Anda di halaman 1dari 2

Kata yang berhubungan bahkan semakna dengan akal tidak hanya al-aql namun kata al-

qal , faqiha, tafaqqaha, tafakkara, tadabbara, tazakkara, ‘alima dan nazhara.

Al-qalb yang memiliki arti akal budi atau nurani atau sanubari yang berfungsi memahami suatu
hak yang non-fisik bahkan meta-fisik seperti g yang terdapat pada Q.S Al-A’raf 7:179 yang
intinya manusia yang tidak menggunakan hati, mata, dan telinga untuk memahami, melihat dan
mendengar ayat-ayat Allah maka mereka seperti binatang ternak dan termasuk orang yang lalai.

Pada Q.S Thaha 20:27-28 juga disampaikan mengenai makna kata faqiha-yafqahu atau
yatafaqqaha-yatafaqqahu yang memiliki arti memahami atau mandalami.

Fakara-yafaqqiru atau tafakkara-yatafakkaruyang berarti berfikir atau memikirkan kjata ini


terkandung dalam surat An-Nahl ayat 11. Selain berfikir di dalam al-qur’an juga diperintahkan
untuk memperhatikan atau merenungkan (tadabbara-yatadabbaru/yaddabbaru) kata ini terdapat
di dalam Q.S An-Nisa/4:82. Kata dabbara secara kesuluruhan di sebut 14 kali dalam al-qur’an
namun berlainan arti dengan taddabbara misalnya dabbara (mengatur) adhara (membelakangi).

Selain kata-kata di atas juga terdapat kata tadzakkara-yatadzakkaru/yadzdzakaru yang


berarti mengambil pesan/pelajaran hal ini dimuat dalam Q.S Al-Qashash/28”51, kata a’lima-
ya’lamu yang berarti mengetahui, mengerti, memahami, berilmu pengetahuan yang kurang lebih
disebut dalam 300 ayat salah satunya terdapat pada Q.S Al-An’am/6:97. Dalam Q.S At-Thariq
86:5 menyebutkan kata nazhara-yanzhuru yang bermakna meneliti, melihat, atau
memperhatikan.

Inti pembahasan ini ialah ulul Al-Abshar(orang yang menggunakan mata hati atau
penglihatan batin), ulul Al-Albab(orang yang menggunakan akalbudi, nurani, atau akal sehat) ,
dan ulul Al-Nuha(yang memiliki pemikiran kedepan, ketiga kata tersebut disebutkan dalam akhir
ayat yang bertujuan menunjukkan prasyarat bagi orang yang ingin memahami ayat-ayat Allah
baik ayat qawliyyah maupun kawniyyah. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kegiatan
berfikir, mendalami, memahami, meneliti suatu objek utamanya wahyu Allah sangatlah penting

D. Istilah Wahyu Dalam AL-Qur’an


Kata wahyu dan tashrif(penisbahan)Nya dibagi menjadi 3 bentuk yakni fi’il
madhi(awha,awhaina,awhaitu), fi’il mudhari’(yuhi,nuhi,uhi,yuha,uhiya) dan bentuk mashdar
(wahyun,wahyan)dan di dalam al qur’an muncul sebanyak 78 kali dengan masing-masing
memiliki pengertian yang beragam dan di kelompokkan sebagai berikut

1. Wahyu dalam arti firman Allah yang yang disampaikan kepada nabi dan rasul dalam
berupa kitab suci/risalah seperti firman Allah pada Q.S Al-Nisa’/4:163
2. Wahyu dalam arti firman (pemberitahuan) Allah kepada nabiu dan rasul untuk
mengantisipasi kondisi dan tantangan tugasnya. Seperti firman Allah dalam Q.S Al-
A’raf/7:117
3. Wahyu dalam arti insting atau naluri atau potensi dasar yang diberikan Allah kepada
makhluknya seperti dalam Q.S Al-Nahl /16:68
4. Wahyu dalam arti pemberian ilmu dan hikmah dalam Q.S Al-Isra’/17:39
5. Wahyu dalam arti ilham atau petunjuk Allah kepada manusia termuat dala, Q.S Al-
Qashash/28:7

Sebenarnya masih banyak makna wahyu dalam al quran yang dapat dikemukakan namun
5 makna tetrsebut dianggap sudah cukup mewakili makna wahyu yang berarti firman
Allah yang di berikan pada nabi atau rasul sebagai risalah bagi kehidupan manusia agar
sesuai denhgan kehendak Allah seperti dalam kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah
kepada para nabi dan rasul. Namun ada yang berpendapat wahyu dibagi menjadi 2 yaitu
wahyu langsung berupa kitab suci(dikatakan langsung karena diterima secara utuh baik
lafadz maupun maknanya dari Allah melalui malaikat jibril) seperti al quran dan wahyu
tidak langsung seperti Al sunnah dan Al hadis (dikatakan tidak langsung karena wahyu
Allah kepada nabi dan rasul yang kemudian disampaikan oleh rasul dengan redaksi oleh
nabi sendiri, mungklin dapat berupa ijtihad rasul yang senantiasa dalam bimbingan Allah.

Anda mungkin juga menyukai