Oleh
Ingratsusi Marviani, S.Pd
14708251026
Spektroskopi Vibrasi
Sumber energi
Spektrofotometri Infra Red atau Infra Merah merupakan suatu metode yang mengamati
interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang
gelombang 0,751.000 m atau pada bilangan gelombang 13.00010 cm-1 dengan
menggunakan suatu alat yaitu Spektrofotometer Inframerah.
Metode ini banyak digunakan pada laboratorium analisis industri dan laboratorium riset
karena dapat memberikan informasi yang berguna untuk analisis kualitatif dan kuantitatif,
serta membantu penerapan rumus bangun suatu senyawa.
Pada era modern ini, radiasi inframerah digolongkan atas 4 (empat) daerah, yaitu :
No.
Daerah Inframerah
Panjang
Gelombang ()
dalam m
Bilangan
Gelombang dalam
Frekuensi (Hz)
-1
cm
1.
Dekat
0,78 2,5
13.000 4.000
2.
Pertengahan
2,5 50
4.000 200
3.
Jauh
Untuk analisis
instrumen
50 1000
200 10
2,5 15
4.000 670
4.
peresapannya kompleks. Konsep dasar dari spektra vibrasi dapat diterangkan dengan
menggunakan molekul sederhana yang terdiri dari dua atom dengan ikatan kovalen. Dengan
menggunakan Hukum Hooke, dua atom tersebut dihubungkan dengan sebuah pegas.
Persamaan yang diturunkan dari Hukum Hooke menyatakan hubungan antara frekuensi,
massa atom, dan tetapan dari kuatnya ikatan (forse constant of the bond).
KETERANGAN :
v = frekuensi vibrasi (cm-1)
c = kecepatan cahaya (cm/sec)
k = force constant of bond (dynes/cm)
m = massa atom (g)
Halhal yang dapat mempengaruhi jumlah resapan maksimum secara teoritis adalah :
1. Frekuensi vibrasi fundamental jatuh di luar daerah 2,515 m
2. Resapan terlalu lemah untuk diamati
3. Beberapa resapan sangat berdekatan hingga tampak menjadi satu
4. Beberapa resapan dari molekul yang sangat simetris, jatuh pada frekuensi yang sama
5. Vibrasi yang terjadi tidak mengakibatkan terjadinya perubahan dipole moment dari
molekul
Macam Macam Vibrasi
1.
Vibrasi Regangan (Streching). Dalam vibrasi ini, atom bergerak terus sepanjang ikatan
yang menghubungkannya sehingga akan terjadi perubahan jarak antara keduanya,
walaupun sudut ikatan tidak berubah. Vibrasi regangan ada dua macam, yaitu:
a. Regangan Simetri, yaitu unit struktur bergerak bersamaan dan searah dalam satu bidang
datar.
b. Regangan Asimetri, yaitu unit struktur bergerak bersamaan dan tidak searah tetapi masih
dalam satu bidang datar.
2.
dapat menimbulkan vibrasi bengkokan atau vibrasi deformasi yang mempengaruhi osilasi
atom atau molekul secara keseluruhan. Vibrasi bengkokan ini terbagi menjadi empat jenis,
yaitu :
a. Vibrasi Goyangan (Rocking), unit struktur bergerak mengayun asimetri tetapi masih dalam
bidang datar
b. Vibrasi Guntingan (Scissoring), unit struktur bergerak mengayun simetri dan masih dalam
bidang datar
c. Vibrasi Kibasan (Wagging), unit struktur bergerak mengibas keluar dari bidang datar
d. Vibrasi Pelintiran (Twisting), unit struktur berputar mengelilingi ikatan yang
menghubungkan dengan molekul induk dan berada di dalam bidang datar.
Spektroskopi Rotasi
Sumber energi
: Gelombang mikro
radiasi. Ketika tidak ada interaksi antara momen dipol dan radiasi, maka tidak ada spektrum
yang dapat diamati.
Gambar di bawah menunjukkan bahwa ketika terjadi rotasi murni (tanpa disertai
dengan vibrasi), pusat gravitasi molekul tidak bergeser. Selain itu, muatan-muatan positifnegatif berubah secara periodik, dan komponen momen dipol pada arah tertentu berubah
secara teratur. Hasil plot perubahan komponen momen dipol dapat ditampilkan pada gambar
tersebut benar-benar menyerupai hasil plot perubahan medan listrik dari radiasi yang
diberikan. Ketika terjadi interaksi antara radiasi GEM dengan zat, energi radiasi dapat diserap
atau diemisikan oleh zat tersebut, dan gerakan rotasi dapat menghasilkan spektrum. Semua
molekul yang memiliki momen dipol permanen digolongkan sebagai "Microwave Active"
karena ada interaksi antara radiasi GEM dengan momen dipol permanen yang dapat
menghasilkan spektrum. Tapi, jika molekul tidak memiliki dipol (seperti H-H dan Cl-Cl),
tidak ada interaksi yang terjadi dan molekul tersebut dikatakan sebagai "microwave inactive".
