Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rezard Wahyu Anargya

NIM : 2121020038
UTS Hukum Perburuhan

1. Bagaimanakah hubungan antara buruh dengan majikan, bila ditinjau dari segi yuridis
maupun segi sosiologis?
Jawab:
Kedudukan buruh secara yuridis berdasarkan ketentuan Pasal 27 UUD 1945 adalah sama
denga majikan. Kenyataannya, secara sosial ekonomi kedudukan antara buruh dengan
majikan adalah tidak sama. Kedudukan yang tidak sederajat ini, membuat majikan sering
menganggap buruh sebagai objek dalam hubungan kerja. Hubungan antara buruh dengan
majikan adalah secara yuridis buruh adalah bebas, oleh karena prinsip negara kita adallah
bahwa tidak seorangpun dapat diperbudak atau diperhamba.
Secara sosiologis, buruh adalah tidak bebas, sebab seseorang yang tidak mempunyai
bekal hidup selain daripada tenaganya itu ia terpaksa bekerja pada orang lain.
2. Bagaimanakan perkembangan hukum perburuhan sebelum dan sesudah indonesia
merdeka?
Jawab:
Masalah pokok perburuhan sebelum era kemerdekaan adalah masalah perbudakan,
perhambaan, peruluran, punale sanksi dan kerja rodi. Zaman perbudakan adalah zaman
dimana orang melakukan pekerjaan di bawah pimpinan orang lain. Ciri yang menonjol
adalah buruh/tenaga kerja tidak mempunyai hak apapun, bahkan hak atas hidupnya juga
ditentukan oleh tuannya. Mengenai perbudakan ini menggugah Sir Thomas Stampord
Raffles, Gubernur Jenderal Inggris (1811-1816 M) mendirikan The Java Benevolen
Institution pada tahun 1816. Lembaga ini bertujuan untuk menghapuskan perbudakan.
Maksud baik Raffles ini ditentang pemilik budak yang berpendirian bahwa penghapusan
perbudakan merupakan pelanggaran terhadap hak para pemilik budak. Pendapat ini dapat
mengesampingkan pendapat pihak lain, yang berbunyi perbudakan adalah kezaliman
yang besar terhadap kemanusiaan, merendahkan manusia menjadi barang milik. Setelah
Indonesia kembali diserahkan kepada Belanda, usaha penghapusan perbudakan yang
dirintis oleh Reffles itu mendapat perhatian dari pemerintah Hindia Belanda. Produknya
berupa Staatblad 1817 nomor 42 yang berisikan larangan untuk memasukan budak-budak
ke pulau Jawa dan tahun 1818 ditetapkan pula Undang-Undang Dasar Hindia Belanda,
yaitu Regeling Reglement (RR) 1818. Berdasarkan Pasal 115 RR, menetapkan bahwa
paling lambat pada tanggal 1 Januari 1860, perbudakan di seluruh Hindia Belanda
dihapus. Namun, niat baik itu tidak sepenuhnya terwujud. Selain perbudakan, juga
dikenal istilah peruluran dan perhambaan. Peruluran mulai terjadi setelah Jam
Pieterszoon Coen pada tahun 1621 dan 1622 memporakporandakan pulau Banda, semua
penduduk dibunuh atau diangkut keluar sebagai budak. Tanah yang menjadi kosong
dibagi dalam kebun-kebun dan diberikan kepada bekas pegawai kompeni dan orang lain.
Orang yang diberi kebun (perk) disebut parkenir atau ulur. Mereka itu dengan dibantu
oleh orang-orang Cina dan para budak diharuskan menanam pala yang harus dijual
kepada kompeni dengan harga yang ditetapkan oleh kompeni secara sepihak. Wajib
menanam dan menjual tanaman tertentu ini kemudian menjadi bagian dari cultur stelsel
yang berlangsung sampai dengan tahun 1863. Sementara itu, perhambaan/pandelingschap
yakni ketentuan mengenai piutang/gadai pada seseorang, bila tidak dapat mengembalikan
maka sipenerima gadai harus bekerja pada pemberi gadai sampai hutang dan bunganya
terlunasi. Orang yang diberi gadai tadi diperlakukan sebagai hamba maka terwujudlah
perhambaan. Perhambaan ini bisa dilakukan langsung oleh si penerima gadai atau orang
lain yang diserahkan untuk melakukan kerja sebagai hamba pada si pemberi gadai.
Sepanjang gadai belum di lunasi maka perhambaan akan terus dilakukan karena bersifat
sebagai jaminan. Pola perhambaan ini sesungguhnya sama dengan perbudakaan. Seorang
hamba semacam ini tetap berada dalam kekuasaan pemberi pinjaman. Penghapusan
perhambaan ini juga memerlukan waktu yang cukup lama, yaitu kira-kira satu abad. Di
beberapa daerah di Tapanuli dan Sulawesi pola perhambaan masi
Perburuhan Pada Masa Sekarang
Perkembangan hukum perburuhan ditandai oleh lahirnya 4 undang-undang yaitu:
a. Undang-Undang Nomor 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh;
b. Undang-Undang Nomor 12 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
c. Undang-Undang Nomor 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial;
d. Undang-Undang Nomor 39 tahun 2004 tentang Perlindungan dan Pembinaan Tenaga
Kerja Indonesia di Luar Negri.
 Undang-Undang Nomor 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh telah
mengubah sistem keserikatburuhan di Indonesia. Dengan diundangkannya UU ini maka sistem
keserikatburuhan di Indonesia berubah dari single union system menjadi multi union system. Hal
ini disebabkan menurut menurut UU No.21/2000, sekurang-kurangnya 10 orang buruh dapat
membentuk serikat buruh di suatu perusahaan. Meskipun sedikit menyimpang dari konvensi inti
ILO No.87 namun UU No.21/2000 ini mendorong berjalannya demokratisasi di tempat kerja
melalui serikat pekerja/serikat buruh, buruh diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam
menentukan syarat-syarat kerja dan kondisi kerjanya. Hal ini menunjukkan bahwa
perkembangan hukum perburuhan yang mengatur keserikatburuhan mempunyai nilai positif.
 UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan sebagai pengganti UU No.25/1997 yang
sempat diundangkan namun tidak pernah efektif. UU No. 13/2003 ini juga mengandung banyak
permasalahan, misalnya masalah inkonsistensi antara pasal yang satu dengan pasal yang lain
sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum. 

