Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVIDU

MAKALAH HUKUM PERBANKAN

JUDUL:
PERBEDAAN PRODUK DANA BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH

Dosen : BAPAK EDI RUSDIANTO S.H. , M.H.

Disusun oleh :

AYU LESTARI
NIM: 191010200247

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PAMULANG

Jl. Surya Kencana No.1 Pamulang Barat, Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan Banten
Kode Pos 15417, Telp/Fax. (021) 7412566, Website: www.unpam.ac.id
KATA PENGANTAR

Segala puji kepada Allah subhanahu wata’ala, karena hanya dengan izin-Nya.
Penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan berjudul “PERBEDAAN PRODUK
DANA BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH” dapat terselesaikan dengan
baik dan tepat waktu. Tidak lupa juga kita panjatkan Salam dan Salawat kepada Nabi
Muhammad shallallahu ‘alihi wasallam.

Makalah ini telah Penulis kerjakan dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat
memperbaiki makalah ini. Akhirnya, penyusun hanya dapat berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak dan terkhusunya bagi mahasiswa hukum maupun pada
bidang ilmu lainnya yang berkaitan dengan makalah ini dan dapat menambah ilmu
pengetahuan bagi pembaca.

Penulis,

Kamis, 20 Oktober 2022

2
A. PRODUK DANA PERBANKAN
Produk Dana
Sebagaimana yang telah dikenal luas oleh masyarakat, terdapat beberapa jenis produk
dana yang dapat dihimpun oleh perbankan. Beberapa produk tersebut, dapat dijelaskan
sebagai berikut:

1. Giro

Giro adalah simpanan dana pihak ketiga, baik dalam mata uang rupiah maupun
valuta asing (valas), yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek/bilyet giro atau sarana perintah pembayaran lainnya, sesuai
ketentuan dan syarat-syarat yang ditentukan oleh bank.

Semua warga Negara Indonesia dan warga negara asing, serta badan usaha dan
institusi lain yang sah menurut hukum yang berlaku dapat membuka rekening giro.
Umumnya syarat ketentuan pembukaan rekening giro tersebut adalah
a. Cakap bertindak menurut hukum;
b. Tidak termasuk Daftar Hitam Bank Indonesia;
c. Mengisi dan menandatangani aplikasi pembukaan rekening dan formulir syarat
khusus rekening giro;
d. Menyerahkan fotokopi identitas diri;

• Untuk badan usaha harus melampirkan


• Surat izin dari instansi berwenang;
• Akta pendirian perusahaan, anggaran dasar, dan perubahannya;
• Daftar susunan pengurus (terutama untuk yayasan/lembaga sosial);
• Surat keputusan bagi instansi/lembaga pemerintah;

e. Menyerahkan fotokopi NPWP;


f. Menyerahkan pasfoto;
g. Menandatangani Kartu Contoh Tanda Tangan;
h. Melakukan setoran awal rekening giro rupiah.

