Anda di halaman 1dari 4

Juliasih Partini - Efek Circular Dichroism pada Metamaterial Chiral Planar 49

Efek Circular Dichroism pada Metamaterial Chiral Planar


(masuk/received 4 Juni 2018, diterima/accepted 21 Juli 2018)x
The Circular Dichroism Effect on a Planar Chiral Metamaterial
Juliasih Partini
Departemen Fisika FMIPA UGM
Sekip Utara Yogyakarta
juliasih@ugm.ac.id

Abstrak – Penelitian ini mengkaji efek circular dichroism pada metamaterial chiral planar. Bidang polarisasi akan
terotasi ketika cahaya yang terpolarisasi linear melewati metamaterial chiral planar. Pada efek circular dichroism,
cahaya yang terpolarisasi circular putaran kanan dan putaran kiri akan mempunyai perbedaan absorpsi dalam
interaksinya dengan partikel penyusun metamaterial chiral planar. Spektrum eliptisitas metamaterial chiral planar
menunjukkan eliptisitas bahan yang bernilai positif untuk sampel putar kanan dan bernilai negatif untuk sampel putar
kiri. Nilai eliptisitas diperoleh sebesar maksimal +0,3 dan 0,3 terjadi pada frekuensi 1,29 THz. Eliptisitas maksimum
menunjukkan adanya kopling antara foton dengan plasmon permukaan sampel. Polaritas yang berlawanan
menunjukkan perbedaan absorbansi antara sampel putar kanan dan sampel putar kiri. Hasil tersebut juga menunjukkan
adanya perubahan polarisasi linear pada laser femtosekon menjadi polarisasi eliptik pada gelombang THz hasil emisi
sampel metamaterial chiral planar. Kemampuan metamaterial chiral planar dalam memutar bidang polarisasi dan
merubah menjadi polarisasi circular menjadikan bahan ini layak dijadikan alternatif polarisator dalam ranah terahertz.

Kata kunci: metamaterial, circular dichroism, chirality, polarisasi, eliptisitas

Abstract – This paper describes the circular dichroism effect on planar chiral metamaterial. When a linearly polarized
light passes through the planar chiral metamaterial, its polarization plane will rotate. On the circular dichroism effect,
the right and left circulary polarized light will have different absorption due to its interaction with a planar chiral
metamaterial. The ellipticity spectrum of a planar chiral metamaterial sample shows a positive ellipticity value for the
counter clock-wise sample and a negative value for the clock-wise sample. The maximum ellipticity value is determine as
+0,3 and 0,3 at frequency of 1,29 THz. The values show the existence of a coupling between photon and the sample
surface plasmon. The opposite polarity indicates that the clock-wise and the counter clock-wise sample have different
absorbance. The determined ellipticity value also reveals that the linearly polarized femtosecond laser light has
transformed to elliptical polarized THz wave on a planar chiral metamaterial sample emission. The planar chiral
metamaterial capability to rotate the polarization plane into circulary polarized wave, makes the material can be
considered as an alternative polarizer in terahertz field.
Key words: metamaterial, circular dichroism, chirality, polarization, ellipticity

