Kata mukjizat معجزة tidak ditemukan di dalam al-Qur’ân. Ditinjau dari aspek sejarah, istilah ini
baru muncul pada akhir abad kedua atau awal abad ke tiga Hijriah. Istilah senada yang biasa
dipakai al-Qur’ân adalah: البينة , األية ,atau البرهان
Mukjizat secara etimologis adalah isim fâ’il/ kata benda subjek berasal dari kata al-‘ijâz,
mashdar dari kata a’jaza yang artinya melemahkan atau mengalahkan.
Sedangkan yang dimaksud dengan i’jaz ilmi adalah terjadinya kecocokan antara realita ilmiah
dengan nas-nas kauniyah yang termaktub di dalam al-Qur'ân. Mukjizat ini bertujuan untuk
menegaskan akan kebenaran al-Qur’ân, sehingga ia akan menjadi jawaban terhadap orang yang
mempertanyakan kebenarannya, membantah terhadap orang yang menentangnya serta
semakin mengokohkan hati orang yang telah berpegang dengannya. Mukjizat ilmiah secara tidak
langsung merupakan janji Allah lewat firman-Nya.
Islam sangat memotifasi umatnya untuk selalu mengembangkan pengetahuan. Bahkan ilmu
pengetahuan dianggap sebagai sesuatu yang utama. Rujukan yang paling menakjubkan dan
fakta paling penting mengenai hal ini adalah ayat-ayat al-Qur’ân yang turun paling awal, dan
yang mendorong manusia untuk mencari serta menjunjung tinggi pengetahuan itu. Pada
hakekatnya bagian permulaan dari wahyu menjadi pertanda bagi fajar ilmu pengetahuan, dan
jadi pelopor pemberi kedudukan terhormat kepada ilmu pengetahuan. Ayat yang pertama
turun Al-Alaq 1-5.:
Iqra terambil dari akar kata yang berarti “ menghimpun”, dari menghimpun lahir aneka ragam
makna, seperti menyampaikan, menela’ah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan
membaca baik tertulis maupun tidak.
Wahyu pertama tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena Al-Qur’ân menghendaki agar
umatnya membaca apa saja selama bacaan itu bismi-Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk
kemanusiaan.
Bukti lain menunjukkan perhatian besar Islam terhadap hal ini adalah banyaknya motifasi al-
Qur’ân untuk memberdayakan akal melalui ungkapan ayat seperti:
افالتعقلون
افال تتفكرون
افال تتذكرون
افال يتدبرون
افال ينظرون
dan kata semisal lainnya
ِ ْت َواَأْلر
ض ُ قُ ِل ا ْن
ِ ظرُوا َم َاذا فِي ال َّس َم َاوا
Artinya: “Katakanlah (Muhammad): lakukanlah nadzar (penelitian dengan menggunakan
metode ilmiah) mengenai apa yang ada di langit dan di bumi ...”( QS. Yunus ayat 101.
Artinya: Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; Karena itu berjalanlah
kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul). (QS. Ali Imran: 137.
Dari ayat-ayat tersebut, maka muncullah di lingkungan umat Islam suatu kegiatan observasional
yang disertai dengan pengukuran, sehingga ilmu tidak lagi bersifat kontemplatif seperti yang
berkembang di Yunani, melainkan memiliki ciri empiris sehingga tersusunlah dasar-dasar sains.
Singkat kata Allah, melalui Al-Qur’ân sangat memotifasi hambaNya untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan.
c. Jika dirangkum keterangan al-Qur’ân, akan di dapati antara satu ayat dengan ayat lainnya
saling melengkapi, sehingga tampaklah kebenaran-kebenaran ilmiah, padahal jika diteliti lebih
lanjut antara ayat-ayat tersebut turun secara terpisah pisah.
d. Adanya hikmah-hikmah al-Qur’ân yang tidak terungkap ketika awal turun al-Qurân, tetapi
justru terungkap seiring dilakukannya penelitian-penelitian di lapangan ilmu pengetahuan yang
beragam.
e. Tidak adanya pertentangan antara keterangan al-Qur’ân mengenai sesuatu hal dengan
hasil penelitian-penelitian ilmiah. Ini berbeda dengan kitab suci lain, yang antara keterangannya
terkadang terdapat kontradiktif dengan realitas ilmiah.
Hal yang lima ini tidak akan mungkin di dapati di dalam kitab-kitab karya manusia, apalagi
dugaan orang kafir yang mendakwahkan kalau al-Qur’ân adalah karya Nabi yang ummy.
Di antara contoh bentuk-bentuk mukjizat ilmiah al-Qur’ân adalah dalam pembahasan ihwal
reproduksi manusia/ ilmu embriologi, astronomi, geologi, fisika, kimia dan berbagai ilmu lainnya.
Di sini penulis akan tampilkan beberapa contoh singkat mengenai bentuk-bentuk kemukjizatan
tersebut:
ون َُّأم َه اتِ ُك ْم َخ ْل ًقا ِم ْن ٍ اح َد ٍة مُثَّ َج َع َل ِمْن َها َز ْو َج َها َوَأْن َز َل لَ ُك ْم ِم َن اَأْلْن َع ِام مَثَانِيَ ةَ َْأز َو
ِ ُاج خَيْلُ ُق ُكم يِف بط
ُ ْ
ِ سو ِ
َ ٍ َخلَ َق ُك ْم م ْن َن ْف
ِ ٍ ات ثَاَلٍ بع ِد خ ْل ٍق يِف ظُلُم
.صَرفُو َن ْ ُك اَل ِإلَهَ ِإاَّل ُه َو فََأىَّن ت ُ ث ذَل ُك ُم اللَّهُ َربُّ ُك ْم لَهُ الْ ُم ْل َ َ َْ
Artinya: Dia menciptakan kamu dari seorang diri Kemudian dia jadikan dari padanya isterinya
dan dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. dia
menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. yang
(berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. tidak ada
Tuhan selain Dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?
Menurut embriologi yang baru terungkap abad 20 ini, proses kejadian manusia terbagi dalam
tiga periode, Selama 9 bulan janin dalam rahim ibu, sebagai bahasa medis disebut trimester 1, 2
dan 3. Semua ini sesuai dengan apa yang telah disebutkan al-Qurân yang mulia. Dari segi
embriologi, sesuatu sperma/gamet jantan bertemu dengan telur/gamet betina untuk
menghasilkan zigot yang akan berubah menjadi embrio dan berpindah kepada uterus/rahim dan
berkembang serta tumbuh menjadi janin. Inilah kegelapan pertama sebagaimana yang
disebutkan al-Qur’ân, atau trimester pertama sebagai istilah medis (bagi 3 bulan pertama). Pada
kegelapan kedua atau trimester kedua, janin ini membesar lagi dan telah mempunyai wajah,
telinga, mulut, hidung dan anggota kaki dan tangan. Pada kegelapan ketiga (trimester ketiga)
janin masuk bulan ke-7 sampai bulan ke-9 dan dilahirkan sebagai bayi sempurna.
Dan masih banyak ayat-ayat al-qur’an lainnya yang menceritakan tentang proses tersebut, maka
tugas kita adalah menelusuri keberadaan ayat-ayat yang dimaksud. Sekian.