1. Jelaskan sejarah hukum Ketenagakerjaan di Indonesia sejak Pra sampai dengan Pasca
Kemerdekaan
Jawaban:
Sejarah hukum Ketenagakerjaan di Indonesia sampai dengan Pasca Kemerdekaan adalah
sebagai berikut:
Pra Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan Pasca Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
1. Pra Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Sejarah Hukum Perburuhan pada zaman penjajahan dalam berbagai literatur selalu
dimulai dengan Zaman Perbudakan, Zaman Rodi (kerja paksa), Zaman Poenale Sanctie.
Zaman Perbudakan, Zaman Rodi (kerja paksa), Zaman Poenale Sanctie tidak terjadi secara
berurutan namun terjadi diwaktu yang hampir bersamaan pada zaman penjajahan
Belanda.
(1) Zaman Perbudakan
Muchtar Pakpahan menyatakan bahwa Indonesia mengenal perbudakan sebelum
datangnya penjajah ke Nusantara (wilayah Nusantara bekas jajahan Belanda menjadi
wilayah Indonesia). Pada zaman ini budak adalah orang yang bekerja di bawah orang
lain yang tidak memiliki hak apapun, bahkan hak terhadap hidupnya, sementara
pemilik budak merupakan satu-satunya pihak dalam hubungan kerja ini. Budak hanya
memiliki kewajiban yaitu melakukan pekerjaan, mematuhi semua perintah dari
pemilik budak dan pemilik budak tidak berkewajiban untuk memelihara budak yaitu
berupa pemberian pemondokan dan makan.
Perbudakan diawali dimana raja, pengusaha yang mempunyai ekonomi kuat,
membutuhkan pengabdi, sementara penduduk miskin yang tidak berkemampuan
secara ekonomis saat itu cukup banyak yang disebabkan karena rendahnya kualitas
sumber daya manusia, sehingga tidak mengherankan perbudakan hidup tumbuh
dengan subur. Namun secara rinci sebab-sebab terjadinya perbudakan di Indonesia
dikarenakan:
a. Kerajaan-kerjaan kecil terdahulu di tanah air kita sering melakukan peperangan,
dan manakala kerjaan yang kalah diwajibkan mengirimkan upeti dan rakyat dari
kerjaan Kerajaan yang kalah sebagai budak;
b. Kepala suku-suku menggunakan kharismanya sehingga banyak penduduk yang
lemah sebagai pengabdi secara terus menerus dan terikat serta harus tunduk
pada perintahnya;
c. Adanya saudagar-saudagar masa silam yang memelihara dan menjamin
kelangsungan hidup orang-orang yang ekonominya kurang seakan-akan telah
dibeli dari keluarga/ sukunya, dan nasib orang tersebut menjadi sangat
tergantung dan terikat;
d. Adanya orang-orang yang menyerahkan dirinya kepada orang-orang tertentu
yang tingkat kesejahteran hidupnya lebih baik.
Selain daripada tersebut di atas, dikenal pula isttilah perhambaan dan peruluran.
Perhambaan merupakan terjadi hubungan antara penerima gadai menyerahkan
dirinya sendiri atau orang lain yang ia kuasai, atas pemberian pinjaman sejumlah
uang kepada seseorag pemberi gadai. Untuk selanjutnya pemberi gadai memiliki hak
untuk meminta dari orang yang digadaikan untuk bekerja kepada dirinya sampai
uang pinjamannya lunas. Pekerjaan yang dilakukan bukan untuk mencicil utang
pokok tapi untuk kepentingan pembayaran bunga.
Berikutnya pelurulan adalah keterikatan sesorang untuk menanam tanaman
tertentu pada kebun/ ladang dan hasilnya harus dijual kepada Kompeni. Selama
mengerjakan kebun/ ladang ia dianggap sebagai pemiliknya, sedangkan bila
meninggalkannya ia kehilangan hak atas kebun tersebut.