I. PENDAHULUAN adalah adanya keharusan indeks bias negatif berasal dari


nilai permeabilitas magnetik dan permitivitas elektrik
Metamaterial berasal dari bahasa Yunani meta (μετά) yang negatif secara simultan. Indeks bias negatif
yang artinya melebihi, sehingga metamaterial dapat diperoleh dengan dua struktur yang masing-masing
diartikan sebagai suatu material yang mempunyai sifat mempunyai jangkau frekuensi resonansi yang berbeda,
lebih dari material biasa. Metamaterial merupakan yakni struktur yang akan memberikan respon elektrik dan
material buatan dengan indeks bias negatif yang memiliki struktur yang lain sebagai respon magnetiknya. Hasil
permitivitas elektrik dan permeabilitas magnetik bernilai penelitian Zhou [2] menunjukkan pengurangan dimensi
negatif secara simultan [1]. Indeks bias negatif menjadi struktur tidak mampu menambah frekuensi resonansi
salah satu fenomena yang menarik untuk dikaji dan magnetiknya.
mendapat perhatian yang cukup luas. Salah satu aplikasi Munculnya struktur metamaterial baru yang disebut
fenomena ini adalah pembuatan jubah tidak nampak sebagai metamaterial struktur chiral membawa perubah-
(invisible cloak), yaitu peralatan selubung yang dapat an yang signifikan dalam penelitian metamaterial [3].
menyembunyikan suatu obyek dari penglihatan mata Struktur ini menjawab kesulitan pengembangan
manusia. Jika di masa awal metamaterial hanya mampu metamaterial dalam mendapatkan bahan berindeks bias
berfungsi pada ranah GHz, maka dalam perkembangan- negatif yang menuntut adanya dua struktur yang sangat
nya metamaterial telah mampu bekerja pada frekuensi berbeda karakteristiknya namun dengan frekuensi
THz. Hal ini didasarkan pada upaya untuk mendapatkan resonansi yang sama. Kemudahan dalam fabrikasi juga
bahan metamaterial yang dapat digunakan pada frekuensi menjadi alasan banyaknya penelitian yang kemudian
cahaya tampak. Salah satu kelemahan metamaterial dilakukan dengan menggunakan metamaterial chiral.

Risalah Fisika Vol. 2 no. 1 (2018) 49-23


ISSN 2548-9011
50 Juliasih Partini - Efek Circular Dichroism pada Metamaterial Chiral Planar

