1. BARQI AL FAZA
2. FADILAH KRISNA SAMUDRA
3. ARIMBI AULIA WALIDANI
RESUME PAI
IX
ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN SENI DALAM ISLAM
Oleh Sjafruddin A. Rahman
1. Ilmu Pengetahuan
Ilmu berasal dari kata Arab, yaitu masdar dari kata 'alima yang artinya "tahu". Menurut arti
bahasa (etimologis), ilmu ialah pengetahuan. Tetapi pengetahuan itu ada dua macam, yaitu
"pengetahuan biasa" yang disebut knowledge (pengetahuan tentang hal-hal yang biasa sehari-
hari) dan "pengetahuan ilmiah" yang lazim disebut dengan ilmu pengetahuan (atau singkatnya
ilmu saja), yang dalam bahasa asing disebut dengan science (Inggris) atau wetenschap
(Belanda) (Anshari, 1979:43). Sidi Gazalba (1979:281) mendefinisikan pengetahuan secara
etimologis adalah "apa yang dikenal atau hasil pekerjaan tahu" atau "istilah umum untuk
segenap cabang pengetahuan yang kita miliki". Hasil kerja "tahu" yang dilakukan manusia
disebut "pengetahuan", yang dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah knowledge, sedang
ilmu adalah salah satu cabang pengetahuan.
Menurut arti istilah (terminologis), apa yang disebut ilmu pengetahuan (science) ialah usaha
pemahaman manusia yang disusun dalam satu sistem mengenai kenyataan, struktur,
pembagian, bagian-bagian, dan hukum- hukum tentang hal-ihwal yang diselidiki (alam,
manusia dan agama), sejauh yang dapat dijangkau oleh daya pemikiran manusia yang dibantu
penginderaan, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperimental (Anshari,
1979:47). Demikian pula di dalam International Webster's Dictionary disebutkan pula bahwa
ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi dan
diinterpretasi. menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya dan dapat diuji
ulang secara ilmiah.
Secara garis besar, ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai hasil atau produk berpikir, dan
sebagai kegiatan dan pengembangan daya pikir itu sendiri. Sebagai hasil atau produk berpikir,
ilmu merupakan sekumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis dan metodik,
kebenaran serta ketepatannya dapat diuji dan diriset secara empiris.
Ilmu pengetahuan membahas sasaran-sasarannya dengan melihat dari sudut pandangan atau
aspek tinjauan yang berbeda, yang disebut obyek forma. Obyek forma inilah yang
membedakan antara suatu ilmu pengetahuan dengan ilmu pengetahuan lainnya. Dengan
aktivitas dan kreasi akalnya, manusia semakin maju dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Di samping itu, ilmu sebagai produk akal manusia, sifatnya relatif sehingga tidak ada istilah
final dalam suatu produk ilmu pengetahuan. Kebenaran ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak
atau absolut sehingga terbuka kesempatan setiap saat untuk memperbaikinya. Hal ini seperti
dijelaskan oleh Jean Paul Satre (filsuf Perancis, l. 1905) bahwa ilmu pengetahuan adalah
sesuatu yang tidak pernah mutlak, sebab selalu akan disisihkan oleh hasil-hasil penelitian dan
percobaan-percobaan yang baru dilakukan dengan metode-metode baru, atau karena adanya
perlengkapan-perlengkapan yang lebih sempurna. Penemuan-penemuan baru ini akan
disisihkan pula oleh ahli-ahli lainnya, kadang-kadang kembali mundur, tetapi seringkali lebih
maju, begitulan selalu akan terjadi. Sejalan dengan itu, Dr. Albert Einstein berkata pula,
"Sepanjang dalil-dalil ilmu pasti berkenaan dengan kenyataan" (Anshari, 1979:68-69).
