hak-
hak normatif pekerja, yang mempunyai dampak positif terhadap
perkembangan dunia usaha, dan dapat mematuhi peraturan perundang-
undangan yang berlaku di bidang ketenagakerjaan sehingga akan tercipta
suasana kerja yang harmonis.

Aspek-Aspek Hukum Ketenagakerjaan Indonesia.


Dalam pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.13 tahun 2003 menyebutkan bahwa
ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenagakerjaan pada waktu
sebelum, selama dan sesudah masa kerja. Hal ini sesuai dengan perkembangan ketenagan
kerjaan saat ini.

A. Pra Employment (Aspek Hukum Ketenagakerjaan sebelum hubungan kerja)


Bidang Hukum Ketenagakerjaan pada pra employment adalah bidang
hukum yang berkenaan dengan kegiatan mempersiapkan calon tenaga kerja
hingga memiliki keterampilan yang cukup untuk memperoleh pekerjaan didalam
negeri maupun diluar negeri.
1. Penempatan tenaga kerja di dalam negeri.
a) Maksud Penempatan TK dalam negeri.
 Keputusan presiden no 4 tahun 1980 tentang wajib lapor
lowongan pekerjaan.
 Melalui Antar Kerja Antar Daerah (AKAD).
 Untuk menunjang pelakasanaan transmigrasi.
b) Penempatan TK di dalam negeri.
 Setiap penempatan TK di dalam negeri harus dengan surat
persetujuan penempatan (SPP).

2. Penempatan TK ke Luar Negeri.


a) Lahirnya UU no 39 tahun 2004.
Ordonansi tentang pengerahan orang indonesia untuk melakukan
pekerjaan di luar negeri (staatsblad tahun 1887 no. 8) dan peraturan
menteri serta peraturan pelaksanaannya. UU no. 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan dinyatakan tidak berlaku untuk melaksanakan amanita
pasal 34 UU ketenagakerjaan maka pemerintah menetapkan UU no.39
tahun 2004. Berdasarkan pertimbangan filsafat lahirlah UU tersebut
jalaslah bahwa bekerja merupakan hak asasi manusia.

b) Maksud penempatan tk ke luar negeri


UUD 45 Pasal 27 Ayat 2 menyatakan bahwa setiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Penempatan TKI ke luar negeri merupakan suatu upaya untuk
mewujudkan hak dan kesempatan yang sama bagi tenaga kerja untuk
memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang lain.

c) Para pihak dalam penempatan TK ke Luar Negeri.


 Calon TKI adalah setiap WNI yang memenuhi syarat sebagai
pencari pekerjaan di Luar Negeri dan terdaftar di Instansi
pemerintah, kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan.
 Pelaksana penempatan TKI swasta adalah badan hukum yang
memperoleh izin tertulis dari pemerintah untuk
menyelenggarakan pelayanan penempatan TKI di Luar Negeri.
 Mitra usaha adalah Instansi/badan usaha berbentuk badan hukum
di Negara tujuan yang bertanggung jawab menempatkan TKI
pada pengguna.
 Pengguna jasa TKI adalah instansi atau badan usaha berbentuk
hukum pemerintah. Badan hukum swasta, dan/atau perseorangan
di Negara tujuan yang mempekerjakan TKI.

d) Pelaksana dan prosedur penempatan tk ke luar negeri..


1. Lembaga penempatan TKI.
Penempatan TKI adalah kegiatan pelayanan untuk
mempertemukan TKI sesuai bakat, minat, dan kemampuannya
dengan pemberi pekerjaan.
Perusahaan yang akan menjadi pelaksana penempatan TKI
swasta wajib mendapat izin tertulis berupa surat izin pelaksana
penempatan TKI (SPPTKI) dari Menteri tenaga kerja (pasal 12).
Selain oleh pemerintah dan pelaksana penempatan tki
swasta, perusahaan dapat menempatkan TKI di Luar Negeri
untuk kepentingan perusahaan sendiri atas dasar izin tertulis dari
Menteri (pasal 26 uu no 39 tahun 2004 tentang penempatn dan
perlindungan TKI di Luar Negeri).

2. Tata cara penempatan.


Kegiatan penempatan TKI ke Luar Negeri disebutkan
dalam pasal 31 yang meliputi:
 Pergurusan surat izin pengarahan
 Perekrutan dan seleksi
 Pendidikan dan pelatihan kerja
 Pemeriksaan kesehatan dan psikologi
 Pengurusan dokument
 Uji kompetensi
 Pembekalan akhir pemberangkatan (PAP).
 pemberangkatan.

e) Perlindungan tenaga kerja yang bekerja di Luar Negeri.


Berdasarkan UU no 39 tahun 2004 tentang penempatan dan
perlindungan TKI di Luar Negeri, perlindungan terhadap TKI yang
bekerja ke Luar Negeri meliputi Perlindungan TKI pra penempatan,
selama penempatan dan purna penempatan
 Perlindungan TKI pra penempatan
Pemberian Informasi kepada calon TKI dilaksanakan oleh
pelaksana penempatan TKI swasta dan sebelumnya wajib
mendapatkan persetujuan dari Instansi yang bertanggungjawab di
bidang ketenagakerjaan.
 Selama TKI bekerja di Luar Negeri tetap mendapatkan
perlindungan khususnya dari pelaksana penempatan TKI swasta
maupun pemerintah.
 Perlindungan Purna Penempatan.
Kepulangan TKI karena berakhirnya masa perjanjian kerja.
Pemutusan hubungan kerja sebelum masa perjanjian kerja
berakhir, terjadi perang, mengalami kecelakaan kerja yang
mengakibatkan tidak bisa menjalankan pekerjaannya lagi,
meninggal dunia di Negara Tujuan, Cuti, dideportasi oleh
pemerintah setempat.