3. Bagaimana yang Anda pahami, apakah untung ruginya bagi seorang pekerja dan pengusaha
dengan bekerjasama dengan Outsourching? sertakan alasannya
Jawaban:
Outsourcing tidak hanya memiliki kelebihan dan kekurangan bagi perusahaan saja.
Outsourcing adalah strategi yang manfaatnya bisa dirasakan oleh karyawan. Tidak hanya
kelebihan, sebagai karyawan kamu juga perlu memperhatikan kekurangan dari outsourcing.
1. Kelebihan outsourcing bagi karyawan
Salah satu kelebihan outsourcing adalah karyawan akan mendapatkan keahlian tambahan.
Hal itu karena biasanya penyedia layanan alih daya mengharuskan mereka untuk
mendapatkan berbagai macam training. Sehingga karyawan bisa lebih berkembang dan
kemampuan baru yang berguna dalam dunia kerja.
Manfaat lain terutama untuk fresh graduate dalam outsourcing adalah sebuah solusi untuk
segera memperoleh pekerjaan karena penerimaannya yang lebih mudah. Nah, keuntungan
untuk kamu yang memiliki keahlian khusus dengan menggunakan jasa outsourcing adalah
akan lebih mudah mendapatkan perusahaan yang membutuhkan kemampuanmu. Banyak
perusahaan yang mencari orang dengan keahlian khusus melalui jasa outsourcing.
2. Kekurangan outsourcing bagi karyawan
Sebelum bergabung dengan penyedia jasa outsourcing, terdapat beberapa hal yang perlu
kamu perhatikan terutama terkait tidak adanya jenjang karir. Sehingga tidak cocok untuk
kamu yang berambisi memiliki jenjang karir yang baik dan jelas. Kekurangan lain dari
outsourcing adalah mengenai kesejahteraan karyawan yang kurang terjamin. Berbeda dengan
pekerjaan tetap yang memiliki banyak benefit terkait kesejahteraan karyawan, tunjangan
untuk pekerja alih daya biasanya tidak banyak diberikan oleh perusahaan.
Salah satu kelemahan outsourcing adalah masa kerja yang kurang jelas dan rentan terhadap
PHK. Terkadang masa kerja karyawan outsourcing pendek, kamu bisa melakukan pekerjaan
atau pelatihan setelahnya. Namun, ada kemungkinan masa kerja panjang dengan gaji yang
kurang layak. Nah, penting untuk kamu memperhatikan isi kontrak dengan jelas untuk
mengantisipasi hal yang tidak diinginkan.
4. Bagaimana yang Anda pahami dalam kebijakan pengupahan yang telah diterapkan oleh
pemerintah belum sepenuhnya dilaksanakan secara maksimal oleh perusahaan –
perusahaan terhadap pekerjanya?
Jawaban:
Si Penyebab utama terjadinya perselisihan antara pekerja/buruh dengan pengusaha
didominasi oleh masalah pengupahan, meskipun landasan hubungan perburuhan kita adalah
Hubungan Industrial Pancasila. Oleh karena itu, untuk mengurangi masalah tersebut
pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan. Semua peraturan tersebut sebagai pelaksana
dari UU Nomor 13 Tahun 2003 yang sifatnya imperative, oleh karenanya setiap pelanggaran
dapat dijatuhi sanksi berupa denda, pidana kurungan, atau pidana penjara. Sanksi ini
dimaksudkan agar pengusaha betul-betul memperhatikan masalah upah. Ada beberapa
kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh, antara lain upah minimum dan upah
kerja lembur Dasar perhitungan upah minimum dan upah lembur adalah upah pokok dan
tunjangan tetap. Penangguhan upah minimum kepada gubernur, sedangkan masalah
perbedaan besarnya upah lembur diajukan ke lembaga pengawas ketenagakerjaan.
Berdasarkan pasal 88 ayat (3) UU 13/2003 jo. Undang-undang Nomor 11 tahun 2020 tentang
Cipta Kerja (UU 11/2020) dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2021 (PP 36/2021),
Kebijakan Pengupahan meliputi:
1. upah minimum;
2. struktur dan skala upah;
3. upah kerja lembur;
4. upah tidak masuk kerja dan/atau tidak melakukan pekerjaan karena alasan tertentu;
5. bentuk dan cara pembayaran upah;
6. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah; dan
7. upah sebagai dasar perhitungan atau pembayaran hak dan kewajiban lainnya.