Di sinilah peranan daya pikir manusia yang harus bekerja terus- menerus untuk
mengembangkan dan menghasilkan ilmu pengetahuan baru agar memenuhi kebutuhan dunia
yang kian berkembang maju. Al-Qur'an memberikan tuntunan dalam membina sikap ilmiah
guna mengembangkan ilmu pengetahuan, antara lain disebutkan:
a. Tidak mudah menerima pendapat orang, tanpa argumentasi yang rasional
b. Tidak menerima pendapat yang spekulatif untuk masalah yang memerlukan kepastian
dan ketepatan
c. Dalam mengambil kesimpulan tidak mengikuti hawa nafsu dan harus obyektif
d. Islam mencela sikap taklid buta, mengikuti orang lain tanpa argumentasi, baik itu
pendapat penguasa, keyakinan nenek moyang,dan opini masyarakat pada umumnya
e. Umat Islam juga dianjurkan untuk menggunakan indera dengan sebaik-baiknya dalam
rangka memahami sunnah Allah yang ada pada diri mereka maupun dalam kehidupan
sosialnya (Thawaf, 1997:22- 23)
2. Teknologi
Di dalam kamus umum bahasa Indonesia disebutkan bahwa teknologi adalah kemampuan
teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta yang berdasarkan proses teknis
(Depdikbud, 1993:1024).
Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa teknologi merupakan salah satu budaya
sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan guna mencapai suatu tujuan tertentu.
Adapun tujuan manusia dalam kehidupan ini amat banyak sekali, yang kesemuanya
ditentukan oleh niatnya. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadis Rasul Allah SAW, "Semua
amalan itu tergantung kepada niatnya."
Di dalam Al-Qur'an, sebetulnya cukup banyak ayat-ayat yang berkaitan dengan teknologi
dalam rangka mempertebal keimanan dan meningkatkan kesejahteraan manusia. Sebagai
contoh:
ض الَّتِي ِ ْاصفَة تَجْ ِري بِأ َ ْم ِر ِه إِلَى ْاْلَر ِ ع ِ َ َولِسلَ ْي َمان. َمِن بَأْسِك ْم فَ َهلْ أَنت ْم شَا ِك رون
َ الري َح َ علَّ ْمنَاه
َ ْص ْنعَةَ لَبوس لَك ْم لِتح
ْ صنَك ْم َ َو
َعالِمِ ين ء ي
َ ْ ِ ِش
َ لك ب ا َّ ن ك و
َ َ ا ه ِي ف َا ن ْ
ك ار
َ َ ب .
"Dan setelah Kami ajarkan kepada Dawud pembuatan baju perisai (dari besi) untuk kamu,
untuk memeliharamu dalam peperangan, maka apakah kamu tidak bersyukur? Dan (telah Kami
tundukkan) bagi Sulaiman angin yang kencang tinpannya, yang berhembus ke negeri yang
Allah berkati, dan Kami Maha Mengetahui tentang segala sesuatu (Q.S. Al-Anbiya':80-81).
Ayat-ayat lain yang senada dengan ayat di atas adalah Q.S. Al-Dhukhan:38-39, Yunus:24, Al-
Isra':88, dan Fathir:24.
3. Seni
Seni merupakan terjemahan dari kata Inggris art yang berasal dari bahasa Latin ars, yang
berarti "kemahiran". Secara etimologis, seni (art) adalah suatu kemahiran dalam menciptakan
barang-barang atau mengerjakan sesuatu.
Seni termasuk bagian dari budaya manusia, sebagai hasil ungkapan akal dan budi manusia
dengan segala prosesnya. Karena itu, seni merupakan hasil ekspresi jiwa yang berkembang
menjadi bagian dari budaya manusia.
Dengan demikian jelas bahwa seni itu merupakan alat untuk mempertajam kepekaan rasa
manusia, yang akan membawa manusia kepada efek lain yang lebih tinggi. Oleh sebab itu,
setiap orang dianjurkan untuk membiasakan diri melakukan aktivitas seni, atau sekurang-
kurangnya berusaha untuk dapat menikmati karya-karya seni yang ada, baik karya seni itu
berasal dari manusia sendiri maupun karya yang diciptakan oleh Allah SWT di alam raya ini.
Seandainya manusia itu sadar dan mau merenungkan sejenak tentang semua ciptaan Allah,
niscaya ia pasti merasakan bahwa semuanya itu adalah seni indah yang tidak ada bandingnya
dengan seni-seni yang lahir dari hasil karya manusia.
Sebagai contoh, firman Allah dalam Q.S. Al-Hijr:15 yang menganjurkan agar manusia
menikmati keindahan bintang-bintang di langit yang sengaja diciptakan Allah sebagai
perhiasan yang indah untuk manusia.
ََولَقَدْ َج َع ْلنَا فِي ال َّس َماءِ بروجًا َوزَ يَّنَاهَا لِلنَّاظِ ِرين
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah
menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandangnya" (QS. Al-Hijr:15).
