Anda di halaman 1dari 5

I’JAZ ILMY

Pengertian dan Tujuan I’jaz al-‘Ilmi Al-Qur’ân

Kata mukjizat ‫معجزة‬ tidak ditemukan di dalam al-Qur’ân. Ditinjau dari aspek sejarah, istilah ini
baru muncul pada akhir abad kedua atau awal abad ke tiga Hijriah. Istilah senada yang biasa
dipakai al-Qur’ân adalah: ‫البينة‬ , ‫األية‬ ,atau ‫البرهان‬ 

Mukjizat secara etimologis adalah isim fâ’il/ kata benda subjek berasal dari kata al-‘ijâz,
mashdar dari kata a’jaza yang artinya melemahkan atau mengalahkan.

Pelakunya disebut dengan mu’jiz dan apabila kemampuannya melemahkan pihak lain amat


menonjol sehingga mampu membungkam lawan ia dinamai mu’jizah. Tambahan ta
marbuthah ( ‫ة‬ ) pada akhir kata itu mengandung makna mubalaghah (superlatif). Di dalam Lisan
al-‘Arab dijelaskan jika ‫ العجز نقيض الحزم‬:‫عجز‬ (Lemah yang telah hilang kekuatannya)

Secara terminologi, menurut Imam Suyûthiy mukjizat dalam pemahaman syara’ adalah kejadian


yang melampaui batas kebiasaan, didahului tantangan tanpa adanya tandingan, baik indrawi
maupun rasio ( ‫ س الم عن المعارضة وهي اما حس ية واما عقلية‬,‫امر خ ارق للع ادة مق رون بالتح دي‬ ). Ibn Khaldun
berpendapat bahwa mukjizat adalah perbuatan yang tidak dapat ditiru oleh manusia. Maka ia
dinamakan mukjizat, tidak mampu dilakukan oleh hamba, dan berada di luar standar
kemampuan manusia. Quraish Shihab memberikan defenisi mukjizat dengan “suatu hal atau
peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang nabi, sebagai bukti kenabiannya yang
ditantangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun
mereka tidak mampu melayani tantangan itu.

Sedangkan yang dimaksud dengan i’jaz ilmi adalah terjadinya kecocokan antara realita ilmiah
dengan nas-nas kauniyah yang termaktub di dalam al-Qur'ân. Mukjizat ini bertujuan untuk
menegaskan akan kebenaran al-Qur’ân, sehingga ia akan menjadi jawaban terhadap orang yang
mempertanyakan kebenarannya, membantah terhadap orang yang menentangnya serta
semakin mengokohkan hati orang yang telah berpegang dengannya. Mukjizat ilmiah secara tidak
langsung merupakan janji Allah lewat firman-Nya.

‫اق َوفِي َأنفُسِ ِه ْم َح َّتى َي َت َبي ََّن لَ ُه ْم َأ َّن ُه ْال َح ُّق‬


ِ ‫يه ْم آ َيا ِت َنا فِي اآْل َف‬
ِ ‫َس ُن ِر‬
Artinya: “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap
ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu adalah
benar”

Motifasi Al-Qur’ân Terhadap Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Islam sangat memotifasi umatnya untuk selalu mengembangkan pengetahuan. Bahkan ilmu
pengetahuan dianggap sebagai sesuatu yang utama. Rujukan yang paling menakjubkan dan
fakta paling penting mengenai hal ini adalah ayat-ayat al-Qur’ân yang turun paling awal, dan
yang mendorong manusia untuk mencari serta menjunjung tinggi pengetahuan itu. Pada
hakekatnya bagian permulaan dari wahyu menjadi pertanda bagi fajar ilmu pengetahuan, dan
jadi pelopor  pemberi  kedudukan  terhormat  kepada   ilmu   pengetahuan.  Ayat   yang pertama
turun Al-Alaq 1-5.:

 Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah


menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.