2. Instrumen Pembayaran
Salah satu layanan yang diberikan perbankan adalah instrument pembayaran yang
memberikan kemudahan dalam melakukan bisnis. Beberapa instrument yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
Cek (Cheque)
Cek adalah surat berharga atau alat transaksi pembayaran yang diterbitkan oleh
bank sebagai pengganti uang tunai. Cek merupakan surat perintah tidak bersyarat
dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk membayar suatu jumlah tertentu
pada saat diunjukkan. Berbagai ketentuan umum terkait instrument pembayaran
berupa cek dapat dilihat melalui Boks 3.1 Cek dikeluarkan oleh bank apabila
nasabah memiliki rekening giro, yang dapat dibedakan menjadi beberapa jenis
berikut:
3
1. Cek Atas Nama, yaitu cek yang mencantumkan nama penerima dana dan
bank akan melakukan pembayaran kepada nama yang tertera pada cek
tersebut. Pembayaran dilakukan paling cepat sesuai tanggal yang tertera pada
cek tersebut.
2. Cek Atas Unjuk (Bearer Cheque), yaitu cek yang tidak mencantumkan
nama penerima dana dan bank akan melakukan pembayaran kepada siapa saja
yang membawa cek tersebut. Pembayaran dilakukan paling cepat sesuai
tanggal yang tertera pada cek tersebut.
3. Cek Silang, yaitu cek yang diberi tanda garis menyilang pada ujung kiri atas
cek atau dapat juga diberikan tanda garis menyilang sepanjang cek dari ujung
kiri bawah ke ujung kanan atas. Penyilangan ditujukan untuk pengamanan
cek, dengan konsekuensi membatasi orang-orang dan/atau bank tertentu yang
dapat memperoleh pembayaran atas cek tersebut. Dengan demikian, secara
hukum, tidak pernah ada larangan apabila Cek Silang akan dibayarkan tunai.
Ada 2 (dua) jenis Cek Silang, yaitu sebagai berikut:

• Cek Silang Umum, yaitu cek yang di antara garis silangnya tidak
dimuat suatu petunjuk atau dicantumkan nama pihak yang dapat
memperoleh pembayaran. Konsekuensi dari Cek Silang Umum adalah
pihak tertarik dapat membayarkan cek tersebut kepada bank lain atau
nasabah bank lain.

• Cek Silang Khusus, yaitu cek yang di antara garis silangnya dimuat
petunjuk atau dicantumkan nama suatu bank. Konsekuensi dari Cek
Silang Khusus adalah pihak tertarik hanya dapat melakukan
pembayaran kepada bank yang namanya dicantumkan dalam cek
tersebut.

Jika nama bank yang dicantumkan dalam Cek Silang Khusus adalah nama bank
pihak tertarik sendiri maka Cek Silang Khusus tersebut hanya dapat dibayarkan
kepada nasabahnya.

Selain uraian di atas, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan cek sebagai instrumental pembayaran, sebagaimana uraian berikut:

1. Penarik wajib menyediakan dana yang cukup dalam rekening gironya pada saat
cek ditunjukkan pada bank tertarik.
2. Daluarsa cek dihitung setelah lewat waktu 6 bulan terhitung sejak mulai
tanggal berkahirnya tenggang waktu penawaran, sedangkan tenggang waktu
pengunjukkan cek adalah 70 hari sejak tanggal penarikan.
3. Jika saat cek diunjukkan pada masa pengunjukkan dananya tidak mencukupi,
dikategorikan sebagai “cek kosong”.
4. Jika saat cek diunjukkan setelah daluarsa dananya tidak mencukupi, tidak
dikategorikan sebagai “cek kosong”.
5. Jika ada coretan/perubahan harus ditandatangani oleh pemilik rekening.

4
6. Cek yang jumlah uangnya ditulis dalam huruf dan angka bila terdapat
perbedaan, berlaku jumlah yang ditulis lengkap dengan huruf.
7. Cek hanya dapat dibatalkan oleh pemilik rekening setelah berakhirnya
tenggang waktu pengunjukkan dengan suatu surat pembatalan yang ditujukan
kepada bank tertarik dengan, minimal memuat informasi mengenai nomor cek,
tanggal penarikan, nilai nominal, dan tanggal mulai berlakunya pembatalan.

3. Bilyet Giro

Bilyet giro adalah surat perintah dari nasabah bank penyimpan dana untuk
memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada
rekening pemegang yang disebut namanya. Beberapa ketentuan umum, terkait
dengan instrument pembayaran berupa bilyet giro.

Bilyet giro hanya dapat dibatalkan setelah berakhirnya tenggang waktu penawaran
dengan suatu surat pembatalan yang ditujukan kepada bank tertarik dengan
menyebutkan nomor bilyet giro, tanggal penarikan, dan jumlah dana yang
dipindahkan.

