Anda di halaman 1dari 9

ANGGOTA KELOMPOK :

1. BARQI AL FAZA
2. FADILAH KRISNA SAMUDRA
3. ARIMBI AULIA WALIDANI

RESUME PAI

IX
ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN SENI DALAM ISLAM
Oleh Sjafruddin A. Rahman

A. KONSEP ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN SENI

1. Ilmu Pengetahuan
Ilmu berasal dari kata Arab, yaitu masdar dari kata 'alima yang artinya "tahu". Menurut arti
bahasa (etimologis), ilmu ialah pengetahuan. Tetapi pengetahuan itu ada dua macam, yaitu
"pengetahuan biasa" yang disebut knowledge (pengetahuan tentang hal-hal yang biasa sehari-
hari) dan "pengetahuan ilmiah" yang lazim disebut dengan ilmu pengetahuan (atau singkatnya
ilmu saja), yang dalam bahasa asing disebut dengan science (Inggris) atau wetenschap
(Belanda) (Anshari, 1979:43). Sidi Gazalba (1979:281) mendefinisikan pengetahuan secara
etimologis adalah "apa yang dikenal atau hasil pekerjaan tahu" atau "istilah umum untuk
segenap cabang pengetahuan yang kita miliki". Hasil kerja "tahu" yang dilakukan manusia
disebut "pengetahuan", yang dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah knowledge, sedang
ilmu adalah salah satu cabang pengetahuan.
Menurut arti istilah (terminologis), apa yang disebut ilmu pengetahuan (science) ialah usaha
pemahaman manusia yang disusun dalam satu sistem mengenai kenyataan, struktur,
pembagian, bagian-bagian, dan hukum- hukum tentang hal-ihwal yang diselidiki (alam,
manusia dan agama), sejauh yang dapat dijangkau oleh daya pemikiran manusia yang dibantu
penginderaan, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperimental (Anshari,
1979:47). Demikian pula di dalam International Webster's Dictionary disebutkan pula bahwa
ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi dan
diinterpretasi. menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya dan dapat diuji
ulang secara ilmiah.
Secara garis besar, ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai hasil atau produk berpikir, dan
sebagai kegiatan dan pengembangan daya pikir itu sendiri. Sebagai hasil atau produk berpikir,
ilmu merupakan sekumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis dan metodik,
kebenaran serta ketepatannya dapat diuji dan diriset secara empiris.
Ilmu pengetahuan membahas sasaran-sasarannya dengan melihat dari sudut pandangan atau
aspek tinjauan yang berbeda, yang disebut obyek forma. Obyek forma inilah yang
membedakan antara suatu ilmu pengetahuan dengan ilmu pengetahuan lainnya. Dengan
aktivitas dan kreasi akalnya, manusia semakin maju dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Di samping itu, ilmu sebagai produk akal manusia, sifatnya relatif sehingga tidak ada istilah
final dalam suatu produk ilmu pengetahuan. Kebenaran ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak
atau absolut sehingga terbuka kesempatan setiap saat untuk memperbaikinya. Hal ini seperti
dijelaskan oleh Jean Paul Satre (filsuf Perancis, l. 1905) bahwa ilmu pengetahuan adalah
sesuatu yang tidak pernah mutlak, sebab selalu akan disisihkan oleh hasil-hasil penelitian dan
percobaan-percobaan yang baru dilakukan dengan metode-metode baru, atau karena adanya
perlengkapan-perlengkapan yang lebih sempurna. Penemuan-penemuan baru ini akan
disisihkan pula oleh ahli-ahli lainnya, kadang-kadang kembali mundur, tetapi seringkali lebih
maju, begitulan selalu akan terjadi. Sejalan dengan itu, Dr. Albert Einstein berkata pula,
"Sepanjang dalil-dalil ilmu pasti berkenaan dengan kenyataan" (Anshari, 1979:68-69).
Di sinilah peranan daya pikir manusia yang harus bekerja terus- menerus untuk
mengembangkan dan menghasilkan ilmu pengetahuan baru agar memenuhi kebutuhan dunia
yang kian berkembang maju. Al-Qur'an memberikan tuntunan dalam membina sikap ilmiah
guna mengembangkan ilmu pengetahuan, antara lain disebutkan:
a. Tidak mudah menerima pendapat orang, tanpa argumentasi yang rasional
b. Tidak menerima pendapat yang spekulatif untuk masalah yang memerlukan kepastian
dan ketepatan
c. Dalam mengambil kesimpulan tidak mengikuti hawa nafsu dan harus obyektif
d. Islam mencela sikap taklid buta, mengikuti orang lain tanpa argumentasi, baik itu
pendapat penguasa, keyakinan nenek moyang,dan opini masyarakat pada umumnya
e. Umat Islam juga dianjurkan untuk menggunakan indera dengan sebaik-baiknya dalam
rangka memahami sunnah Allah yang ada pada diri mereka maupun dalam kehidupan
sosialnya (Thawaf, 1997:22- 23)