Iqra terambil dari akar kata yang berarti “ menghimpun”, dari menghimpun lahir aneka ragam
makna, seperti menyampaikan, menela’ah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan
membaca baik tertulis maupun tidak.

Wahyu pertama tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena Al-Qur’ân menghendaki agar
umatnya membaca apa saja selama bacaan itu bismi-Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk
kemanusiaan.

Bukti lain menunjukkan perhatian besar Islam terhadap hal ini adalah banyaknya motifasi al-
Qur’ân untuk memberdayakan akal melalui ungkapan ayat seperti: 
‫افالتعقلون‬
‫افال تتفكرون‬
‫افال تتذكرون‬
‫افال يتدبرون‬
‫افال ينظرون‬
dan kata semisal lainnya

Kata ta’aqqul, tafakkur, tadzakkur dan  tadabbur, nazhar, ta’ammul,


Istibshar/tabasshur merupakan istilah-istilah yang bermakna pemberdayaan akal. Menurut
Yusuf Al-Qardhawiy kata Tafakkur memberi pengertian akumulasi ilmu pengetahuan dan
mencari apa yang belum diketahui. Sedangkan kata Tadzakkur memberi pengertian pengulangan
di dalam hati terhadap apa yang telah diketahui untuk lebih menguatkan dan memantapkannya
sehingga tidak lenyap dan terhapus dari hati sama sekali.

Disebut tafakur karena ia menggunakan pemikiran untuk mencapainya dan memikirkannya.


Dinamakan tadzakkur karena ia menghadirkan ilmu yang harus ia pelihara setelah ia melupakan
dan melalaikannya. Dinamakan nazhar karena ia mengarahkan hati untuk berkonsentrasi pada
objek yang sedang diperhatikan. Disebut ta’ammul karena ia mengulang-ulang pemikiran hingga
menemukan kebenaran dalam hatinya. Dinamakan iktibar karena ia menyeberangkan dia dari
satu tempat ke tempat lain, yaitu memindahkannya dari pengetahuan yang sedang ia pikirkan
menuju pengetahuan ketiga. Oleh karena itu, dinamakan ‘ibrah, diungkapkan dalam bentuk
jadian untuk menunjukkan suatu kondisi atau kata keterangan, menunjukkan bahwa ilmu dan
pengetahuan ini telah menjadi kondisi bagi orang tersebut yang menyeberangkannya menuju
objek yang dimaksudkan.
Disebut tadabbur karena ia merupakan suatu usaha memikirkan akibat-akibat setiap masalah,
yaitu sesuatu yang akan terjadi setelah dilakukannya suatu perbuatan. Juga
dinamakan istibshar yaitu bentuk wazan istif’al dari term tabashshur yang bermakna
mengungkapkan sesuatu dan menyingkapkannya serta memperlihatkannya kepada pandangan
hati

Diantara ayat-ayat yang memberi motifasi pengembangan Ilmu Pengetahuan adalah:

ِ ْ‫ت َواَأْلر‬
‫ض‬ ُ ‫قُ ِل ا ْن‬
ِ ‫ظرُوا َم َاذا فِي ال َّس َم َاوا‬
Artinya: “Katakanlah (Muhammad): lakukanlah nadzar (penelitian dengan menggunakan
metode ilmiah) mengenai apa yang ada di langit dan di bumi ...”( QS. Yunus ayat 101.

‫ان َعاقِ َب ُة ْال ُم َك ِّذ ِبي َْن‬


َ ‫ْف َك‬
َ ‫ظرُوا َكي‬ ِ ْ‫ت مِنْ َق ْبلِ ُك ْم ُس َننٌ َفسِ ْيرُوا فِي ْاَألر‬
ُ ‫ض َفا ْن‬ ْ َ‫َق ْد َخل‬

Artinya: Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; Karena itu berjalanlah
kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul). (QS. Ali Imran: 137.