Adanya sifat instrinsik asimetri pada chiral memberikan


lintas kopling antara medan listrik dan medan magnet
pada metamaterial chiral. Metamaterial chiral akan
menghasilkan indeks bias yang berbeda untuk masing-
masing polarisasi. Chirality bahan juga akan
memunculkan aspek optical activity dan circular
dichroism bahan [4]. Metamaterial struktur chiral lebih
sederhana dalam fabrikasi. Struktur ini tidak
mengharuskan keterlibatan dua elemen struktur yang
Gambar 1. Efek circular dichroism saat gelombang melintasi
digabung pada frekuensi resonansi yang sama, tetapi
medium chiral.
mampu memberikan nilai indeks bias yang berbeda untuk
setiap sudut polarisasi circularnya. polarisasi melingkar inilah yang menjadi dasar circular
Penelitian metamaterial chiral struktur screwed hole dichroism dan dapat dikarakterisasi dengan nilai
pada lapisan tipis perak yang dikembangkan oleh eliptisitas gelombang.
Miyamaru dan Hangyo [4]. Desain ini mampu Kajian efek circular dichroism pada metamaterial
menghasilkan optical activity yang cukup besar pada chiral planar diawali dengan desain struktur metamaterial
jangkau THz, sedangkan metamaterial chiral struktur chiral planar pada lapisan tipis perak menggunakan
Split Ring Resonator susunan simetri mampu sistem Focused Ion Beam (FIB). Spektroskopi Emisi
memunculkan respon optik dalam jangkau GHz [5]. Terahertz digunakan untuk mengamati munculnya
Resonator chiral tersebut dimodelkan seperti pada pancaran sinyal THz yang merupakan gejala optika non
rangkaian LC. Arus osilasi yang mengalir dalam loop linear pada struktur metamaterial chiral planar serta
logam akan menghasilkan medan listrik pada gap dan menentukan spektrum eliptisitas pada struktur putar kiri
medan magnet yang melingkari loop sehingga dan struktur putar kanan. Spektrum eliptisitas dapat
membangkitkan respon kelistrikan dan kemagnetan yang digunakan untuk meneliti aspek circular dichroism yang
kuat. Dipol listrik dan dipol magnet akan menghasilkan menjadi parameter utama chirality suatu struktur
renonansi struktural yang sama, sementara eksitasi dari metamaterial chiral. Hal ini dilakukan untuk melihat
satu dipol akan memberikan indeks bias negatif pada satu seberapa jauh sifat chiral desain ini mampu mengubah
keadaan polarisasi circularnya. Struktur metamaterial keadaan polarisasi bahan metamaterial.
chiral kemudian banyak dikembangkan, seperti: struktur
bentuk mawar [6], struktur bentuk Y [7], struktur persegi II. METODE PENELITIAN
[8], struktur spiral [9], maupun struktur gammadion [10].
Struktur yang berbeda ini menentukan frekuensi resonan- Riset awal yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
si yang berbeda pula. Perbedaan frekuensi resonansi ini metamaterial chiral planar yang diperoleh mampu
karena pada struktur yang berbeda akan diperoleh ko- memberikan respon non linear dan respon optik yang
pling momen dipol magnetik dan momen dipol dengan sesuai dengan karakteristik chirality sampel [11]. Hasil
arah yang berbeda. Hal ini akan mengakibatkan perubah- pengujian kestabilan pola menjadi dasar pada proses
an pada polarisasi magnetik maupun polarisasi listriknya. fabrikasi dengan membuat sampel dengan dua arah
Parameter chirality seperti koefisien chiral, optical putaran yang berbeda. Gambar 2 memperlihatkan pola
activity, dan circular dichroism menjadi sangat penting desain chiral optimal yang diperoleh dengan ukuran
dalam mengoptimalkan struktur chiral. Material yang struktur chiral persegi dengan panjang 1,2 m, lebar 0,3
menyebabkan kondisi transmisi pada keadaan polarisasi m, dan kedalaman 0,3 m. Arah panah yang
menjadi berkurang disebut mengalami dichroic atau membentuk arah putar kanan atau putar kiri menunjukkan
diattenuation. Gelombang elektromagnetik yang kedalaman yang berbeda pada tiap pola persegi yang
terpolarisasi circular putar kiri dan putar kanan akan dibentuk di atas lapisan tipis perak.
mempunyai perbedaan dalam interaksinya dengan
partikel-partikel penyusun material chiral yang
dilewatinya. Perbedaan ini berkaitan dengan perbedaan
dalam absorpsi dan distorsi pada dua polarisasi serta spin
momentum sudut yang terjadi. Gambar 1 menjelaskan
efek circular dichroism dan perubahan keadaan polarisasi
gelombang saat melintasi medium chiral.
Resultan polarisasi melingkar putar kiri dan putar
kanan menghasilkan gelombang terpolarisasi linear Gambar 2. Metamaterial Chiral panar arah (a) putar kanan (b)
dalam arah horisontal (x). Saat melintasi medium, terjadi putar kiri (c) kedalaman pola sample.
pengurangan amplitudo pada gelombang terpolarisasi
melingkar putar kiri. Hal ini menunjukkan adanya Alat utama yang digunakan adalah sistem Focused
perbedaan absorpsi pada masing-masing arah putaran. Ion Beam dan Spektroskopi Emisi Terahertz. Focused Ion
Setelah melewati medium chiral, terjadi atenuasi Beam digunakan dalam desain hingga fabrikasi sampel
gelombang yang menghasilkan resultan gelombang metamaterial chiral planar. Optimalisasi sampel
terpolarisasi eliptik. Perubahan polarisasi linear menjadi dilakukan dengan perbedaan arah putaran struktur dan

Risalah Fisika Vol. 2 no. 1 (2018) 49-52


ISSN 2548-9011
Juliasih Partini - Efek Circular Dichroism pada Metamaterial Chiral Planar 51