2. Teknologi
Di dalam kamus umum bahasa Indonesia disebutkan bahwa teknologi adalah kemampuan
teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta yang berdasarkan proses teknis
(Depdikbud, 1993:1024).
Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa teknologi merupakan salah satu budaya
sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan guna mencapai suatu tujuan tertentu.
Adapun tujuan manusia dalam kehidupan ini amat banyak sekali, yang kesemuanya
ditentukan oleh niatnya. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadis Rasul Allah SAW, "Semua
amalan itu tergantung kepada niatnya."
Di dalam Al-Qur'an, sebetulnya cukup banyak ayat-ayat yang berkaitan dengan teknologi
dalam rangka mempertebal keimanan dan meningkatkan kesejahteraan manusia. Sebagai
contoh:
‫ض الَّتِي‬ ِ ْ‫اصفَة تَجْ ِري بِأ َ ْم ِر ِه إِلَى ْاْلَر‬ ِ ‫ع‬ ِ َ‫ َولِسلَ ْي َمان‬. َ‫مِن بَأْسِك ْم فَ َهلْ أَنت ْم شَا ِك رون‬
َ ‫الري َح‬ َ ‫علَّ ْمنَاه‬
َ ْ‫ص ْنعَةَ لَبوس لَك ْم لِتح‬
ْ ‫صنَك ْم‬ َ ‫َو‬
َ‫عالِمِ ين‬ ‫ء‬ ‫ي‬
َ ْ ِ ِ‫ش‬
َ ‫ل‬‫ك‬ ‫ب‬ ‫ا‬ َّ ‫ن‬ ‫ك‬ ‫و‬
َ َ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ِي‬ ‫ف‬ ‫َا‬ ‫ن‬ ْ
‫ك‬ ‫ار‬
َ َ ‫ب‬ .
"Dan setelah Kami ajarkan kepada Dawud pembuatan baju perisai (dari besi) untuk kamu,
untuk memeliharamu dalam peperangan, maka apakah kamu tidak bersyukur? Dan (telah Kami
tundukkan) bagi Sulaiman angin yang kencang tinpannya, yang berhembus ke negeri yang
Allah berkati, dan Kami Maha Mengetahui tentang segala sesuatu (Q.S. Al-Anbiya':80-81).
Ayat-ayat lain yang senada dengan ayat di atas adalah Q.S. Al-Dhukhan:38-39, Yunus:24, Al-
Isra':88, dan Fathir:24.