.‫َوفِي َأ ْنفُسِ ُك ْم َأ َفالَ ُتبْصِ ر ُْو َن‬


Artinya: Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (QS. Az-
Zariyat: 21)

Nazhar adalah mempraktekkan metode, mengadakan observasi dan penelitian ilmiah terhadap


segala macam peristiwa alam di seluruh jagad ini, juga terhadap lingkungan keadaan masyarakat
dan historisitas bangsa-bangsa zaman dahulu.

Sedangkan perintah untuk melakukan penelitian secara jelas terdapat dalam QS. Al-Ghasiyah,


ayat 17-20:
ْ ‫سُطِ َح‬ ‫ْف‬
.‫ت‬ ِ ْ‫ت َوِإلَى ْاَألر‬
َ ‫ض َكي‬ ْ ‫ْف ُنصِ َب‬ ِ ‫ َوِإلَى ْال ِج َب‬   ‫ت‬
َ ‫ال َكي‬ َ ‫ َوِإلَى ال َّس َما ِء َكي‬    ‫ت‬
ْ ‫ْف ُرف َِع‬ ْ ‫ْف ُخلِ َق‬ ُ ‫َأ َفالَ َي ْن‬
َ ‫ِإلَى ْاِإل ِب ِل َكي‬ ‫ظر ُْو َن‬
Artinya: Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan? Dan
langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi
bagaimana ia dihamparkan? (QS. Al-Ghasiyah: 17-20)

Dari ayat-ayat tersebut, maka muncullah di lingkungan umat Islam suatu kegiatan observasional
yang disertai dengan pengukuran, sehingga ilmu tidak lagi bersifat kontemplatif seperti yang
berkembang di Yunani, melainkan memiliki ciri empiris sehingga tersusunlah dasar-dasar sains.
Singkat kata Allah, melalui Al-Qur’ân sangat memotifasi hambaNya untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan.

Bentuk-bentuk I’jaz al-‘Ilmi di dalam Al-Qur’ân


Sesungguhnya ramai ulama berpendapat bahwa i`jaz Al-Qur’ân pada abad ke-20 ialah i`jaz ilmi-
nya. Ini karena banyak ayat-ayat yang mengandung hakikat ilmiah yang luput dari perhatian dan
tidak disadari oleh golongan terdahulu, dan tidak jelas maknanya melainkan selepas keputusan-
keputusan ilmiah dihasilkan. Maka dari sini bermula usaha-usaha untuk menggali ayat-ayat Al-
Qur’ân dengan pendekatan tafsir ilmi. Namun menurut pendapat Yusuf al-
Qardhawy, hakikat i`jaz ilmi dalam Al-Qur’ân sebenarnya hanyalah kemukjizatan secara retoris,
di mana tidak ada pertentangan ayat Al-Qur’ân yang telah turun 14 abad lalu, dengan berbagai
penemuan sains kontemporer, bahkan sebahagian telah dinyatakan Al-Qur’ân secara global.
Sekiranya Al-Qur’ân itu merupakan kitab yang dikarang manusia dan disusun oleh akal mereka,
tentulah ungkapan-ungkapannya tidak mampu meliputi segala zaman yang berbeda-beda dan
mengikuti perkembangan manusia. Karena itu pijakan kita dalam menetapkan i`jaz ilmi ini
mestilah terhadap masalah-masalah yang sudah jelas dan baku, yang tidak mengundang
keraguan dan kesangsian.

Adapun bentuk-bentuk I’jâz al-‘Ilmi dari al-Qur’ân, -sebagaimana ia sangat menjadi perhatian


pada zaman belakangan ini- adalah:

a.       Kecocokan yang mendasar antara keterangan-keterangan al-Qur’ân dengan hakikat-


hakikat pengetahuan alam yang diungkap oleh para ilmuan.

b.      Pelurusan al-Qur’ân terhadap pemikiran-pemikiran batil yang telah tersebar pada


beberapa generasi berbeda mengenai rahasia penciptaan.

c.       Jika dirangkum keterangan al-Qur’ân, akan di dapati antara satu ayat dengan ayat lainnya
saling melengkapi, sehingga tampaklah kebenaran-kebenaran ilmiah, padahal jika diteliti lebih
lanjut antara ayat-ayat tersebut turun secara terpisah pisah.