jumlah struktur dalam sampel, sedangkan spektroskopi sebagai komponen detektor electro-optic berubah
emisi terahertz digunakan untuk mendapatkan sinyal THz menjadi terpolarisasi eliptik. Kemudian berkas yang
dan karakterisasi chirality pada sampel metamaterial terpolarisasi eliptik tersebut setelah melewati QWP
chiral planar. Pengukuran sampel diawali dengan berubah menjadi terpolarisasi melingkar. Polarisasi
pengukuran emisi sinyal THz menggunakan laser melingkar ini, oleh PD (photodetector balanced), dapat
femtosekon yang dilewatkan pada sampel. Sinyal emisi dipisahkan menjadi pengukuran dua keadaan polarisasi
yang diperoleh akan memperlihatkan frekuensi resonansi linear yang saling ortogonal.
metamaterial chiral planar. Kemudian dengan peralatan Karakteristik sifat chiral suatu medium diwakili oleh
yang sama dilakukan pengukuran respon keadaan eliptisitas () dan sudut rotasi polarisasi (). Pada vektor
polarisasi gelombang THz yang diemisikan oleh sampel medan listrik yang terpolarisasi melingkar, terdapat dua
metamaterial chiral tersebut. Pengukuran tanggap non jenis polarisasi melingkar, yakni polarisasi melingkar
linear pada sampel metamaterial chiral planar putar kanan (searah jarum jam) dan polarisasi melingkar
menggunakan spektroskopi emisi terahertz tampak pada putar kiri (berlawanan dengan arah jarum jam). Demikian
Gambar 3. juga pada vektor medan listrik yang terpolarisasi eliptik.
Sudut rotasi polarisasi merupakan sudut antara sumbu
mayor polarisasi eliptik dengan sumbu horisontalnya.
Sedangkan eliptisitas adalah perbandingan sumbu mayor
dengan sumbu minor pada polarisasi eliptiknya. Polarisa-
si melingkar akan diperoleh ketika nilai eliptisitas sama
dengan 1. Jika didefinisikan vektor EL sebagai vektor
medan listrik yang terpolarisasi melingkar putar kiri dan
ER adalah vektor medan listrik yang terpolarisasi
melingkar putar kanan, maka eliptisitas dapat diperoleh
dalam bentuk
Gambar 3. Skema Spektroskopi Emisi Terahertz.
. (1)
Sistem spektroskopi ini menggunakan sumber
radiasi berupa laser Ti:Sapphire amplified regeneratif Pada gelombang THz terpolarisasi melingkar putar kiri,
100 fs dengan panjang gelombang sentral 800 nm. Laser diperoleh nilai eliptisitas  = 1, yang memiliki arti pada
ini, dalam pengukuran sinyal THz, menggunakan mode keadaan polarisasi tersebut tidak dapat diperoleh sudut
signal pulsa. Berkas laser Ti:Sapphire kemudian terbagi rotasi polarisasinya.
menjadi dua, yakni berkas laser probe dan berkas laser
pemompa, dengan menggunakan sebuah Beam Splitter III. HASIL DAN PEMBAHASAN
(BS). Berkas laser pemompa melewati chopper yang Dichroic dapat diartikan sebagai suatu keadaan di mana
diatur pada frekuensi 500 Hz dan kemudian mengenai transmisi keadaan polarisasi menjadi berkurang. Eliptisi-
sampel metamaterial chiral yang ditempatkan pada posisi tas adalah perbandingan sumbu mayor dengan sumbu
45 terhadap arah datangnya berkas. Serapan energi laser minor pada polarisasi eliptiknya. Jika eliptisitas bernilai
oleh sampel metamaterial chiral akan menyebabkan 0, artinya polarisasi yang terjadi adalah polarisasi linear.
proses non-linear di dalam matamaterial dan menghasil- Sebaliknya jika eliptisitas bernilai 1 artinya polarisasi
kan emisi THz. Setelah sampel mampu menghasilkan yang terjadi adalah polarisasi circular. Hasil pengukuran
emisi THz, digunakan NIR (Near Infra Red) filter (berupa memperoleh nilai eliptisitas sebagai fungsi dari frekuensi
gabus polystyrene yang dilengkapi dengan polyethylene dengan nilai eliptisitas berada dalam rentang 1 <  <
hitam) untuk mengantisipasi kemungkinan kebocoran +1. Hal ini menunjukkan bahwa gelombang THz yang
berkas NIR yang menyertai gelombang THz. Emisi THz diperoleh mempunyai polarisasi eliptik.
yang diperoleh kemudian digabungkan dengan berkas
laser probe yang menuju ke detektor elektro optik ZnTe.
Parabolic mirror (PM) digunakan untuk mengarahkan
emisi THz tersebut agar emisi yang dihasilkan bertemu
dengan berkas laser probe dan menuju ke detektor.
Perubahan polarisasi berkas laser probe disebabkan oleh
adanya sifat birefringence pada detektor ZnTe. Sebuah
QWP (quarter-wave plate) ditempatkan di posisi setelah
detektor untuk menghasilkan dua komponen berkas laser
yang terpolarisasi ortogonal. Kedua komponen berkas
laser tersebut dipisahkan dengan menggunakan prisma
wollaston. Sebuah photodetector balanced (PBS) yang
terdiri dari dua fotodiode (PD1 dan PD2) digunakan
untuk mengukur perbedaan tegangan masing-masing
komponen yang sebanding dengan medan THz.
Penggabungan berkas laser probe dan berkas THz yang Gambar 4. Spektrum eliptisitas metamaterial chiral
awalnya terpolarisasi linear, saat melewati detektor ZnTe planar.

