1
KAJIAN AL QUR AN DAN HADIS DALAM NEUROVASKULER
Otak merupakan salah satu bagian yang terpenting pada manusia karena merupakan bagian yang
berfungsi mengatur dan mengolah segala yang ditangkap oleh panca-indera manusia.
Pengetahuan dalam mengungkapkan misteri "Otak" itu sendiri baru ada dalam beberapa dekade
terakhir ini, dan pengetahuan mendalam mengenai struktur dan fungsi otak ini belum dikenal di
jaman dahulu, termasuk pada jaman Nabi Muhammad SAW dan ketika Al-Qur'an diturunkan.
Yang dikenal adalah istilah aqal, yaitu berpikir dengan kepala. Apa yang ada di dalam kepala
serta bagian-bagian serta fungsinya masing-masing belum diketahui pada masa tersebut. Hal ini
membawa kembali kepada pertanyaan, apakah Al-Qur'an, tersirat ataupun tersurat,
mengisyaratkan mengenai struktur otak manusia??
2
BAB I
AL-QUR'AN DAN PUSAT PENGLIHATAN SERTA PENDENGARAN
Di dalam Al-Qur'an, mata beberapa kali di sebutkan di dalam Al-Qur'an bersama-sama
dengan telinga, baik dalam bentuk tunggalnya maupun dalam bentuk jamaknya. Kemunculan
"mata" dan "telinga" pada satu ayat terdapat pada :
“Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka didalamnya (At-Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas)
dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi,
dan luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, maka melepaskan
hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa
yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim. (QS. 5:45).
3
Artinya : “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari
jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat
Allah) dan mereka mempunyai MATA (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-
tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai TELINGA (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat lagi. Meraka itulah orang-orang yang lalai. (QS. 7:179)”
'Alahum 'Arjulun Yamshuna Biha 'Am Lahum 'Aydin Yabtishuna Biha 'Am Lahum 'A`yunun
Yubsiruna Biha 'Am Lahum 'Adhanun Yasma`una Biha Quli Ad`u Shuraka'akum Thumma
Kiduni Fala Tunžiruni
[[Apakah berhala- berhala mempunyai kaki yang dengan itu dapat berjalan, atau
mempunyai tangan yang dengan itu ia dapat memegang dengan keras, atau mempunyai mata
yang dengan itu ia dapat melihat, atau mempunyai telinga yang dengan itu ia dapat mendengar?
Katakanlah: "Panggillah berhala-berhalamu yang kamu jadikan sekutu Allah, kemudian
lakukanlah tipu daya (untuk mencelakakan) ku, tanpa memberi tangguh (kepadaku). (QS.
7:195)]]
Menarik untuk diperhatikan bahwa di dalam Al-Qur'an pun menyebutkan kata yang
berarti "penglihatan" dan "pendengaran" secara berurutan dalam satu ayat yang sama, tidak
kurang dari 12 ayat. "penglihatan" dan "pendengaran" yang mengacu kepada manusia ini selalu
di sebutkan "penglihatan" terlebih dahulu kemudian "penglihatan", walaupun ketika
menyebutkan "mata" dan "telinga",.
4
dalam bentuk kata benda tunggal, sedangkan "penglihatan" disebutkan dalam bentuk kata benda
jamak.
Khatama ALLahu `Ala Qulubihim Wa `Ala Sam`i him Wa `Ala 'Absarihim Ghishawatun Wa
Lahum `Adhabun `Azimun
[[Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka
ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. (QS. 2:7)]]
Yakadu Al-Barqu Yakhtafu 'Absarahum Kullama 'Ada'a Lahum Mashaw Fihi Wa 'Idha 'Azlama
`Alayhim Qamu Wa Law Sha'a ALLahu Ladhahaba Bi sam`ihim Wa 'Absarihim 'Inna ALLaha
`Ala Kulli Shay'in Qadirun
[[Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari
mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti.
Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka.
Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu. (QS. 2:20) ]]
5
Qul 'Ara'aytum 'In 'Akhadha ALLahu Sam`akum Wa 'Absarakum Wa Khatama `Ala Qulubikum
Man 'Ilahun Ghayru ALLahi Ya'tikum Bihi Anzur Kayfa Nusarrifu Al-'Ayati Thumma Hum
Yasdifuna.