3. Wajib lapor lowongan pekerjaan.


Setiap perusahaan atau pengurus wajib segera melaporkan secara
tertulis setiap ada atau akan ada lowongan pekerjaan kepada menteri/pejabat
yang ditunjuk. Ketentuan tenang wajib lapor lowongan pekerjaan diatur dalam
keppres no 4 tahun 1981. Adapun bertuk laporannya meliputi:
a) Jenis TK yang dibutuhkan.
b) Jenis pekerjaan dan syarat jabatan yang digolongkan dalam jenis
kelamin, usia, pendidikan, keterampilan/keahlian. Pengalaman serta
syarat lain yang pandang perlu.
4. Wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan.
Wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan diatur dalam UU No 7 tahun
1981. Dalam UU ini yang dimaksud dengan perusahaan adalah setiap bentuk
usaha yang mempekerjakan buruh dengan tujuan mencari keuntungan atau
tidak, baik milik swasta maupun negara. Setiap pengusaha atau pengurus
wajib melaporkan secara tertulis setiap mendirikan, menghentikan,
menjalankan kembali, memindahkan atau membubarkan perusahaan kepada
menteri atau pejabat yang ditunjuk. Maksud dan tujuan wajib lapor
ketenagakerjaan di perusahaan adalah sebagai bahan informasi resmi bagi
pemerintah dalam rangka kebijaksanaan di bidang ketenagakerjaan.

5. Peltihan Kerja
Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali,
meningkatkan dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan
kemampuan. Hal ini tertuang pada Pasal 11 UU No 13 tahun 2003 menjamin
setiap TK berhak untuk memperoleh dan/ atau meningkatkan dan/atau
mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan minat, bakat dan
kemampuannya melalui pelatihan kerja.

Aspek Hukum Ketenagakerjaan Dalam Hubungan Kerja (During Employment)


A. Perjanjian Kerja Sebagai Dasar Lahirnya Hubungan Kerja.
Hubungan kerja adalah hubungan pekerja dengan pengusaha yang terjadi
setelah adanya perjanjian kerja.

B. Perlindungan Norma Kerja.


Perlindungan ini dimaksud untuk memberikan kepastian hak pekerja yang
berkaitan dengan norma kerja yang meliputi waktu kerja.
 Pekerja Anak
 Pekerja Perempuan
 Waktu kerja dan istirahat.

C. Pengawasan Perburuhan
a) Maksud Pengawasan
Pengawasan perburuhan yang diatur dalam Undang-Undang No. 3
Tahun 1951 dimaksud agarperusahaan yang merupakan aset perekonomian
tersebut dapat berjalan dengan lamcar.

b) Lingkup Pengawasan.
Pengawasan ini dilakukan agar mengamati dan mengawasi
pelaksanaan hak-hak normatif pekerja.

c) Perselisihan Hubungan Industrial.


1. Pengertian dan Jenis Perselisihan Hubungan Industrial.
Dasar hukum penyelesaian perselisihan hubungan industrial adalah
Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial.
Jenis perselisian hubungan industrial;
 Perselisihan Hak
 Perselisihan Kepentingan
 Perselisihan PHK
 Perselisihan antar serikat pekerja/buruh hanya dalam satu
perusahaan .
2. Mekanisme Penyelesaiaan Perselisihan Hubungan Industrial di Luar
Pengadilan.
 Penyelesaian secara Bipartit
 Penyelesaian Melalui Mediator
 Penyelesaian Melalui Konsilator
 Penyelesaian Melalui Arbitrase
3. Mekanisme Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Melalui
Pengadilan Hubungan Industrial merupakan pengadilan khusus berada
dalam lingkungan peradilan umum.

D. Kesehatan dan Keselamatan Kerja


a) Keselamatan Kerja.
Dalam Pasal 86 ayat 1 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
disebutkan bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas:
 Kesehatan dan keselamatan kerja
 Moral dan kesusilaan
 Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-
nilai agama.

E. Perlindungan Upah.
a) Kebijkan Pengupahan.
Upaya memegang peranan yang penting dan merupakan salah satu
dari hubungan kerja.
b) Pengertian Upah.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 1981 ten tang perlindungan
upah , bahwa upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha
kepada buruh untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan
dilakukan.
c) Komponen Upah.
Pemberian upah yang tidak dalam bentuk uang dibenarkan asal tidak
lebih 25% dari upah yang seharusnya diterima.
d) Ketentuan Pembayaran Upah.
Pengusaha wajib membayar upah kepada para pekerjanya secara
teratur sejak terjadinya hubungan kerja sampai dengan berakhirnya
hubungan kerja.
e) Upah Lembur.
Pengusaha harus mempekerjakan buruuh/pekerja sesuai dengan waktu
kerja yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan, jika
melebihi ketentuan tersebut harus dihitung/dibayar lembur.

F. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek)


Diatur dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek jo. PP
No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Jamsostek dimaksudkan untuk
memberikan perlindungan bagi tenaga kerja terhadap resiko sosial-ekonomi yang
menimpa tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan baik berupa kecelakaan kerja,
sakit, hari tua, dan meninggal dunia.

Anda mungkin juga menyukai