Ayat-ayat lain yang seirama dengan ayat di atas adalah Q.S. Al- Furqan:61-62, Qaf:6-8, dan
Al-An'am:95-99. Demikianlah, untaian ayat-ayat Al-Qur'an yang melukiskan kalimat-kalimat
yang sangat indah tentang keindahan, kerapian, keharmonisan dan kecantikan alam semesta
dengan segala isinya untuk manusia.
4. Praktek Seni Suara dan Seni Tari dalam Sejarah Islam
Pada umumnya orang Arab menyukai musik sehingga seni suara menjadi suatu keharusan
bagi mereka sejak zaman jahiliyah. Di Hijaz kita dapati orang yang menggunakan musik
mensural yang mereka namakan dengan iqra' (irama yang berasal dari semacam gendang,
berbentuk rithm).Mereka menggunakan berbagai instrumen musik, antara lain: seruling,
rebana, gambus, tambur dan lain-lain.
Setelah bangsa Arab masuk Islam, bakat musik ini berkembang dengan mendapat jiwa dan
semangat baru. Pada masa Rasul Allah SAW, ketika Hijaz menjadi pusat politik, perkembangan
musik tidak menjadi berkurang.
Dalam kitab-kitab hadis, terdapat sejumlah teks yang membolehkan seseorang menyanyi,
menari dan memainkan alat-alat musik. Tetapi kebolehan itu hanya berlaku pada acara-acara
pesta perkawinan, khitanan, penyambutan tamu, atau pujian terhadap pahlawan yang mati
syahid dalam peperangan, juga selebrasi hari raya dan yang sejenisnya (Al- Baghdadi,
1994:15).
Di samping itu, ada lagi sifat-sifat atau ciri-ciri lain yang disebutkan dalam Al-Qur'an, antara
lain:
a. Mereka selalu menepati janji
b. Menegakkan keadilan
ا ْعدِلوا ه َو أَ ْق َرب لِلتَّ ْق َوى
"Tegakkanlah keadilan, karena adil itu lebih dekat kepada takwa!" (QS. Al-Maidah).
c. Bersifat istiqamah
d. Tidak mempunyai rasa takut dan duka cita dalam hidup yang berpanca-roba
َعلَ ْي ِه ْم َو َل ه ْم يَحْ زَ نونَ الَّذِينَ َءا َمنوا َوكَانوا يَتَّقون ِ َّ أَ َل ِإ ْن أَ ْو ِليَا َء.
َ ّللا َل خ َْوف
"Sesungguhnya wali-wali Allah, mereka tidak, merasa takut dan tidak, berduka cita. Mereka
itu adalah orang-orang yang beriman dan bertakwd" (Q.S. Yunus:62-63).
e. Sabar dan tabah, tahan uji, pantang menyerah dan tidak berputus asa
Berdasarkan ilustrasi ayat-ayat Allah tentang sifat atau kriteria orang beriman dan bertakwa,
dapat dikatakan bahwa yang menjadi keutamaan orang beriman adalah :
a. Mereka memperoleh derajat ketinggian dari Allah SWT
b. Para malaikat mendoakan orang-orang mukmin
c. Mendapat ampunan serta ganjaran pahala
d. Mereka tidak takut kepada siapa pun kecuali Allah
e. Di dunia mereka selalu ditunjuk menjadi pemimpin
Ayat-ayat lain yang terkait dengan hal ini adalah Q.S. Yunus:101, Ibrahim:32-34, dan Al-
Anbiya:30-33. Firman-firman Allah tersebut menunjukkan ada dua fungsi utama manusia
menghuni bumi Allah ini, yaitu sebagai 'abd (hamba Allah) dan sebagai khalifah Allah. Esensi
dari 'abd adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah
SWT. Adapun esensinya sebagai khalifah di muka bumi, ia mempunyai tanggung jawab untuk
menjaga keseimbangan alam dan lingkungan tempat mereka tinggal. Manusia diberi kebebasan
untuk mengeksplorasi, menggali sumber-sumber daya alam, serta memanfaatkannya. Karena
alam diciptakan untuk kehidupan manusia, untuk menggali potensi alam dan
memanfaatkannya diperlukan ilmu pengetahuan yang memadai.