3. Seni
Seni merupakan terjemahan dari kata Inggris art yang berasal dari bahasa Latin ars, yang
berarti "kemahiran". Secara etimologis, seni (art) adalah suatu kemahiran dalam menciptakan
barang-barang atau mengerjakan sesuatu.
Seni termasuk bagian dari budaya manusia, sebagai hasil ungkapan akal dan budi manusia
dengan segala prosesnya. Karena itu, seni merupakan hasil ekspresi jiwa yang berkembang
menjadi bagian dari budaya manusia.
Dengan demikian jelas bahwa seni itu merupakan alat untuk mempertajam kepekaan rasa
manusia, yang akan membawa manusia kepada efek lain yang lebih tinggi. Oleh sebab itu,
setiap orang dianjurkan untuk membiasakan diri melakukan aktivitas seni, atau sekurang-
kurangnya berusaha untuk dapat menikmati karya-karya seni yang ada, baik karya seni itu
berasal dari manusia sendiri maupun karya yang diciptakan oleh Allah SWT di alam raya ini.
Seandainya manusia itu sadar dan mau merenungkan sejenak tentang semua ciptaan Allah,
niscaya ia pasti merasakan bahwa semuanya itu adalah seni indah yang tidak ada bandingnya
dengan seni-seni yang lahir dari hasil karya manusia.
Sebagai contoh, firman Allah dalam Q.S. Al-Hijr:15 yang menganjurkan agar manusia
menikmati keindahan bintang-bintang di langit yang sengaja diciptakan Allah sebagai
perhiasan yang indah untuk manusia.
َ‫َولَقَدْ َج َع ْلنَا فِي ال َّس َماءِ بروجًا َوزَ يَّنَاهَا لِلنَّاظِ ِرين‬
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah
menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandangnya" (QS. Al-Hijr:15).
Ayat-ayat lain yang seirama dengan ayat di atas adalah Q.S. Al- Furqan:61-62, Qaf:6-8, dan
Al-An'am:95-99. Demikianlah, untaian ayat-ayat Al-Qur'an yang melukiskan kalimat-kalimat
yang sangat indah tentang keindahan, kerapian, keharmonisan dan kecantikan alam semesta
dengan segala isinya untuk manusia.
4. Praktek Seni Suara dan Seni Tari dalam Sejarah Islam
Pada umumnya orang Arab menyukai musik sehingga seni suara menjadi suatu keharusan
bagi mereka sejak zaman jahiliyah. Di Hijaz kita dapati orang yang menggunakan musik
mensural yang mereka namakan dengan iqra' (irama yang berasal dari semacam gendang,
berbentuk rithm).Mereka menggunakan berbagai instrumen musik, antara lain: seruling,
rebana, gambus, tambur dan lain-lain.
Setelah bangsa Arab masuk Islam, bakat musik ini berkembang dengan mendapat jiwa dan
semangat baru. Pada masa Rasul Allah SAW, ketika Hijaz menjadi pusat politik, perkembangan
musik tidak menjadi berkurang.
Dalam kitab-kitab hadis, terdapat sejumlah teks yang membolehkan seseorang menyanyi,
menari dan memainkan alat-alat musik. Tetapi kebolehan itu hanya berlaku pada acara-acara
pesta perkawinan, khitanan, penyambutan tamu, atau pujian terhadap pahlawan yang mati
syahid dalam peperangan, juga selebrasi hari raya dan yang sejenisnya (Al- Baghdadi,
1994:15).

5. Seni dalam Pandangan Ulama Islam


Berikut kami kutipkan beberapa pendapat di kalangan para ulama tentang seni beserta dalil-
dalilnya, baik dari kalangan yang membolehkan maupun yang mengharamkannya.
Abdur Rahman al-Jazairi di dalam kitabnya al-Figh 'ala al-Mazhahib al-Arba'ah (42-44)
mengatakan :
a Ulama Syafi'iyah, seperti yang diterangkan oleh al-Ghazali di dalam Ihya' Ulumiddin,
berpandangan, teks-teks syara' telah menunjukkan bahwa menyanyi, menari, memukul
rebana sambil bermain dengan perisai dan senjata-senjata perang pada hari raya adalah
mubah (boleh), sebab hari-hari seperti itu adalah hari untuk bergembira. Dikiaskan pula
seperti hari khitanan dan semua hari kegembiraan yang memang dibolehkan syara'.
b Al-Ghazali, mengutip pernyataan Imam al-Syafi'i, mengatakan bahwa sepanjang
pengetahuannya tidak ada seorang pun dari ulama Hijaz yang benci mendengarkan
suara alat-alat musik, kecuali bila di dalamnya mengandung hal-hal yang tidak baik.
Maksudnya dalamnyanyian tercampur hal-hal yang telah dilarang oleh syara'.
c Ulama Hanafiyah mengatakan bahwa nyanyian yang diharamkan adalah nyanyian yang
mengandung kata-kata yang tidak sopan. Adapun nyanyian yang memuji keindahan
bunga, air terjun, gunung dan fenomena alam lainnya, tidak ada larangan sama sekali
d Ulama Malikiyah berpendapat bahwa alat-alat permainan yang digunakan untuk
memeriahkan pesta pernikahan, hukumnya boleh. Alat musik khusus untuk momen
seperti itu, misalnya gendang. rebana yang tidak memakai genta, seruling dan terompet.
e Ulama Hanabilah berpandangan bahwa tidak boleh menggunakan alat-alat musik,
seperti gambus, seruling, gendang, rebana dan yang serupa dengannya. Adapun tentang
nyanyian atau lagu, hukumnya boleh bahkan sunnah melagukannya ketika
membacakan ayat-ayat Al-Qur'an asal tidak sampai mengubah aturan-aturan
bacaannya.
f Imam Al-Nawawi di dalam kitabnya Al-Umdah mengatakan bahwa para sahabat Rasul
yang membolehkan nyanyian dan mendengar- kannya, antara lain: 'Umar bin Khattab,
'Utsman bin 'Affan, 'Abdur Rahman bin 'Auf, Sa'ad bin Abi Waqqas dan lain-lain.
Sedangkan dari kalangan tabi'in, antara lain: Sa'id bin al-Musayyib, Salim bin 'Umar,
Ibnu Hibban, Kharijah bin Zaid dan lain-lain.