Syarat Formal: Syarat formal dari bilyet giro adalah pencantuman beberapa hal
berikut:

• Nama “bilyet giro” dan nomor bilyet giro yang bersangkutan.


• Nama tertarik.
• Perintah yang jelas dan tanpa syarat untuk memindahbukukan dana atas
beban rekening penarik.
• Nama dan nomor rekening pemegang.
• Nama bank penerima.
• Jumlah dana yang dipindahkan, baik dalam angka maupun dalam huruf
selengkap-lengkapnya.
• Tempat dan tanggal penarikan.
• Tanda tangan, nama jelas, dan/atau dilengkapi dengan cap/stempel dengan
persyaratan pembukaan rekening.

Hal Penting: Berikut berbagai penting yang harus diperhatikan bila menggunakan
bilyet giro.

• Tenggang waktu penawaran bilyet giro adalah 70 terhitung sejak tanggal


penarikan.
• Tanggal efektif merupakan tanggal mulai berlakunya perintah
pemindahbukuan, yang harus berada dalam tenggang waktu penawaran.
• Bilyet giro yang ditawarkan kepada bank sebelum tanggal efektif atau
sebelum tanggal penarikan harus ditolak oleh bank, tanpa memperhatikan
tersedia atau tidaknya dana dalam rekening penarik.
• Daluarsa bilyet giro dihitung setelah lewat waktu 6 bulan terhitung mulai
tanggal berakhirnya tenggang waktu penawaran.
5
• Bila tanggal efektif tidak ada maka tanggal penarikan berlaku sebagai tanggal
efektif.
• Jika ada coretan/perubahan pada bilyet giro harus ditandatangani oleh si
penerbit.

B. PERBEDAAN BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH

Pengertian Konvensional dan Bank Syariah menurut Para Ahli sebagai berikut:
- Bank Konvensional menurut Triandaru dan Budi Santoso (2006) berpendapat yang
menyatakan bahwa bank konvensional yaitu bank yang aktivitasnya, baik
penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan
mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam persentase tertentu
dari dana untuk suatu priode tertentu.
- Bank syariah menurut Heri Sudarsono (2003:27) berpendapat yang menyatakan
bahwa bank syariah secara umum adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah.

Perbedaan bank konvensional dan bank syariah juga terletak pada tujuannya. Bank
konvensional memiliki tujuan keuntungan dengan sistem bebas nilai atau dengan prinsip
yang dianut oleh masyarakat umum. Sedangkan, bank syariah tidak hanya berfokus pada
keuntungan atau profit saja.

Bank konvensional dapat melakukan pengelolaan Dana di dalam seluruh lini bisnis yang
menguntungkan di bawah naungan Undang-Undang. Sedangkan, bank syariah
menggunakan aturan Islam dalam mengelola uang nasabahnya. Bank syariah akan
mengelola dana nasabah pada lini bisnis yang diizinkan oleh aturan Islam.

Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah secara garis besar, perbedaan bank
konvensional dan bank syariah adalah sebagai berikut:

1. Bank konvensional menggunakan prinsip bebas nilai, sementara bank syariah


berinvestasi pada usaha yang halal.
2. Bank konvensional menggunakan sistem bunga, bank syariah berdasarkan asas bagi
hasil, margin keuntungan, dan fee.
3. Besaran bunga di bank konvensional tetap, sementara bagi hasil di bank syariah
berubah-ubah tergantung kinerja usaha.
4. Bank konvensional berorientasi laba, sementara bank syariah berorientasi profit dan
falat (kebahagiaan dunia dan akhirat.
5. Pola hubungan bank konvensional debitur dan kreditur, sementara bank syariah pola
hubungan yang digunakan kemitraan (musyarakah dan mudharabah), penjual –
pembeli (murabahah, salam dan istishna), sewa menyewa (ijarah), debitur – kreditur;
dalam pengertian equity holder (qard).
6. Di dalam bank konvensional tidak ada lembaga sejenis dengan Dewan Pengawas
Syariah (DPS), sementara ada DPS pada bank syariah.