Karena elektron dalam molekul memiliki tenaga yang tak sama, maka tenaga yang
diserap dalam proses eksitasi dapat menyebabkan terjadinya 1 atau lebih transisi tergantung
pada jenis elektron yang terlihat. Transisi-transisi tersebut diklasifikasikan sbb:
1) Transisi ionisasi
Transisi ini terjadi dalam ultraviolet jauh yaitu 180 nm dan untuk mempelajarinya
membutuhkan alat khusus. Daerah ini dikenal daerah Schuman atau ultraviolet vakum.
2) Transisi *
Klas ini paling berguna dan merupakan serapan-serapan karakteristik dari senyawasenyawa organik dan biasanya dihubungkan dengan tingkat tereksitasi polar. Dalam
sistem-sistem yang sederhana transisi ini terjadi dalam ultraviolet jauh, missal etilena,
maks kira-kira 160 nm, meskipun demikian substitusi oleh gugus alkil akan menggeser ke
batokromik (merah).
3) Transisi n *
Transisi dari jenis meliputi transisi elektron-elektron hetero atom tak berikatan ke orbital
anti ikatan *. Serapan ini terjadi pada panjang gelombang yang panjang dan intensitasnya
rendah.
Transisi n * menunjukkan pergeseran hipsokromik (biru) dalam pelarut-pelarut yang
lebih polar dan dengan sutituen-subtituen yang bersifat pemberi elektron.
4) Transisi n *
Senyawa-senyawa jenuh yang mengandung hetero atom seperti nitrogen, oksigen,
belerang, atau halogen memiliki elektron-elektron tak berikatan (elektron-elektron n ataup) di samping electron-elektron . Senyawa-senyawa hetero atom menunjukkan jalur
serapan yang kemungkinan disebabkan oleh transisi electron-elektron dari orbital tak
berikatan atom-atom hetero ke orbital anti ikatan *. Transisi n * membutuhkan
tenaga yang lebih sedikit daripada transisi *. Namun demikian kebanyakan
senyawa-senyawa dalam klas ini tidak menunjukkan serapan dalam daerah ultraviolet
dekat.
Panjang gelombang cahaya UV atau tampak tergantung pada mudahnya eksitasi
elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk bertransisi, akan
menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang memerlukan energi
yang lebih kecil akan menyerap panjang gelombang yang lebih besar. Sehingga senyawa
yang menyerap cahaya dalam daerah tampak (senyawa berwarna) memiliki elektron yang
lebih mudah bertransisi daripada senyawa yang menyerap pada panjang gelombang UV yang
lebih pendek.
Suatu orbital yang mengandung n elektron tidak mempunyai suatu orbital antibonding
karena orbital itu tidak terbentuk dari dua orbital. Transisi elektron mencakup naiknya
(promosi) salah satu dari tiga tipe keadaan dasar (., , atau n) ke salah satui dari 2 keadaan
tereksitasi (*atau *).
Spektroskopi Fotoelektron
Sumber Energi
Prinsip kerja XPS yaitu sumber photon yang berasal dari radiasi sinar X, dilewatkan
pada sampel. Elektron yang berada pada tingkat dekat inti atau kulit bagian dalam akan
diemisikan keluar, yang ditangkap oleh penganalisa dan dideteksi dalam bentuk energi ikatan
elektron pada tingkat inti. Energi ikatan elektron tingkat lebih dalam / dekat inti oleh
interface/software akan ditampilkan dalam bentuk spektrum energi ikatan terhadap intensitas,
yang akhirnyan dapat diinterpretasikan sebagai kehadiran molekul atau atom tertentu.
Sumber sinar biasanya merupakan hasil iradiasi logam alumunium atau magnesium.
Penggunaan sumber sinar alumunium menghasilkan sinar dengan panjang gelombang 1450
nm, sedangkan sinar X yang dihasilkan oleh sumber sinar magnesium menghasilkan 1250
nm. Masing- masing sumber sinar ini karakterisik , sehingga diperlukan pemilihan sumber
sinar yang tepat untuk menghasilkan karakter analisis yang diharapkan.
Gambar 2. Spektra XPS O1s setelah oksidasi Ni (111) pada temperatur kamar
Teknik spektroskopi fotoelektron yang bersumber pada sinar-X (XPS) telah dikenal
sejak lama. Penggunaan alat ini bertujuan untuk mengkarakterisasi struktur elektronik pada
berbagai sistem keadaan padat maupun cair (dalam bentuk sel), melalui analisis energi
kinetik baik yang berupa energi ikatan valensinya maupun fotoelektron pada kulit yang lebih
dalam.
Penggunaan teknik ini telah meluas tidak hanya untuk mempelajari karakter permukaan
secara kualitatif, tetapi juga secara kuantitatif. Secara kuantitatif teknik ini biasanya
digunakan untuk menentukan komposisi suatu permukaan, dan lebih dikenal sebagai ESCA
(electron spectroscopy for chemical analysis). Penggunaan alat ini tidak hanya untuk analisis
secara makroskopis, tetapi lebih pada skala mikroskopis.