B. INTEGRASI IMAN, IPTEK DAN AKAL


Integrasi artinya satu kesatuan yang utuh, tidak terpecah-belah dan bercerai berai (Sanusi,
1967:17). Integrasi meliputi keutuhlengkapan anggota-anggota yang membentuk suatu
kesatuan dan jalinan hubungan yang erat, harmonis dan mesra antaranggota-anggota kesatuan
itu.
Integrasi itu ibarat sebuah bangunan rumah yang merupakan kesatuan yang tersusun dengan
erat dan harmonis dari bahan-bahan kayu, bata,semen, pasir, genting dan sebagainya, yang
kesemuanya memadukan diri menjadi bangunan rumah tersebut. Dengan demikian,
berkumpulnya orang-orang tanpa ikatan dan jalinan hubungan yang mempersatupadu- kannya,
belumlah dapat dikatakan telah berintegrasi. Dalam hal ini pula, Rasul Allah SAW pernah
bersabda, "Persaudaraan seorang Muslim dengan Muslim lainnya adalah bagaikan satu tubuh.
Apabila salah satu dari anggota tubuh itu sakit, maka sakitlah seluruh anggota tubuh itu."
Islam merupakan ajaran agama yang sempurna. Kesempurnaannya dapat terlihat dalam
keutuhan inti ajarannya, yaitu iman, Islam dan ihsan, atau dengan kata lain: akidah, syariat dan
akhlak. Ketiga inti ajaran itu terintegrasi di dalam sebuah sistem yang disebut din al-Islam.
Iman berarti percaya, Islam berarti menyerah dengan segala senang hati dan rela, sedangkan
ihsan adalah suatu kebaikan yang dilakukan secara tulus dan crat hubungannya dengan sikap
manusia. Timbulnya ketiga ajaran tersebut setelah akal itu sendiri sampai kepada ujung
perjalanan yang harus dijalaninya. Oleh karena itu, bertambah tinggi perjalanan akal, maka
bertambah tinggi pulalah martabat iman dan Islam seseorang. Rasul Allah SAW bersabda,
"Allah tidak menjadikan satu makhluk pun yang lebih mulia atasnya daripada akal' (H.R. al-
Turmudzi)
Iman, ilmu dan amal merupakan satu kesatuan yang utuh, yang tidak dapat dipisahkan antara
satu dengan lainnya. Iman diidentikkan dengan akar dari sebuah pohon yang menopang
tegaknya ajaran Islam. Ilmu bagaikan batang dan dahan pohon itu yang mengeluarkan cabang-
cabang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon iptek
yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan takwa, yang akan menghasilkan amal saleh,
bukan kerusakan alam. Satu pepatah Arab yang sangat indah mengatakan, "Ilmu tanpa iman
bagaikan pohon yang tiada berbuah.

C. KEUTAMAAN ORANG BERIMAN


Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna. Kesempurnaannya
itu karena dibekali oleh Allah dengan seperangkat potensi. Potensi yang paling utama dalam
diri manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain adalah akal. Akal berfungsi untuk berpikir,
dan hasil dari pemikirannya itu adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu-ilmu yang
dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan kepada Alllah SWT akan memberikan
jaminan kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia, termasuk bagi lingkungannya (Daim,
1984:232).
Berikut ini dijelaskan tentang keutamaan orang yang beriman dan yang berilmu.