5. Bagaimana yang Anda pahami akibat hukumnya apabila di suatu perusahaan menggunakan
peraturan perusahaandan perjanjian kerja bersama?
Jawaban:
Dalam hukum ketenagakerjaan “peraturan perusahaan” dan “perjanjian kerja bersama”
adalah sesuatu yang berbeda. Oleh karena itu dibawah ini akan diuraikan perbedaan tersebut.
Berdasarkan Pasal 1 angka 20 UU No. 13 Tahun 2003, disebutkan Peraturan Perusahaan (PP)
adalah :
“Peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan
tata tertib perusahaan.”
Sedangkan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) berdasarkan Pasal 1 angka 21 UU No. 13 Tahun
2003 adalah :
“Perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja /serikat buruh atau
beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggungjawab
di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha, atau perkumpulan
pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kevua belah pihak.”
Berdasarkan uraian diatas, maka pembuatan antara peraturan perusahaan dan perjanjian
kerja bersama sangatlah berbeda prosesnya. Jika peraturan perusahaan hanya dibuat sepihak
oleh pengusaha, sedangkan perjanjian kerja bersama dibuat oleh pengusaha bersama serikat
pekerja/serikat buru, yang notabenenya sebagai representasi pekerja/buruh dalam
perusahaan.
6. Bagaimana tindakan Anda misalkan sebagai pemilik perusahaan apabila para pekerja
melakukan mogok kerja, apa yang Anda lakukan?
Jawaban:
Mogok kerja merupakan hak yang dimiliki setiap pekerja. Akan tetapi, mogok kerja juga
mempunyai aturan dan ketentuan tersendiri sesuai dengan Undang-Undang Tenaga Kerja.
Lalu ketentuan apa saja yang membuat mogok kerja sah atau tidak sah?
Perindustrian di Indonesia semakin berkembang pesat, pemerintah pun harus dapat
mengontrol setiap kegiatan industri yang ada. Untuk itu, ditetapkanlah Undang-Undang No.13
tentang Ketenagakerjaan. Nah, dalam UU No.13 diatur juga mengenai proses penyelesaian
perselisihan hubungan industrial, salah satunya adalah melalui proses perundingan. Namun
ketika proses perundingan tersebut gagal dan tidak mencapai kesepakatan, pekerja dapat
menggunakan haknya untuk melakukan mogok kerja.
“Sah” disini artinya adalah mengikuti procedural yang diatur oleh Undang-Undang. “Tertib
dan damai“ disini artinya adalah tidak mengganggu keamanan dan ketertiban umum dan tidak
mengancam keselamatan jiwa dan harta benda milik perusahaan, pengusaha atau milik
masyarakat.
“Akibat gagal perundingan” disini artinya adalah: Upaya perundingan yang dilakukan
menemui jalan buntu dan gagal mencapai kesepakatan atau Perusahaan menolak untuk
melakukan perundingan walaupun serikat pekerja atau pekerja telah meminta secara tertulis
kepada pengusaha 2 kali dalam tenggang waktu 14 hari.
Syarat administratif yang harus dipenuhi agar mogok kerja dikatakan sah adalah:
1. Pekerja atau Serikat Pekerja wajib memberitahukan secara tertulis kepada
perusahaan/pengusaha dan Disnaker, 7 hari kerja sebelum mogok kerja dijalankan.