Risalah Fisika Vol. 2 no. 1 (2018) 49-23


ISSN 2548-9011
52 Juliasih Partini - Efek Circular Dichroism pada Metamaterial Chiral Planar

Hasil pengukuran eliptisitas sampel metamaterial mudah dinyatakan bahwa perbedaan intensitas ini terjadi
chiral planar ditunjukkan pada Gambar 4. Analisa hasil karena adanya perbedaan proses absorbansi pada sampel
pada sampel 1 dan sampel 2 menunjukkan bahwa sampel yang menunjukkan chirality bahan.
dengan putaran kanan mempunyai nilai eliptisitas positif,
sedangkan sampel dengan putaran kiri bernilai eliptisitas IV. KESIMPULAN
negatif. Polaritas yang berlawanan, yakni nilai eliptisitas
yang positif atau negatif ini berkaitan dengan Metamaterial chiral planar yang dikembangkan melalui
kemampuan putaran rotasi bidang polarisasi masing- tahapan desain, pengujian, dan fabrikasi, menunjukkan
masing sampel. Sampel metamaterial chiral persegi putar bahwa ukuran panjang 1,2 m, lebar 0,3 m dan keda-
kanan yang mampu memutar bidang polarisasi ke arah laman 0,3 m mampu memberikan respon non-linear dan
kanan akan mempunyai nilai eliptisitas positif. Demikian respon chirality. Efek circular dichroism metamaterial
juga sebaliknya, sampel metamaterial chiral persegi putar chiral planar ditunjukkan dengan eliptisitas bahan yang
kiri yang memutar bidang polarisasi ke arah kiri akan bernilai positif untuk sampel putar kanan dan bernilai
memiliki nilai eliptisitas negatif. negatif untuk sampel putar kiri. Nilai eliptisitas diperoleh
Eliptisitas maksimal sebesar + 0,3 dan  0,3 terjadi sebesar maksimal +0,3 dan 0,3 terjadi pada frekuensi
pada frekuensi yang sama, yaitu pada frekuensi 1,29 1,29 THz. Polaritas yang berlawanan menunjukkan
THz. Hasil tersebut juga menyatakan bahwa terjadi perbedaan absorbansi antara sampel putar kanan dan
perubahan polarisasi linear pada laser femtosekon sampel putar kiri. Hasil tersebut juga menyatakan bahwa
menjadi polarisasi eliptik pada gelombang THz dari terjadi perubahan polarisasi linear pada laser femtosekon
sampel metamaterial chiral. Polarisasi eliptik putar kanan menjadi polarisasi eliptik pada gelombang THz hasil
dan putar kiri memiliki ketergantungan terhadap putaran emisi sampel metamaterial chiral planar.
sampel yang digunakan. Hasil yang diperoleh sesuai
dengan referensi hasil pengukuran eliptisitas gelombang PUSTAKA
THz emisi metamaterial struktur screwed-hole pada
lapisan tipis perak oleh Miyamaru dan Hangyo [4]. 1. J.B. Pendry, 2000, Negative Refraction Makes a Perfect
Lens, Phys. Rev. Lett. 85, pp. 3966 – 3969.
Mekanisme efek circular dichroism yang berkaitan
2. J. Zhou, T. Koschny, M. Kafesaki, E.N. Economou, J.B.
dengan chirality bahan ditunjukkan dengan adanya Pendry, dan C.M. Soukoulis, 2005, Saturation of the
perbedaan intensitas yang terukur pada sampel magnetic response of split-ring resonators at optical