d.      Adanya hikmah-hikmah al-Qur’ân yang tidak terungkap ketika awal turun al-Qurân, tetapi
justru terungkap seiring dilakukannya penelitian-penelitian di lapangan ilmu pengetahuan yang
beragam.

e.       Tidak adanya pertentangan antara keterangan al-Qur’ân mengenai sesuatu hal dengan
hasil penelitian-penelitian ilmiah. Ini berbeda dengan kitab suci lain, yang antara keterangannya
terkadang terdapat kontradiktif dengan realitas ilmiah.

Hal yang lima ini tidak akan mungkin di dapati di dalam kitab-kitab karya manusia, apalagi
dugaan orang kafir yang mendakwahkan kalau al-Qur’ân adalah karya Nabi yang ummy.

Di antara contoh bentuk-bentuk mukjizat ilmiah al-Qur’ân adalah dalam pembahasan ihwal
reproduksi manusia/ ilmu embriologi, astronomi, geologi, fisika, kimia dan berbagai ilmu lainnya.
Di sini penulis akan tampilkan beberapa contoh singkat mengenai bentuk-bentuk kemukjizatan
tersebut:

1.       Ihwal Reproduksi/ Embriologi

Proses penciptaan manusia dijelaskan oleh ayat al-Qurân di antaranya:

‫ون َُّأم َه اتِ ُك ْم َخ ْل ًقا ِم ْن‬ ٍ ‫اح َد ٍة مُثَّ َج َع َل ِمْن َها َز ْو َج َها َوَأْن َز َل لَ ُك ْم ِم َن اَأْلْن َع ِام مَثَانِيَ ةَ َْأز َو‬
ِ ُ‫اج خَيْلُ ُق ُكم يِف بط‬
ُ ْ
ِ ‫سو‬ ِ
َ ٍ ‫َخلَ َق ُك ْم م ْن َن ْف‬
ِ ٍ ‫ات ثَاَل‬ٍ ‫بع ِد خ ْل ٍق يِف ظُلُم‬
.‫صَرفُو َن‬ ْ ُ‫ك اَل ِإلَهَ ِإاَّل ُه َو فََأىَّن ت‬ ُ ‫ث ذَل ُك ُم اللَّهُ َربُّ ُك ْم لَهُ الْ ُم ْل‬ َ َ َْ
Artinya: Dia menciptakan kamu dari seorang diri Kemudian dia jadikan dari padanya isterinya
dan dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. dia
menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. yang
(berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. tidak ada
Tuhan selain Dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?

Menurut embriologi yang baru terungkap abad 20 ini, proses kejadian manusia terbagi dalam
tiga periode, Selama 9 bulan janin dalam rahim ibu, sebagai bahasa medis disebut trimester 1, 2
dan 3. Semua ini sesuai dengan apa yang telah disebutkan al-Qurân yang mulia. Dari segi
embriologi, sesuatu sperma/gamet jantan bertemu dengan telur/gamet betina untuk
menghasilkan zigot yang akan berubah menjadi embrio dan berpindah kepada uterus/rahim dan
berkembang serta tumbuh menjadi janin. Inilah kegelapan pertama sebagaimana yang
disebutkan al-Qur’ân, atau trimester pertama sebagai istilah medis (bagi 3 bulan pertama). Pada
kegelapan kedua atau trimester kedua, janin ini membesar lagi dan telah mempunyai wajah,
telinga, mulut, hidung dan anggota kaki dan tangan. Pada kegelapan ketiga (trimester ketiga)
janin masuk bulan ke-7 sampai bulan ke-9 dan dilahirkan sebagai bayi sempurna.

Dan masih banyak ayat-ayat al-qur’an lainnya yang menceritakan tentang proses tersebut, maka
tugas kita adalah menelusuri keberadaan ayat-ayat yang dimaksud. Sekian.

Anda mungkin juga menyukai