Anda di halaman 1dari 4

ANUGRAH AKAL

Oleh : M Arsa Sheva

َ ‫وب اَل ي َ ْف َقه‬


‫ُون‬ ٌ ُ‫َولَ َق ْد َذ َرْأاَن ِل َجهَمَّن َ َك ِث ًريا ِم َن الْ ِج ِّن َوا ن ْ ِس لَه ُْم ُقل‬
َ ‫ِإْل‬
ْ ‫َأْل‬ ‫اَك‬
‫ون َا و ك ن َعا ِم‬ َ ‫ِئ‬ ‫ل‬ ‫ُأ‬ ‫هِب‬ َ ‫ون هِب َا َولَه ُْم آ َذ ٌان َْس َم ُع‬
‫ي‬ ‫اَل‬ َ ُ ‫هِب َا َولَه ُْم َأ ْعنُي ٌ اَل يُ ْبرِص‬
)179( ‫ون‬ َ ُ‫ب َ ْل مُه ْ َأضَ ُّل ُأولَِئ َك مُه ُ الْغَا ِفل‬
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam)
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-
tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai
binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-
orang yang lalai. [ Al-A’raf : 179 ]

Yang membedakan orang yang beriman dan orang yang kafir


adalah imannya, demikian juga yang membedakan manusia dan hewan
adalah akalnya. Dalam redaksi ayat tadi lafadz “ Qulub “ yang memiliki
arti “ Akal “ diletakkan di awal kalimat, hal ini jelas menandakan yang
paling penting dalam menentukan apakah surga yang menjadi tempat
pulang atau malah akal itu menjerumuskan ke dalam neraka.
Kata akal berasal dari bahasa Arab yaitu al-‘aql, dari bentukan kata
‘aqala – ya’qilu – ‘aqalan, yang bermakna fahima wa tadabbara atau
faham/memahami dan menghayati/merenungkan dengan dalam. Akal
merupakan kelebihan yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia.
Dalam surat Al-Israa’ ayat 70 Allah SWT berfirman yang artinya,
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami
angkat mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari
yang baik-baik dan Kami lebihkan dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al-Israa’ : 70).
Dari ayat tersebut dapat dikatakan bahwa akal merupakan
kelebihan yang diberikan Allah SWT kepada manusia dan sekaligus
menjadi faktor pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Karena
itu, Allah SWT mendorong manusia agar bersedia menggunakan akalnya
untuk berpikir. Tidak sedikit ayat-ayat dalam Al Qur’an yang
menunjukkan dorongan kepada manusia agar menggunakan akalnya
untuk hal-hal yang berguna. Salah satunya adalah surat An-Nahl ayat 12
yang artinya,
“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan
untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan
perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal.” (QS. An-Nahl :
12).
Agar akal dapat memiliki fungsi yang maksimal maka diperlukan
pemandu atau pembimbing. Dalam Islam, yang menjadi pemandu atau
pembimbing akal adalah Al Qur’an dan as-Sunnah. Tanpa adanya
bimbingan dari Al Qur’an dan as-Sunnah, maka akal menjadi tidak
berfungsi. Syaikh Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan,
“Akal tidaklah bisa berdiri sendiri, akal baru bisa berfungsi jika dia
memiliki naluri dan kekuatan sebagaimana mata bisa berfungsi jika ada
cahaya. Apabila akal mendapatkan cahaya iman dan Al-Qur’an barulah
akal bisa seperti mata yang mendapatkan cahaya matahari. Jika tanpa
cahaya tersebut, akal tidak akan bisa melihat atau mengetahui sesuatu.”
(Majmu’ Fatwa, Ibnu Taimiyah)
Adapun fungsi akal dalam Islam di antaranya adalah sebagai
berikut :
1. Syarat mempelajari ilmu pengetahuan
Akal merupakan syarat untuk mempelajari ilmu pengetahuan. Syaikh
Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,
“Akal merupakan syarat dalam mempelajari semua ilmu. Ia juga syarat
untuk menjadikan semua amalan itu baik dan sempurna, dan dengannya
ilmu dan amal menjadi lengkap. Namun, (untuk mencapai itu semua),
akal bukanlah sesuatu yang dapat berdiri sendiri, tapi akal merupakan
kemampuan dan kekuatan dalam diri seseorang, sebagaimana
kemampuan melihat yang ada pada mata. Maka apabila akal itu
terhubung dengan cahaya iman dan Al-Qur’an, maka itu ibarat cahaya
mata yang terhubung dengan cahaya matahari atau api.” (Majmu’atul
Fatawa, 3/338).
2. Sarana untuk memahami kebenaran
Akal merupakan sarana untuk memahami kebenaran. Tidak sedikit ayat-
ayat dalam Al-Quran yang menegaskan bahwa akal merupakan sarana
untuk memahami kebenaran mutlak dari Allah. Umumnya kalimat yang