1. Keutamaan Orang Beriman


Orang beriman yang dimaksud adalah orang beriman yang bertakwa. Karena orang beriman
belum tentu bertakwa, akan tetapi kalau bertakwasudah barang tentu beriman. Banyak orang
yang mengaku dirinya beriman kepada Allah SWT atau kepada rukun iman, akan tetapi
seringkali meninggalkan bahkan melalaikan syariat.
Sifat atau ciri orang yang beriman dan bertakwa, seperti dijelaskan dalam Q.S. Ali
Imran:133-136, adalah sebagai berikut:
a Mereka selalu menuju kepada ampunan (magfirah) Allah. Artinya, senantiasa bekerja
sesuai dengan ridla Allah. Apabila bersalah atau khilaf, segera ber-istighfar (mohon
ampun) kepada-Nya.
b Suka menafkahkan sebagian harta bendanya, baik di waktu lapang maupun di waktu
sempit. Membayar zakat, memberi makanan kepada fakir miskin dan anak-anak yatim,
memberi sumbangan atau derma untuk kegiatan dakwah Islam dan kegiatan sosial Islam
lain.
c Sanggup menahan amarahnya. Artinya, orang yang dapat mengendalikan emosi dan
nafsunya.
d Suka memaafkan kesalahan orang lain, dan tidak menaruh dendam terhadap seseorang
karena sesuatu kesalahan, baik sengaja maupun tidak.
e Apabila berbuat keji (fabisyah) dan menganiaya diri sendiri, segera mengingat Allah dan
memohon ampunan-Nya. Perbutan fashiyah ialah dosa besar yang bahayanya tidak hanya
menimpa diri sendiri, tetapi juga orang lain, seperti membunuh, zina, minum-minuman
keras, dan lain sebagainya.
f Tidak melanjutkan perbuatan dosanya ketika dia mengetahuinya. Atau tidak mengulangi
kembali dosa dan kesalahan yang pernah dilakukannya secara sadar.

Di samping itu, ada lagi sifat-sifat atau ciri-ciri lain yang disebutkan dalam Al-Qur'an, antara
lain:
a. Mereka selalu menepati janji

َ‫ّللا يحِ ب ْالمتَّقِين‬


َ َّ َّ‫َبلَى َم ْن أَ ْوفَى ِب َع ْه ِد ِه َواتَّقَى فَإِن‬
"Barangsiapa yang menepati janjinya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertakwa" (QS. Ali Imran:76).

b. Menegakkan keadilan
‫ا ْعدِلوا ه َو أَ ْق َرب لِلتَّ ْق َوى‬
"Tegakkanlah keadilan, karena adil itu lebih dekat kepada takwa!" (QS. Al-Maidah).

c. Bersifat istiqamah

َ‫ّللا يحِ ب ْالمتَّقِين‬


َ َّ َّ‫فَ َما ا ْستَقَاموا لَك ْم فَا ْستَقِيموا لَه ْم ِإن‬
"Selama mereka bersifat lurus kepadamu, hendaklah kamu bersikap teguh hati (istiqamah)
kepada mereka. Sesungguhnya Allah itu menyukai orang-orang yang bertakwa" (Q.S.Al-
Taubah:7).

d. Tidak mempunyai rasa takut dan duka cita dalam hidup yang berpanca-roba

َ‫علَ ْي ِه ْم َو َل ه ْم يَحْ زَ نونَ الَّذِينَ َءا َمنوا َوكَانوا يَتَّقون‬ ِ َّ ‫أَ َل ِإ ْن أَ ْو ِليَا َء‬.
َ ‫ّللا َل خ َْوف‬
"Sesungguhnya wali-wali Allah, mereka tidak, merasa takut dan tidak, berduka cita. Mereka
itu adalah orang-orang yang beriman dan bertakwd" (Q.S. Yunus:62-63).

e. Sabar dan tabah, tahan uji, pantang menyerah dan tidak berputus asa

َ‫ّللا لَ َعلَّك ْم ت ْفلِحون‬


َ َّ ‫صا ِبروا َو َرا ِبطوا َواتَّقوا‬ ْ ‫َيا أَي َها الَّذِينَ َءا َمنوا ا‬
َ ‫ص ِبروا َو‬
"Wabai orang-orang yang beriman, bersabarlah dan kuatkan kesabaranmu, dan tetap bersiap
siaga! Bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung" (Q.S. Ali Imran:200)

Berdasarkan ilustrasi ayat-ayat Allah tentang sifat atau kriteria orang beriman dan bertakwa,
dapat dikatakan bahwa yang menjadi keutamaan orang beriman adalah :
a. Mereka memperoleh derajat ketinggian dari Allah SWT
b. Para malaikat mendoakan orang-orang mukmin
c. Mendapat ampunan serta ganjaran pahala
d. Mereka tidak takut kepada siapa pun kecuali Allah
e. Di dunia mereka selalu ditunjuk menjadi pemimpin