Qul Man Yarzuqukum Mina As-Sama'i Wa Al-'Ardi 'Amman Yamliku As-Sam`a Wa Al-'Absara
Wa Man Yukhriju Al-Hayya Mina Al-Mayyiti Wa Yukhriju Al-Mayyita Mina Al-Hayyi Wa Man
Yudabbiru Al-'Amra Fasayaquluna ALLahu Faqul 'Afala Tattaquna
[[Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau
siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan , dan siapakah yang
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan
siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka menjawab: "Allah". Maka katakanlah:
"Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada- Nya)?" (QS. 10:31) ]]
6
[[Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
(QS. 16:78)]]
7
As-Sajdah [32] Ayat 9
Thumma Sawwahu Wa Nafakha Fihi Min Ruhihi Wa Ja`ala Lakumu As-Sam`a Wa Al-'Absara
Wa Al-'Af'idata Qalilaan Ma Tashkuruna.
[[Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-
Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit
sekali bersyukur. (QS. 32:9)]]
Hatta 'Idha Ma Ja'uha Shahida `Alayhim Sam`uhum Wa 'Absaruhum Wa Juluduhum Bima Kanu
Ya`maluna
[[Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka
menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. (QS. 41:20]
8
[[Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan
dan kulitmu terhadapmu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari
apa yang kamu kerjakan. (QS. 41:22)]].
9
Urutan selalu menjadi keistimewaan dan keajaiban Al-Qur'an. Ketika menyebutkan
"mata" dan "telinga" secara berurutan dalam satu ayat, "mata" selalu disebutkan terlebih dahulu
karena secara-anatomi, mata memang terletak di depan "telinga".
Akan tetapi ketika membicarakan "pendengaran" dan "penglihatan", konteksnya telah
berubah bukan lagi sebagai anatomi, akan tetapi menjadi persepsi indera. Persepsi indera diolah
oleh "otak-manusia", dan bagian yang mengolah pendengaran" dan "penglihatan manusia adalah
bagian "otak" yang berbeda. Dengan ilmu pengetahuan saat ini diketahui bahwa penglihatan di
olah oleh bagian occipital lobe otak yang terletak di bagian belakang otak, sedangkan
pendengaran di olah oleh bagian temporal lobe yang berada di depan occipital lobe. Jadi secara
posisi di dalam otak "pendengaran" berada di depan "pendengaran". Sesuatu yang telah di
isyaratkan 15 abad yang lalu oleh Al-Qur'an dan bersesuaian dengan apa yang ditemukan oleh
ilmu pengetahuan di masa sekarang.
10
BAB II
BAGIAN OTAK YANG MENGERTI PEMBICARAAN
MENURUT AL-QUR'AN
11
Al-'An`am [6] Ayat 39
[[Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah pekak, bisu dan berada
dalam gelap gulita. Barangsiapayang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya.
Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah (untuk mendapat petunjuk), Niscaya Dia
menjadikannya beradadi atas jalan yang lurus. (QS. 6:39)]]
Tuli, bisu, dan buta dalam kaitannya dengan persepsi selalu di tuliskan berurutan dengan
"bisu" di antara " tuli" dan "buta" dengan pengecualian ayat Al-Israa' [17] ayat 97 yang
menuliskan "buta, bisu, tuli" karena pada ayat ini tidak mengacu kepada persepsi akan tetapi
pada kondisi fisik anatomi sebenarnya yaitu mata yang dibutakan, telinga yang ditulikan dan pita
suara di mulut yang dihancurkan.
Wa Man Yahdi ALLahu Fahuwa Al-Muhtadi Wa Man Yudlil Falan Tajida Lahum 'Awliya'a Min
Dunihi Wa Nahshuruhum Yawma Al-Qiyamati `Ala Wajuhihim `Umyaan Wa Bukmaan Wa
Summaan Ma'wahum Jahannamu Kullama Khabat Zidnahum Sa`iraan.
[[Dan barangsiapa yang ditunjuki Allah, dialah yang mendapat petunjuk dan barangsiapa
yang Dia sesatkan maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penolong-penolong bagi mereka
selain dari Dia. Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka
12
mereka dalam keadaan buta, bisu dan pekak. Tempat kediaman mereka adalah neraka jahannam.
Tiap-tiap kali nyala api jahannam itu akan padam, Kami tambah lagi bagi mereka nyalanya. (QS.
17:97)]].