digunakan adalah afala ta’qilun (tidakkah kamu berpikir/tidakkah kamu
memikirkannya). Salah satu ayat yang dimaksud adalah surat Al-Baqarah
ayat 44 yang artinya,
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu
melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca al-Kitab
(Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?” (QS. Al-Baqarah : 44).
3. Sarana untuk berpikir
Akal juga digunakan sebagai sarana untuk berpikir. Adapun yang menjadi
objek kajian adalah ayat-ayat kauniyah. Terdapat lebih dari 750 ayat
dalam al-Qur’an yang menunjukkan agar manusia diminta untuk dapat
memikirkan berbagai gejala alam sebagai upaya untuk lebih mengenal
Tuhan melalui tanda-tanda-Nya. Salah satu ayat yang dimaksud adalah
surat Al-Baqarah ayat 164 yang artinya,
”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya siang
dan malam, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna
bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu
dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)nya dan Dia
sebarkan di bumi dan segala jenis hewan, dan pengisaran angina dan
awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sungguh (terdapat)
tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.”
(QS. Al-Baqarah : 164)
4. Syarat utama taklif (pewajiban/pembebanan dalam syariat)
Akal merupakan syarat yang harus ada dalam diri manusia untuk dapat
menerima taklif (beban syari’at) dari Allah SWT. Namun, bagi syarat ini
tidak berlaku bagi mereka yang tidak memiliki akal seperti orang gila.
Rasulullah SAW bersabda,
“Pena diangkat (dibebaskan) dari tiga golongan : (1) orang yang tidur
sampai ia bangun, (2) anak kecil sampai mimpi basah (baligh), dan (3)
orang gila sampai ia kembali sadar (berakal).” (HR. Abu Daud, Syaikh
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
5. Sebagai alat dan kendali bagi seorang mukmin
Fungsi akal adalah sebagai pengendali bagi seorang mukmin. Rasulullah
SAW bersabda,
“Setiap sesuatu memiliki alat dan kendalinya, alat dan kendali bagi
seorang mukmin adalah akalnya. Setiap sesuatu memiliki keutamaan,
keutamaan seseorang ada pada akalnya. Setiap sesuatu memiliki puncak,
puncaknya ibadah adalah akal. Setiap kaum pasti memiliki pemimpin,
pemimpin para ahli ibadah adalah akal. Setiap orang kaya pasti memiliki
harta, harta orang-orang yang bersungguh-sungguh adalah akalnya.
Setiap yang runtuh adalah bangunan, bangunan yang paling megah di
akhirat adalah akal. Setiap perjalanan yang ditempuh pasti terdapat
tempat persinggahan, tempat persinggahan para muslimin adalah akal.”
6. Sebagai pencegah
Akal berfungsi sebagai pencegah. Dalam artian, akal mencegah manusia
mengikuti nafsunya. Hal ini merujuk pada penyebutan akal dengan
menggunakan istilah hijr dalam Al-Qur’an yang mengandung arti
pencegah. Dalam surat Al-Baqarah ayat 284 SWT Allah berfirman yang
artinya,
“Milik Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.
Jika kamu menyatakan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu
menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan
kamu tentang perbuatanmu itu. Dia mengampuni siapa yang Dia
kehendaki dan menyiksa siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah : 284).
Ayat tersebut memerintahkan manusia untuk selalu mengawasi, meneliti,
dan merasakan apa yang ada di dalam hatinya. Jika sesuai dengan
perintah-Nya maka manusia diperintahkan untuk memelihara dan
menghidupkan nafs itu agar menjadi amal perbuatan baik. Namun, jika
sebaliknya maka Allah SWT memberikan ganjaran yang setimpal.
Itulah 6 fungsi akal dalam islam beserta dalilnya. Sebagai manusia sudah
sepatutnya kita menggunakan akal kita ini untuk sesuatu yang benar-
benar tak melenceng dari syariat islam. Apalagi saat kita sudah baligh,
Allah telah melengkapkan pikiran serta akal kita menjadi lebih matang
untuk berpikir. membedakan mana yang baik mana yang buruk, mana
yang benar dan mana yang salah. Semoga kita selalu diberikan
perlindungan oleh Allah SWT. Amin.

Anda mungkin juga menyukai