2. Keutamaan Orang Berilmu


Orang yang berilmu adalah orang yang sangat mulia dalam pandangan Islam, dan mendapat
tempat yang sangat terhormat. Dalam sebuah hadis dikatakan, "Orang yang berilmu dan orang
yang mencari ilmu bersekutu dalam hal pahala.Tidak ada yang lebih baik, selain kedua
golongan itu" (H.R. Ibn Abdal-Bar). Dalam hadis lain, Nabi SAW bersabda, "Orang yang
paling dekat kepada derajat kenabian ialah orang yang berilmu dan berjihad."
Dalam Al-Qur'an disebutkan, ada dua golongan manusia yang akan diangkat derajatnya oleh
Allah SWT, yaitu orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu pengetahuan.
‫ّللا بِ َما تَ ْع َملونَ َخبِير‬ ِ ‫يرفع هللا الَّذِينَ َءا َمنوا مِنك ْم َوالَّذِينَ أوتوا ْالع ِْل َم د ََر َجا‬
َّ ‫ت َو‬
"...Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maba Mengetahui apa yang kamu
kerjakan" (QS. Al-Mujadilah:11).

‫ع ِزيز غَفور‬ َ َّ َّ‫مِن ِع َبا ِد ِه ْالعلَ َماء ِإن‬


َ ‫ّللا‬ َ َّ ‫ِإنَّ َما َي ْخشَى‬
ْ ‫ّللا‬
"Dan orang-orang yang berilmu pengetahuan, termasuk di antara hamba-hamba Allah yang
takut kepada-Nya" (Q.S. Fathir:28).

D. TANGGUNG JAWAB ILMUWAN TERHADAP LINGKUNGANNYA


Alam semesta (universum, kosmos, al-kann) merupakan realitas yang dihadapi manusia,
yang sampai kapan pun manusia pasti selalu berkepentingan dengannya. Bagi seorang ilmuwan
yang mengetahui betapa luasnya alam semesta ini akan menyadari bahwa manusia diciptakan
bukan untuk menaklukkan seluruh alam semesta. Betapapun hebatnya manusia, ia tidak akan
mampu mengetahui segala realitas yang ada di alam ini. Bahkan seorang ilmuwan yang
beriman akan menyadari bahwa setiap ilmu bertambah, atau setiap ia menemukan hal-hal yang
baru, ia akan semakin bertambah sadar bahwa apa yang telah diketahuinya barulah setitik dari
alam semesta yang sangat luas ini. Imam Syafi'i dalam Ihya' 'Ulum al-Din mengatakan, "Setiap
kali bertambah ilmuku, aku semakin mengerti akan kebodohanku."
Al-Qur'an menyuruh manusia untuk meneliti alam semesta ini agar mengetahui tanda-tanda
kekuasaan Allah dan rahasia-rahasia yang terkandung di dalamnya demi kepentingan manusia
sendiri. Dalam Q.S. Luqman:29, Allah SWT berfirman:

‫س َو ْالقَ َم َر كل َيحْ ِري ِإلَى‬


َ ‫ار فِي اللَّ ْي ِل َو َس َّخ َر ال َّش ْم‬ ِ ‫ّللا يولِج اللَّ ْي َل فِي النَّ َه‬
َ ‫ار َويولِج النَّ َه‬ َ َّ َّ‫أَلَ ْم ت ََر أَن‬
َ َّ َّ‫أَ َجل م َس ًّمى َوأَن‬
‫ّللا ِب َما تَ ْع َملونَ َخ ِبير‬
"Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam
ke dalam siang, dan memasukkan siang ke dalam malam, dan Dia tundukkan matahari
dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" (Q.S. Luqman:29).

Ayat-ayat lain yang terkait dengan hal ini adalah Q.S. Yunus:101, Ibrahim:32-34, dan Al-
Anbiya:30-33. Firman-firman Allah tersebut menunjukkan ada dua fungsi utama manusia
menghuni bumi Allah ini, yaitu sebagai 'abd (hamba Allah) dan sebagai khalifah Allah. Esensi
dari 'abd adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah
SWT. Adapun esensinya sebagai khalifah di muka bumi, ia mempunyai tanggung jawab untuk
menjaga keseimbangan alam dan lingkungan tempat mereka tinggal. Manusia diberi kebebasan
untuk mengeksplorasi, menggali sumber-sumber daya alam, serta memanfaatkannya. Karena
alam diciptakan untuk kehidupan manusia, untuk menggali potensi alam dan
memanfaatkannya diperlukan ilmu pengetahuan yang memadai.

Anda mungkin juga menyukai