2. Dalam surat pemberitahuan tersebut, harus memuat :
• Waktu (hari, tanggal dan jam) dimulai dan diakhiri mogok kerja
• Tempat mogok kerja
• Alasan dan sebab mengapa harus melakukan mogok kerja
• Tanda tangan ketua dan sekretaris serikat pekerja sebagai penanggung jawab mogok
kerja. Apabila mogok kerja akan dilakukan oleh pekerja yang tidak menjadi anggota
serikat pekerja, maka pemberitahuan ditandatangani oleh perwakilan pekerja yang
ditunjuk sebagai koordinator dan/atau penanggung jawab mogok kerja
• Bagi pelaksanaan mogok kerja yang berlaku di perusahaan yang melayani
kepentingan umum atau perusahaan yang jenis kegiatannya berhubungan dengan
keselamatan jiwa manusia, pelaksanaan mogok kerja harus diatur sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu kepentingan umum dan membahayakan keselamatan
masyarakat.
• Instansi pemerintahan dan pihak perusahaan yang menerima surat pemberitahuan
mogok kerja wajib memberikan tanda terima
• Sebelum dan selama mogok kerja berlangsung, instansi yang bertanggung jawab
dibidang ketenagakerjaan wajib menyelesaikan masalah yang menyebabkan
timbulnya pemogokan dengan mempertemukan dan merundingkanya dengan para
pihak yang berselisih
• Jika perundingan tersebut menghasilkan kesepakatan, maka harus dibuatkan
perjanjian bersama yang ditanda-tangani oleh para pihak dan pegawai yang
bertanggung jawab dibidang ketenaga kerjaan sebagai saksi.
• Dan jika dalam perundingan tersebut tidak menghasilkan kesepakatan, maka pegawai
dan instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenaga kerjaan harus menyerahkan
masalah yang menyebabkan terjadinya mogok kerja kepada lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial yang berwenang.
Menurut pasal 142, UU No.13/2003, dinyatakan bahwa apabila mogok kerja yang tidak
memenuhi persyaratan mogok kerja seperti yang diuraikan diatas, maka mogok kerja tersebut
tidak sah. Pada pasal 6 dan 7 Kepmenakertrans No.232/MEN/2003 tentang akibat mogok
kerja yang tidak sah, disebutkan bahwa mogok kerja yang dilakukan secara tidak sah
dikualifikasikan sebagai mangkir. Pemanggilan untuk kembali bekerja bagi pelaku mogok tidak
sah dilakukan oleh pengusaha 2 kali berturut-turut dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari dalam
bentuk pemanggilan secara patut dan tertulis. Pekerja yang tidak memenuhi panggilan
perusahaan untuk kembali bekerja dianggap mengundurkan diri.
Apabila mogok kerja dilakukan secara tidak sah pada perusahan yang melayani kepentingan
umum atau perusahaan yang jenis kegiatannya berhubungan dengan keselamatan jiwa
manusia dan mengakibatkan hilangnya nyawa manusia yang berhubungan dengan
pekerjaannya dikualifikasikan sebagai kesalahan berat.
7. Bagaimana yang Anda pahami tentang pemutusan hubungan kerja sepihak yang terkadang
dilakukan oleh suatu perusahaan terhadap pekerja?
Jawaban:
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal
tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja dan
perusahaan/majikan. Artinya harus adanya hal/alasan tertentu yang mendasari pengakhiran
hubungan kerja ini.
Dalam aturan perburuhan, alasan yang mendasari PHK dapat ditemukan dalam pasal 154A
ayat (1) UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU 13/2003) jo. Undang-undang No.
11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU 11/2021) dan peraturan pelaksananya yakni pasal 36
Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya,
Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja (PP 35/2021).
Ketentuan dalam aturan perburuhan Nasional pada prinsipnya mengenai PHK menyatakan
bahwa berbagai pihak dalam hal ini pengusaha, pekerja, serikat pekerja, dan pemerintah
harus mengupayakan agar tidak terjadi PHK (pasal 151 ayat (1) UU 13/2003 jo. pasal 37 ayat
(1) PP 35/2021)
Lebih lanjut PP 35/2021 pada Bab V, khusus mengatur pemutusan hubungan kerja, dengan
rincian:
1. Pasal 36 mengenai berbagai alasan yang mendasari terjadinya PHK. Alasan PHK
mendasari ditentukannya penghitungan hak akibat PHK yang bisa didapatkan oleh
pekerja.