terpolarisasi putar kanan (IR) dan sampel terpolarisasi frequencies, Phys. Rev. Lett. 95, pp. 223902
putar kiri (IL), seperti yang tampak pada Gambar 5. 3. J.B. Pendry, 2004, A Chiral Route to Negative Refraction,
Science 306, pp. 1353 – 1355
4. F. Miyamaru, dan M. Hangyo, 2006, Strong optical activity
in chiral metamaterials of metal screw hole arrays, Applied
Physics Letters, 89, 211105, pp. 1 – 3
5. B. Wang, J. Zhou, T. Koschny, dan C.M. Soukoulis, 2009,
Nonplanar Chiral Metamaterials with Negative Index, Appl.
(a) (b) (c) Phys. Lett., 94, 151112.
6. E. Plum, J. Zhou, V.A. Dong, T. Fedotov, C.M. Koschny,
Gambar 5. Skema terjadinya efek circular dichroism Soukoulis, dan N.I. Zheludev, 2009, Metamaterial with
pada metamaterial chiral negative index due to chirality, Phys. Rev. B : Condens.
(a) Perbedaan intensitas IR dan IL Matter, 79, 035407.
(b) Penjumlahan intensitas IR dan IL dan 7. X. Ma, C. Huang, M. Pu, W. Pan, Y. Wang, dan X. Luo,
pengurangan intensitas IR dan IL 2013, Circular Dichroism and Optical Rotation in Twisted
(c) Sumbu mayor dan sumbu minor eliptisitas Y-Shaped Chiral Metamaterial, Applied Physics Express, 6,
yang terbentuk 022001, pp. 1 – 3
8. F. Fang, dan Y. Cheng, 2013, Dual-band terahertz chiral
Pada Gambar 5(a) diperoleh gelombang circular
metamaterial with giant optical activity and negative
dengan perbedaan intensitas pada sampel terpolarisasi refractive index based on cross-wire structure, Progress in
circular putar kiri dan sampel terpolarisasi circular putar Electromagnetics Research M, 31, pp. 59-69
kanan. Penjumlahan intensitas IR dan IL dan pengurangan 9. T. Kan, A. Isozaki, N. Kanda, N. Nemoto, dan K. Konishi,
intensitas IR dan IL pada Gambar 5(b) membentuk pola 2013, Spiral metamaterial for active tuning of optical
eliptik. Perbedaan intensitas pada sampel terpolarisasi activity, Applied Physics Letters, 102, 221906, pp. 1 – 4
circular putar kanan dan terpolarisasi circular putar kiri 10. G. Kenanakis, R. Zhao, N. Katsarakis, M. Kafesaki, C.M.
inilah yang menimbulkan perubahan polarisasi yaitu Soukoulis, dan E.N. Ecomomou, 2014, Optically
menjadi terpolarisasi eliptik. Gambar 5(c) menunjukkan controllable THz chiral metamaterials, Optics Express, 22,
10, pp. 12149 - 12154
eliptisitas yang merupakan rasio sumbu mayor dan sum-
11. P. Juliasih, A. Kamsul, H. Arief, S. Tomita, dan M.
bu minor pada elips yang terbentuk juga menunjukkan Takahiro, 2015, Terahertz Signal Measurement on a Chiral
rasio perbedaan intensitas sampel terpolarisasi putar kiri Metamaterial Using Terahertz Emission Spectroscopy,
dan terpolarisasi putar kanan. Kondisi ini dapat dengan Applied Mechanics and Materials, 771, pp. 125 - 128.

Risalah Fisika Vol. 2 no. 1 (2018) 49-52


ISSN 2548-9011

Anda mungkin juga menyukai