Dalam bagian otak, ada beberapa bagian yang berfungsi dalam kaitannya dengan
"bukmun" (dumbness). Pada gambar struktur otak di atas terlihat ada yang dinamakan "speech
production" dan "languange comprehension /word understanding/ understanding speech or using
words/naming sounds and noun".
Dari ketiga ayat mengenai "bukmun" di atas, jelas yang dimaksud bukan sekedar "bisu"
dalam arti tidak mampu berbicara. Akan tetapi bukmun yang dimaksud adalah ketidak mampuan
untuk mengerti apa yang ditangkap oleh "telinga" dan oleh "mata", dengan kata-lain adalah
bodoh !!!. Hal ini diperjelas dalam surah An-Nahl [16] ayat 76 dan surah Al-Anfaal [8] ayat 22.
Bahkan dalam surah Al-Anfaal [8] ayat 22 ditekankan keterkaitan "tuli" dan bukmun dengan
dengan "tidak mengerti apapun", karena apa yang dengar oleh telinga dan di interpretasikan oleh
pendengaran, tidak dapat dimengerti lebih baik oleh otak.
Wa
Daraba
Allahu
Mathalaan Rajulayni 'Ahaduhuma 'Abkamu La Yaqdiru `Ala Shay'in Wa Huwa Kallun `Ala
Mawlahu 'Aynama Yuwajjhhhu La Ya'ti Bikhayrin Hal Yastawi Huwa Wa Man Ya'muru Bil-
`Adli Wa Huwa `Al Siratin Mustaqimin
[[Dan Allah membuat (pula) perumpamaan: dua orang lelaki yang seorang bisu, tidak dapat
berbuat sesuatupun dan dia menjadi beban atas penanggungnya, ke mana saja dia disuruh oleh
penanggungnya itu, dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikanpun. Samakah orang itu
dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada pula di atas jalan yang lurus?]].
13
Al-'Anfal [8] Ayat 22
[[Sesungguhnya binatang (mahluk) yang seburuk- buruknya pada sisi Allah ialah orang-
orang yang Tuli dan Bisu yang tidak mengerti apa-apapun. (QS. 8:22)]].
Jadi "bukmun"yang menyebabkan seseorang tidak mampu mengerti masalah atau apa
yang disampaikan dan dikatakan orang lain, bukan sekedar "bukmun" yang tidak dapat
berbicara, akan tetapi lebih kepada "bukmun" yang tidak mampu mengerti.
Bagian otak yang mengatur "languange comprehension" atau "word understanding" atau
"understanding speech or using words" atau "naming sounds and noun" terletak di sebagian
temporal dan parietal lobe, yang letaknya di antara pusat pendengaran dan penglihatan,
sebagaimana yang diisyaratkan Al-Qur'an.
BAB III
14
UBUN-UBUN YANG PEMBOHONG DAN PENUH DOSA
Pernyataan menarik dikeluarkan oleh Al-Qur'an pada surah Al-Alaq [96] ayat 16, dimana
Allah menyatakan : "naashiyatin kaadzibatin khaati-atin".
[[Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling? (QS.
96:13)]]
[[Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik
ubun-ubunnya, (QS. 96:15)]]
15
Naashiyatin (yang diartikan "ubun-ubun") memiliki arti bagian puncak kepala di sekitar
dahi, biasanya daerah di kepala yang biasanya ditumbuhi dan ditutupi rambut poni, seperti
halnya daerah poni pada kuda. Jadi tidak hanya sekedar dahi tetapi juga daerah di kepala bagian
depan yang bersinggungan dengan dahi, yang di dalam bahasa indonesia diistilahkan dengan
ubun-ubun. Akan tetapi timbul pertanyaaan, apa maksudnya Al-Qur'an menyebutkan "ubun-ubun
yang pembohong lagi “pendosa"? Mengapa "ubun-ubun" yang dinyatakan sebagai yang
"berbohong" dan juga "berdosa"?
Saat ini di ketahui, dan dapat pula di lihat pada gambar bagian otak di atas, bahwa bagian
depan otak atau frontal lobes, yang mana terletak di bagian dalam ubun-ubun, bertanggung
jawab mengontrol : Perilaku diri (self-control/behavioural control), Berpikir (higher intellect),
Mengatur emosi (emotion control), Merencanakan (planning), Mengatur konsentrasi
(concentration). Dan mengambil keputusan dan pemecahan masalah ( decision making and
problem solving). Dengan kata lain, bagian otak inilah yang menjadikan setiap individu unik
dalam segi sifat dan perilaku.
16