2. Pasal 37 sampai dengan Pasal 39 mengenai Tata Cara Pemutusan Hubungan Kerja
sejak tahap pemberitahuan PHK disampaikan hingga proses PHK di dalam perusahaan
dijalankan. Lebih lanjut bila PHK tidak mencapai kesepakatan tahap berikutnya
dilakukan melalui mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan industrial sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Pasal 40 sampai dengan Pasal 59 mengenai Hak Akibat Pemutusan Hubungan Kerja
yakni berupa uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, uang penggantian hak,
dan uang pisah. Penghitungannya berdasarkan alasan/dasar dijatuhkannya PHK.
Instrumen hukum perburuhan internasional juga mengakui perlindungan dari PHK yang
sewenang-wenang. Konvensi ILO No. 158 tahun 1982 tentang Pemutusan Hubungan Kerja,
menyebutkan hal-hal yang harus diperhatikan pada tindakan PHK, yakni:
1. Pada dasarnya mengenai PHK harus dilakukan sehati-hati mungkin karena keputusan
PHK terhadap pekerja berpengaruh pada anggota keluarga (yang menjadi tanggungan
pekerja). Oleh karena efek sosial PHK berdampak sangat luas bagi kehidupan pekerja
dan keluarganya, maka diperlukan prinsip kehati-hatian.
2. Seorang pekerja tidak dapat diputus hubungan kerjanya kecuali ada alasan yang sah
untuk pemutusan tersebut dan diatur dalam perundang-undangan masing-masing
Negara.
3. Selain itu masing-masing Negara harus mengatur pula aturan PHK yang mencakup
prosedur dalam melakukan PHK, alasan PHK, dan kompensasi yang berhak diterima
pekerja menurut jenis alasan PHK yang dijatuhkan.
Menurut pasal 61 UU 13/2003 jo. UU 11/2021 perjanjian kerja dapat berakhir, atau artinya
hubungan kerja berakhir, apabila:
Lebih lanjut pasal 154A ayat (1) UU 13/2003 jo. UU 11/2021 dan pasal 36 PP 35/2021 juga
mengatur berbagai alasan PHK dapat dilakukan/diperbolehkan.
Dalam hal PHK tidak dapat dihindari, berdasarkan pasal 37 PP 35/2021, pengusaha diwajibkan
untuk memberitahukan maksud dan alasan PHK kepada Pekerja/Buruh dan/atau Serikat
Pekerja/Serikat Buruh di dalam Perusahaan apabila Pekerja/Buruh yang bersangkutan
merupakan anggota dari Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Pemberitahuan PHK dibuat dalam
bentuk surat pemberitahuan dan disampaikan secara sah dan patut oleh Pengusaha kepada
Pekerja/Buruh dan/atau Serikat Pekerja/Serikat Buruh paling lama 14 (empat belas) hari kerja
sebelum PHK.
Bila PHK dilakukan dalam masa percobaan, surat pemberitahuan disampaikan paling lama 7
(tujuh) hari kerja sebelum PHK.
Apabila pekerja yang telah diberitahu mengenai PHK, menolak atas putusan tersebut, maka
pekerja harus membuat surat penolakan disertai alasan paling lama 7 hari kerja setelah
diterimanya surat pemberitahuan PHK. Dan kemudian harus melalui mekanisme penyelesaian
perselisihan hubungan industrial, dalam hal ini perselisihan PHK, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan (pasal 39 PP 35/2021).
Pemutusan Hubungan Kerja adalah pengakhiran Hubungan Kerja karena suatu hal tertentu
yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara Pekerja dan Pengusaha. Artinya
harus adanya hal/alasan tertentu yang mendasari pengakhiran hubungan kerja ini.
Menurut pasal 154A ayat (1) UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU 13/2003)
jo. Undang-undang No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU 11/2021) dan peraturan
turunannya yakni Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja (PP
35/2021), pada pasal 36 mengatur demikian:
Selamat Mengerjakan