3. Coba saudara bandingkan pengertian antara perjanjian secara umum dengan perjanjian
kerja dan bagaimana kedudukan antara kedua belah pihak dalam membuat perjanjian?
Jawab:
Pengertian perjanjian atau kontrak secara umum adalah sebuah perbuatan hukum yang
dilakukansatu atau sejumlah subjek hukum yang satu dengan yang lain dengan
kesepakatan yang mengikat satu sama lain atas hal tertentu dalam lapangan harta
kekayaan. Lebih singkatnya, perjanjian adalah kesepakatan yang memberi akibat hukum.
Perjanjian kerja adalah kesepakatan antara perusahaan dan pekerja atau karyawan
mengenai kerja sama dalam waktu tertentu atau tidak tertentu. Secara garis besar,
perjanjian berisi hak, kewajiban, dan peraturan yang wajib dipenuhi oleh karyawan
selama bekerja di perusahaan.
4. Apakah dampak dari tenaga kerja, dengan adanya covid 19?
Jawab:
Covid-19 menjadi problematik di Indonesia sampai saat ini. Dampak dari pandemi
Covid-19 atau virus corona ini dirasakan oleh semua sektor termasuk sektor ekonomi
yang mengakibatkan pekerja dan pebisnis kehilangan penghasilan. Banyak pekerja yang
di PHK karena kurang lancarnya bisnis pada saat itu. Tingkat penyerapan tenaga kerja
tidak akan sebesar jumlah tenaga kerja yang terkena PHK.

Anda mungkin juga menyukai