6
Perbedaan Utama Bank Konvensional dengan Bank Syariah adalah sebagai
berikut:

7. Sistem Operasional
Bank Syariah jelas berbeda dengan Bank Konvensional. Dalam hal sistem
operasional, Bank Syariah mengikuti landasan dari prinsip-prinsip syariat Islam
dengan memberlakukan Akad yang sah sesuai prinsip tersebut. Dan semua aktivitas
yang dilakukan Bank Syariah harus sesuai dengan Fatwa yang dikeluarkan oleh
lembaga MUI yang berdasarkan syariah Islam. Pelaksanaan operasional Bank
Syariah diawasi juga oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Berbeda dengan Bank
Konvensional yang dimana sistem operasional dijalankan atas prosedur perbankan
yang diatur oleh Pemerintah melalui lembaga keuangan dan pihak yang terkatit
dengan hal tersebut, selain itu Bank harus tunduk pada aturan Hukum yang berlaku.

8. Cara Pengelolaan Dana


Untuk pengelolaan dana ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Untuk Bank
Syariah, pengelolaan dana nasabah harus sesuai dengan syariat Islam, dengan
memberikan pembiayaan hanya kepada kegiatan yang dapat dinilai Halal. Lain
halnya dengan Bank Konvensional yang bebas menerima dan menyalurkan dana
asalkan menguntungkan dan tidak menyalahi aturan Pemerintah yang berlaku. Hal
ini penting diketahui karena pada dasarnya bank memiliki kewajiban terkait dana
simpanan dan investasi kepada nasabah.

9. Orientasi Perbankan
Hal ini yang paling dasar sekali untuk diketahui, sebab Bank Syariah selain lembaga
yang mencari keuntungan, Bank Syariah juga menjalankan aktivitas bisnis yang
mengedepankan kemakmuran, kebahagiaan dunia akhirat. Hal itu wajar kalau
banyak nasabah Bank Syariah yang merasa lebih nyaman untuk menitipkan dananya
kepada Bank Syariah. Sedangkan Bank Konvensional cenderung mengedepankan
profit oriented.

10. Pembagian Keuntungan


Kita semua mungkin sudah mengetahui bahwa Bank Konvensional menjalankan
binis dengan konsep Bunga, sehingga keuntungan yang diberikan oleh Bank kepada
nasabah tidak berhubungan dengan kinerja bisnis perbankan. Ketika pendapatan
Bank Konvensional meningkat, nasabah tidak akan mendapatkan keuntungan yang
meningkat juga dan sebaliknya, sebab hal itu dibatasi dengan rate Bunga yang sudah
ditetapkan oleh pihak bank.
Berbeda dengan Bank Syariah yang memberikan keuntungan sesuai dengan kinerja
Bank tersebut. Dengan persentase pembagian Nisbah (Bagi Hasil) yang sesuai
produk perbankan yang digunakan, masyarakat memperoleh keuntungan lebih ketika
Bank Syariah yang digunakan mengalami peningkatan pendapatan dan sebaliknya.
7
11. Pengawasan Perbankan
Untuk Bank Syariah diawasi oleh Dewan Pengawas yang terdiri dari beberapa Ahli
Ekonomi dan Agama yang mengerti mengenai fiqih muamalah. Hal itu dilakukan
agar seluruh proses kegiatan Bank Syariah tidak menyimpang dengan aturan dan
prinsip perbankan syariah yang sesuai dengan syariat islam.
Sedangkan Bank Konvensional tidak memiliki Dewan Pengawas. Hanya saja seluruh
kegiatan dan transaksi yang dilakukan Bank Konvensional harus berdasarkan
hukum-hukum yang dikeluarkan oleh Pemerintah.Itulah beberapa perbedaan yang
mendasar antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional.

Anda mungkin juga menyukai