dalam ISLAM
(METODE PRAKTRIS
MENURUT AL QURAN dan AL SUNNAH) Bag. 2
Muhammad Idris Nawawi
NIPY. 151 0101
muhammadidrisnawawi@yahoo.com
FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS
UNIVERSITAS PASUNDAN
EPISTEMOLOGI
dan AKSIOLOGI 2
ILMU
dalam ISLAM
EXACT
(PASTI) UNREVEALED (Tdk. Tertulis)
QS. 25: 2; 65: 3 • Tidak Melibatkan Manusia
• Respon Waktunya Pendek
IMMUTABLE
AYAT ALLAH
(TETAP)
(SUNNATULLAH)
QS. 6: 115; 17: 77
REVELEAD (Tertulis)
OBJECTIVE • Melibatkan Manusia
(OBYEKTIF) • Respon Waktunya Lama
QS. 21: 105
Metode Praktis Memperoleh Ilmu dalam
al-Qur’an dan al Sunnah
Dalam Islam metode memperoleh ilmu ditopang oleh dua
factor yang kuat : Pertama, Penggunaan dan pemanfaatan
pengalaman orang lain baik dari generasi dahulu ataupun
kini; kedua, menggunakan akal dan pengalaman, dalam
upaya mencarai kebenaran agar kita mendapatkan petunjuk
(hidayah). Kedua factor ini berjalan secara simultan melaui
pendengaran dan akal. Perhatikan firman Allah :
﴾٣٧﴿ ش ِهي ٌد
َ س ْم َع َو ُه َو ال ىَ ق ْ
ل َأ وَأ بلْ َ ق هَ ل ان
َ كَ ن م ل ٰ
ى ركْ ذَ ل َك ل َ
ذ ٰ َّن في
َّ ْ ٌ ُ َ ِ َ ِ ِ ِ ِإ
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang
menggunakan pendengarannya, sedang ia menyaksikan” (Q.S.
Qaf, 50 : 37 )
Maksud qalb pada ayat di atas artinya akal dan syahid artinya pembeda. Firman
Allah :
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, hingga mereka mempunyai hati
yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu
mereka dapat mendengar ? Karena sesungguhnya bukan mata itu yang buta, tetapi
yang buta ialah hati yang di dalam dada” (Q.S. al-Haj, 22 : 46)
Allah mensinyalir kepada kita tentang kesaksian orang-orang kafir di hari kiamat
kelak :
ِعي ِر1س
َّ ب ال ْ ْحقًا َأِّل1س
ِ َحا1ص ُ َ ف1﴾ فَا ْعت ََرفُوا بِ َذنبِ ِه ْم١٠﴿ ِعي ِر1س
َّ ب ال ْ ي َأ1ِا ف1َّا ُكن1 َم1 َم ُع َأ ْو نَ ْعقِ ُل1س
ِ َحا1ص ْ َا ن1ََّوقَالُوا لَ ْو ُكن
﴾١١﴿
“Dan mereka berkata : sekiranya kami mendengarkan dan memahami (peringatan itu)
niscaya tidaklah kami bersama-sama dengan para penghuni neraka yang menyala-
nyala. Maka mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi para penghuni
neraka yang menyala-nyala” (al-Mulk, 67 : 10 -11)
Mereka yang sengaja menutup telinga (tidak mendengar) dan mendefungsionalkan akal
diibaratkan sejahat-jahat binatang melata.
“atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau
memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka
lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (al-Furqan, 25: 44)
AL QURAN AL SUNNAH
SYARI’AH
Ilmu tentang
Kebijaksanaan dan MANUSIA
Spiritual (Hikmah,
Ilmu Ladunni –
Pengetahuan yang
Makrifat)
menjadi prasyarat
untuk mengkaji al-
Quran, al-Sunnah,
Prinsip-prinsip
UNIVERSITAS Iman, Islam Ihsan,
Pengetahuan Alam, kecakapan menga
Fisika, Ilmu Tera- malkan fardlu ‘ain
pan, Humaniora,
dan seni
dinisbatkan kpd.
Fardlu Kifayah
SPESIALIS
PROPORSI KATEGORI KEILMUAN
SPESIALISASI
3
Pohon Ilmu
TAUHIDULLA
H
POHON SAINS TAUHIDULLAH
SATU POHON ILMU YANG BERCABANG
1. OBYEKTIFITAS dan
SUBYEKTIFITAS ILMU
SAINS TAUHIDULLAH
2. ILMU TAUHID
3. “SCIENCTIFIC IDEAS”
4. WAHYU dan AKAL
2. KHILAFAH
PARADIGMA DASAR
3. IBADAH
SEPULUH KONSEP
NILAI NILAI ISLAM
4. ILMU SARANA DALAM
MENGEMBANGKAN
SAINS
5. HALAL
6. ‘ADL PENUNTUN
7. ISTISHLAH
8. HARAM
9. ZHULM PEMBATAS
10. DZIYA’
Paradigma Dasar:
(1) tauhid — meyakini hanya ada 1 Tuhan,
dan kebenaran itu dari-Nya.
(2) khilafah — kami berada di bumi sebagai
wakil Allah — segalanya sesuai keinginan-
Nya.
(3)`ibadah (pengabdian) — keseluruhan
hidup manusia harus selaras dengan ridha
Allah, tidak serupa kaum Syu’aib yang
memelopori akar sekularisme: “Apa
hubungan sholat dan berat timbangan
(dalam dagang)”.
Sarana:
(4) `ilm — tidak menghentikan pencarian ilmu
untuk hal-hal yang bersifat material, tapi juga
metafisme,
Penuntun:
(5) halal (diizinkan).
(6)`adl (keadilan) — semua sains bisa berpijak
pada nilai ini: janganlah kebencian kamu
terhadap suatu kaum membuat-mu berlaku tidak
adil. (QS. al-Maidah, 5: 8). Keadilan yang
menebarkan rahmatan lil alamin, termasuk
kepada hewan, misalnya: menajamkan pisau
sembelihan.
(7) istishlah (kepentingan umum).
Pembatas:
(8) haram (dilarang).
(9) zhulm (melampaui batas).
(10) dziya’ (pemborosan) — “Janganlah boros,
meskipun berwudhu dengan air laut”.
PERBANDINGAN SAINS BARAT DAN SAINS ISLAM
(Nasim Butt (2001: 75-76)
9 Fragmentasi 9 Holistik
10 Universalisme 10 Universalisme