Perspektif Tujuan
Penciptaan Manusia
ISTEK
Tea
Safira Rijka
D500210079 m Salsabila raidah
D500210091
Dalam surah al-mu’minun ayat 12 - 14 telah di tegaskan tentang proses penciptaan manusia
secara lengkap, Allah berfirman
“ Dan sesungguhnya, kami telah menciptakan manusia dari sari pati (berasal) dari tanah. Kemudian
kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian, air
mani itu kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus
dengan daging, kemudian, kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah,
pencipta yang paling baik” ( QS. Al Mu’minun : 12 – 14).
Manusia sebagai Puncak
Penciptaan Alam
Dalam konteks tujuan akhir penciptaan alam, maka seluruh isi alam adalah untuk manusia. Al-Qur’an
sendiri menyebutkan: “Dialah (Tuhan) yang menjadikan segala apa yang ada di bumi untukmu.” [QS Al-
Baqarah (2):29].
Sedangkan dalam konteks puncak penciptaan alam, manusia secara biologis adalah makhluk yang paling
lengkap dan paling canggih.
Adapun unsur khas manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk-makhluk lain adalah akal. Secara
fungsional, akal terbagi dalam dua daya yaitu : kemampuan kognitif atau teoritis, dan kemampuan
manajerial atau praktis. Cara akal mengabstraksikan makna dari data-data inderawi adalah dengan
mengelompokkan data-data inderawi yang masuk dalam kategori-kategori tertentu, sehingga
menghasilkan konsep-konsep yang universal.
Rohani menjadikan manusia bukan hanya makhluk fisik, melainkan juga makhluk spiritual. Wahyu
merupakan sabda atau firman Allah yang disampaikan kepada manusia yang menjadi pilihan-Nya (yang
telah mencapai tinggkat kesempurnaan, disebut Al-Insan Al-Kamil, yaitu Nabi atau Rasul) untuk terus
disampaikan kepada manusia lainnya sebagai pegangan dan panduan hidup.
Tujuan Penciptaan Manusia